SOTERIOLOGI MENURUT PANDANGAN UNIVERSALISME, CALVINISME DAN ARMINIANISME

SOTERIOLOGI berasal dari kata “sôteria” yang artinya keselamatan. Dengan kata lain Soteriologi adalah cabang ilmu theologi yang membahas ajaran tentang keselamatan di dalam Kekristenan. Walaupun doktrin Soteriologi Kristen terdiri atas beberapa kelompok dengan tekanan keyakinannya masing-masing, namun kesemuanya itu tidak mengabaikan peran Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juru selamat umat manusia.
SOTERIOLOGI MENURUT PANDANGAN UNIVERSALISME, CALVINISME DAN ARMINIANISME
bisnis, tutorial
Dalam Kekristenan cukup banyak pengajaran mengenai keselamatan, dan pengajaran-pengajaran itu ternyata berbeda satu sama lain, menurut pengajaran denominasi gereja yang bersangkutan, sehingga kadang membingungkan banyak orang, untuk menentukan pengajaran mana yang benar dan patut diikuti, dan pengajaran mana yang salah dan tidak perlu diikuti.

Kelompok Universalisme Kristen yang percaya bahwa keselamatan itu bersifat universal; artinya pada akhirnya semua orang diselamatkan. Kelompok Calvinisme yang menekankan aspek Kedaulatan Allah, sangat tegas menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Juru selamat dunia; dan melalui-Nya, setiap orang yang terpilih sejak masa kekekalan itu akan diselamatkan karena iman dan kepercayaannya akan Tuhan Yesus Kristus.

Sedangkan kelompok Armenianisme dengan tekanan Kehendak Bebas, di mana aspek manusia dipandang menentukan keselamatannya, namun jalannya tetap ada di dalam Yesus Kristus. Kelompok Armenianisme percaya bahwa manusia berkehendak bebas dan itu asalnya dari Tuhan, dan dalam kehendak bebas itulah maka seseorang terselamatkan karena ia percaya kepada Kristus. Walaupun ketiga kelompok itu memiliki teori dan tekanan yang berbeda dalam argumentasi soteriologinya, tetapi semuanya tetap mengerucut pada keyakinan yang sama bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru selamat umat manusia.

SOTERIOLOGI UNIV3ERSALISME.

Universalisme adalah doktrin bahwa semua manusia; tanpa memandang agama mereka, akan diselamatkan. Paham ini diyakini oleh Gereja Universalis Amerika. Universalisme merupakan suatu pengajaran ada di hampir dengan semua agama yang ada, yaitu: suatu ajaran yang mempercayai bahwa semua manusia yang pernah hidup di dunia ini akan diselamatkan dan masuk ke dalam kerajaan sorga, apakah ia baik atau jahat semuanya akan ada di surga karena Allah sangat mengasihi dunia dan orang- orang berdosa.

Universalisme adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa pada akhirnya semua orang akan selamat, dan hal tersebut terjadi karena kasih karunia Tuhan atas seluruh umat manusia. Secara tidak langsung, beberapa orang telah masuk dalam kelompok penganut doktrin universalisme, di antaranya Hans Kung, Karl Rahner, Raimundo Panikkar, dan dari Indonesia adalah Victor I. Tanja, dan sebagainya. Mereka mengakui bahwa, keselamatan hanya dapat diperoleh melalui Yesus Kristus tetapi dengan catatan bahwa Yesus Kristus itu pun juga dapat hadir di luar tembok kekristenan. Sehingga sangatlah tidak bijak untuk membicarakan masalah hidup kekal dengan membedakan surga dan neraka. Alasan yang paling mendasar adalah karena Kristus itu kasih adanya sehingga tidaklah mungkin ada neraka atau tempat penghukuman yang kekal.

