7 ALASAN MENGAPA ALLAH MENJADI MANUSIA
Oleh: Henry Clarence Thiessen.
Ada 7 (Tujuh) alasan mengapa Allah menjadi manusia.
Ada 7 (Tujuh) alasan mengapa Allah menjadi manusia.
Tujuan Allah menjadi manusia adalah sebuah misteri besar yang telah menjadi pusat perhatian dan perdebatan dalam sejarah agama Kristen. Terdapat 7 (tujuh) alasan utama yang bisa kita telusuri dalam Inkarnasi Yesus Kristus, yang menjelaskan makna mendalam dari tindakan Tuhan yang menjelma sebagai manusia. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan setiap tujuan tersebut secara lebih rinci, dan bagaimana hal ini dapat menguatkan iman kita.
1. UNTUK MENGUKUHKAN JANJI-JANJI ALLAH
Allah menjadi manusia untuk mengukuhkan janji-janji Allah yang telah diberikan pada para leluhur Israel serta untuk menunjukkan kemurahan kepada orang-orang bukan Yahudi (Roma 15:8-12).
Allah menjadi manusia untuk mengukuhkan janji-janji Allah yang telah diberikan pada para leluhur Israel serta untuk menunjukkan kemurahan kepada orang-orang bukan Yahudi (Roma 15:8-12).
Bermula dari janji dalam Kejadian 3:15 dan berlanjut terus sepanjang Perjanjian Lama, Allah berkali-kali berjanji untuk mengutus Anak-Nya ke dunia. Oleh karena itu Yesaya mengatakan, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita" (9:5), dan "sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" (7:14).
Mikha mengatakan, 'Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala" (5:1). Suatu penelitian yang cermat terhadap naskah Perjanjian Lama menunjukkan adanya dua garis nubuat mengenai kedatangan Kristus: Ia akan datang sebagai Juruselamat dari dosa, dan sebagai Raja untuk memerintah kerajaan-Nya.
Tujuan pertama kedatangan-Nya telah dilambangkan dalam korban-korban di Perjanjian Lama (I Korintus 5:7) dan diajarkan dalam banyak Mazmur (16:8-10; 22:2, 8-9, 19; 41:10-12) serta kitab para nabi (Yesaya 52:14; 53:4-6; Daniel 9:26; Zakharia 11:12, 13; 13:1, 7). Tujuan yang kedua dinubuatkan dalam banyak ayat Alkitab (Kejadian 17:6, 16; 49:9,10; Ulangan 17:14-20; II Samuel 7:12-17; Mazmur 2; 8; 24; 45; 72; 89; 110; Yesaya 11:1-10; Yeremia 23:5; 31:31-34; Yehezkiel 37:15-24; Zakharia 14:9).
Oleh karena itu, ketika saatnya tiba Ia datang dengan peran ganda yaitu sebagai Juruselamat dan Raja; sebagaimana telah dikatakan oleh Matius, Ia adalah anak Daud namun Ia juga anak Abraham (Matius 1:1). Malaikat Gabriel telah memberitahukan kepada Maria bahwa Tuhan Allah "akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud" (Lukas 1:32), dan Yesus sendiri mengatakan, "Aku diutus hanya kepada domba- domba yang hilang dari umat Israel" (Matius 15:24). Sekalipun
Pribadi Kristus: Kristus Merendahkan Diri-Nya 323 demikian, umat-Nya sendiri tidak menerima Dia (Yohanes 1:11); dan sekalipun masyarakat mengelu-elukan Dia sebagai anak Daud ketika Ia dengan menunggang keledai masuk Yerusalem (Matius 21:9), namun beberapa hari kemudian masyarakat yang sama itu terbujuk oleh para pemimpin agama untuk menuntut penyaliban- Nya. Demikianlah Ia mati sebagai korban pengganti, dan menjadi Juruselamat dunia serta batu penjuru gereja (Matius 16:18, 21; Kisah 20:28; Efesus 2:20 dan 5:25).
2. UNTUK MENYATAKAN BAPA
Dalam Perjanjian Lama, Allah dinyatakan sebagai pencipta dan penguasa. Perjanjian Lama menunjukkan kesatuan, kekudusan, keperkasaan, serta kemurahan Allah. Kristus melengkapi penyataan tersebut dengan menambahkan gagasan Allah sebagai Bapa (Matius 6:9). Yohanes menulis, "Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya" (Yohanes 1:18).
Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa melihat Dia berarti sama saja dengan melihat Bapa (Yohanes 14:9), bahwa Bapa mengasihi kita semua (Yohanes 16:27), bahwa Bapa mengetahui apa yang kita perlukan sebelum kita minta kepada-Nya (Matius 6:8, 32), bahwa Bapa tidak akan menahan sesuatu yang akan menguntungkan makhluk- makhluk ciptaan-Nya (Matius 5:45; Yohanes 3:3, 5; I Yohanes 3:1, 2). Hubungan antara seorang anak Allah dengan Bapa-Nya di sorga merupakan suatu konsep Perjanjian Baru yang sangat indah.
3. UNTUK MENJADI IMAM BESAR YANG SETIA
Tuhan datang agar memenuhi syarat untuk bertindak selaku imam besar yang setia. Kristus datang supaya dapat mengalami semua pengalaman manusia, terlepas dari dosa, sehingga Ia berhak menjadi imam besar. Imam besar Perjanjian Lama dipilih dari antara manusia agar mereka dengan setia dapat mewakili umat manusia (Ibrani 5:1, 2).
Demikian pula Kristus telah dipilih dari antara manusia karena alasan-alasan yang sama (Ibrani 5:4, 5). "Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah yang bagi-Nya dan oleh- Nya segala sesuatu dijadikan-yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan" (Ibrani 2:10). Jadi, terdapat kesempurnaan yang diperoleh Kristus melalui berbagai pengalaman-Nya sebagai manusia.
Perhatikan selanjutnya, "Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai" (Ibrani 2:17, 18). "Sebab Imam Besar yang kita punya bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita,
Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." Berdasarkan alasan inilah dikatakan selanjutnya, "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibrani 4:15, 16). Kenyataan bahwa Ia merasa lapar, merasa tidak adanya simpati dari orang lain, bahwa Ia sering tidak bisa tidur, bahwa Ia lelah karena harus bekerja keras, bahwa Ia mengalami tiap pencobaan yang menimpa manusia, bahwa Ia menderita karena salah pengertian, ditinggalkan, dianiaya, dan diserahkan untuk dihukum mati, itu semuanya merupakan persiapan bagi pelayanan-Nya yang sekarang sebagai imam.
4.UNTUK MENGHAPUS DOSA
Dengan mengorbankan diri-Nya sendiri Kristus telah menghapus dosa (Ibrani 9:26). Kebenaran ini sudah disebut ketika kita membahas tujuan pertama penjelmaan, namun pokok bahasan ini perlu dikemukakan secara lebih khusus sebagai tujuan yang terutama. Yesus mengatakan, "Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa- Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45).
Ditunjukkan dengan jelas bahwa Yesus Kristus harus menjadi manusia agar Ia dapat mati karena dosa umat manusia. Dalam surat Ibrani dikatakan, "Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia" (2:9); Yohanes mengungkapkannya sebagai berikut, "Dan kamu tahu bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa" (I Yohanes 3:5).
Beberapa hal perlu diperhatikan. Jika Kristus datang untuk menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang, maka kita tahu bahwa Ia datang untuk menebus orang-orang dari dosa mereka oleh kematian-Nya. Dengan demikian kita juga mengetahui bahwa kematian-Nya bersifat mengganti atau mewakili dan, selanjutnya, bahwa tidak semua orang, tetapi banyak orang yang akan diselamatkan.
Tujuan pertama kedatangan-Nya telah dilambangkan dalam korban-korban di Perjanjian Lama (I Korintus 5:7) dan diajarkan dalam banyak Mazmur (16:8-10; 22:2, 8-9, 19; 41:10-12) serta kitab para nabi (Yesaya 52:14; 53:4-6; Daniel 9:26; Zakharia 11:12, 13; 13:1, 7). Tujuan yang kedua dinubuatkan dalam banyak ayat Alkitab (Kejadian 17:6, 16; 49:9,10; Ulangan 17:14-20; II Samuel 7:12-17; Mazmur 2; 8; 24; 45; 72; 89; 110; Yesaya 11:1-10; Yeremia 23:5; 31:31-34; Yehezkiel 37:15-24; Zakharia 14:9).
