7 PRINSIP AMANAT AGUNG KRISTUS (MATIUS 28:16-20)
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
Matius 28:16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Matius 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:16-20)
PENDAHULUAN
Amanat Agung itu demikian pentingnya, bukan saja karena merupakan misi utama semua gereja, tetapi juga karena gereja-gereja baru akan terbentuk apabila ada orang-orang yang taat melaksanakan Amanat Agung tersebut. Tanpa Amanat Agung tidak akan ada gereja-gereja lokal. Pelaksanaan Amanat Agung menghasilkan gereja-gereja lokal.
Gereja adalah wakil dari Kerajaan Allah di dunia ini dan diperintahkan untuk membawa berita Injil ke semua manusia di bumi. Jika kita melihat prioritas dari program-program, berbagai aktivitas sebuah gereja sekarang ini, kita mungkin bertanya-tanya apakah kita telah lupa atau bingung akan misi kita sebagai orang-orang percaya. Kita sibuk, tetapi sibuk mengerjakan apa? Berapa banyak program, pertemuan, dan aktivitas kita yang benar-benar menghasilkan jiwa-jiwa baru? Jika kita tergugah untuk memenuhi Amanat Agung Kristus, maka kita harus menjadi gereja yang misioner.
Sebuah gereja yang misioner adalah gereja yang melaksanakan misi. Kata “misi” atau “mission (Inggris)” berasal dari kata Latin “missio” yang diangkat dari kata “mittere”, merupakan terjemahan dari kata Yunani “apostello”, yang artinya “mengirim” atau “mengutus”. Secara umum kata misi bisa merujuk pada pengutusan seseorang dengan tujuan khusus, misalnya misi kesenian, misi budaya, dan lain-lain. Dalam konteks kekristenan, misi dipahami dalam arti pengiriman atau pengutusan gereja ke dalam dunia, khususnya melalui sekelompok pekerja yang disebut misionaris untuk menjangkau orang-orang kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Dalam perkembangannya, pengertian misi pada saat ini mencakup makna yang cukup luas, yaitu:
(1) Pengiriman atau pengutusan misionaris ke daerah tertentu; (2) Aktivitas yang dijalankan para misionaris; (3) Wilayah geografis di mana para misionaris bekerja; (4) Lembaga yang mengutus para misionaris; (5) ladang misi atau lapangan misi yaitu dunia non Kristen; (6) Pusat pengutusan misionaris; dan (7) Rangkaian pelayanan yang secara khusus dimaksudkan untuk menyebarkan agama Kristen dan pendirian jemaat baru.
Istilah “mission” dan “missions” tidaklah sama. Para ahli misiologi membedakan kedua istilah tersebut. “Mission” merupakan suatu keseluruhan yang Allah tugaskan kepada gereja, baik itu bersifat pelayanan kepada Allah, anggota gereja, maupun orang yang belum percaya kepada Kristus. Sedangkan “missions” merupakan partisipasi gereja dalam tugas pemberitaan Injil yang Allah percayakan pada gereja-Nya.
DASAR-DASAR KITAB SUCI
Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah misi gereja. Memenuhi Amanat Agung adalah tujuan utama gereja. Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah misi kita yang merupakan kesinambungan dari misi Yesus Kristus. Dalam Matius 28:19,20 dan ayat-ayat pararlel lainnya, Yesus memberikan perintah kepada murid-muridnya. Inilah Amanat atau Perintah Agung bukan sekedar ayat agung, yang terus berlaku (kontinuitas) “Sampai akhir zaman (heôs tês sunteleias tou aiônos) ”. Jadi gereja yang misioner adalah gereja yang mengemban Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus dan menekankan pentingnya “menjadikan semua bangsa murid Kristus”.
Perhatikan Amanat Kristus dalam ayat-ayat berikut ini:
[1]. Matius 28:18-20, “Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
[2]. Markus 16:15-20, “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."
Matius 28:16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Matius 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:16-20)
gadget, bisnis, tutorial |
Amanat Agung itu demikian pentingnya, bukan saja karena merupakan misi utama semua gereja, tetapi juga karena gereja-gereja baru akan terbentuk apabila ada orang-orang yang taat melaksanakan Amanat Agung tersebut. Tanpa Amanat Agung tidak akan ada gereja-gereja lokal. Pelaksanaan Amanat Agung menghasilkan gereja-gereja lokal.
Gereja adalah wakil dari Kerajaan Allah di dunia ini dan diperintahkan untuk membawa berita Injil ke semua manusia di bumi. Jika kita melihat prioritas dari program-program, berbagai aktivitas sebuah gereja sekarang ini, kita mungkin bertanya-tanya apakah kita telah lupa atau bingung akan misi kita sebagai orang-orang percaya. Kita sibuk, tetapi sibuk mengerjakan apa? Berapa banyak program, pertemuan, dan aktivitas kita yang benar-benar menghasilkan jiwa-jiwa baru? Jika kita tergugah untuk memenuhi Amanat Agung Kristus, maka kita harus menjadi gereja yang misioner.
Sebuah gereja yang misioner adalah gereja yang melaksanakan misi. Kata “misi” atau “mission (Inggris)” berasal dari kata Latin “missio” yang diangkat dari kata “mittere”, merupakan terjemahan dari kata Yunani “apostello”, yang artinya “mengirim” atau “mengutus”. Secara umum kata misi bisa merujuk pada pengutusan seseorang dengan tujuan khusus, misalnya misi kesenian, misi budaya, dan lain-lain. Dalam konteks kekristenan, misi dipahami dalam arti pengiriman atau pengutusan gereja ke dalam dunia, khususnya melalui sekelompok pekerja yang disebut misionaris untuk menjangkau orang-orang kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Dalam perkembangannya, pengertian misi pada saat ini mencakup makna yang cukup luas, yaitu:
(1) Pengiriman atau pengutusan misionaris ke daerah tertentu; (2) Aktivitas yang dijalankan para misionaris; (3) Wilayah geografis di mana para misionaris bekerja; (4) Lembaga yang mengutus para misionaris; (5) ladang misi atau lapangan misi yaitu dunia non Kristen; (6) Pusat pengutusan misionaris; dan (7) Rangkaian pelayanan yang secara khusus dimaksudkan untuk menyebarkan agama Kristen dan pendirian jemaat baru.
Istilah “mission” dan “missions” tidaklah sama. Para ahli misiologi membedakan kedua istilah tersebut. “Mission” merupakan suatu keseluruhan yang Allah tugaskan kepada gereja, baik itu bersifat pelayanan kepada Allah, anggota gereja, maupun orang yang belum percaya kepada Kristus. Sedangkan “missions” merupakan partisipasi gereja dalam tugas pemberitaan Injil yang Allah percayakan pada gereja-Nya.
DASAR-DASAR KITAB SUCI
Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah misi gereja. Memenuhi Amanat Agung adalah tujuan utama gereja. Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah misi kita yang merupakan kesinambungan dari misi Yesus Kristus. Dalam Matius 28:19,20 dan ayat-ayat pararlel lainnya, Yesus memberikan perintah kepada murid-muridnya. Inilah Amanat atau Perintah Agung bukan sekedar ayat agung, yang terus berlaku (kontinuitas) “Sampai akhir zaman (heôs tês sunteleias tou aiônos) ”. Jadi gereja yang misioner adalah gereja yang mengemban Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus dan menekankan pentingnya “menjadikan semua bangsa murid Kristus”.
