PREDESTINASI DAN USAHA MANUSIA DALAM AJARAN KESELAMATAN
gadget, otomotif, bisnis |
Anthony A. Hoekema menjelaskan relasi antara kedaulatan Tuhan dengan kehendak bebas manusia dalam sebuah konsep yang disebut konsep paradoks. Menurutnya, memang sulit untuk bisa menyelaraskan kedua ajaran Alkitab ini di dalam rasio setiap orang Kristen. Di satu sisi, Tuhan harus menguduskan secara keseluruhan.
Namun pada sisi yang lain orang Kristen harus mengerjakan pengudusan yang telah Tuhan kerjakan sebelumnya. Dalam argumentasi dari Hoekema di atas, melihat kedua aspek ini turut berperan. Namun, manakah yang lebih dominan?
Masih dalam buku Anthony A. Hoekema, yang di dalamnya dia juga mencantumkan ayat Alkitab yang mewakili kedua aspek di atas. Menurutnya, Alkitab dengan jelas mengajarkan tentang kedaulatan Tuhan, seperti yang tertulis dalam Amsal 21:1; Efesus 1:11; dan Roma 9:21. Akan tetapi, Alkitab juga mengajarkan tentang tanggung jawab (baca: kehendak bebas) manusia, seperti yang tertulis dalam Yohanes 3: 36; Matius 16:27; dan Wahyu 22:12.
Masih dalam buku Anthony A. Hoekema, yang di dalamnya dia juga mencantumkan ayat Alkitab yang mewakili kedua aspek di atas. Menurutnya, Alkitab dengan jelas mengajarkan tentang kedaulatan Tuhan, seperti yang tertulis dalam Amsal 21:1; Efesus 1:11; dan Roma 9:21. Akan tetapi, Alkitab juga mengajarkan tentang tanggung jawab (baca: kehendak bebas) manusia, seperti yang tertulis dalam Yohanes 3: 36; Matius 16:27; dan Wahyu 22:12.
Jadi kedua ajaran di atas adalah alkitabiah, hanya yang menjadi permasalahan sekarang adalah urutannya. Apakah ketika manusia memutuskan untuk percaya kepada Kristus merupakan sebuah keputusan yang otonom? Ataukah, kemampuan manusia untuk percaya sebagai hasil atau dampak yang ditimbulkan oleh anugerah Tuhan?
John Murray, seorang teolog yang sangat terkenal menjelaskan pokok ini dengan sangat baik dan sangat jelas dengan mengungkapkan: Kasih Allah yang menjadi sumber pancaran pendamaian ini bukanlah kasih yang biasa; kasih ini adalah kasih yang memilih dan kasih yang menentukan dari sejak semula (predestinasi). Allah dengan rela menetapkan kasih-Nya yang kekal dan tak tertandingi bagi begitu banyak orang, dan maksud yang ditetapkan bagi kasih-Nya itu adalah untuk memberikan kepastian bagi pendamaian yang diadakan-Nya.
Pandangan Murray di atas dikemukakannya berdasarkan pemahamannya terhadap beberapa ayat dalam surat Paulus, seperti: Roma 8:31-32; Roma 8:29; dan Efesus 1: 4-5. Murray sangat yakin bahwa ketika seseorang menjadi percaya kepada Kristus, itu adalah dampak yang ditimbulkan dari pemilihan dan kasih yang Allah sudah berikan dari sejak semula. Jadi, tanpa dipilih, mustahil manusia bisa percaya. Murray menambahkan bahwa, “seluruh alasan pemilihan berasal dari penetapan yang sepenuhnya berasal dari Dia yang ‘Aku adalah Aku’“.
Hal yang sama juga telah dikemukakan oleh John Calvin dengan berkata bahwa: Tuhan memang telah mengangkat orang-orang milik-Nya menjadi anak-anak-Nya dengan memilih mereka. Namun, kita melihat bahwa mereka tidak dapat sampai memiliki harta sebesar itu kalau tidak dipanggil; sebaliknya bahwa setelah dipanggil, mereka dalam arti tertentu sudah mendapat bagian dalam pemilihan mereka dan menikmatinya.