Oleh karena itu, ketika saatnya tiba Ia datang dengan peran ganda yaitu sebagai Juruselamat dan Raja; sebagaimana telah dikatakan oleh Matius, Ia adalah anak Daud namun Ia juga anak Abraham (Matius 1:1). Malaikat Gabriel telah memberitahukan kepada Maria bahwa Tuhan Allah "akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud" (Lukas 1:32), dan Yesus sendiri mengatakan, "Aku diutus hanya kepada domba- domba yang hilang dari umat Israel" (Matius 15:24). Sekalipun
Pribadi Kristus: Kristus Merendahkan Diri-Nya 323 demikian, umat-Nya sendiri tidak menerima Dia (Yohanes 1:11); dan sekalipun masyarakat mengelu-elukan Dia sebagai anak Daud ketika Ia dengan menunggang keledai masuk Yerusalem (Matius 21:9), namun beberapa hari kemudian masyarakat yang sama itu terbujuk oleh para pemimpin agama untuk menuntut penyaliban- Nya. Demikianlah Ia mati sebagai korban pengganti, dan menjadi Juruselamat dunia serta batu penjuru gereja (Matius 16:18, 21; Kisah 20:28; Efesus 2:20 dan 5:25).
2. UNTUK MENYATAKAN BAPA
Dalam Perjanjian Lama, Allah dinyatakan sebagai pencipta dan penguasa. Perjanjian Lama menunjukkan kesatuan, kekudusan, keperkasaan, serta kemurahan Allah. Kristus melengkapi penyataan tersebut dengan menambahkan gagasan Allah sebagai Bapa (Matius 6:9). Yohanes menulis, "Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya" (Yohanes 1:18).
Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa melihat Dia berarti sama saja dengan melihat Bapa (Yohanes 14:9), bahwa Bapa mengasihi kita semua (Yohanes 16:27), bahwa Bapa mengetahui apa yang kita perlukan sebelum kita minta kepada-Nya (Matius 6:8, 32), bahwa Bapa tidak akan menahan sesuatu yang akan menguntungkan makhluk- makhluk ciptaan-Nya (Matius 5:45; Yohanes 3:3, 5; I Yohanes 3:1, 2). Hubungan antara seorang anak Allah dengan Bapa-Nya di sorga merupakan suatu konsep Perjanjian Baru yang sangat indah.
3. UNTUK MENJADI IMAM BESAR YANG SETIA
Tuhan datang agar memenuhi syarat untuk bertindak selaku imam besar yang setia. Kristus datang supaya dapat mengalami semua pengalaman manusia, terlepas dari dosa, sehingga Ia berhak menjadi imam besar. Imam besar Perjanjian Lama dipilih dari antara manusia agar mereka dengan setia dapat mewakili umat manusia (Ibrani 5:1, 2).
Demikian pula Kristus telah dipilih dari antara manusia karena alasan-alasan yang sama (Ibrani 5:4, 5). "Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah yang bagi-Nya dan oleh- Nya segala sesuatu dijadikan-yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan" (Ibrani 2:10). Jadi, terdapat kesempurnaan yang diperoleh Kristus melalui berbagai pengalaman-Nya sebagai manusia.
Perhatikan selanjutnya, "Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai" (Ibrani 2:17, 18). "Sebab Imam Besar yang kita punya bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita,
Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." Berdasarkan alasan inilah dikatakan selanjutnya, "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibrani 4:15, 16). Kenyataan bahwa Ia merasa lapar, merasa tidak adanya simpati dari orang lain, bahwa Ia sering tidak bisa tidur, bahwa Ia lelah karena harus bekerja keras, bahwa Ia mengalami tiap pencobaan yang menimpa manusia, bahwa Ia menderita karena salah pengertian, ditinggalkan, dianiaya, dan diserahkan untuk dihukum mati, itu semuanya merupakan persiapan bagi pelayanan-Nya yang sekarang sebagai imam.
4.UNTUK MENGHAPUS DOSA
Dengan mengorbankan diri-Nya sendiri Kristus telah menghapus dosa (Ibrani 9:26). Kebenaran ini sudah disebut ketika kita membahas tujuan pertama penjelmaan, namun pokok bahasan ini perlu dikemukakan secara lebih khusus sebagai tujuan yang terutama. Yesus mengatakan, "Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa- Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45).