Berkaitan dengan pengajaran doktrin universalisme ini, maka ada beberapa tinjauan yang dapat memberikan informasi mengenai keyakinan penganut doktrin universalisme Kristen, yaitu:

(1). Universalisme Klasik. Universalisme klasik ini mengajarkan bahwa semua manusia akhirnya akan diselamatkan karena Allah itu baik. Pandangan ini tidak banyak terdengar lagi sejak dari masa Origen (184-253) pada abad ke 3 sampai abad ke 19 di mana pandangan ini kembali bangkit, terutama oleh Gereja Universalisme yang kemudian menyebarkan ajaran tersebut.

Ada beberapa masalah dengan pandangan ini yaitu: ajaran Universalisme Klasik merendahkan kepercayaan terhadap kematian dan penebusan Kristus, sebab jika semua dosa pada akhirnya akan diselesaikan oleh kemurahan Allah, maka seharusnya Yesus Kristus tidak harus mati di Kayu Salib. Kematian-Nya bukan hanya tidak perlu bahkan bisa merupakan suatu kesalahan terbesar dalam sejarah. Itulah sebabnya universalisme membutuhkan suatu pandangan tentang kematian Kristus untuk tujuan lainnya selain untuk penebusan dosa.

(2). New Universalisme. Universalisme Baru ini muncul pada abad ke 20. Universalisme Baru melihat Alkitab secara lebih serius. Pandangan ini bersifat Trinitarian. Yesus Kristus memang mati bagi orang berdosa, dan semua pada akhirnya akan diselamatkan atas dasar penyediaan Kristus.

Karl Barth (1886-1968) dan beberapa teolog dari Neo Orthodoks memegang pandangan seperti ini. Mereka percaya bahwa semua orang akan diselamatkan karena Allah itu mahakuasa. Tujuan Tuhan Allah adalah penebusan. Namun demikian, ada masalah dengan pandangan ini sebab jika semua pada akhirnya pasti diselamatkan, apa pun alasannya, maka pemberitaan Injil tidak perlu dilakukan. Juga mengenai penghakiman Tuhan, di mana Alkitab mencatatnya secara jelas (Lukas 16:19-31, Matius 7:13-14).

Walaupun doktrin Universalsime menyatakan bahwa pada akhirnya semua orang diselamatkan dapat dibantah kebenarannya, namun fakta bahwa universalsime percaya bahwa semua manusia pada akhirnya akan mendapat bagian pada keselamatan oleh Yesus Kristus merupakan sebuah kenyataan.

Sebagaimana diungkapkan sebelumnya bahwa universalisme adalah kepercayaan bahwa setiap orang akan diselamatkan, di mana pemahaman ini telah begitu kuat masuk dalam kehidupan gereja Tuhan. Dalam perjalanan sejarah gereja, beberapa kelompok percaya pada pandangan mengenai keselamatan secara universal, konsep universalisme di mana keyakinan bahwa semua orang pada akhirnya akan masuk surga merupakan sesuatu yang dibanggakan bagi para penganutnya.

Doktrin Universalisme memberikan pengaruh buruk dalam Kekristenan, sehingga mengakibatkan konsep teologi Kristen bahwa Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat manusia menjadi kabur. Soteriologi dalam Kekristenan tidak lagi pada posisi yang kokoh mengenai Kristus, sehingga membuat Kekristenan sama seperti agama-agama lain.

Universalisme telah salah memahami dan salah menginterpretasikan teologi Kristen secara benar, khususnya yang berkaitan dengan pengorbanan Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia. Konsep yang universal dari Kekristenan, namun terbatas itu, telah disalah-mengertikan dan dianggap sebagai pengajaran universalisme. Namun perlu dicatat bahwa Universalisme tetap percaya bahwa Yesus Kristus adalah Juru selamat umat manusia.

SOTERIOLOGI CALVINISME/REFORMED

Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu. Gerakan ini dinamai sesuai dengan reformator Prancis Yohanes Calvin, sehingga kadang-kadang varian dari Kekristenan Protestan ini disebut teologi Reformed.

