GEREJA DALAM PERSPEKTIF ALKITAB


GEREJA DALAM PERSPEKTIF ALKITAB
bisnis, tutorial
Gereja

Istilah ekklesia dipergunakan oleh Tuhan Yesus Kristus ketika Ia membicarakan tentang pembangunan sidang, jemaat atau gereja-Nya di atas “batu karang” ini dan juga dalam hubungan dengan disiplin gereja (Matius 18:17).

Gereja hadir sebab Tuhan Yesuslah yang menebus dan memanggil kaum pilihan Allah untuk menjadi pengiringNya, serta dipanggil dalam suatu persekutuan (koinonia) dengan Dia. Dapat juga dikatakan bahwa gereja dalam persekutuannya terkait erat dengan Kristus.

Bila dalam gereja tidak ditemukan suatu persekutuan yang indah dengan Kristus, maka gereja tersebut tidak bisa dan tidak layak dikatakan sebagai gereja. Pada waktu Yesus Kristus memanggil dua belas muridNya, mereka terkumpul untuk menjadi satu kesatuan yang nantinya terikat pada penebusan Kristus (Mawikere, 2019, p. 1).

Secara istilah, kata “gereja” berasal dari bahasa Portugis “igreja”, yang berkaitan dengan bahasa Spanyol “iglesia”, bahasa Perancis “eglise”, serta bahasa Latin “ecclesia”, yang berasal dari kata Yunani “kyriake” yang berarti “dimiliki oleh Tuhan” (Heuken, 1992, p. 381).

Dalam Perjanjian Baru kata “gereja” diterjemahkan atau diartikan menjadi kata “jemaat”, atau “sidang” serta “sidang-jemaat”. Istilah Yunani memakai kata “ekklesia” yang pada awalnya diterjemahkan dengan kalimat “dipanggil berhimpun untuk menghadiri rapat rakyat.” Istilah lain yang bisa menjadi perumusan kata “gereja” adalah “dipanggil” oleh Allah atau “berhimpun” bersama Allah (Niftrik & Boland, 1990, p. 359).

Kata “ek” dalam “ekklesia” atau “ekkaleo” sering diinterpretasikan sebagai kalimat “ke luar dari sekumpulan orang-orang” dan terkait korelasinya dengan Alkitab untuk kata “ekklesia” itu sendiri, kata ini diartikan bahwa “Gereja terdiri dari orang-orang pilihan Allah yang dipanggil keluar” (Berkhof, 2017, p. 7).

Selain itu, gereja merupakan suatu hubungan intim yang sifatnya religius yang ditempatkan oleh Allah sendiri di dunia untuk melakukan pelayanan rohani terhadap manusia dengan tujuan untuk memuliakan Allah

Istilah “kyriake” merupakan kata untuk persekutuan setiap orang percaya yang telah dipanggil menjadi milik Tuhan. Kata ini telah digunakan pada zaman setelah para rasul, dalam hal ini bagi gereja mula-mula sebagai sebuah institusi awal. Kata ini memberikan penekanan bahwa gereja adalah milik Allah (Hadiwijono, 2016, p. 362). 

Siburian menyatakan bahwa gereja adalah organisme sebagai suatu “kuriakon”. Lebih lanjut dikatakan bahwa gereja adalah “milik Tuhan” yang bukan sebatas pada bangunan serta institusi yang berdasarkan aturan semata (Siburian, 2018, p. 19)

Gereja Dalam Perspektif Alkitab

Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, istilah yang dipakai terkait gereja yaitu “qahal” atau “kahal” berasal dari akar kata “qal” diterjemahkan dengan kata “memanggil”, serta kata “edhah” dari kata “ya’adh” artinya “memilih” juga bisa diartikan dengan kata “menunjuk”, serta ditafsirkan dengan istilah “bertemu bersama-sama di satu tempat yang telah ditunjuk.” Hal tersebut menunjuk pada bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Jadi, sering juga dijumpai kedua kata itu bersama menjadi “qehal’edhah” yang artinya “kumpulan jemaah” (Keluaran 12:6; Bilangan 14:5; dan Yeremia 26:17).

Kata “edhah” sendiri merupakan kata yang digunakan dalam kitab-kitab Pentateukh (Keluaran, Imamat, Bilangan) serta dapat dijumpai dalam kitab Yosua. Kata “qahal” juga banyak dijumpai dalam kitab Tawarikh, Ezra dan juga Nehemia. Kata “qahal” juga dapat diartikan sebagai suatu bangsa yang terikat oleh berbagai hukum-hukum Tuhan.