Ditunjukkan dengan jelas bahwa Yesus Kristus harus menjadi manusia agar Ia dapat mati karena dosa umat manusia. Dalam surat Ibrani dikatakan, "Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia" (2:9); Yohanes mengungkapkannya sebagai berikut, "Dan kamu tahu bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa" (I Yohanes 3:5).
Beberapa hal perlu diperhatikan. Jika Kristus datang untuk menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang, maka kita tahu bahwa Ia datang untuk menebus orang-orang dari dosa mereka oleh kematian-Nya. Dengan demikian kita juga mengetahui bahwa kematian-Nya bersifat mengganti atau mewakili dan, selanjutnya, bahwa tidak semua orang, tetapi banyak orang yang akan diselamatkan.
Gagasan menghapus dosa tampaknya mengacu kepada kambing jantan yang memikul dosa umat Israel dalam Perjanjian Lama. Pada Hari Raya Pendamaian yang diselenggarakan setiap tahun seekor kambing jantan dipersembahkan sebagai korban bakaran, dan yang seekor lagi diusir ke padang gurun setelah segala dosa umat Israel diakui di atas kepalanya (Imamat 16:20-22).
Jadi Kristus adalah "Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yohanes 1:29; bandingkan dengan ayat 36). Sebagaimana dikatakan oleh Yesaya, "Kita sekalian sesat seperti domba, masing- masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian" (53:6). Dan ketika dikatakan bahwa Ia mengalami maut bagi semua orang, maka yang dimaksud ialah bahwa Ia mati sebagai pengganti semua orang.
Mereka yang mempercayai kebenaran ini dibebaskan dari pengalaman kematian itu sendiri. Paulus menyatakan bahwa Ia yang tidak mengenal dosa telah menjadi dosa karena kita semua, supaya di dalam Dia kita dibenarkan di hadapan Allah (II Korintus 5:21). Kristus datang untuk mengajar manusia, membantu mereka dalam hal materiel dan fisik, memberikan sebuah teladan kepada mereka, dan lain sebagainya, namun di atas semuanya itu, Ia datang untuk mati karena dosa manusia. Kematian-Nya merupakan tuntutan dasar bagi semua berkat lainnya yang kita nikmati.
5.UNTUK MEMBINASAKAN PEKERJAAN IBLIS
Segera setelah Yohanes menyatakan bahwa Kristus menyatakan diri-Nya untuk menghapus dosa (I Yohanes 3:5), ia menulis bahwa Kristus juga datang untuk membinasakan pekerjaan Iblis (ayat 8). Alkitab mengatakan, "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut" (Ibrani 2:14). Hal ini dilakukan-Nya supaya "Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut" (ayat 15).
Kedatangan Kristus, khususnya karya-Nya di salib, mengalahkan Iblis (Yohanes 12:31; 14:30). Iblis kini adalah seorang musuh yang telah dikalahkan. Ia telah kehilangan kuasanya atas orang-orang yang dahulu tunduk kepadanya; pada suatu hari ia akan dicampakkan ke dalam laut api yang menyala-nyala (Wahyu 20:10). Lalu segala sesuatu yang dikerjakannya dengan memasukkan dosa dalam dunia akan berakhir, kecuali hukuman kekal bagi orang-orang yang menjadi pengikutnya.
Jadi Kristus adalah "Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yohanes 1:29; bandingkan dengan ayat 36). Sebagaimana dikatakan oleh Yesaya, "Kita sekalian sesat seperti domba, masing- masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian" (53:6). Dan ketika dikatakan bahwa Ia mengalami maut bagi semua orang, maka yang dimaksud ialah bahwa Ia mati sebagai pengganti semua orang.
Mereka yang mempercayai kebenaran ini dibebaskan dari pengalaman kematian itu sendiri. Paulus menyatakan bahwa Ia yang tidak mengenal dosa telah menjadi dosa karena kita semua, supaya di dalam Dia kita dibenarkan di hadapan Allah (II Korintus 5:21). Kristus datang untuk mengajar manusia, membantu mereka dalam hal materiel dan fisik, memberikan sebuah teladan kepada mereka, dan lain sebagainya, namun di atas semuanya itu, Ia datang untuk mati karena dosa manusia. Kematian-Nya merupakan tuntutan dasar bagi semua berkat lainnya yang kita nikmati.
