5 ALASAN JURUSELAMAT HARUS ALLAH

Pdt. Yakub Tri Handoko.
5 ALASAN JURUSELAMAT HARUS ALLAH
gadget, otomotif, bisnis
Kita sudah tahu Yesus Kristus Juruselamat kita adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Sekarang kita akan mempelajari sebuah pertanyaan: Mengapa Juruselamat kita harus Allah sekaligus manusia? Tetapi kali ini kita hanya berfokus pada bagian yang pertama, yaitu: Mengapa Juruselamat kita harus Allah sendiri? 

Ada banyak alasan, tetapi hari ini kita akan membahas 5 (lima) saja.

1.Pertama, karena manusia tidak dapat menebus nyawa sesamanya

Mazmur 49:8, LAI-TB menerjemahkannya begini, “Tidak seorang pun dapat membebaskan dirinya atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya.” Di dalam terjemahan yang lain, misalnya NIV (New International Version) ada sedikit perbedaan terjemahan, yaitu “Tidak seorang pun dapat memberi tebusan bagi sesamanya.” 

Jadi bukan tebusan bagi dirinya melainkan tebusan bagi sesamanya atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawa sesamanya. Berdasarkan terjemahan ini, maka Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada seorang pun yang bisa membebaskan orang lain dan tidak ada seorang pun yang bisa memberikan tebusan untuk orang lain. Ini merupakan poin yang perlu kita pikirkan secara matang.

Bahkan kalau pun kita memiliki anggapan misalnya bahwa mata ganti mata, gigi ganti gigi, tetap saja apa yang digantikan tidak bisa sepenuhnya menggantikan apa yang hilang. Sebagai contoh misalnya ada seorang yang melakukan pembunuhan secara berantai yang sangat keji. Pelaku ini dinyatakan bersalah dan akan dihukum mati. 

Dia mati setelah dia membunuh orang lain. Kematiannya seolah-olah menggantikan kematian orang lain, tetapi kita semua tahu bahwa hukuman mati untuk para pembunuh tidak akan pernah bisa menuntaskan keadilan dalam arti yang sempurna. Karena kehilangan satu orang itu tidak bisa dibayar dengan kehilangan orang yang lain. Hal yang sama juga berlaku dalam kehidupan kita di dalam konteks keselamatan. Tidak ada satu orang pun yang bisa menjadi tebusan atau membayar tebusan untuk sesamanya. Seandainya Juruselamat kita hanyalah seorang manusia, maka Dia tidak bisa menebus orang lain.

2.Kedua, kalau pun manusia bisa menebus sesamanya, penebusannya sangat terbatas

Artinya, penebusan yang dilakukan satu orang tidak mungkin cukup untuk diberlakukan pada banyak orang. Kita semua tahu bahwa Yesus Kristus mati di atas kayu salib untuk menjadi tebusan. Dia bukan hanya menjadi tebusan untuk satu orang, tetapi menjadi tebusan untuk banyak orang. Dia menebus orang-orang pilihan. Satu tebusan diberikan untuk banyak orang. Penebusan satu manusia untuk satu manusia lainnya saja tidak bisa, apalagi penebusan satu manusia untuk banyak orang, jelas tidak bisa. Hanya Allah yang mampu melakukan itu.

Di kayu salib Tuhan Yesus menanggung siksaan neraka, Dia ditinggalkan oleh Bapa-Nya dan Dia berseru, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani!,” Pada waktu itu Tuhan Yesus sedang menanggung hukuman yang begitu luar biasa. Dia bukan hanya menanggung hukuman satu orang saja, tetapi Dia menanggung hukuman semua orang pilihan. Hukuman satu orang di neraka saja sudah tidak terbilang penderitaannya, apalagi kalau menanggung hukuman semua orang pilihan. Itu hanya bisa terjadi kalau Juruselamat kita adalah Allah.

3.Ketiga, Alkitab secara konsisten dan berulang-ulang mengajarkan bahwa keselamatan berasal dari Allah. 

Dalam Kitab Yunus 2:9 juga dikatakan bahwa keselamatan adalah dari Tuhan. Di dalam Roma 10:13, Paulus mengatakan, “Barangsiapa berseru pada nama Tuhan akan diselamatkan.” Keselamatan itu datangnya dari Tuhan, bukan dari manusia. Seandainya Juruselamat kita hanyalah seorang manusia saja dan Dia bukan Allah maka ayat itu tidak bisa berlaku atas kita. Karena mungkin kita akan selalu mencari celah dan alasan bahwa keselamatan kita bukan dari Allah, tetapi dari seorang manusia. Kalau keselamatan kita dari seorang manusia, maka sulit bagi kita untuk bersyukur kepada Allah.

Tetapi puji Tuhan, Alkitab mengajarkan kepada kita secara konsisten bahwa dalam hal keselamatan, manusia tidak memberikan andil apa pun, tidak ada jasa apa pun dalam diri manusia. Orang yang diselamatkan adalah orang yang berseru kepada nama Tuhan. Keselamatan bukan dari manusia, tetapi dari Tuhan sendiri. Juruselamat kita haruslah Allah sendiri, supaya ayat ini dapat benar-benar benar terjadi dalam hidup kita. Yesus Kristus adalah Allah yang sejati dan itulah jaminan untuk keselamatan kita.