John Murray, seorang teolog yang sangat terkenal menjelaskan pokok ini dengan sangat baik dan sangat jelas dengan mengungkapkan: Kasih Allah yang menjadi sumber pancaran pendamaian ini bukanlah kasih yang biasa; kasih ini adalah kasih yang memilih dan kasih yang menentukan dari sejak semula (predestinasi). Allah dengan rela menetapkan kasih-Nya yang kekal dan tak tertandingi bagi begitu banyak orang, dan maksud yang ditetapkan bagi kasih-Nya itu adalah untuk memberikan kepastian bagi pendamaian yang diadakan-Nya.
Pandangan Murray di atas dikemukakannya berdasarkan pemahamannya terhadap beberapa ayat dalam surat Paulus, seperti: Roma 8:31-32; Roma 8:29; dan Efesus 1: 4-5. Murray sangat yakin bahwa ketika seseorang menjadi percaya kepada Kristus, itu adalah dampak yang ditimbulkan dari pemilihan dan kasih yang Allah sudah berikan dari sejak semula. Jadi, tanpa dipilih, mustahil manusia bisa percaya. Murray menambahkan bahwa, “seluruh alasan pemilihan berasal dari penetapan yang sepenuhnya berasal dari Dia yang ‘Aku adalah Aku’“.
Hal yang sama juga telah dikemukakan oleh John Calvin dengan berkata bahwa: Tuhan memang telah mengangkat orang-orang milik-Nya menjadi anak-anak-Nya dengan memilih mereka. Namun, kita melihat bahwa mereka tidak dapat sampai memiliki harta sebesar itu kalau tidak dipanggil; sebaliknya bahwa setelah dipanggil, mereka dalam arti tertentu sudah mendapat bagian dalam pemilihan mereka dan menikmatinya.
Bila panggilan dikaitkan pada pemilihan, maka Alkitab dengan cara itu cukup jelas menyatakan bahwa dalam panggilan itu tidak boleh dicari hal yang lain dari belas kasihan Allah yang diberikan dengan cuma-cuma itu. Sebab, jika kita bertanya siapa yang dipanggil-Nya dan dengan alasan apa, maka jawabannya ialah: mereka yang telah dipilih-Nya. Dan bila kita sampai pada pemilihan, maka yang ternyata di sana dari segi mana pun juga ialah belas kasihan Allah semata-mata.
Pernyataan Calvin di atas diberikan berdasarkan pemahamannya terhadap frasa dalam Roma 8:29 yang berbunyi: “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya; dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula; mereka itu juga dipanggil-Nya; dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya, supaya kelak mereka dimuliakan-Nya”.
Pernyataan Calvin di atas diberikan berdasarkan pemahamannya terhadap frasa dalam Roma 8:29 yang berbunyi: “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya; dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula; mereka itu juga dipanggil-Nya; dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya, supaya kelak mereka dimuliakan-Nya”.
Artinya, seseorang yang percaya dan menjadi anak Tuhan, adalah dia yang telah dipilih Allah untuk diselamatkan (baca: predestinasi). Sebaliknya, orang yang tidak dipilih mustahil untuk dapat percaya kepada Tuhan.
Dalam buku yang sama, Calvin juga memperingatkan orang Kristen akan dua bentuk penyesatan yang selama ini muncul dalam kekristenan, yakni: “Sebab, ada orang-orang yang berkata: manusia bekerja sama dengan Allah, sehingga dengan persetujuannya manusia itu mengkokohkan pemilihan itu; dengan demikian menurut mereka kehendak manusia mengungguli putusan Allah. Seakan-akan diajarkan oleh Alkitab bahwa yang diberikan kepada kita hanyalah kemampuan untuk beriman, dan bukan iman itu sendiri.”
Calvin sebenarnya hendak berkata bahwa, dalam keselamatan tidak ada jasa manusia sedikit pun, baik dalam hal pemilihan maupun dalam hal panggilan. Oleh karena itu adalah inisiatif dari Tuhan semata. Semua orang yang telah dipilih (baca: predestinasi) pasti akan dipanggil untuk percaya kepada Kristus. Seperti yang dikatakan Calvin bahwa, “Kristus adalah cermin tempat kita selayaknya menatapi pemilihan kita dan boleh menatapinya tanpa tertipu”.