5.UNTUK MEMBINASAKAN PEKERJAAN IBLIS
Segera setelah Yohanes menyatakan bahwa Kristus menyatakan diri-Nya untuk menghapus dosa (I Yohanes 3:5), ia menulis bahwa Kristus juga datang untuk membinasakan pekerjaan Iblis (ayat 8). Alkitab mengatakan, "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut" (Ibrani 2:14). Hal ini dilakukan-Nya supaya "Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut" (ayat 15).
Kedatangan Kristus, khususnya karya-Nya di salib, mengalahkan Iblis (Yohanes 12:31; 14:30). Iblis kini adalah seorang musuh yang telah dikalahkan. Ia telah kehilangan kuasanya atas orang-orang yang dahulu tunduk kepadanya; pada suatu hari ia akan dicampakkan ke dalam laut api yang menyala-nyala (Wahyu 20:10). Lalu segala sesuatu yang dikerjakannya dengan memasukkan dosa dalam dunia akan berakhir, kecuali hukuman kekal bagi orang-orang yang menjadi pengikutnya.
Stott mengemukakan, "Apabila kedatangan Kristus yang pertama semata-mata bertujuan untuk menghapus dosa dan membinasakan segala perbuatan Iblis, maka orang-orang Kristen tidak boleh berkompromi dengan dosa ataupun Iblis, sebab kalau tidak demikian mereka akan berperang melawan Kristus."
6. UNTUK MEMBERIKAN TELADAN HIDUP YANG KUDUS
Sekalipun maksud tujuan ini tidak terungkap secara terus terang, namun kebenaran ini tersirat dalam banyak ayat. Sebagai contoh, "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan" (Matius 11:29); "sebab untuk itulah kamu dipanggil karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (I Petrus 2:21); dan "barang siapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup" (I Yohanes 2:6).
Para penulis Alkitab merupakan guru-guru yang tidak mungkin salah, namun mereka bukanlah tokoh-tokoh yang tidak ada salahnya. Kristuslah satu-satunya yang sempurna, baik ajaran-Nya maupun watak - Nya. Kita perlu mempunyai contoh mengenai sifat yang sebenarnya diinginkan Allah dari kita. Kristus adalah Juru selamat orang percaya dan Ia juga merupakan teladan orang percaya. Alkitab mengatakan kepada orang yang tidak percaya, percayalah dan terimalah hidup kekal; kepada yang sudah percaya, Alkitab mengatakan ikutilah jejak-Nya.
Urutan ini tidak pernah diubah. Dorongan yang paling kuat untuk hidup kudus bukanlah peraturan, melainkan teladan, khususnya teladan seseorang yang sangat dekat dengan kita. Ketika Musa turun dari atas gunung tempat ia berbicara berhadapan muka bersama Allah, mukanya bercahaya (Keluaran 34:29). Demikian pula, orang percaya sedang diubah untuk menjadi serupa dengan gambar Tuhan kita dengan cara "mencerminkan kemuliaan Tuhan" (II Korintus 3:18).
7. UNTUK MEMPERSIAPKAN KEDATANGANNYA YANG KEDUA
Alkitab mengatakan, "Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia" (Ibrani 9:28). Keselamatan terdiri atas dua bagian, yaitu penyediaannya dan penerapannya; dan penyediaan keselamatan itu harus terjadi dahulu sebelum penerapannya.
Kini secara nyata sebagian besar dari keselamatan yang telah disediakan Kristus sedang diterapkan. Orang-orang percaya diselamatkan dari hukuman dan kesalahan dosa pada saat mereka menerima Kristus; mereka diselamatkan dari kuasa dosa oleh karena Kristus mendoakan mereka dan karena mereka menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia; namun orang percaya belum selamat dari kehadiran dosa sampai mereka tinggal bersama-sama dengan Kristus.
Baca Juga: 5 Alasan Juruselamat Harus Allah
6. UNTUK MEMBERIKAN TELADAN HIDUP YANG KUDUS
Sekalipun maksud tujuan ini tidak terungkap secara terus terang, namun kebenaran ini tersirat dalam banyak ayat. Sebagai contoh, "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan" (Matius 11:29); "sebab untuk itulah kamu dipanggil karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (I Petrus 2:21); dan "barang siapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup" (I Yohanes 2:6).