Perhatikan Amanat Kristus dalam ayat-ayat berikut ini:
[1]. Matius 28:18-20, “Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
[2]. Markus 16:15-20, “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."
Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. 16:20 Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.
[3]. Lukas 24:47-51, “dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi." Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga”.
[4]. Kisah Para Rasul 1:4-9, “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus." Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka”.
7 PRINSIP DASAR PELAKASANAAN AMANAT AGUNG KRISTUS
Karena itu, ada 7 (tujuh) prinsip yang perlu menjadi perhatian gereja dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus berdasarkan empat bagian ayat-ayat Alkitab di atas (Matius 28;18-20; Markus 16:15-20; Lukas 24:47-51; Kisah Para Rasul 1:6-11), yaitu:
[1]. Penginjilan Sebagai Ujung Tombak (Markus 16:15).
Penginjilan adalah ujung tombak pelaksanaan Amanat Agung, atau dengan kata lain, pemberitaan Injil merupakan tahap pertama dalam pekerjaan misi. Penginjilan merupakan suatu proklamasi Injil Yesus Kristus yang berkuasa, dalam kuasa Roh Kudus dengan cara yang dapat dimengerti agar manusia bertobat kepada Tuhan Yesus Kristus. Karena itu, gereja harus meletakkan tugas menyampaikan Injil kepada semua orang di dunia dalam tempat yang pertama.
[3]. Lukas 24:47-51, “dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi." Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga”.
[4]. Kisah Para Rasul 1:4-9, “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus." Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka”.
7 PRINSIP DASAR PELAKASANAAN AMANAT AGUNG KRISTUS
Karena itu, ada 7 (tujuh) prinsip yang perlu menjadi perhatian gereja dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus berdasarkan empat bagian ayat-ayat Alkitab di atas (Matius 28;18-20; Markus 16:15-20; Lukas 24:47-51; Kisah Para Rasul 1:6-11), yaitu:
[1]. Penginjilan Sebagai Ujung Tombak (Markus 16:15).
Penginjilan adalah ujung tombak pelaksanaan Amanat Agung, atau dengan kata lain, pemberitaan Injil merupakan tahap pertama dalam pekerjaan misi. Penginjilan merupakan suatu proklamasi Injil Yesus Kristus yang berkuasa, dalam kuasa Roh Kudus dengan cara yang dapat dimengerti agar manusia bertobat kepada Tuhan Yesus Kristus. Karena itu, gereja harus meletakkan tugas menyampaikan Injil kepada semua orang di dunia dalam tempat yang pertama.
Khotbah, pengajaran, doa, program, rencana, pelatihan dan lainnya, semuanya harus dipusatkan di sekitar tujuan ini. Para pemimpin gereja seharusnya menjadi pemobilisir dari anggota tubuh Kristus, memberi inspirasi dan latihan bagi orang-orang percaya untuk bersaksi dan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus.
Tetapi, kesalahpahaman lain tentang Amanat Agung yang kadang kala muncul adalah konsep bahwa pekerjaan misi merupakan tugas khusus untuk murid-murid Tuhan Yesus (kaum rohaniwan seperti pendeta atau penginjil, dan bukan untuk jemaat awam). Beberapa bahkan berpendapat bahwa penginjilan merupakan karunia khusus yang tidak harus dilakukan oleh setiap orang percaya. Pandangan ini tentu saja tidak sesuai dengan esensi Amanat Agung. Amanat Agung ditujukan bagi “semua bangsa” dan disertai janji “sampai akhir zaman”. Kedua fakta ini tidak mungkin hanya dimaksudkan untuk 11 murid Tuhan saja.
Karena itu, semua aktivitas gereja dikaitkan dengan mobilisasi anggota-anggota gereja untuk menjadi pemenang jiwa. Jika kita ingin memenuhi Amanat Agung Kristus, kita harus melakukannya menurut pola Perjanjian Baru. Dalam kitab Kisah Para Rasul kita menemukan pola Perjanjian Baru yaitu : setiap orang, di mana saja, setiap ada kesempatan, setiap hari menyampaikan kesaksian dan memenangkan jiwa. Jadi penginjilan menjadi bagian alami dari kehidupan setiap hari. Dengan demikian gereja lokal : pemimpin-pemimpin dan para anggotanya harus dimobilisir untuk tugas ini.
[2]. Injil adalah Kabar Baik untuk Semua Bangsa (Matius 28:19: Markus 16:15).
Injil adalah kabar baik untuk semua orang. Kata “Injil” merupakan Arabisasi untuk kata Yunani euaggelion" yang artinya adalah kabar baik (good news). Kekristenan menggunakan kata “eunggelion” dengan arti “berita sukacita atau kabar baik dari Allah tentang Yesus Kristus dan karya penebusanNya bagi dunia” (Roma 1:16; 1 Korintus:15:1-4).
Dosa itu bersifat universal karena itu Injil yang adalh kabar baik bersifat universal. Tidak ada seorang pun manusia yang pernah hidup di bumi ini bebas dari dosa. Dosa telah menyebabkan manusia mengalami kerusakan total (total depravity) dan ketidakmampuan total ((total inability).
Kerusakan total berarti: (1) dosa telah menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12).
Sedangkan ketidakmampuan total berarti: (1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh meng-genapi hukum Allah; (2) tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah.
Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Allah.
Karena itulah, jangkauan penebusan kalau dilihat dari sifatnya mulai dari perorangan, satu bangsa, seluruh dunia, bahkan alam semesta. Keselamatan adalah untuk dunia ini dengan demikian keselamatan itu bersifat universal (Yohanes 3:16; 1 Yohanes 2:2) atau dengan kata lain, jangkauan penebusan bersifat tidak terbatas (unlimited atonement).
Tetapi, kesalahpahaman lain tentang Amanat Agung yang kadang kala muncul adalah konsep bahwa pekerjaan misi merupakan tugas khusus untuk murid-murid Tuhan Yesus (kaum rohaniwan seperti pendeta atau penginjil, dan bukan untuk jemaat awam). Beberapa bahkan berpendapat bahwa penginjilan merupakan karunia khusus yang tidak harus dilakukan oleh setiap orang percaya. Pandangan ini tentu saja tidak sesuai dengan esensi Amanat Agung. Amanat Agung ditujukan bagi “semua bangsa” dan disertai janji “sampai akhir zaman”. Kedua fakta ini tidak mungkin hanya dimaksudkan untuk 11 murid Tuhan saja.
Karena itu, semua aktivitas gereja dikaitkan dengan mobilisasi anggota-anggota gereja untuk menjadi pemenang jiwa. Jika kita ingin memenuhi Amanat Agung Kristus, kita harus melakukannya menurut pola Perjanjian Baru. Dalam kitab Kisah Para Rasul kita menemukan pola Perjanjian Baru yaitu : setiap orang, di mana saja, setiap ada kesempatan, setiap hari menyampaikan kesaksian dan memenangkan jiwa. Jadi penginjilan menjadi bagian alami dari kehidupan setiap hari. Dengan demikian gereja lokal : pemimpin-pemimpin dan para anggotanya harus dimobilisir untuk tugas ini.