Dan bangsa tersebut kemudian dinaungi serta dipimpin oleh Tuhan serta masuk dalam suatu covenant bersama Tuhan berdasarkan inisiatif Dia sendiri. Melalui penjelasan tersebut dapat diartikan adanya perjumpaan atau pertemuan bersama suatu umat. Dalam Kitab Pentateukh juga kata “qahal” kemudian diterjemahkan dengan kata “synagogue”. Kata ini adalah terjemahan yang paling umum dipakai dalam Septuaginta untuk “‘edhah”, dan juga untuk menerjemahkan kata qahal yang dipakai di dalam lima Kitab Musa (Berkhof, 2017, p. 5).

Gereja Tuhan atau Qahal dalam Perjanjian Lama berarti Allah sendiri yang mempersatukannya. Maksudnya untuk menghormati serta mengabdi kepada Allah, bukan pada tujuan untuk melayani manusia (Kejadian 1:23). Kemudian, Allah memberikan Firman-Nya serta sikap atau respon oleh umat Israel adalah percaya (Soedarmo, 2011, p. 219).

Perjanjian Baru

Istilah gereja atau church dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari istilah Yunani yaitu “ekklesia”, yang berasal dari kata “ek”, berarti “keluar dari”, dan “kaleo” yang berarti “memanggil’. Jadi gereja dapat dikatakan sebagai orang-orang yang dipanggil keluar. Selain itu, dapat pula diartikan bahwa kata “ekklesia” digunakan dalam pengertian teknis yang ditujukan terhadap gereja di zaman perjanjian baru, yaitu sekumpulan orang-orang percaya yang telah dipanggil dalam Kristus Yesus (Enns, 2016, p. 393). 

Dapat dikatakan juga bahwa ‘dipanggil keluar’ berarti mereka tidak lagi di bawah perhambaan. Mereka telah bebas, serta tidak menjadi pelayan yang setiap saat harus menghadiri pertemuan. Gereja merupakan orang-orang yang telah dipanggil untuk berkumpul bersama serta berelasi dalam suatu komunitas kaum pilihan Allah untuk memuliakan Kristus (Niftrik & Boland, 2016, p. 359). 

Yesus pertama kali menyebutkan istilah ekklesia dalam Kitab Injil. Ia kemudian menggunakan istilah tersebut untuk menunjuk kepada para murid-Nya yang bersama-sama dengan Dia (Matius 16:18). Kemudian, para murid mengenal Dia sebagai Tuhan (kurios) (Berkhof, 2017, p. 7). 

Dalam Perjanjian Baru gereja diibaratkan sebagai Tubuh Kristus (1 Kor. 12), yakni suatu kiasan yang menyatakan bahwa setiap orang percaya bukan pertama-tama berada di dalam gereja sebagai lembaga, tetapi setiap umat Tuhan baik secara personal maupun bersama-sama (Abineno, 2018, p.192)

Istilah ini tidak hanya digunakan untuk menunjuk pada arti gereja secara universal saja, seperti dalam Efesus 1:23; Kolose 1:18, tetapi juga untuk menunjuk pada suatu kumpulan jemaat yang tunggal (1 Korintus 12:27). Istilah tersebut berfokus pada adanya suatu kesatuan gereja, baik secara lokal dan universal serta sifat kesatuannya yang teratur dan adanya relasi dengan Kristus sebagai Kepala Gereja. Selain itu, ada istilah “Bait Allah”, disebut di gereja Korintus yang di mana Roh Kudus tinggal (1 Korintus 3:16). 


Dijelaskan juga dalam surat Efesus 2:21-22, di mana Paulus menjelaskan mengenai orang yang percaya harus terus bertumbuh menjadi “satu Bait Tuhan yang kudus”. Setiap pernyataan tentang gereja akan menjadi pernyataan tentang Kristus. Adanya suatu penjelasan mengenai Kristus, secara langsung juga menjadi penjelasan mengenai gereja. Setiap pemaparan mengenai Kristus selalu tertuju kepada gereja dengan masa depan yang bersifat universal, kerajaan yang mesianis. 

Kristus yang adalah Mesias merupakan landasan penting bagi gereja sebagai sebuah pengharapan yang terus akan digenapi. Dengan demikian, gereja-Nya harus menjadi “persekutuan mesianis” yang berorientasi dalam misi menuju kerajaan Allah yang sedang datang (Bauckham, 1996, p. 142).GEREJA DALAM PERSPEKTIF ALKITAB
Next Post Previous Post