Para penulis Alkitab merupakan guru-guru yang tidak mungkin salah, namun mereka bukanlah tokoh-tokoh yang tidak ada salahnya. Kristuslah satu-satunya yang sempurna, baik ajaran-Nya maupun watak - Nya. Kita perlu mempunyai contoh mengenai sifat yang sebenarnya diinginkan Allah dari kita. Kristus adalah Juru selamat orang percaya dan Ia juga merupakan teladan orang percaya. Alkitab mengatakan kepada orang yang tidak percaya, percayalah dan terimalah hidup kekal; kepada yang sudah percaya, Alkitab mengatakan ikutilah jejak-Nya.
Urutan ini tidak pernah diubah. Dorongan yang paling kuat untuk hidup kudus bukanlah peraturan, melainkan teladan, khususnya teladan seseorang yang sangat dekat dengan kita. Ketika Musa turun dari atas gunung tempat ia berbicara berhadapan muka bersama Allah, mukanya bercahaya (Keluaran 34:29). Demikian pula, orang percaya sedang diubah untuk menjadi serupa dengan gambar Tuhan kita dengan cara "mencerminkan kemuliaan Tuhan" (II Korintus 3:18).
7. UNTUK MEMPERSIAPKAN KEDATANGANNYA YANG KEDUA
Alkitab mengatakan, "Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia" (Ibrani 9:28). Keselamatan terdiri atas dua bagian, yaitu penyediaannya dan penerapannya; dan penyediaan keselamatan itu harus terjadi dahulu sebelum penerapannya.
Kini secara nyata sebagian besar dari keselamatan yang telah disediakan Kristus sedang diterapkan. Orang-orang percaya diselamatkan dari hukuman dan kesalahan dosa pada saat mereka menerima Kristus; mereka diselamatkan dari kuasa dosa oleh karena Kristus mendoakan mereka dan karena mereka menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia; namun orang percaya belum selamat dari kehadiran dosa sampai mereka tinggal bersama-sama dengan Kristus.
Baca Juga: 5 Alasan Juruselamat Harus Allah
Selanjutnya, masih ada penebusan tubuh. Ketika Kristus mati di salib, Ia mati untuk manusia seutuhnya. Namun kesembuhan tubuh belum dapat dinikmati semua orang sekarang ini, dan kekekalan tubuh baru akan kita terima pada masa yang akan datang. Demikian pulalah halnya dengan penebusan seluruh alam.
Di salib, Kristus memperoleh seluruh alam semesta, tetapi Ia masih menunda pembebasan alam semesta yang sesungguhnya sampai tiba saatnya anak- anak Allah dinyatakan (Roma 8:18-25). Sebagai "Anak Domba yang telah disembelih" (Wahyu 5:6), Kristus akan membuka meterai-meterai gulungan kitab, yang merupakan surat bukti hak milik atas semua milik yang telah diperoleh-Nya. Kedatangan-Nya yang pertama diperlukan sebagai persiapan untuk kedatangan-Nya yang kedua.
Kesimpulan
Dalam artikel ini, kita telah membahas 7 (tujuh) alasan utama Allah menjadi manusia melalui Inkarnasi Yesus Kristus. Tujuannya adalah:
1. Mengokohkan janji Allah kepada umat manusia.
2. Menyatakan Allah sebagai Bapa yang kasih.
3. Menjadi Imam Besar yang setia.
4. Menghapus dosa manusia melalui kematian-Nya di kayu salib.
5. Memusnahkan perbuatan Iblis dan memberikan harapan serta kebebasan.
6. Memberikan teladan hidup suci bagi umat manusia.
7. Mempersiapkan kedatangan-Nya yang kedua untuk pemulihan yang sempurna dan penuaian akhir.
Semua tujuan ini menunjukkan kasih dan rencana Tuhan yang luar biasa bagi umat manusia
2. Menyatakan Allah sebagai Bapa yang kasih.
3. Menjadi Imam Besar yang setia.
4. Menghapus dosa manusia melalui kematian-Nya di kayu salib.
5. Memusnahkan perbuatan Iblis dan memberikan harapan serta kebebasan.
6. Memberikan teladan hidup suci bagi umat manusia.
7. Mempersiapkan kedatangan-Nya yang kedua untuk pemulihan yang sempurna dan penuaian akhir.
Semua tujuan ini menunjukkan kasih dan rencana Tuhan yang luar biasa bagi umat manusia