Teologi Reformasi yang dikumandangkan oleh Martin Luther (1483-1546) dapat disimpulkan dengan tiga ungkapan, yaitu: Sola gratia, Sola fide, dan Sola Scriptura. Dari ketiga ungkapan tersebut terdapat makna teologis yang dalam, yaitu bahwa manusia hanya dapat diselamatkan oleh anugerah (gratia) Allah saja, dan bahwa manusia mendapat keselamatan itu dengan menyerahkan diri dalam iman (fides) kepada Yesus Kristus, serta kita dapat mengenal Allah dan kehendak-Nya hanya di dalam Alkitab (Scriptura) saja. Inilah yang mendasari teologi reformasi.

Dalam perkembangan selanjutnya, John Calvin (1509-1564) mampu memberikan rumusan yang lebih lengkap dari apa yang sudah disampaikan pendahulunya, Martin Luther dan teologi tersebut kemudian dikenal sebagai Calvinisme.

Salah satu pokok penting dalam bahasan Soteriologi Kristen adalah ajaran Calvinisme yang hingga saat ini masih banyak pengikutnya. Kelompok ini sangat aktif berdiskusi dengan berbagai argumentasi historis dan theologis; ketika membahas isu-isu Soteriologi Kristen.

Francois Wendel dalam buku “Calvin”, mengatakan: Calvinisme berbicara tentang mengenal Allah, Alkitab dan hidup Coram Deo, yaitu hidup di hadapan wajah Allah. Calvinisme sesungguhnya merupakan sinonim untuk Biblikalisme sistematis. Hanya Calvinisme yang memimpin kepada Kekristenan Alkitabiah yang sejati. Allah yang berdaulat adalah sentral dalam teologia Calvin.

Jadi Wendel melihat Calvinisme sebagai sebuah ajaran yang biblikal dan sistematis sehingga mampu memimpin umat Kristen kepada pengertian theologi yang benar di mana Allah berdaulat atasnya. Selain menyampaikan tema sentral tentang Kedaulatan Allah dalam warna teologinya, kaum Calvinisme juga menyampaikan pokok pemikiran Soteriologi yang tersusun dalam persidangan khusus untuk itu. Rangkuman theologi Calvinisme itu dikenal dengan istilah TULIP, di mana hal ini muncul sebagai reaksi atas kaum Arminianisme yang mempertanyakan doktrin keselamatan yang pada saat itu sangat populer dibicarakan.

T U L I P

(1) Total Depravity (Kerusakan Total) – Sebagai akibat dari berdosanya Adam, seluruh umat manusia terkena dampaknya. Kini, semua manusia mati dalam pelanggaran dan dosa-dosa. Manusia tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

(2) Unconditional Election (Pemilihan Tanpa Syarat) – Karena manusia mati dalam dosa, dia tidak mampu untuk merespon Allah. Karena itu, sebelum dunia diciptakan, Allah telah memilih orang-orang tertentu untuk dianugerahi keselamatan. Pemilihan dan predestinasi itu tidak bersyarat, karena pemilihan dan predestinasi bukan didasarkan kepada respon manusia. Manusia memang tidak bisa dan tidak memiliki keinginan untuk merespon Allah.

(3) Limited Atonement (Penebusan Yang Terbatas) – Karena Allah yang menentukan bahwa seseorang harus diselamatkan sebagai hasil dari pemilihan-Nya yang tak bersyarat, maka Dia juga menentukan bahwa Kristus harus mati bagi mereka yang telah dipilih. Semua yang telah dipilih Allah, dan yang telah ditebus oleh kematian Kristus akan diselamatkan.

(4) Irresistible Grace (Anugerah Yang Tidak Dapat Ditolak) – Allah menarik semua manusia yang telah dipilih-Nya mendekat kepada-Nya, melalui anugerah yang tidak dapat ditolak. Allah yang berkarya sampai manusia bersedia untuk datang kepada-Nya. Ketika Allah memanggil, barulah manusia bisa menanggapi.

(5) Perseverance of the Saints (Ketekunan Orang-Orang Kudus) – Mereka yang telah dipilih dan ditarik oleh Allah untuk mendekat kepada-Nya akan bertekun dalam iman. Tidak ada seorang pun yang dipilih Allah akan kehilangan keselamatannya, karena mereka telah mendapat jaminan kekal.