[2]. Injil adalah Kabar Baik untuk Semua Bangsa (Matius 28:19: Markus 16:15).
Injil adalah kabar baik untuk semua orang. Kata “Injil” merupakan Arabisasi untuk kata Yunani euaggelion" yang artinya adalah kabar baik (good news). Kekristenan menggunakan kata “eunggelion” dengan arti “berita sukacita atau kabar baik dari Allah tentang Yesus Kristus dan karya penebusanNya bagi dunia” (Roma 1:16; 1 Korintus:15:1-4).
Dosa itu bersifat universal karena itu Injil yang adalh kabar baik bersifat universal. Tidak ada seorang pun manusia yang pernah hidup di bumi ini bebas dari dosa. Dosa telah menyebabkan manusia mengalami kerusakan total (total depravity) dan ketidakmampuan total ((total inability).
Kerusakan total berarti: (1) dosa telah menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12).
Sedangkan ketidakmampuan total berarti: (1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh meng-genapi hukum Allah; (2) tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah.
Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Allah.
Karena itulah, jangkauan penebusan kalau dilihat dari sifatnya mulai dari perorangan, satu bangsa, seluruh dunia, bahkan alam semesta. Keselamatan adalah untuk dunia ini dengan demikian keselamatan itu bersifat universal (Yohanes 3:16; 1 Yohanes 2:2) atau dengan kata lain, jangkauan penebusan bersifat tidak terbatas (unlimited atonement).
Karena itu, perintah untuk memberitakan Injil dalam amanat Kristus adalah “pergi ke seluruh dunia” dan “menjadi semua bangsa murid-Nya”. Ajaran tentang penebusan tak terbatas (unlimited atonemant) memberikan kepada para pemberita Injil jaminan dan kebebasan dalam menyampaikan berita, sehingga ia dapat dengan tulus percaya bahwa ia memiliki berita yang dirancang dan tepat menjawab kebutuhan manusia yang datang mendengarkan perkataannya. (Matius 28:19; Markus 16:15-16).
Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini merupakan misteri Allah dalam pemilihan, dan terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11).
Charles C. Ryrie menjelaskan antara hubungan pemilihan dengan percaya sebagai berikut. “memang, pemilihan tentu saja menegaskan bahwa orang-orang yang dipilih akan diselamatkan, tetapi pemilihan itu sendiri tidak menyelamatkan mereka. Orang diselamatkan karena anugerah oleh iman pada kematian pengganti yang dialami Kristus. Dan tentu saja, mereka harus belajar tentang kematian Kristus untuk mengisi iman mereka.
Dengan demikian, pemilihan kematian Kristus, kesaksian tentang kematian-Na, dan iman orang itu sendiri, semuanya perlu agar orang itu dapat diselamatkan”. Jelaslah bahwa keputusan untuk menerima atau menolak Kristus adalah tanggung jawab manusia. Menolak Kristus berarti tidak diselamatkan. Jadi apabila seseorang tidak menerima keselamatan, dalam hal ini Allah tidak dapat dipersalahkan. Persediaan keselamatan cukup untuk semua manusia.
[3]. Tanda Awal yang Kelihatan dari Penerimaan Injil dan Pertobatan adalah Baptisan Air dalam Nama Allah Tritunggal (Matius 28:19).
Baptisan air oleh sebagian orang telah dianggap sebagai anugerah yang menyelamatkan atau syarat keselamatan. Alkitab tidak mengajarkan demikian, sebaliknya Alkitab menunjukkan bahwa baptisan air bukanlah anugerah yang menyelamatkan atau pun syarat keselamatan (1 Korintus 1:17). Baptisan air itu penting tetapi bukanlah syarat keselamatan.
Makna Baptisan air adalah:
(1) Baptisan air adalah tanda (kepada) pertobatan (Matius 3:11);
(2) Tanda ketaatan kepada perintah Tuhan, bahwa seseorang telah lahir baru atau telah diselamatkan (Matius 28:18,19);
(3) orang percaya yang telah lahir baru (atau dibaptis Roh Kudus), telah bersatu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan secara simbolik persatuan tersebut ditunjukkan melalui peristiwa baptisan air (Roma 6).
(4) Baptisan air merupakan upacara (inisiasi) masuk ke dalam keanggotaan tubuh Kristus yang kelihatan, disebut keanggotaan gereja lokal.
(5) Baptisan air adalah kesaksian bahwa orang tersebut telah dimeteraikan dan menerima hidup baru dan mengambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6:3-6).
(6) Baptisan juga menandakan bahwa seseorang menjadi pengikut atau murid Kristus yang sah (Matius 28:19,20).
Baptisan air dilakukan melibatkan keputusan dan pilihan manusia. Karena itu, berdasarkan pengertian ini, maka baptisan air dilakukan setelah lahir baru (diselamatkan) yaitu setelah percaya dan bertobat (Markus 16:15; Kisah Para Rasul 2:4,33,37-41). Untuk dibaptis air seseorang harus menerima Injil (Matius 28:19), bertobat (Kisah Para Rasul 2:38), dan memiliki iman (Kisah Para Rasul 2:41; 8:12; 18:12; Galatia 3:26,27);
Jadi, dasar atau fondasi dari legal (sah) atau tidaknya suatu baptisan air adalah kedua hal berikut ini, dan jika kedua syarat ini telah dipenuhi, maka tidak perlu ada pengulangan baptisan, yaitu: (1) Yang akan menerima baptisan air itu adalah orang yang sudah percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penebus, yaitu mereka yang sudah dilahir barukan oleh Roh Kudus, dan masuk dalam “kovenan” anugerah. (2) Baptisan air, harus dilakukan dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang menjadikan upacara itu kudus.
Menarik untuk memperhatikan secara khusus, frase Yunani yang tertulis di Matius 28:19 yaitu “baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos” yang diterjemahkan menjadi “baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”, di mana dalam frase itu disebutkan tiga buah nama yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tetapi kata kata Yunani “eis to onomo” yang diterjemahkan “dalam nama” adalah nominatif singular (bentuk tunggal, bukan bentuk jamak)! Kata “nama” dalam Alkitab bahasa Yunani ditulis dengan “onoma” (bentuk tunggal), bukan dengan “onomata” (bentuk jamak).
Demikian juga dalam Alkitab bahasa Inggrisnya, diterjemahkan “name” (bentuk tunggal), bukan “names” (bentuk jamak). Karena itu ayat ini mengajarkan tentang Trinitas, di mana bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setara, tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu atau esa. Keesaan Allah ini jelas dinyatakan dalam Alkitab terutama dalam Ulangan 6:4. Disini, kata Ibrani “esa” adalah adalah “Ekhad” yang menunjuk kepada “satu kesatuan yang mengandung makna kejamakan; dan bukan satu yang mutlak”.
