ARTI DI MANA HARTAMU BERADA, DI SITU JUGA HATIMU BERADA (LUKAS 12:34)

ARTI DI MANA HARTAMU BERADA, DI SITU JUGA HATIMU BERADA (LUKAS 12:34)
gadget, bisnis, otomotif
Injil Lukas 12:34 TB -Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Menurut Matthew Henry kalimat ”di situ juga hatimu berada” memiliki pengertian:

Pertama, nilai dan harga diri berada, di situ pula cinta dan perasaan berada.

Kedua, perhatian dan kekhawatiran, karena takut kehilangan harta itu, di situ harapan, pikiran-pikiran yang bebas, pikiran yang tetap dan pikiran yang timbul untuk memikirkan apa yang menjadi milik kita.

Artinya, jika seseorang menghargai perkara duniawi, maka hati orang tersebut akan diperbudak olehnya. Dan selanjutnya,jika Kerajaan Allah, perkara sorgawi, Firman-Nya, kehadiran-Nya, kekudusan-Nya, dan hubungan denganNya merupakan harta orang tersebut, maka orang tersebut akan memiliki hubungan pribadi dengan Allah secara nyata, sehingga hatinya akan tertarik kepada perkara Kerajaan-Nya dan hidupnya akan diarahkan ke sorga, sambil menantikan kedatangan Tuhan kembali.

Dengan demikian, kalimat ”di situ juga hatimu berada”, ini menjelaskan bahwa jika manusia menggangap kekayaan di dunia sebagai harta yang paling penting, maka harta itu akan berada dan tinggal di dalam hati dan menjadi pusat kehidupan, kemudian hati itu akan selalu terpikat oleh harta tersebut. Sehingga fungsi hati yang seharusnya tempat seseorang memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, di jadikan tempat pribadi manusia dengan harta miliknya, inilah yang disebut dengan matrealisme.

Tetapi kalau manusia menganggap harta di sorga yaitu hidup kekal itu lebih berharga dari harta di bumi ini, maka orang tersebut akan meletakkan hati dan pikirannya kepada apa yang dianggapnya lebih berharga. Oleh sebab itu, tampaklah bahwa seseorang menimbun harta di sorga jika hatinya berada di sana sementara ia berada di sini.

Arti Teologis Injil Lukas 12: 34

1. Hidup Dalam Ketamakan

Orang-orang Kristen terperangkap dalam suatu kehidupan yang tidak puas karena ikut mengejar sasaran-sasaran duniawi. Sasaran-sasaran itu selalu berkembang menjadi: ingin lebih, semakin lebih lagi, dan mencapai yang paling top. Kitab suci menyebutnya sebagai suatu kegemaran atau ketamakan dan kesombongan. Lukas 12: 34 sangat jelas mengajarkan kepada orang percaya supaya jangan hidup dalam ketamakan. 

Dalam Lukas 12:15 juga mengatakan bahwa ”Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan ….” artinya, awasilah dirimu, jagailah hatimu baik-baik, jangan sampai sikap tamak merasuki hatimu itu, dan memelihara diri dan bulatkanlah hatimu dengan rapat-rapat, agar jangan sampai ketamakan menguasai dan memerintah di dalam hati, sebab ketamakan adalah dosa yang harus terus diwaspadai, karena siapa saja bisa jatuh dalam dosa ketamakan.

Firman Tuhan di atas jelas mengingatkan kembali kepada setiap orang percaya. Ada banyak orang Kristen yang pandai membenarkan diri sendiri dan bahkan berani menggunakan Firman Tuhan untuk menutupi ketamakannya. Harta dan materi sebenarnya boleh saja dicari dan dimiliki, untuk kebutuhan sehari-hari atau untuk sarana pelayanan kepada Tuhan dan kepada sesama manusia, tetapi yang pasti hidup ini bukan semata-mata hanya untuk mengejar harta duniawi sehingga dapat mengabaikan harta yang bersifat kekal.

