5 WUJUD PELANGGARAN HUKUM KESEMBILAN (KELUARAN 20:16)

Pdt. Yakub Tri Handoko
5 WUJUD PELANGGARAN HUKUM KESEMBILAN (KELUARAN 20:16)
gadget, asuransi, otomotif
Yakobus, saudara Tuhan Yesus dikenal sebagai orang yang saleh (James the Just). Tapi dalam suratnya dia berkata: “Kita semua bersalah dalam banyak hal; barang siapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya” (Yakobus 3:2). 

Dengan kata lain, walaupun Yakobus dikenal sebagai seorang yang saleh, dia mengakui bahwa di dalam perkataannya dia pun masih melakukan kesalahan. Bagaimana dengan kita? Mungkin kita berkata bahwa kita tidak pernah mengucapkan saksi dusta di pengadilan. Tapi apakah benar kita tidak pernah berdusta? Hari ini kita akan melihat bentuk-bentuk pelanggaran terhadap perintah yang kesembilan. Ada lima bentuk pelanggarannya.

1.Pertama, berbicara dengan pura-pura. 

Kalau kita membaca di dalam Amsal 26:24-28 dikatakan bahwa pembenci atau orang yang membenci sesamanya suka berpura-pura. Apa yang dia ucapkan tidak sama dengan yang ada di dalam hatinya. Hatinya dipenuhi dengan berbagai kekejian dan hal-hal yang tidak baik. Mengucapkan bukan yang dimaksudkan atau bukan yang sebenarnya disebut kepura-puraan.

2.Kedua, memfitnah. 

Ada begitu banyak ayat Alkitab yang melarang kita untuk memfitnah (antara lain: Imamat 19:1, Mazmur 140:12, Amsal 16:28). Memfitnah berarti mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang dialami atau yang dimiliki oleh orang lain. 

Bukan karena kita tidak tahu bahwa itu tidak cocok dengan kenyataan tetapi kita mengucapkannya untuk maksud yang buruk, yaitu ingin menjatuhkan dan merusak reputasi orang itu. Kita perlu berhati-hati dengan hal ini. Ketika kita menerima sebuah fitnah dan meneruskan fitnah itu kepada orang lain, maka kita juga turut bersalah. Kita harus berhati-hati dan mengklarifikasi kebenaran dari setiap berita yang kita dengar. Kalau kita sampai meneruskan sebuah berita yang tidak benar maka kita telah memfitnah orang lain.

3.Ketiga, menggosip. 

Dalam 1Timotius 5:13 Paulus memberikan nasihat supaya orang-orang Kristen menghindarkan diri dari berbagai macam gosip. Gosip bisa terjadi di mana saja dan kepada siapa saja. Tetapi gosip tidak pernah benar. Gosip dengan fitnah sedikit berbeda. Fitnah pasti tidak benar sedangkan gosip mungkin sesuai dengan kenyataan. Mungkin orang lain yang sedang kita bicarakan memang benar, misalnya selingkuh atau tidak jujur di dalam pekerjaannya. Tetapi apakah kita perlu meneruskan berita itu kepada orang lain? 

Apapun yang benar tidak selalu harus keluar dari mulut kita, tetapi apa yang keluar dari mulut kita haruslah hal yang benar. Kita tahu ada orang lain sedang bermasalah, melakukan kesalahan, atau melakukan sesuatu yang bersifat aib, namun apakah hal itu perlu keluar dari mulut kita? Tidak perlu! Lebih baik kita mendatangi orang itu dan berbicara empat mata kepadanya, memberikan nasihat dan mendoakan dia. Jangan menggosip orang lain karena gosip tidak pernah benar.

4.Keempat, membicarakan orang lain di belakangnya. 

Dalam Mazmur 101:5 dikatakan ada orang yang menjelekkan orang lain di belakang, mengumpat orang lain. Padahal kalau di depan dia bersikap dengan baik tapi di belakang dia mengumpat orang itu. Ini adalah orang yang mengucapkan saksi dusta. Kita perlu berhati-hati dengan orang-orang yang semacam ini. 


Di depan kita dia baik tetapi di belakang kita, dia menikam kita. Bagaimana kita bisa mengetahui orang-orang semacam itu? Kalau dia di depan kita sering membicarakan rahasia orang lain, sering mengumbar kesalahan orang lain, maka kita yakin bahwa di belakang kita, dia akan mengumbar rahasia dan kejelekan kita. Bagaimana dia memperlakukan orang lain akan memberitahu kita apa yang akan dia lakukan kepada kita.

5.Kelima, memberi kesaksian palsu yang memberatkan orang lain. 

Ada banyak ayat Alkitab yang membicarakan hal ini (antara lain Imamat 19:18-19, 1Raja-Raja 21:13, Amsal 14:5). Dalam sesi-sesi yang lalu saya sudah menjelaskan bahwa mengucapkan saksi dusta di dalam pengadilan adalah kesalahan yang sangat serius, karena bisa menentukan nasib seseorang. Perlu dua atau tiga saksi untuk memutuskan sebuah perkara. 

Bayangkan seandainya ada lebih dari dua atau tiga orang yang berkomplot dengan maksud buruk untuk menjatuhkan seseorang sehingga orang tersebut dihukum mati, padahal dia tidak pernah melakukan kesalahan. Alkitab sungguh-sungguh melarang kita mengucapkan kesaksian palsu yang memberatkan orang lain. Kalau ada perselisihan, jangan menambah perselisihan itu dengan mengucapkan hal-hal yang memberatkan orang lain. Kita harus stay neutral kepada semua pihak dan melihatnya secara objektif.

Tuhan memberkati kita!
Next Post Previous Post