[4]. Fokus pada pemuridan: Sasaran Amanat Agung adalah menjadikan murid-murid Kristus (Matius 28:19-20).
Banyak yang memahami inti Amanat Agung terletak hanya pada penginjilan (Matius 28:19-20). Pemahaman tersebut didasarkan pada penekanan kata “pergilah” yang diletakkan di awal kalimat yang diikuti langkah selanjutnya yaitu pemuridan, baptisan dan pengajaran. Tetapi jika diperhatikan menurut struktur tata bahasa Yunani ayat 19-20, maka inti Amanat Agung justru terletak pada pemuridan. Hal hal ini didasarkan pada kata imperatif untuk kata kerja “jadikanlah murid” yang diikuti oleh tiga partisipel (anak kalimat), yaitu “pergilah”, “bapiskanlah” dan “ajarkanlah”.
Penjelasan lebih lanjut, mari kita memperhatikan bahwa dalam bahasa Yunani ayat tersebut menyebutkan empat kata kerja, yaitu : “pergilah (poreuthentes), jadikanlah murid (mathêteusate), baptiskanlah (baptizontes), dan ajarkanlah (didaskontes)”.
Kata “pergilah, baptiskanlah, ajarkanlah” adalah kata kerja partisip atau bentuk kata kerja bantu. Kata “jadikanlah semua bangsa murid-Ku adalah kata kerja imperatif atau kata kerja bentuk perintah.
Jadi fokus Amanat Agung adalah “menjadikan semua orang/bangsa murid Kristus. kata Yunani untuk murid adalah Mathetes yang menunjuk kepada para pengikut Yesus atau orang-orang percaya kepada Kristus, yaitu orang-orang yang mengaku bahwa Yesus adalah Kristus dan Tuhan.
Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini merupakan misteri Allah dalam pemilihan, dan terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11).
Charles C. Ryrie menjelaskan antara hubungan pemilihan dengan percaya sebagai berikut. “memang, pemilihan tentu saja menegaskan bahwa orang-orang yang dipilih akan diselamatkan, tetapi pemilihan itu sendiri tidak menyelamatkan mereka. Orang diselamatkan karena anugerah oleh iman pada kematian pengganti yang dialami Kristus. Dan tentu saja, mereka harus belajar tentang kematian Kristus untuk mengisi iman mereka.
Dengan demikian, pemilihan kematian Kristus, kesaksian tentang kematian-Na, dan iman orang itu sendiri, semuanya perlu agar orang itu dapat diselamatkan”. Jelaslah bahwa keputusan untuk menerima atau menolak Kristus adalah tanggung jawab manusia. Menolak Kristus berarti tidak diselamatkan. Jadi apabila seseorang tidak menerima keselamatan, dalam hal ini Allah tidak dapat dipersalahkan. Persediaan keselamatan cukup untuk semua manusia.
[3]. Tanda Awal yang Kelihatan dari Penerimaan Injil dan Pertobatan adalah Baptisan Air dalam Nama Allah Tritunggal (Matius 28:19).
Baptisan air oleh sebagian orang telah dianggap sebagai anugerah yang menyelamatkan atau syarat keselamatan. Alkitab tidak mengajarkan demikian, sebaliknya Alkitab menunjukkan bahwa baptisan air bukanlah anugerah yang menyelamatkan atau pun syarat keselamatan (1 Korintus 1:17). Baptisan air itu penting tetapi bukanlah syarat keselamatan.
Makna Baptisan air adalah:
(1) Baptisan air adalah tanda (kepada) pertobatan (Matius 3:11);
(2) Tanda ketaatan kepada perintah Tuhan, bahwa seseorang telah lahir baru atau telah diselamatkan (Matius 28:18,19);
(3) orang percaya yang telah lahir baru (atau dibaptis Roh Kudus), telah bersatu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan secara simbolik persatuan tersebut ditunjukkan melalui peristiwa baptisan air (Roma 6).
(4) Baptisan air merupakan upacara (inisiasi) masuk ke dalam keanggotaan tubuh Kristus yang kelihatan, disebut keanggotaan gereja lokal.
(5) Baptisan air adalah kesaksian bahwa orang tersebut telah dimeteraikan dan menerima hidup baru dan mengambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6:3-6).
(6) Baptisan juga menandakan bahwa seseorang menjadi pengikut atau murid Kristus yang sah (Matius 28:19,20).
Baptisan air dilakukan melibatkan keputusan dan pilihan manusia. Karena itu, berdasarkan pengertian ini, maka baptisan air dilakukan setelah lahir baru (diselamatkan) yaitu setelah percaya dan bertobat (Markus 16:15; Kisah Para Rasul 2:4,33,37-41). Untuk dibaptis air seseorang harus menerima Injil (Matius 28:19), bertobat (Kisah Para Rasul 2:38), dan memiliki iman (Kisah Para Rasul 2:41; 8:12; 18:12; Galatia 3:26,27);
Jadi, dasar atau fondasi dari legal (sah) atau tidaknya suatu baptisan air adalah kedua hal berikut ini, dan jika kedua syarat ini telah dipenuhi, maka tidak perlu ada pengulangan baptisan, yaitu: (1) Yang akan menerima baptisan air itu adalah orang yang sudah percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penebus, yaitu mereka yang sudah dilahir barukan oleh Roh Kudus, dan masuk dalam “kovenan” anugerah. (2) Baptisan air, harus dilakukan dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang menjadikan upacara itu kudus.
Menarik untuk memperhatikan secara khusus, frase Yunani yang tertulis di Matius 28:19 yaitu “baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos” yang diterjemahkan menjadi “baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”, di mana dalam frase itu disebutkan tiga buah nama yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tetapi kata kata Yunani “eis to onomo” yang diterjemahkan “dalam nama” adalah nominatif singular (bentuk tunggal, bukan bentuk jamak)! Kata “nama” dalam Alkitab bahasa Yunani ditulis dengan “onoma” (bentuk tunggal), bukan dengan “onomata” (bentuk jamak).
Demikian juga dalam Alkitab bahasa Inggrisnya, diterjemahkan “name” (bentuk tunggal), bukan “names” (bentuk jamak). Karena itu ayat ini mengajarkan tentang Trinitas, di mana bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setara, tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu atau esa. Keesaan Allah ini jelas dinyatakan dalam Alkitab terutama dalam Ulangan 6:4. Disini, kata Ibrani “esa” adalah adalah “Ekhad” yang menunjuk kepada “satu kesatuan yang mengandung makna kejamakan; dan bukan satu yang mutlak”.
Jika yang dimaksud “satu-satunya; atau satu yang mutlak” maka dalam bahasa Ibrani yang digunakan adalah “yakhid”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Amanat Agung adalah misi Allah yang Esa, yaitu Allah Tritunitas karena misi ini melibatkan ketiga Pribadi dari Allah Trinitas.
[4]. Fokus pada pemuridan: Sasaran Amanat Agung adalah menjadikan murid-murid Kristus (Matius 28:19-20).