Pemikiran Calvinisme sangat jelas, yaitu orang berdosa diselamatkan di dalam Kristus oleh Allah, dan pada saat diselamatkan yang dirasakan dan dialaminya adalah orang berdosa ini kini menerima anugerah Allah, Jadi keselamatan adalah Anugerah. Keselamatan bukan sesuatu yang dapat dikejar manusia dengan segala macam perbuatan, melainkan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya.

Calvinisme atau Teologi Reformed sangat jelas membicarakan Soteriologi yang dikaitkan langsung dengan Yesus Kristus sebagai juru selamat umat manusia. jika memperhatikan Lima
Pokok Calvinisme yang membicarakan tentang keselamatan, maka hal itu tidak lepas dari Yesus Kristus sebagai sentralisasi pembahasan Soteriologi kelompok ini.

Keselamatan ada di dalam Kristus, tapi manusia yang telah jatuh dalam dosa dengan kesadaran sendiri tidak mungkin merespon datang kepada Kristus. Kemampuan untuk percaya kepada Kristus pun adalah anugerah dan pekerjaaan Roh Kudus.

Seturut dengan perkembangan zaman, doktrin Calvinisme pun mengalami perkembangan sehingga bermunculan varian-varian dalam Calvinisme. Ada 3 (tiga) varian yang berkembang dalam Calvinisme klasik yakni : Supra-lapsarianisme, Infra-lapsarianisme, dan Sub-lapsarianisme. Bahkan masih ada 2 (dua) varian lain yang merupakan modifikasi dari doktrin Calvinisme, yakni Amyraldianisme dan Hiper-calvinisme di mana doktrin ini lebih menekankan Kedaulatan Allah tetapi mengesampingkan tanggung jawab manusia.

Dengan demikian, sekalipun doktrin Calvinisme dianggap lebih mendekati kebenaran Alkitab, tetap saja memiliki persoalan di dalamnya, sehingga kita tidak bisa menemukan jawaban varian Calvinisme yang mana yang benar dan mana yang salah. Namun demikian, Calvinisme tetap percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru selamat umat manusia.

SOTERIOLOGI ARMINIANISME.

Soteriologi Arminianisme dikenal sebagai bentuk dari pemikiran doktrin keselamatan Kristen yang berbeda dengan keyakinan soteriologi Kristen dalam pemikiran Calvinisme. Dapatlah dikatakan
bahwa pemikiran teologi ini merupakan doktrin yang memberi kan warna tersendiri setelah masa reformasi. Keyakinan soteriologi yang tadinya dimonopoli oleh keyakinan Calvinisme; menjadi bertambah marak dengan lahirnya pemikiran soteriologi Arminianisme yang memberikan tekanan doktrinal dalam aspek yang sedikit berbeda dengan pemikiran Calvinisme.

Arminianisme adalah paham yang menjelaskan hubungan antara Kedaulatan Allah dan Kehendak Bebas Manusia, khususnya yang terkait dengan Keselamatan. Istilah Arminianisme ini diambil dari nama James (Jacobus) Arminius (1560-1609), seorang teolog Belanda. Jika Calvinisme menekankan kedaulatan Allah, Arminianisme menekankan soal tanggungjawab manusia.

Para pengikut awal doktrin Armenianisme di Belanda dikenal sebagai Remonstrans. Remonstrans berasal dari bahasa Latin remonstrare yang berarti menyatakan. Remonstran adalah rumusan pemahaman teologi Jacobus Armenius dan para pengikutnya, yang berisi 5 (lima) point ketidak-sepakatan dengan Calvinisme.

Lima pokok pikiran Arminianisme adalah sebagai berikut:

(1) Kerusakan Sebagian – umat manusia memang sudah rusak oleh kuasa dosa, tapi masih mampu untuk mencari Allah. Manusia memang terjatuh dan terjerat dosa, tetapi bukan berarti manusia tidak bisa, dengan keinginannya sendiri, memilih untuk mencari Allah. Ia menerima keselamatan, dengan bantuan kasih karunia dari Allah. Ditopang oleh kasih karunia, kehendak bebas manusia dalam mencari Allah dianggap tetap ada, sehingga memampukannya merespon karya Roh Kudus.