4.Alasan keempat, karena keselamatan menurut Alkitab berkaitan dengan pengenalan terhadap Allah. 

Di dalam Yohanes 17:3 Tuhan Yesus berdoa: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Ini merupakan keunikan doktrin Kristen. Keselamatan itu bukan tentang yang lain-lain tetapi tentang pengenalan terhadap Allah. Atau dalam ungkapan yang lain yang lebih sederhana, kekristenan itu adalah agama yang bersifat relasional. Ada relasi yang dibangun di sana.

Itu sebabnya Alkitab menyatakan bahwa orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus nanti akan masuk ke dalam kerajaan surga. Hal yang membuat surga begitu indah bukan terutama karena adanya batu permata, emas, dsb; melainkan karena adanya persekutuan yang intim antara kita dengan Allah Tritunggal. Di surga kita bisa bisa melihat dan menikmati Allah dalam cara yang baru, sebagaimana digambarkan dalam Alkitab: kita akan melihat Dia muka dengan muka. 

Ini semua berbicara tentang relasi. Untuk membangun sebuah relasi yang penuh makna diperlukan pengenalan. Hidup kekal di surga berarti kita menikmati relasi yang paling intim dengan Allah. Hal ini tidak bisa tercapai kalau kita tidak mengenal Allah. Itu sebabnya keselamatan di dalam kekristenan berkaitan dengan pengenalan terhadap Allah yang benar.

Tetapi bagaimana kita bisa mengenal Allah dengan benar sementara ada jurang yang tak terseberangi antara Allah dengan manusia. Allah begitu sempurna dan manusia sama sekali tidak sempurna. Allah sempurna di dalam kesucian-Nya tapi manusia begitu bobrok di dalam dosa. Ada jurang yang tak terseberangi. Jika Allah tetap tinggal di dalam tempatnya yang maha mulia (transendensi Allah) atau jika Allah tetap di dalam kemuliaan dan kebesaran-Nya saja, maka manusia tidak mungkin bisa mengenal Allah. Tidak mungkin manusia bisa mencari dan menemukan Allah.

Syukurlah, Allah tidak berdiam diri. Allah menjadi manusia. Allah menjadi penebus bagi manusia, supaya manusia bisa mengenal siapa Allah itu. Di dalam Injil Yohanes 1:18 dikatakan, “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya”. Manusia tidak mungkin bisa menyeberangi jurang yang begitu dalam antara Allah dengan manusia. 

Jurangnya begitu panjang, tinggi, dalam dan tidak mungkin bisa terlewati oleh usaha manusia. Tetapi kita bersyukur, Allah tidak meninggalkan kita di dalam keputusasaan karena ada harapan yang Allah berikan: Allah menjadi manusia supaya kita bisa mengenal Dia. Jadi sekali lagi, mengapa Juruselamat kita haruslah Allah? Karena keselamatan berkaitan dengan pengenalan yang benar tentang Allah yang benar, supaya nanti di surga kita bisa memiliki relasi yang paling intim dengan Allah. Kalau Juruselamat kita bukan Allah maka manusia tidak mungkin bisa mengenal Allah.

5.Alasan kelima, karena Juruselamat itu berfungsi untuk menjadi mediator/perantara antara Allah dengan manusia. 

Salah satu peran Juruselamat adalah sebagai mediator antara Allah dengan manusia. Jikalau Dia menjadi mediator antara Allah dan manusia seperti yang dikatakan di dalam 1Timotius 2:5 “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”, maka kita bisa menarik sebuah kesimpulan yang penting bahwa mediator itu harus memiliki beberapa bagian dari masing-masing pihak, yang Dia wakili. Dia harus Allah sendiri, karena Dia mewakili Allah; tetapi Dia juga harus manusia, karena Dia membawa dan memediasi manusia kepada Allah.

Kita mungkin bisa melihat dari ilustrasi-ilustrasi di sekitar kehidupan kita. Para wakil rakyat yang ada di MPR dan DPR adalah rakyat. Tanpa pernah menjadi rakyat, mereka tidak akan pernah menjadi wakil rakyat. Presiden yang memimpin begitu banyak warga negara Indonesia haruslah pertama-tama adalah seorang warga negara Indonesia. 


Seorang guru harus menjadi murid dan tanpa pernah menjadi murid, dia tidak akan bisa menjadi guru. Juruselamat kita adalah Allah yang sejati supaya Dia bisa menjadi perantara yang sempurna. Karena Dia Allah maka Dia bisa mewakili Allah, dan karena Dia juga manusia sejati maka Dia juga bisa mewakili manusia.

Jadi sekali lagi, Juruselamat kita adalah Allah karena keselamatan berkaitan dengan pengenalan yang benar tentang Allah yang benar; dan karena mediator antara Allah dan manusia harus memiliki dan mewakili apa yang Dia wakilkan, yaitu Dia harus Allah dan Dia juga harus manusia. Kiranya kebenaran ini menghibur kita dan menguatkan iman kita. Tuhan memberkati. Amin. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post