Banyak yang memahami inti Amanat Agung terletak hanya pada penginjilan (Matius 28:19-20). Pemahaman tersebut didasarkan pada penekanan kata “pergilah” yang diletakkan di awal kalimat yang diikuti langkah selanjutnya yaitu pemuridan, baptisan dan pengajaran. Tetapi jika diperhatikan menurut struktur tata bahasa Yunani ayat 19-20, maka inti Amanat Agung justru terletak pada pemuridan. Hal hal ini didasarkan pada kata imperatif untuk kata kerja “jadikanlah murid” yang diikuti oleh tiga partisipel (anak kalimat), yaitu “pergilah”, “bapiskanlah” dan “ajarkanlah”.
Penjelasan lebih lanjut, mari kita memperhatikan bahwa dalam bahasa Yunani ayat tersebut menyebutkan empat kata kerja, yaitu : “pergilah (poreuthentes), jadikanlah murid (mathêteusate), baptiskanlah (baptizontes), dan ajarkanlah (didaskontes)”.
Kata “pergilah, baptiskanlah, ajarkanlah” adalah kata kerja partisip atau bentuk kata kerja bantu. Kata “jadikanlah semua bangsa murid-Ku adalah kata kerja imperatif atau kata kerja bentuk perintah.
Jadi fokus Amanat Agung adalah “menjadikan semua orang/bangsa murid Kristus. kata Yunani untuk murid adalah Mathetes yang menunjuk kepada para pengikut Yesus atau orang-orang percaya kepada Kristus, yaitu orang-orang yang mengaku bahwa Yesus adalah Kristus dan Tuhan.
Kata murid dalam Alkitab Perjanjian Baru tercatat 269 kali, sedangkan kata Kristen dicatat hanya 3 kali, dan kata orang percaya hanya 2 kali. Fakta ini memberitahukan kita bahwa betapa pentingnya panggilan Tuhan Yesus bagi orang yang sudah percaya kepada-Nya, supaya menjadi murid-Nya yang sejati. Dengan demikian tugas pengabaran Injil tidak boleh lepas dari tugas pemuridan.
Pada Amanat Agung Kristus dalam Matius 28:19-20 terdapat siklus empat langkah untuk menjangkau dunia bagi Kristus, yaitu:
(1) Dunia hanya dapat dijangkau jika orang percaya (gereja) pergi memberitakan Injil dan bersaksi;
(2) Orang-orang yang telah mengambil keputusan (komitmen) untuk mengikut Kristus harus menyatakan pengakuan imannya di muka umum melalui baptisan air. Baptisan adalah kesaksian awal yang dapat dilihat dari luar tentang pengalaman seseorang dengan Kristus;
(3) Orang-orang yang baru menjadi pengikut Kristus harus diajarkan perintah-perintah (doktrin) Tuhan kita dan dibimbing untuk melakukan (praktik) perintah-perintah itu dalam ketaatan, sukacita dan kasih kepada Kristus;
(4) Menjadikan orang-orang murid Kristus melalui ketiga langkah sebelumnya. Dan setelah menjadi murid, orang-orang percaya tersebut diperintahkan untuk “pergi dan menjadikan semua bangsa murid Kristus”. Jadi, siklus ini kembali ke titik awal dan jika dilaksanakan akan menghasilkan lingkaran kesaksian yang terus menerus semakin besar “sampai akhir zaman”.
[5]. Metode Pemuridan adalah Pengajaran (Doktrinal) dan Tindakan Melakukan (Praktikal).
Rasul Paulus menasihati Titus demikian “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat” (Titus 2:1). Selanjutnya Rasul Paulus menghubungkannya ajaran sehat dengan praktik kehidupan sehari-hari (Titus 2:1-14). Ajaran sehat adalah doktrin atau didaskalia. Kata ini berkaitan dengan apa yang diajarkan. Ajaran sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan praktik kehidupan kudus dan berkenan kepada Allah.
Kata “doktrin” berarti sesuatu yang diajarkan, pengajaran, instruksi; prinsip-prinsip agama yang diajarkan; atau lebih harfiah doktrin berarti mengajarkan yang dasar. Kata Yunani “doktrin” adalah “didaskalia”; “didakhê” dari akar kata “didaskô” yang berarti "mengajar". Sehingga "doktrin" secara konseptual adalah hal-hal yang diajarkan. Kata doktrin ini digunakan sebanyak 56 kali di dalam Authorised Version (Alkitab bahasa Inggris). Salah satunya terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:42, di mana dikatakan bahwa para petobat gereja yang mula-mula bertekun dalam pengajaran (doktrin) para rasul.
Dari hal tersebut, maka doktrin dapat didefinisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar yang diajarkan. Dalam pengertian yang luas doktrin mencakup semua kebenaran firman Tuhan yang diajarkan. Doktrin itu sendiri bersumber dari Alkitab yang adalah Firman Allah. Sehingga untuk pemakaian Kristen, doktrin dapat di definisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar Kristen yang diajarkan yang bersumber dari Alkitab.
Jadi, orang-orang yang baru menjadi pengikut Kristus harus diajarkan perintah-perintah (doktrin) Tuhan kita dan dibimbing untuk melakukan (praktik) perintah-perintah itu dalam ketaatan, sukacita dan kasih kepada Kristus. Kristus memerintahkan para murid-Nya “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 20:20); dan dalam Yohanes 13:17 Yesus berkata “Jikalau kamu tahu semua ini (doktrin), maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya (praktik)”.
Saat ini, ada serangan yang hebat terhadap doktrin yang sehat. Ada upayakan pembelotan terhadap masalah-masalah doktrin dan ajakan berpaling pada filsafat-filsafat manusia dan ajaran-ajaran setan. Banyak gereja tidak memiliki waktu mengkhotbahkan atau mengajarkan doktrin. Mereka telah berpaling kepada pidato, politik, etika, khotbah dari buku atau Injil sosial yang mengatakan bahwa doktrin tidak berguna lagi dan ketinggalan zaman.
Pada Amanat Agung Kristus dalam Matius 28:19-20 terdapat siklus empat langkah untuk menjangkau dunia bagi Kristus, yaitu:
(1) Dunia hanya dapat dijangkau jika orang percaya (gereja) pergi memberitakan Injil dan bersaksi;
(2) Orang-orang yang telah mengambil keputusan (komitmen) untuk mengikut Kristus harus menyatakan pengakuan imannya di muka umum melalui baptisan air. Baptisan adalah kesaksian awal yang dapat dilihat dari luar tentang pengalaman seseorang dengan Kristus;
(3) Orang-orang yang baru menjadi pengikut Kristus harus diajarkan perintah-perintah (doktrin) Tuhan kita dan dibimbing untuk melakukan (praktik) perintah-perintah itu dalam ketaatan, sukacita dan kasih kepada Kristus;
(4) Menjadikan orang-orang murid Kristus melalui ketiga langkah sebelumnya. Dan setelah menjadi murid, orang-orang percaya tersebut diperintahkan untuk “pergi dan menjadikan semua bangsa murid Kristus”. Jadi, siklus ini kembali ke titik awal dan jika dilaksanakan akan menghasilkan lingkaran kesaksian yang terus menerus semakin besar “sampai akhir zaman”.
[5]. Metode Pemuridan adalah Pengajaran (Doktrinal) dan Tindakan Melakukan (Praktikal).
