2 MAKNA PERINTAH JANGAN MENCURI (KELUARAN 20:15)
Pdt. Yakub Tri Handoko
Berita tentang pencurian pasti tidak asing lagi bagi kita. Kita sering mendengar berita tentang pencurian, baik di televisi, surat kabar maupun dalam pembicaraan sehari-hari. Ada berbagai macam bentuk pencurian, namun apa sebetulnya inti dari tindakan pencurian? Perintah kedelapan dari Sepuluh Perintah Allah berbicara tentang “Jangan mencuri”. Tetapi apakah makna dari perintah ini? Kita baru bisa memahami makna dari perintah ini kalau kita memahami inti dari perintah ini. Ada dua pokok pikiran utama atau inti dari perintah “Jangan Mencuri.”
Pertama, kita harus menghormati hak atau milik orang lain.
Mencuri berarti tidak menghargai hak atau milik orang lain. Alkitab memberikan begitu banyak perintah atau aturan supaya kita jangan melanggar atau merampas hak orang lain. Di dalam Ulangan 19:14 Tuhan mengatur tentang batas tanah, Dia berfirman: “Janganlah menggeser batas tanah sesamamu yang telah ditetapkan oleh orang-orang dahulu di dalam milik pusaka yang akan kaumiliki di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milikmu.” Hampir semua budaya mengenal adanya batas tanah atau batas properti. Masing-masing orang memiliki batas atas propertinya. Mengapa semua manusia memiliki kebutuhan untuk itu? Karena manusia menyadari bahwa masing-masing mereka tidak boleh mengambil hak/harta orang lain. Itu adalah pencurian. Apa yang menjadi hak orang lain tidak boleh kita ambil.
“Pencurian” yang kita pikirkan mungkin tidak seperti yang dipikirkan oleh Alkitab. Biasanya kita memikirkan “pencurian” hanya sebatas tindakan mengambil barang milik orang lain. Tapi sebetulnya itu bukan hanya barang milik orang lain, tetapi juga harta dan hak orang lain. Alkitab mencatat tentang merampas hak atau upah pekerja. Siapa saja yang merampas hak atau upah pekerja dan menunda untuk membayarkannya, maka itu sudah merupakan pencurian atau perampasan hak orang lain.
Kedua, kita harus memperoleh harta dengan cara yang benar.
Menambah harta atau memperoleh harta bukan dengan cara-cara yang benar, itulah yang disebut dengan pencurian. Dalam Kejadian 14:22-24 mengatakan, “Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: ‘Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Maha tinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya. Kalau aku, jangan sekali-kali! Hanya apa yang telah dimakan oleh bujang-bujang ini dan juga bagian orang-orang yang pergi bersama-sama dengan aku, yakni Aner, Eskol dan Mamre, biarlah mereka itu mengambil bagiannya masing-masing.’”
Dalam kisah ini Abram baru saja menolong beberapa raja yang tinggal di daerah Sodom dan Gomora. Dia berhasil membebaskan mereka. Seperti biasa, seorang pembebas atau seorang pahlawan biasanya mendapatkan upeti atau jatah dari barang rampasan milik musuh. Tetapi di dalam bagian ini Abram tidak mau menerima apa-apa dari mereka, karena itu tidak sesuai dengan cara Tuhan memelihara Abram. Tuhan memelihara Abraham dengan cara memberkatinya secara langsung. Abraham tidak mau nanti di kemudian hari orang-orang itu akan berpikir bahwa Abraham kaya bukan karena diberkati Tuhan tapi karena mendapatkan bantuan dari mereka.
Seandainya Abram menerima upeti/jatah tersebut, hal itu tidak bisa disebut sebagai pencurian atau perampasan. Sikap Abraham ini mengajarkan kita sebuah prinsip yang penting yaitu: Menolak memperoleh atau menambah harta milik dengan cara-cara yang tidak benar atau yang tidak sesuai dengan janji Tuhan dan tidak sesuai dengan firman Tuhan. Apa pun yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, jangan kita melakukannya. Itu bisa dikategorikan sebagai pencurian. Larangan untuk mencuri sebetulnya merupakan larangan untuk menambah penghasilan berdasarkan cara-cara yang tidak Tuhan kehendaki.
Baca Juga: 9 Wujud Pelanggaran Jangan Mencuri (Keluaran 20:15)
gadget, asuransi, otomotif |
Pertama, kita harus menghormati hak atau milik orang lain.
