3 BUKTI KETAATAN PERINTAH PERTAMA (KELUARAN 20:3)

Pdt. Yakub Tri Handoko
Kita pasti masih ingat isi perintah yang pertama: Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku (Keluaran 20:3). Itu adalah perintah pertama dari Sepuluh Perintah yang Tuhan berikan. Hari ini kita akan membahas tentang makna dan wujud ketaatan terhadap perintah ini. 
3 BUKTI KETAATAN PERINTAH PERTAMA (KELUARAN 20:3)
gadget, bisnis, otomotif
Apa makna dan apa wujud konkret ketaatan terhadap perintah itu? Maknanya tampak sederhana sekali yaitu kita dilarang untuk mengakui dan menyembah Allah yang lain selain dari Tuhan yang benar. Tetapi apakah wujud dari ketaatan terhadap perintah ini? 

Ada tiga tindakan nyata yang seharusnya menjadi bukti ketaatan kita terhadap perintah ini.

1. Pertama, mengetahui dan mengakui bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah yang benar. 

Alkitab berkali-kali di berbagai tempat menegaskan hanya ada satu Allah yang esa, tidak ada yang lain. Misalnya di dalam Yesaya 45:5-6 Tuhan menegaskan: “Akulah Tuhan, tidak ada yang lain kecuali Aku, tidak ada yang lain.” Konsep monoteisme seperti ini tampak asing di dalam budaya kuno pada waktu itu. 

Hal ini dikarenakan banyak bangsa menyembah banyak dewa yang dikenal dengan istilah politeisme (sebuah ajaran atau keyakinan yang mengakui ada banyak dewa atau ilah). Kalau pun bukan politeisme, bangsa-bangsa kuno mengakui bahwa ada satu Allah yang paling tinggi, tetapi Allah ini bukan satu-satunya Allah, masih ada alah-alah lain yang kekuasaannya di bawah Allah yang tadi. Ini disebut henoteisme. 

Tetapi Alkitab menuntut kita untuk mengetahui dan mengakui Allah, yaitu TUHAN (YHWH) sebagai satu-satunya Allah. Mengetahui dan mengakui Tuhan sebagai satu-satunya Allah yang benar merupakan wujud pertama dari ketaatan kita terhadap perintah yang pertama.

2. Kedua, menaati Dia di dalam kasih, tindakan dan ucapan syukur kita. 

Mengetahui dan mengakui saja tidaklah cukup. Kita harus memperlakukan Dia sesuai dengan pengetahuan kita. Apa yang ada di dalam pikiran kita muncul dari dalam hati kita dan pada akhirnya terwujud di dalam tindakan kita. Kalau memang kita mengetahui dan mengakui Dia sebagai satu-satunya Allah yang benar, maka kita juga harus memperlakukan Dia secara benar dalam ketaatan kita. 

Apalah artinya kita mengakui Dia sebagai Allah kalau kita tidak menaati Dia. Di dalam 1Raja-Raja 8:60-61, pada waktu Salomo berdoa untuk penahbisan Bait Allah, Salomo mengatakan “supaya semua orang tahu bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah di seluruh muka bumi”. Hal ini diwujudkan melalui ketaatan bangsa Israel kepada perintah-perintah Allah. Ketaatan berarti kita memperlakukan Dia sesuai dengan pengakuan kita.

Kita seharusnya bukan sekadar taat, tetapi taat di dalam kasih. Ada satu teks juga yang terkenal di dalam Alkitab, yaitu Ulangan 6:4 dikatakan, “Dengarlah hai Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa.” Lalu dilanjutkan dengan ayat 5, “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.” Jadi bukan hanya kita mengakui Dia sebagai satu-satunya Allah yang benar, tetapi kita juga mewujudkan pengakuan itu melalui kasih kita kepada Dia.

Ketaatan kita juga seharusnya diwujudkan dalam ucapan syukur. Di dalam Roma 1:21 Paulus berbicara tentang orang-orang Yunani, yang walaupun mengenal Allah melalui pikiran mereka berkaitan dengan ciptaan namun mereka tidak memuliakan Allah atau tidak mengucap syukur kepada-Nya. 


Ini merupakan penyembahan berhala, karena pada saat orang tidak memuliakan Allah maka orang itu pasti akan memuliakan yang lain. Kalau kita benar-benar mengetahui dan mengakui Allah sebagai satu-satunya yang benar maka kita akan memperlakukan Dia secara benar melalui ketaatan, kasih dan ucapan syukur kita.

3. Ketiga, menjadikan Allah sebagai kepuasan kita, bukan berkat-berkat-Nya. 

Di dalam Mazmur 73 Asaf mengajarkan tentang siapa yang kita ingini di bumi? Siapa yang kita rindukan di surga? Tidak ada yang lain, selain Allah. Allah adalah bagian kita untuk selama-lamanya. Sesungguhnya yang dapat memuaskan kita bukanlah pemberian-pemberian Allah tetapi diri Allah sendiri. Biarlah kita selalu puas dengan Allah dan berani berkata “Allah Engkau cukup bagiku”. Walaupun kita tidak menerima hal-hal tertentu dari Allah, namun jika kita memiliki Allah, itu sudah cukup bagi kita. Inilah bentuk kita menaati perintah yang pertama.

Tuhan memberkati kita

Next Post Previous Post