Rasul Paulus menasihati Titus demikian “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat” (Titus 2:1). Selanjutnya Rasul Paulus menghubungkannya ajaran sehat dengan praktik kehidupan sehari-hari (Titus 2:1-14). Ajaran sehat adalah doktrin atau didaskalia. Kata ini berkaitan dengan apa yang diajarkan. Ajaran sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan praktik kehidupan kudus dan berkenan kepada Allah.
Kata “doktrin” berarti sesuatu yang diajarkan, pengajaran, instruksi; prinsip-prinsip agama yang diajarkan; atau lebih harfiah doktrin berarti mengajarkan yang dasar. Kata Yunani “doktrin” adalah “didaskalia”; “didakhê” dari akar kata “didaskô” yang berarti "mengajar". Sehingga "doktrin" secara konseptual adalah hal-hal yang diajarkan. Kata doktrin ini digunakan sebanyak 56 kali di dalam Authorised Version (Alkitab bahasa Inggris). Salah satunya terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:42, di mana dikatakan bahwa para petobat gereja yang mula-mula bertekun dalam pengajaran (doktrin) para rasul.
Dari hal tersebut, maka doktrin dapat didefinisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar yang diajarkan. Dalam pengertian yang luas doktrin mencakup semua kebenaran firman Tuhan yang diajarkan. Doktrin itu sendiri bersumber dari Alkitab yang adalah Firman Allah. Sehingga untuk pemakaian Kristen, doktrin dapat di definisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar Kristen yang diajarkan yang bersumber dari Alkitab.
Jadi, orang-orang yang baru menjadi pengikut Kristus harus diajarkan perintah-perintah (doktrin) Tuhan kita dan dibimbing untuk melakukan (praktik) perintah-perintah itu dalam ketaatan, sukacita dan kasih kepada Kristus. Kristus memerintahkan para murid-Nya “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 20:20); dan dalam Yohanes 13:17 Yesus berkata “Jikalau kamu tahu semua ini (doktrin), maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya (praktik)”.
Saat ini, ada serangan yang hebat terhadap doktrin yang sehat. Ada upayakan pembelotan terhadap masalah-masalah doktrin dan ajakan berpaling pada filsafat-filsafat manusia dan ajaran-ajaran setan. Banyak gereja tidak memiliki waktu mengkhotbahkan atau mengajarkan doktrin. Mereka telah berpaling kepada pidato, politik, etika, khotbah dari buku atau Injil sosial yang mengatakan bahwa doktrin tidak berguna lagi dan ketinggalan zaman.
Rasul Paulus Menubuatkan “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya” (2 Timotius 4:3).
Mengingat bahwa pada akhir zaman kapasitas doktrin-doktrin iblis yang menyesatkan dan menghancurkan kehidupan manusia akan semakin meningkat, maka kita perlu mengetahui doktrin yang benar. Doktrin iblis bisa berupa: berupa filsafat, takhayul dan tradisi-tradisi manusia (Matius 22:9; 24:3-13; Galatia 1:6-9). Untuk mengenal doktrin-doktrin yang palsu kita tidak harus mempelajari doktrin palsu tersebut. Hal yang terpenting adalah mengenal dan memahami doktrin yang benar. Dengan mengetahui yang benar kita dapat membedakannya dari yang palsu.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari doktrin yang benar, yaitu;
(1) Doktrin yang Benar Harus Sehat dan menghasilkan karakter yang kudus (1 Timotius 1:10; 2 Timotius 4:2-4; Titus 1:9; 2:1).
Doktrin yang benar adalah doktrin yang sehat. Doktrin yang sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan rohani yang sehat bagi orang percaya. Doktrin sehat menghasilkan paktek kehidupan yang kudus dan berkenan kepada Allah. Merupakan fakta yang terbukti bahwa doktrin mempengaruhi karakter. Apa yang dipercayai seseorang sangat besar mempengaruhi perbuatannya. Jika seseorang menerima dan mengikuti doktrin yang sehat maka doktrin itu akan menghasilkan karakter ilahi dan karakter Kristus.
Paulus memberikan nasihat kepada Timotius agar “awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” (1 Timotius 4:6,13,16). Selanjutnya Paulus berbicara tentang “ajaran yang sesuai dengan ibadah kita” (1 Timotius 6:1-3), yakni serupa dengan Allah; karakter dan kehidupan yang kudus.
(2) Doktrin yang Benar Harus Alkitabiah (2 Timotius 3:14-17). Doktrin yang alkitabiah adalah doktrin yang bersumber pada seluruh Firman Allah.
Doktrin seperti ini tidak hanya bermanfaat untuk pengajaran tetapi juga untuk menyatakan kesalahan, mendidik dan memperbaiki agar orang percaya memiliki hidup yang berkenan kepada Allah.
Untuk menghasilkan doktrin yang alkitabiah diperlukan interpretasi yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hermeneutika yang wajar, sederhana, benar dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga menghasilkan doktrin yang sehat.
[6]. Dilengkapi dengan Kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5-8).
Pentakosta menandai dimulainya gereja sebagai suatu tubuh yang berfungsi melalui pencurahan Roh Kudus. Sebelum naik ke surga, Kristus berjanji tidak lama lagi murid-murid-Nya akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5). Peristiwa “pencurahan Roh Kudus” pada hari Pentakosta tersebut identik dengan “baptisan Roh Kudus” yang dijanjikan oleh Kristus kepada murid-murid-Nya. Petrus menyebutnya sebagai penggenapan nubuat Nabi Yoel (Kisah Para Rasul 2:16). Peristiwa Pentakosta ini menandai ditempatkannya orang percaya di dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13; Efesus 1:22,23).
Baptisan Roh Kudus pada hari Pentakosta yang terjadi hanya satu kali dan tidak terulang lagi. Untuk memahami arti baptisan Roh Kudus, kita dapat memperhatikan kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 12:13, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”.
Mengingat bahwa pada akhir zaman kapasitas doktrin-doktrin iblis yang menyesatkan dan menghancurkan kehidupan manusia akan semakin meningkat, maka kita perlu mengetahui doktrin yang benar. Doktrin iblis bisa berupa: berupa filsafat, takhayul dan tradisi-tradisi manusia (Matius 22:9; 24:3-13; Galatia 1:6-9). Untuk mengenal doktrin-doktrin yang palsu kita tidak harus mempelajari doktrin palsu tersebut. Hal yang terpenting adalah mengenal dan memahami doktrin yang benar. Dengan mengetahui yang benar kita dapat membedakannya dari yang palsu.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari doktrin yang benar, yaitu;
(1) Doktrin yang Benar Harus Sehat dan menghasilkan karakter yang kudus (1 Timotius 1:10; 2 Timotius 4:2-4; Titus 1:9; 2:1).
Doktrin yang benar adalah doktrin yang sehat. Doktrin yang sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan rohani yang sehat bagi orang percaya. Doktrin sehat menghasilkan paktek kehidupan yang kudus dan berkenan kepada Allah. Merupakan fakta yang terbukti bahwa doktrin mempengaruhi karakter. Apa yang dipercayai seseorang sangat besar mempengaruhi perbuatannya. Jika seseorang menerima dan mengikuti doktrin yang sehat maka doktrin itu akan menghasilkan karakter ilahi dan karakter Kristus.
