5 WUJUD PELANGGARAN PERINTAH KEEMPAT (KELUARAN 20:8-10)

Pdt. Yakub Tri Handoko.

Seringkali kita mudah menghakimi orang lain sebagai orang yang tidak menghormati hari Sabat. Misalnya ketika seseorang tidak mau beribadah pada hari Minggu, dengan segera dapat kita simpulkan sebagai orang yang tidak menghormati hari Sabat. Tetapi pernahkah kita berpikir bahwa kita yang beribadah tiap Minggu, mungkin juga telah melanggar kekudusan hari Sabat? Saya akan menerangkan lima wujud pelanggaran terhadap hari Sabat yang dicatat di dalam Alkitab dan mungkin sering kita lakukan.
5 WUJUD PELANGGARAN PERINTAH KEEMPAT (KELUARAN 20:8-10)
gadget, bisnis, otomotif
1. Wujud pelanggaran yang pertama: Menganggap hari Sabat tidak beda dengan hari-hari yang lain. 

Di dalam Yehezkiel 22:26 dituliskan demikian: “Imam-imamnya memperkosa hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka.” Di sini bangsa Israel ditegur karena menganggap tidak perlu membedakan antara yang najis dengan yang tidak najis. Mereka juga menganggap tidak perlu membedakan hari Sabat dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Terhadap tindakan yang menyamakan yang kudus dengan yang tidak kudus, yang najis dengan yang tidak najis dan hari Sabat dengan hari yang lain, maka Tuhan berfirman: “demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka.”

2. Wujud pelanggaran yang kedua: Bekerja pada hari Sabat. 

Di dalam Yeremia 17:20-21 bangsa Yehuda mendengar firman Tuhan seperti ini: “katakanlah kepada mereka: Dengarlah firman TUHAN, hai raja-raja Yehuda, hai segenap Yehuda dan segenap penduduk Yerusalem yang masuk melalui pintu-pintu gerbang ini! Beginilah firman TUHAN: Berawas-awaslah demi nyawamu! Janganlah mengangkut barang-barang pada hari Sabat dan membawanya melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem!” Mereka tetap berdagang mengambil barang dari luar dan menjual barang ke luar Yerusalem. Pintu gerbang tidak ditutup karena itu merupakan jalan untuk berdagang sehari-hari. Tetapi Tuhan ingin supaya pintu gerbang itu ditutup. 

Dengan kata lain tidak ada perdagangan pada hari Sabat. Persoalan yang sama masih terus berlangsung pada masa sesudah pembuangan. Nehemia memimpin bangsa Israel pulang dari pembuangan dan membangun tembok Yerusalem. Nehemia juga menghadapi masalah ini. Orang-orang yang pulang dari pembuangan tetap berdagang pada hari Sabat dan Tuhan menganggap hal tersebut sebagai sikap yang tidak menghormati hari Sabat.

3. Wujud pelanggaran yang ketiga: Berpikir bahwa hari Sabat merupakan halangan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. 

Di dalam Amos 8:5 dikatakan demikian: “Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu”. Jadi ada orang-orang tertentu yang merasa bahwa ibadah hari-hari raya religius termasuk hari Sabat merupakan hal yang tidak menyukakan. Hal ini karena merayakan momen-momen religius semacam itu dianggap menghalangi mereka untuk berdagang. Jadi mereka selalu bertanya “Kapan ini berlalu?” Mereka meminta supaya hari-hari itu cepat berlalu agar mereka bisa berdagang dan memperoleh keuntungan kembali.

4.Wujud pelanggaran yang keempat: Melakukan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan tapi sebetulnya tidak berguna sama sekali. 

Di dalam Yesaya 58:13 dikatakan: “Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari Kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’ dan hari kudus TUHAN ‘hari yang mulia’ apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong . . .” 


Jadi ada banyak orang pada waktu itu yang menganggap bahwa hari Sabat bukanlah hari kesukaan. Mereka melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya mereka lakukan yaitu hal-hal yang tidak bermanfaat sama sekali: Perkataan mereka hanya omong kosong dan tindakan-tindakan mereka adalah hal-hal yang tidak ada gunanya. Ini berbeda dengan yang dilakukan Yesus. Dia menyembuhkan dan menolong orang pada hari Sabat. Dia melakukan hal yang membawa kebaikan dan manfaat bagi orang lain.

5. Wujud pelanggaran yang kelima: Merayakan Sabat tetapi hidup penuh dengan kejahatan. 

Nabi Yesaya mengecam bangsa Yehuda yang rajin dalam ibadah, memberikan kurban, merayakan Sabat dan menghormati hari-hari raya religius, tetapi hidup mereka tidak benar. Tuhan berkata demikian: “Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.” (Yesaya 1:13). 

Jadi mereka menganggap hari Sabat sebagai hari kudus, sedangkan hari lain tidak kudus. Itu juga pelanggaran terhadap hari Sabat. Hari Sabat memang khusus dibandingkan dengan hari-hari yang lain, tapi bukan berarti kita boleh bertindak jahat dan tidak kudus di hari-hari yang lain tersebut. Kita harus menjaga kekudusan hidup kita setiap hari dan mengkhususkan hari Sabat untuk beribadah dan beristirahat, bagi kita dan bagi Tuhan. Tuhan memberkati.
Next Post Previous Post