PENAFSIRAN ALKITAB DAN KHOTBAH YANG BERPUSATKAN KRISTUS

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

Pusat dari Kekristenan adalah Kristus, Tepat seperti yang dikatakan oleh Michael Eaton, “Kekristenan adalah Kristus”. Rasul Paulus menjelaskan, “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan” (Efesus 2:19-21). 
PENAFSIRAN ALKITAB DAN KHOTBAH YANG BERPUSATKAN KRISTUS
gadget, bisnis, tutorial
Di sini, Rasul Paulus menjelaskan bahwa “oikos Theou atau “keluarga Allah” , yaitu jemaat Allah yang hidup (ekklesia Theou zôntos) di bangun di atas dasar para rasul dan para nabi. Kata Yunani “dibangun’’ dalam ayat ini adalah “epoikodomethen” berasal dari kata “epoikodomeian”, dimana kata ini sering kali Paulus gunakan dalam hubungannya dengan gereja atau jemaat (Roma 15:20; 1 Korintus 3:10, 12,14; Kolose 2:7; bandingkan 1 Petrus 2:5).

Keluarga Allah ini dibangun di atas dasar (ho themelios) para rasul dan para nabi (tôn apostolôn kai prophetôn). Para rasul disini merujuk pada rasul-rasul Perjanjian baru termasuk rasul Paulus, sedangkan para nabi merujuk pada nabi-nabi Perjanjian Baru bukan nabi-nabi Perjanjian Lama. Genetif “tôn apostolôn kai prophetôn” bukan berarti para rasul dan nabi yang membangun dasar itu tetapi mereka merupakan dasar bangunan yang diletakkan Allah bagi gereja. 

Mereka adalah dasar jemaat di mana Kristus sendiri yang menjadi batu penjuru (akrogomaios) yang membangun jemaat-Nya (Matius 16:18). Yesus adalah Batu Penjuru yang menjadi fondasi seluruh bangunan, yaitu gereja-Nya (1 Korintus 3:11. Karena itulah, maka hanya di dalam Dia saja seluruh bangunan itu rapi tersusun menjadi bait Allah yang kudus (Efesus 2:21).

Karena gereja dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi Perjanjian Baru ini dengan Kristus sendiri sebagai Batu Penjuru dan Pendiri-Nya, maka gereja harus mengikuti Kristus serta ajaran para rasul-Nya, dan seperti yang dikatakan rasul Paulus “dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih” (Efesus 4:14-15).

Karena pusat dari Kekristenan adalah Kristus, maka cara menafsirkan Alkitab harus berpusat pada Kristus (Kristosentris). Prinsip penafsiran Kristosentris ini pada dasarnya menafsirkan Alkitab dalam kaitannya dengan pusatnya, yaitu Kristus. 

Menurut W. Gary Crampton, Kristosentris ini merupakan tema dari seluruh Alkitab ketika ia mengatakan, “Terdapat sekitar 40 orang penulis dengan 20 pekerjaan, hidup di 10 negara, masa penulisan lebih dari 1500 tahun, dalam 3 bahasa, dan menghasilkan 66 kitab mencakup banyak pokok permasalahan, tetapi satu tema yang ditujukan seluruhnya, yaitu Yesus Kristus. 

Martin Luther menegaskan bahwa seluruh Alkitab mengajarkan tentang Kristus”. Jadi dasar untuk prinsip ini adalah fakta bahwa Kristus merupakan pribadi sentral dari Alkitab. Pribadi dan karya-Nya merupakan tema dari pernyataan tertulis Allah. Pada roda pernyataan ilahi, Kristus adalah porosnya, dan semua kebenaran adalah bagaikan jari-jari (ruji) yang terkait pada-Nya yang adalah Sang Kebenaran.

Yesus sendiri mengajar murid-murid-Nya tentang bagaimana setiap bagian Kitab Suci menunjuk kepada diri-Nya, “Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara or ang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini” (Lukas 24:44-48).

Berikut ini beberapa contoh ayat yang menunjukkan sentralitas Kristus dalam Alkitab (Yohanes 1:45; 5:39; Kisah Para Rasul 10:43; Ibrani 10:7). Karena itu, setiap ajaran utama dalam Alkitab selalu ditemukan dalam perkataan Tuhan Yesus. Entah itu bersifat eksplit maupun implisit. Karena Yesus Kristus sendiri adalah Firman itu, yang berinkarnasi (Yohanes 1:1,14), dan sementara di bumi Ia sendiri memiliki pewahyuan penuh dari Bapa dan Roh. Ia mempunyai kemampuan dan otoritas untuk menambah, menegaskan, menjernihkan, dan mengesahkan kata-kata dalam Perjanjian Lama (Ibrani 1:1-2). Ingatlah, bahwa Injil awalnya diberitakan oleh Tuhan, selanjutnya Injil tersebut diberitakan oleh murid-murid-Nya (Ibrani 2:3-4).

Pauline Hoggarth mengatakan, “Kisah-kisah Alkitab memfokuskan tujuan misional Allah di dalam pribadi Yesus. Jadi, selagi kita bersekutu dengan firman Allah, kita mesti menangkap bagaimana tiap-tiap penggalan Alkitab memberi kontribusinya pada kisah rencana-rencana Allah dan memberi petunjuk mengenai sentralitas figur Yesus di dalam rencana-rencana tersebut”. 

Arturo G. Azurdia III menjelaskan demikian, “Alkitab bukan sekedar buku manual yang diberikan Allah untuk mengarahkan kita supaya mempunyai kehidupan yang sukses. Sebaliknya, Alkitab adalah sebuah buku yang menunjukkan kondisi buruk manusia dan tujuan Allah untuk menyelamatkan manusia melalui anak-Nya. 

Yesus Kristus sudah dijanjikan sejak halaman-halaman pertama Alkitab. Di bagian tengah Alkitab ada catatan sejarah tentang kedatangan-Nya dan apa yang telah diperbuat-Nya. Pada bagian Akhir Alkitab, Yesus Kristus dinyatakan sebagai Pribadi yang mulia yang disembah oleh segala ciptaan sampai selama-lamanya”.

Alkitab berbicara tentang banyak hal yang penting dan benar, tetapi kita tidak boleh membiarkan satu pun dari padanya memudarkan pesan utamanya, kabar baik dari Injil, yaitu tentang Yesus Kristus. Demikian juga kita tidak boleh membiarkan satu pun menyalahgunakan tawarannya yang utama, yaitu keselamatan di dalam Yesus Kristus. 

Baca Juga: Doktrin Alkitab

Greg Scharf menjelaskan, “Meskipun tidak semua ayat-ayat Alkitab mengarahkan kita kepada Yesus secara langsung, tetapi semuanya, dengan cara tertentu, bersaksi tentang Kristus.” Yesus sendiri menegaskan bahwa Kitab-kitab Suci (mengacu pada Perjanjian Lama karena pada saat itu Perjanjian Baru belum ada) memberi kesaksian tentang Dia, ketika Ia mengatakan, “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu”. (Yohanes 5:39-40). 

Itu sebabnya, tidak berlebihan jika John Calvin menyimpulkan, “Ayat-ayat Alkitab seharusnya dibaca dengan tujuan menemukan Kristus di dalamnya. Siapa pun yang menyimpang dari tujuan ini, walaupun ia menghabiskan seluruh hidupnya untuk mempelajari Alkitab, ia tidak akan pernah mencapai pengetahuan tentang kebenaran”.
Next Post Previous Post