(2) Pemilihan Dengan Syarat – Allah hanya “memilih” mereka yang Allah sudah tahu kalau satu hari kelak akan beriman-percaya kepada-Nya. Tidak seorang pun dipilih untuk diselamatkan, atau dibiarkan binasa.

(3) Penebusan Tak Terbatas – Yesus mati bagi setiap orang, bahkan bagi mereka yang tidak dipilih dan memilih untuk tidak percaya. Kematian Yesus adalah bagi umat manusia. Setiap orang bisa diselamatkan, dengan hanya beriman-percaya kepada-Nya.

(4) Anugerah Yang Bisa Ditolak – Panggilan Allah supaya seseorang diselamatkan bisa diterima ataupun ditolak. Manusia bisa mengabaikan panggilan Allah untuk diselamatkan, jika dia memilih untuk itu.

(5) Keselamatan Dengan Syarat – Orang Kristen bisa kehilangan keselamatannya, jika mereka secara aktif menolak karya Roh Kudus dalam hidup mereka. Keselamatan perlu dipertahankan supaya tidak hilang.

Penganut Armenianisme pun beragam dalam menanggapi ke-lima point pernyataan Remonstrans tersebut, ada yang mempercayai seluruhnya, tetapi juga ada yang mempercayai tiga atau empat point saja.

Arminianisme mempunyai pandangan tersendiri mengenai keselamatan. Menurut Arminianisme, keselamatan dicapai melalui upaya gabungan dari Allah yang mengambil inisiatif dan manusia yang harus menanggapi respons manusia menjadi faktor yang menentukan.

Benjamin Myers, dalam bukunya “Milton’s Theology of Freedom” mengatakan bahwa menurut Arminianisme, mereka yang dipilih oleh Allah, karena mereka akan percaya kepada Allah.
Pemilihan Allah atas mereka didasarkan kepada iman yang sudah dilihat, melalui pra-pengetahuan Allah, yaitu siapa-siapa orang yang akan menerima dan percaya, maka berdasarkan hal itu, Allah memilih mereka, yang Allah sudah tahu sebelumnya akan percaya. Arminianisme mengajarkan bahwa pemilihan ialah berdasarkan kepada pra-pengetahuan Allah kepada siapa yang akan percaya.

Mengenai konsep pilihan (election) Arminianisme tidak sependapat dengan Calvinisme, di mana pemilihan itu tanpa syarat (unconditional election) bahwa Allah memiilih manusia untuk diselamatkan, dengan istilah yang populernya yaitu predestinasi. Predestinasi ialah menentukan terlebih dahulu.

Robert A Peterson dan Michael D Williams, dalam buku “Why I am not an Arminian”, mengatakan: “Para teolog Arminianisme telah memahami doktrin predestinasi dalam empat cara utama, masing –masing sesuai dengan pemahaman mereka tentang kebebasan manusia.

Pertama, mereka menyatakan bahwa pemilihan dalam Alkitab adalah korporasi dan bukan individual.

Kedua, mereka ber pendapat bahwa berkaitan pemilihan kapan perorangan dalam Alkitab, hal tersebut berkaitan Allah memilih mereka untuk pelayanan, bukan keselamatan.

Ketiga, Arminianisme telah menyatakan bahwa "pemilihan orang tertentu untuk menjadi anak-anak Allah dan ahli waris kehidupan kekal, adalah bergantung pada iman dan termasuk yang percaya.”
Keempat, Arminianisme mengajarkan bahwa pemilihan dalam Alkitab tidak ada hubungannya dengan takdir, melainkan adalah "predestinasi temporal" dan berhubungan hanya untuk hidup ini dan menjadi orang yang percaya itu ada hubungannya dengan preducision Tuhan untuk memberkati orang-orang Kristen dengan berbagai cara.