Dalam buku yang sama, Calvin juga memperingatkan orang Kristen akan dua bentuk penyesatan yang selama ini muncul dalam kekristenan, yakni: “Sebab, ada orang-orang yang berkata: manusia bekerja sama dengan Allah, sehingga dengan persetujuannya manusia itu mengkokohkan pemilihan itu; dengan demikian menurut mereka kehendak manusia mengungguli putusan Allah. Seakan-akan diajarkan oleh Alkitab bahwa yang diberikan kepada kita hanyalah kemampuan untuk beriman, dan bukan iman itu sendiri.”
Calvin sebenarnya hendak berkata bahwa, dalam keselamatan tidak ada jasa manusia sedikit pun, baik dalam hal pemilihan maupun dalam hal panggilan. Oleh karena itu adalah inisiatif dari Tuhan semata. Semua orang yang telah dipilih (baca: predestinasi) pasti akan dipanggil untuk percaya kepada Kristus. Seperti yang dikatakan Calvin bahwa, “Kristus adalah cermin tempat kita selayaknya menatapi pemilihan kita dan boleh menatapinya tanpa tertipu”.
Bahkan dalam urutan keselamatan pun (ordo solutis) jelas sekali bahwa Tuhanlah yang selalu berinisiatif. Coba perhatikan bagan di bawah ini:
Panggilan Efektif Kedaulatan Tuhan
Kelahiran Kembali Kedaulatan Tuhan
Konversi (Pertobatan dan Iman) Kedaulatan Tuhan dan tanggung jawab manusia
Pembenaran Kedaulatan Tuhan
Pengadopsian Kedaulatan Tuhan
Pengudusan Kedaulatan Tuhan dan tanggung jawab manusia
Ketekunan Kedaulatan Tuhan dan tanggung jawab manusia
Dari bagan di atas (tentang urutan keselamatan), tampak dengan jelas bahwa peran manusia hanya merespons kedaulatan Tuhan. Dalam hal ini, manusia tidak punya kuasa untuk menolak atau pun mengelak. Karena perihal keselamatan merupakan proyek milik Tuhan untuk manusia, karena kasih-Nya kepada manusia yang telah berdosa. Selain karena misi keselamatan adalah proyek milik Tuhan,J. I. Packer juga menjelaskan dalam bukunya bahwa, “manusia berdosa telah dibutakan pikirannya dan tidak mampu menangkap kebenaran rohani”. Ketika Packer mengemukakan pendapat di atas, hal itu didasarkan pada frasa dalam surat Paulus yakni: 1 Korintus 2:14 dan Roma 8:7 dst., sehingga pendapat Packer ini juga merupakan pendapat dari Paulus.
Baca Juga: Ketetapan Allah Dan Penetapan Allah (Efesus 1:4,5,11)
Baca Juga: Ketetapan Allah Dan Penetapan Allah (Efesus 1:4,5,11)
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa kehendak bebas manusia tidak bisa dijadikan kekuatan untuk menyelamatkan manusia yang telah berdosa. Oleh karena dosa justru membawa manusia semakin jauh dari Tuhan. Dalam hal ini, diperlukan kasih karunia dari Tuhan untuk menarik manusia dari dalam lubang dosa. Karya ini diawali Tuhan dengan memilih orang-orang yang akan diselamatkan. Setelah itu baru memanggilnya, melahir barukan dan menganugerahkan iman kepadanya; sehingga manusia mampu untuk percaya kepada Yesus Kristus.
Kesimpulan
Relasi antara kedaulatan Tuhan dengan kehendak bebas manusia dalam sebuah
konsep yang disebut konsep paradoks. Melalui penjelasan dalam penelitian ini
menjadi jelas bahwa kehendak bebas manusia tidak bisa dijadikan kekuatan
untuk menyelamatkan manusia yang telah berdosa. Oleh karena dosa justru
membawa manusia semakin jauh dari Tuhan. Dalam hal ini, diperlukan kasih
karunia dari Tuhan untuk menarik manusia dari dalam lubang dosa. Akhirnya
harus dikatakan, karya ini diawali pemilihan Tuhan terhadap orang-orang yang
akan diselamatkan.