Paulus memberikan nasihat kepada Timotius agar “awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” (1 Timotius 4:6,13,16). Selanjutnya Paulus berbicara tentang “ajaran yang sesuai dengan ibadah kita” (1 Timotius 6:1-3), yakni serupa dengan Allah; karakter dan kehidupan yang kudus.
(2) Doktrin yang Benar Harus Alkitabiah (2 Timotius 3:14-17). Doktrin yang alkitabiah adalah doktrin yang bersumber pada seluruh Firman Allah.
Doktrin seperti ini tidak hanya bermanfaat untuk pengajaran tetapi juga untuk menyatakan kesalahan, mendidik dan memperbaiki agar orang percaya memiliki hidup yang berkenan kepada Allah.
Untuk menghasilkan doktrin yang alkitabiah diperlukan interpretasi yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hermeneutika yang wajar, sederhana, benar dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga menghasilkan doktrin yang sehat.
[6]. Dilengkapi dengan Kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5-8).
Pentakosta menandai dimulainya gereja sebagai suatu tubuh yang berfungsi melalui pencurahan Roh Kudus. Sebelum naik ke surga, Kristus berjanji tidak lama lagi murid-murid-Nya akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5). Peristiwa “pencurahan Roh Kudus” pada hari Pentakosta tersebut identik dengan “baptisan Roh Kudus” yang dijanjikan oleh Kristus kepada murid-murid-Nya. Petrus menyebutnya sebagai penggenapan nubuat Nabi Yoel (Kisah Para Rasul 2:16). Peristiwa Pentakosta ini menandai ditempatkannya orang percaya di dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13; Efesus 1:22,23).
Baptisan Roh Kudus pada hari Pentakosta yang terjadi hanya satu kali dan tidak terulang lagi. Untuk memahami arti baptisan Roh Kudus, kita dapat memperhatikan kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 12:13, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”.
Kalimat dalam 1 Korintus 12:13 ini menggunakan bentuk aorist tense (past principle tense), yaitu menunjuk kepada suatu peristiwa yang sudah lewat, yang terjadi hanya satu kali dan tidak akan pernah terulang lagi. Ini berarti bahwa baptisan Roh Kudus itu hanya terjadi satu kali, yaitu pada hari Pentakosta di Yerusalem.
Setiap orang percaya secara status telah dibaptiskan ke dalam tubuh Kristus bersama-sama dengan orang-orang pilihan atau yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus di segala zaman, sejak hari Pentakosta itu. Roh Kudus telah mempersatukan orang percaya kepada kematian dan kebangkitan Kristus. Tetapi secara pribadi, baptisan Roh Kudus itu kita terima pada saat kita percaya kepada Kritus dan menerima Roh Kudus, pada saat regenerasi (kelahiran baru).
Baptisan Roh Kudus memperlengkapi orang percaya dengan karunia-karunia-Nya dan kuasa sehingga dapat bersaksi dan melayani Tuhan (Roma 12:3-9; 1 Korintus 12:4-31). Kata Yunani untuk “karunia-karunia” adalah “charismata” bentuk tunggalnya “charis”. Karunia-karunia yang diberikan oleh Roh kudus kepada setiap orang percaya berbeda satu sama lain tetapi sama pentingnya. Tujuan dari karunia-karunia Roh adalah memampukan orang-orang percaya untuk melakukan berbagai bentuk pelayanan guna pembangunan tubuh Kristus.
Dengan demikian tidak satu pun dari orang percaya yang tidak diberi karunia Roh. Berdasarkan pengertian ini dapat dikatakan bahwa “seluruh gereja Yesus Kristus adalah karismatik”. Tanpa pertolongan Roh Kudus, kita tidak mungkin memiliki kuasa untuk bersaksi dan melayani. Itulah sebabnya sebelum murid-murid-Nya pergi untuk bersaksi dan melayani, mereka diperintahkan untuk menunggu di Yerusalem, sampai mereka menerima baptisan Roh Kudus dan diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Lukas 24:47-49; Kisah Para Rasul 1:4-5,8).
Penginjilan dalam Perjanjian Baru bukanlah sebuah aktivitas yang lemah, tumpul atau netral. Penginjilan adalah pertemuan (konfrontasi) antara kuasa Roh Kudus dan kekuatan roh jahat. Roh kudus dengan semua buah, karunia, dan kuasa-Nya harus menjadi nyata dalam hidup kita. Firman harus diberitakan dan diajarkan dengan kuasa yang nyata. Injil harus diberitakan bukan untuk disembunyikan. Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menjadi saksi Kristus yang efektif.
Paulus mengakui bahwa ia mengadakan tanda-tanda mukjizat yang berhubungan dengan pemberitaan Injil seperti yang di tertulis dalam Roma 15:18-19 “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dan oleh kuasa Roh. Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus”.
[7]. Mencakup perkabaran Injil dan pelayanan sosial.
Ada tiga pandangan umum tentang misi. Pandangan tradisional, melihat misi identik (dan terbatas pada) penginjilan. Pandangan liberal, melihat misi sebagai pelayanan sosial dan menganggap memberitakan Injil tidak lebih penting daripada pelayanan sosial. Pandangan Injili, yang dipelopori oleh John Stott. Ia berpendapat bahwa misi Alkitabiah mencakup penginjilan dan pelayanan, tetapi penginjilan tetap menjadi inti misi. Murid-murid diutus untuk melakukan misi sama seperti yang telah dilakukan Yesus, sedangkan dalam pelayanan Yesus, Ia tidak hanya memberitakan Injil tetapi juga memperhatikan masalah sosial (Lukas 4:18-19).
Allah, dalam Perjanjian Lama dengan berbagai cara telah mengungkapkan perhatian besar terhadap orang miskin, yang kekurangan, dan tertindas (Mazmur 14:6; Yesaya 25:4). Secara khusus dalam Perjanjian Baru, sebagian besar pelayanan Yesus adalah kepada orang-orang miskin, yang kekurangan, dan menderita. (Matius 8:2-4; Lukas 7:11-15; 17:11-19). Yesus sebagai Kepala Gereja memberikan teladan saat Ia melayani di muka bumi ini (Lukas 4:18-19).
Yesus memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang, dinyatakan dengan Firman. Yesus melakukan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, dinyatakan dengan mukjizat/tanda-tanda heran. Yesus membebaskan orang-orang tertindas, dinyatakan dengan perbuatan.
Jemaat mula-mula juga menunjukkan kepedulian yang mendalam kepada mereka yang memerlukan bantuan, karena diangkatlah para diakon agar pekerjaan memperhatikan orang-orang yang membutuhkan tidak terabaikan (Kisah Para Rasul 6:1-7).
Setiap orang percaya secara status telah dibaptiskan ke dalam tubuh Kristus bersama-sama dengan orang-orang pilihan atau yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus di segala zaman, sejak hari Pentakosta itu. Roh Kudus telah mempersatukan orang percaya kepada kematian dan kebangkitan Kristus. Tetapi secara pribadi, baptisan Roh Kudus itu kita terima pada saat kita percaya kepada Kritus dan menerima Roh Kudus, pada saat regenerasi (kelahiran baru).