Bagi kaum Arminian pada dasarnya Allahlah yang memilih manusia yang diselamatkan, tetapi hal itu disebabkan oleh karena iman, yang sebelumnya kelihatan. Penganut Armenianisme dengan gamblang berkata, bahwa di dalam konsep pemilihan, Allah melihat iman dan siapa yang percaya dikemudian hari. Iman atau orang-orang yang percaya di masa yang akan datanglah menjadi faktor penentu dari pemilihan Allah.

Martin Mulsow, dalam buku “Socianism and Arminianism” mengata-kan: “Arminius membedakan antara predestinasi dari pengelompokan orang-orang, yang mana hal itu bersyarat dan tidak bergantung dari pra-pengetahuan, dan pemilihan dari individu-individu, yang tak bersyarat dan bergantung terhadap pra-pengetahuan. Hal itu tentunya merupakan keadaan bahwa orang setia yang akan diselamatkan dan yang tidak setia akan dihukum, tetapi seorang individu hanya diselamatkan bergantung kondisi, pra-pengelihatan Allah, yang dipercayanya.”

Jadi, Armenianisme mengajarkan bahwa ditentukannya sesorang untuk diselamatkan, bergantung akan pra-pengetahuan-Nya, di mana orang yang setia akan diselamatkan, dan orang yang tidak setia akan dihukum. Arminianisme melihat efektifitas panggilan akan terealisasi, jika manusia pada akhirnya mengungkapkan imannya kepada Allah.

Pemahaman seperti ini mengedepankan, apa yang pada akhirnya manusia, bisa lakukan terhadap Allah, supaya Allah kemudian bersedia menyelamatkan manusia. Arminianisme juga mengajarkan bahwa setelah seseorang menerima anugerah keselamatan maka ia juga dapat kehilangan keselamatan.

Jack W. Cottrell, dalam buku “Perspective on Election Five Views”, mengatakan bahwa: “Falling from grace: those who believe and are truly saved can lose their salvation by failing to keep up their faith, etc.” Cottrell menyatakan bahwa mereka yang percaya dan benar-benar diselamatkan dapat kehilangan keselamatan atau gagal menjaga iman mereka. Itulah sebabnya seorang Kristen harus terus berjuang untuk menjaga keselamatan yang diperolehnya.

Pertentangan dengan kaum Calvinisme termasuk dalam aspek ini. Calvin percaya akan doktrin predistinasi yang mana pilihan Allah tanpa salah pada diri seseorang dengan keselamatan yang pasti dan tidak akan hilang.

Ajaran Paul Ens melalui buku, “The Moody Handbook of Theology”, memberikan pendapatnya tentang kaum Armenianisme, dengan mengatakan bahwa: “Kaum Arminianisme berpendapat bahwa, orang percaya dapat berpaling dari anugerah dan kehilangan keselamatannya.” Dan mereka juga percaya bahwa penebusan Kristus hanya menghasilkan kemungkinan keselamatan.

Baca Juga: Doktrin Keselamatan

Miles J. Stanfold berkata: “Pilihan Allah atas individu-individu tertentu untuk keselamatan sebelum dasar dunia ini didasarkan pada sebelumnya mengetahui-Nya bahwa mereka akan menanggapi panggilan-Nya. Dia memilih hanya mereka yang Ia tahu akan diri mereka sendiri dengan bebas percaya Injil. Oleh karena itu pemilihan ditentukan oleh atau dikondisikan pada apa yang manusia akan lakukan.”

Dengan demikian maka keyakinan Arminianisme berpijak pada usaha manusia dalam menentukan masa depannya berkaitan dengan keselamatan dari Allah. Arminianisme ini juga berkeyakinan dan memberikan pernyataan bahwa keselamatan hanya dapat terwujud dari kehendak bebas manusia yang mau menerimanya. Jadi walaupun terdapat perbedaan yang cukup signifikan dengan pemikiran Calvinisme, dan walaupun terlihat perbedaan diantara keduanya begitu tajam, namun Arminianisme tetap percaya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus.
Next Post Previous Post