6 WUJUD KETAATAN JANGAN MENGUCAPKAN SAKSI DUSTA (KELUARAN 20:16)

1.Pertama, menyuarakan kebenaran dan membela hak orang lain.

Di dalam Amsal 31:8-9 kita dinasihati untuk membuka suara kita bagi orang-orang yang “bisu” atau yang tidak bisa membela perkara mereka, yaitu orang-orang yang marginal, orang miskin, anak yatim piatu dan para janda.
6 WUJUD KETAATAN JANGAN MENGUCAPKAN SAKSI DUSTA (KELUARAN 20:16)
gadget, asuransi, otomotif
Hal ini berkaitan dengan apa yang terjadi dalam pengadilan kuno, di mana orang yang kaya bisa saja menyuap orang lain untuk menjadi saksi bagi dia. Atau, kalaupun si kaya tidak menyuap orang lain tapi karena bantuan-bantuan yang dia berikan atau karena orang lain menginginkan keuntungan darinya, maka bisa saja orang-orang itu menjadi saksi dusta. Tetapi Alkitab memerintahkan kita untuk berani menyuarakan kebenaran dan membela hak orang lain.

2.Kedua, menyuarakan kebenaran dengan segenap hati.

Dalam Mazmur 15:2 dikatakan siapa yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Jawabannya adalah orang-orang yang bersih hatinya dan salah satunya dikatakan adalah yang menyatakan kebenaran dengan segenap hati. Hal ini berarti ada keselarasan antara yang kita ucapkan dengan hati kita. Hati kita benar dan ucapan kita juga benar.

Kadang kala kita mengucapkan kebenaran dengan maksud yang tidak benar, misalnya kita menggosip orang lain. Mungkin apa yang kita katakan itu benar tetapi kita mengucapkannya dengan motivasi yang keliru.

Antara menceritakan persoalan orang lain supaya didoakan dengan menceritakan persoalan orang lain untuk dijadikan bahan gosip, perbedaannya terletak pada hati orang yang mengucapkan itu. Orang yang menaati perintah kesembilan akan menjaga supaya apa yang dia ucapkan adalah benar sesuai dengan hatinya.

3.Ketiga, memegang kebenaran walaupun mendatangkan kerugian.

Di dalam Mazmur 51, Daud mengungkapkan perjalanannya yang buruk dan kelam yaitu perzinaannya dengan Batsyeba. Sebagai seorang raja, tentu Daud perlu menjaga reputasinya dan dia bisa saja berdalih untuk membenarkan perbuatannya. Tetapi Daud mengungkapkan semuanya dan dia mengatakan hanya kepada-Mulah aku telah berbuat salah (Mazmur 51). Daud tidak menutupi kesalahannya walaupun ketika mengakui kesalahannya ada kerugian tertentu yang harus ditanggungnya. Tapi dia mau menanggung kerugian demi kebenaran.

4.Keempat, bisa dipercaya dalam perkataannya.

Matius 5:37, Tuhan Yesus mengatakan, “Jika ya katakan ya, dan jika tidak katakan tidak.” Orang Kristen tidak perlu bersumpah. Orang yang dalam kehidupannya sehari-hari merasa diri perlu bersumpah berarti orang itu kurang punya integritas.

Jika yang kita katakan selalu adalah kebenaran maka apa yang kita katakan itu sama seriusnya dengan sumpah yang kita ucapkan. Tentu saja kasus bersumpah di pengadilan atau bersumpah pada waktu memegang sebuah jabatan di pemerintahan adalah perkara yang berbeda. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita harus berkata ya adalah ya dan tidak adalah tidak.

5.Kelima, tidak mengumbar kesalahan maupun rahasia orang lain.

Dalam Amsal 17:9 kita dinasihati untuk menutupi pelanggaran orang lain. Hal itu bukan berarti menyembunyikan atau menutupi suatu kesalahan supaya orang lain tidak tahu. Maksudnya adalah supaya kita tidak mudah mengumbar kesalahan orang lain. Kesalahan orang lain bukan untuk diumbar. Orang yang didapati bersalah seharusnya didatangi dan dina sehati, dikasihi bahkan dibimbing supaya dia menjadi orang yang baik.

Kita bukan saja dilarang mengumbar kesalahan orang, tetapi juga dilarang mengumbar rahasia orang lain. Di dalam Amsal 20:19 kita diberitahukan untuk tidak mengumbar rahasia orang lain. Ketika ada orang yang mempercayakan hal-hal yang rahasia kepada kita berarti orang itu sudah bersandar kepada kita dan sudah mempercayakan hal itu kepada kita. Seharusnyalah kita menjadi orang yang bisa dipercaya.

6.Keenam, tidak bermulut manis untuk mendapatkan keuntungan.

Dalam 1Tesalonika 2:5-6 Paulus mengatakan bahwa dia dan teman-teman seperjalanannya bukanlah orang-orang yang bermulut manis untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak menggunakan mulut yang manis untuk mendapatkan keuntungan. Mungkin mulut itu tidak menyakiti orang lain. Tetapi mulut itu bisa memanipulasi orang lain. Ini juga termasuk dusta.

Baca Juga: 3 Khotbah Hukum 9: Jangan Bersaksi Dusta (Keluaran 20:16)

Jadi apa yang kita ucapakan di mulut kita harus sesuai dengan hati kita. Kalau hati kita menginginkan keuntungan untuk diri sendiri maka apa pun yang kita katakan, sekalipun itu benar tetap kategorinya adalah berdusta. Mari kita menjaga apa yang kita ucapkan selaras dengan apa yang ada di dalam hati kita, untuk kemuliaan Tuhan.

Tuhan memberkati kita!. Pdt. Yakub Tri Handoko
Next Post Previous Post