Baptisan Roh Kudus memperlengkapi orang percaya dengan karunia-karunia-Nya dan kuasa sehingga dapat bersaksi dan melayani Tuhan (Roma 12:3-9; 1 Korintus 12:4-31). Kata Yunani untuk “karunia-karunia” adalah “charismata” bentuk tunggalnya “charis”. Karunia-karunia yang diberikan oleh Roh kudus kepada setiap orang percaya berbeda satu sama lain tetapi sama pentingnya. Tujuan dari karunia-karunia Roh adalah memampukan orang-orang percaya untuk melakukan berbagai bentuk pelayanan guna pembangunan tubuh Kristus.
Dengan demikian tidak satu pun dari orang percaya yang tidak diberi karunia Roh. Berdasarkan pengertian ini dapat dikatakan bahwa “seluruh gereja Yesus Kristus adalah karismatik”. Tanpa pertolongan Roh Kudus, kita tidak mungkin memiliki kuasa untuk bersaksi dan melayani. Itulah sebabnya sebelum murid-murid-Nya pergi untuk bersaksi dan melayani, mereka diperintahkan untuk menunggu di Yerusalem, sampai mereka menerima baptisan Roh Kudus dan diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Lukas 24:47-49; Kisah Para Rasul 1:4-5,8).
Penginjilan dalam Perjanjian Baru bukanlah sebuah aktivitas yang lemah, tumpul atau netral. Penginjilan adalah pertemuan (konfrontasi) antara kuasa Roh Kudus dan kekuatan roh jahat. Roh kudus dengan semua buah, karunia, dan kuasa-Nya harus menjadi nyata dalam hidup kita. Firman harus diberitakan dan diajarkan dengan kuasa yang nyata. Injil harus diberitakan bukan untuk disembunyikan. Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menjadi saksi Kristus yang efektif.
Paulus mengakui bahwa ia mengadakan tanda-tanda mukjizat yang berhubungan dengan pemberitaan Injil seperti yang di tertulis dalam Roma 15:18-19 “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dan oleh kuasa Roh. Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus”.
[7]. Mencakup perkabaran Injil dan pelayanan sosial.
Ada tiga pandangan umum tentang misi. Pandangan tradisional, melihat misi identik (dan terbatas pada) penginjilan. Pandangan liberal, melihat misi sebagai pelayanan sosial dan menganggap memberitakan Injil tidak lebih penting daripada pelayanan sosial. Pandangan Injili, yang dipelopori oleh John Stott. Ia berpendapat bahwa misi Alkitabiah mencakup penginjilan dan pelayanan, tetapi penginjilan tetap menjadi inti misi. Murid-murid diutus untuk melakukan misi sama seperti yang telah dilakukan Yesus, sedangkan dalam pelayanan Yesus, Ia tidak hanya memberitakan Injil tetapi juga memperhatikan masalah sosial (Lukas 4:18-19).
Allah, dalam Perjanjian Lama dengan berbagai cara telah mengungkapkan perhatian besar terhadap orang miskin, yang kekurangan, dan tertindas (Mazmur 14:6; Yesaya 25:4). Secara khusus dalam Perjanjian Baru, sebagian besar pelayanan Yesus adalah kepada orang-orang miskin, yang kekurangan, dan menderita. (Matius 8:2-4; Lukas 7:11-15; 17:11-19). Yesus sebagai Kepala Gereja memberikan teladan saat Ia melayani di muka bumi ini (Lukas 4:18-19).
Yesus memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang, dinyatakan dengan Firman. Yesus melakukan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, dinyatakan dengan mukjizat/tanda-tanda heran. Yesus membebaskan orang-orang tertindas, dinyatakan dengan perbuatan.
Jemaat mula-mula juga menunjukkan kepedulian yang mendalam kepada mereka yang memerlukan bantuan, karena diangkatlah para diakon agar pekerjaan memperhatikan orang-orang yang membutuhkan tidak terabaikan (Kisah Para Rasul 6:1-7).
Rasul Paulus juga sangat memperhatikan pelayanan sosial kepada yang membutuhkan, seperti yang kita lihat dalam Kisah Para Rasul 11:28-30, dan hal ini sungguh-sungguh diupayakannya untuk dilakukan (Galatia 2:10).
Baca Juga: Eksposisi Matius 28:18-20 (Amanat Agung)
Baca Juga: Eksposisi Matius 28:18-20 (Amanat Agung)
Karena itu, untuk melaksanakan misi sepenuhnya dari Amanat Kristus, maka Gereja harus berubah dari paradigma lama kepada paradigma yang baru. Mengapa? Karena Gereja dengan pola pikir lama memisahkan antara gereja dan dunia atau kehidupan di dunia sekuler. Yang sakral (gereja) dan yang sekuler (dunia) dipisahkan. Atau paling jauh gereja mempengaruhi ”dunia sekuler” dalam beberapa bidang pelayanan, contohnya membuka kebaktian atau pelayanan untuk kaum pengusaha dan profesional.
Sedangkan Gereja dengan pola pikir baru adalah sebuah gereja yang mewarnai bumi dan memberikan pengaruh kuat. Allah memberikan sebuah tujuan kepada gereja-Nya yaitu menghadirkan kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan di dunia.
Jadi, Gereja dengan pola pikir yang baru perlu mendemonstrasikan kerajaan Allah di muka bumi ini. Gereja dipanggil untuk mengabarkan Injil keselamatan dan memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah yang disertai dengan kuasa, mukjizat dan tanda-tanda heran (Markus 16:15-18). Tetapi gereja juga mendapat tugas untuk menolong mereka yang miskin, menegakkan keadilan bagi mereka yang tertindas, memberdayakan manusia yang secitra dan segambar dengan Allah.
Tujuan gereja adalah menghadirkan kerajaan Allah di bumi ini. Menghadirkan kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita (termasuk dalam bidang pelayan sosial) merupakan proses mutlak agar mencapai misi Tuhan kita. Tuhan menginginkan setiap orang percaya bergabung ke dalam misi-Nya, “menjadikan semua bangsa murid-Nya”.
Jadi, Gereja dengan pola pikir yang baru perlu mendemonstrasikan kerajaan Allah di muka bumi ini. Gereja dipanggil untuk mengabarkan Injil keselamatan dan memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah yang disertai dengan kuasa, mukjizat dan tanda-tanda heran (Markus 16:15-18). Tetapi gereja juga mendapat tugas untuk menolong mereka yang miskin, menegakkan keadilan bagi mereka yang tertindas, memberdayakan manusia yang secitra dan segambar dengan Allah.
Tujuan gereja adalah menghadirkan kerajaan Allah di bumi ini. Menghadirkan kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita (termasuk dalam bidang pelayan sosial) merupakan proses mutlak agar mencapai misi Tuhan kita. Tuhan menginginkan setiap orang percaya bergabung ke dalam misi-Nya, “menjadikan semua bangsa murid-Nya”.