Oleh sebab itu, hendaklah setiap orang percaya dapat menjauhkan diri dari ketamakan, karena orang yang berhasil mengumpulkan harta dunia sebanyakbanyaknya, akan terbius oleh keindahan hartanya, dan ia sesungguhnya menjadi orang kaya yang miskin di hadapan Allah

2. Masuk Dalam Jebakan Materialisme

Materialisme adalah penyimpangan penyediaan Allah akan dunia materi. Ini merupakan penggeseran kekuasaan, yang menyebabkan manusia tidak menguasai halhal materi, tetapi justru diperbudak olehnya. Bila seseorang hidup untuk mengumpulkan hal-hal materi, ia akan menjadi budak materi tersebut. Perjanjian Baru mengatakan, ”Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati ….?” (Roma 6: 16); dan ”Mereka … menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya” (Roma 1: 25)

Ayat-ayat di atas menyimpulkan bahwa materialisme adalah perhambaan oleh halhal materi. Jika manusia telah terjebak dalam kehidupan materialisme, maka pola hidupnnya meliputi: cinta uang, suatu keinginan yang tidak terkendalikan akan hal-hal materi, dan dikuasai olehnya. Sehingga manusia lebih percaya bahwa materi dapat memberi keamanan, jadi manusia bersandar kepadanya dan bukannya bersandar kepada Allah.

Apabila posisi Tuhan Allah dalam hati orang percaya telah digantikan dengan harta atau materi dunia, maka sama artinya orang tersebut telah menduakan Tuhan dengan harta dunia, yang berakibat jatuh dalam penyembahan berhala. Oleh sebab itu, dengan tegas Lukas mengajarkan supaya orang percaya harus dapat menjauhkan diri dari jebakan-jebakan materialisme, sehingga otoritas Allah dalam hati kita tidak akan tergantikan oleh apapun juga.

3. Hidup Dalam Kekhawatiran

Apabila hati manusia sudah terpikat oleh harta dunia dan menempatkan harta itu yang utama, maka mengakibatkan manusia akan selalu dikuasai oleh rasa kekhawatiran yang berlebihan akan harta bendanya. Segala kekhawatiran tidak akan menghasilkan apa-apa, sia-sia dan tidak berguna. Karena itu bodohlah jika manusia terus memikirkannya.

Jadi, jika tidak mampu melakukan hal yang paling kecil, yaitu hal dalam hidup yang tidak dapat di ubah dengan kekuatan sendiri, janganlah terlalu memusingkan diri dengan hal-hal yang lain yang jauh berada di luar kekuatan manusia, yang sesungguhnya bergantung kepada pemeliharaan Allah sepenuhnya. Dengan demikian, hendaklah setiap orang percaya harus bersikap bijaksana dengan menerima setiap keadaan yang ada dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan penuh ucapan syukur, karena kekhawatiran dan penyesalan, keluhan dan kecemasan tidak akan pernah dapat memperbaikinya

Kesimpulan

Jadi Allah sungguh sangat peduli terhadap di mana harta berada, karena di situ jugalah hati akan berada. Jika hati ada pada Tuhan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan, maka tidak diragukan lagi maka akan bisa memberi kepada Tuhan lebih banyak daripada yang lain. Apa yang dicintai, maka waktunya akan lebih banyak ke sana dan juga akan berinvestasi ke sana. Tuhan tahu hal ini dan Dia juga memperhatikan kemana seseorang menginvestasikan hartanya.

Sebagai contoh, di mana manusia menaruh harta bendanya, di situ pulalah hati mereka berada. Jika seseorang memiliki uang di pasar saham, maka akan sangat tertarik dengan apa yang terjadi di sana. Hati seseorang akan berada di pasar saham. Tetapi jika tidak punya uang di sana, tentu tidak akan peduli dengan apa yang sedang terjadi di sana.

Tuhan tidak benci kepada harta benda, tetapi Dia tidak suka jika manusia mencintai harta bendanya sehingga menempatkan Tuhan dan keluarganya sendiri menjadi tidak lebih penting, ataupun bahkan sampai mau untuk mengorbankan prinsip-prinsip alkitabiah untuk mendapatkannya.

Kedekatan dan keintiman manusia dengan Tuhan dapat dipertimbangkan sebagai kekayaan yang sesungguhnya, sehingga hal yang lebih daripada harta yang bersifat sementara, seperti Cinta kasih, Sukacita, Damai sejahtera akan manusia dapatkan, dan sebenarnya hal itulah yang menjadi kekayaan yang sesungguhnya. 

Hal-hal ini lebih berharga daripada harta yang berjumlah berapa pun, dan materi tidak dapat membeli Kerajaan sorga. Tetapi Tuhan memang memakai harta yang bersifat sementara untuk melihat apakah manusia dapat dipercaya untuk menerima harta sesungguhnya.
Next Post Previous Post