Mencuri berarti tidak menghargai hak atau milik orang lain. Alkitab memberikan begitu banyak perintah atau aturan supaya kita jangan melanggar atau merampas hak orang lain. Di dalam Ulangan 19:14 Tuhan mengatur tentang batas tanah, Dia berfirman: “Janganlah menggeser batas tanah sesamamu yang telah ditetapkan oleh orang-orang dahulu di dalam milik pusaka yang akan kaumiliki di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milikmu.” Hampir semua budaya mengenal adanya batas tanah atau batas properti. Masing-masing orang memiliki batas atas propertinya. Mengapa semua manusia memiliki kebutuhan untuk itu? Karena manusia menyadari bahwa masing-masing mereka tidak boleh mengambil hak/harta orang lain. Itu adalah pencurian. Apa yang menjadi hak orang lain tidak boleh kita ambil.
“Pencurian” yang kita pikirkan mungkin tidak seperti yang dipikirkan oleh Alkitab. Biasanya kita memikirkan “pencurian” hanya sebatas tindakan mengambil barang milik orang lain. Tapi sebetulnya itu bukan hanya barang milik orang lain, tetapi juga harta dan hak orang lain. Alkitab mencatat tentang merampas hak atau upah pekerja. Siapa saja yang merampas hak atau upah pekerja dan menunda untuk membayarkannya, maka itu sudah merupakan pencurian atau perampasan hak orang lain.
Kedua, kita harus memperoleh harta dengan cara yang benar.
Menambah harta atau memperoleh harta bukan dengan cara-cara yang benar, itulah yang disebut dengan pencurian. Dalam Kejadian 14:22-24 mengatakan, “Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: ‘Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Maha tinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya. Kalau aku, jangan sekali-kali! Hanya apa yang telah dimakan oleh bujang-bujang ini dan juga bagian orang-orang yang pergi bersama-sama dengan aku, yakni Aner, Eskol dan Mamre, biarlah mereka itu mengambil bagiannya masing-masing.’”
Dalam kisah ini Abram baru saja menolong beberapa raja yang tinggal di daerah Sodom dan Gomora. Dia berhasil membebaskan mereka. Seperti biasa, seorang pembebas atau seorang pahlawan biasanya mendapatkan upeti atau jatah dari barang rampasan milik musuh. Tetapi di dalam bagian ini Abram tidak mau menerima apa-apa dari mereka, karena itu tidak sesuai dengan cara Tuhan memelihara Abram. Tuhan memelihara Abraham dengan cara memberkatinya secara langsung. Abraham tidak mau nanti di kemudian hari orang-orang itu akan berpikir bahwa Abraham kaya bukan karena diberkati Tuhan tapi karena mendapatkan bantuan dari mereka.
Seandainya Abram menerima upeti/jatah tersebut, hal itu tidak bisa disebut sebagai pencurian atau perampasan. Sikap Abraham ini mengajarkan kita sebuah prinsip yang penting yaitu: Menolak memperoleh atau menambah harta milik dengan cara-cara yang tidak benar atau yang tidak sesuai dengan janji Tuhan dan tidak sesuai dengan firman Tuhan. Apa pun yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, jangan kita melakukannya. Itu bisa dikategorikan sebagai pencurian. Larangan untuk mencuri sebetulnya merupakan larangan untuk menambah penghasilan berdasarkan cara-cara yang tidak Tuhan kehendaki.
Baca Juga: 9 Wujud Pelanggaran Jangan Mencuri (Keluaran 20:15)
Dua hal inilah yang patut untuk kita perhatikan. Kalau kita terbiasa untuk menghargai hak orang lain, menghargai milik orang lain dan memiliki ketetapan hati untuk tidak mau menambah atau memperoleh apa pun dengan jalan yang bertabrakan dengan firman Tuhan, maka kita pasti akan terjaga dari kejatuhan melakukan pencurian. Ada banyak hak orang lain yang harus kita jaga, tidak kita rusak ataupun ambil, misalnya privasi orang lain, milik orang lain, dan nama baik orang lain. Sebagai umat Allah, kita juga harus berhati-hati dalam menambah kekayaan karena hanya cara-cara yang menyenangkan Tuhan yang bisa kita tempuh untuk menambah keuntungan kita atau harta kita. Tuhan memberkati kita!