2 ARGUMENTASI YESUS KRISTUS MATI DISALIB

 1. Argumentasi dari Alkitab

Pertama-tama harus diakui bahwa keyakinan orang percaya akan kematian Yesus didasarkan atas epistemologi wahyu yaitu Alkitab. Pemahaman orang percaya terhadap fakta kematian Yesus di kayu salib tidaklah didasarkan atas penafsiran yang rumit melainkan penalaran yang langsung atas narasi Injil dan banyak bagian lain dalam Alkitab. Ayat-ayat Alkitab berbicara lugas tentang kematian Yesus disalib :
2 ARGUMENTASI YESUS KRISTUS MATI DISALIB
bisnis, tutorial
“Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya” (Matius 27:50)

“Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Ku-serahkan nyawa-Ku.’ Dan sesudah berkata demikian, Ia menyerahkan nyawa-Nya” (Lukas 23:46)

“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya” (Yohanes 19:30).

Selanjutnya, koherensi dari kisah kematian Yesus ini juga tercermin dalam banyak fakta. Fakta-fakta ini tidak membuktikan kebenaran Alkitab melainkan menunjukkan bahwa Alkitab berisi kebenaran-kebenaran yang konsisten satu sama lain.

Fakta pertama berkaitan dengan nubuatan Yesus mengenai diri-Nya sendiri. PB secara berulang kali menunjukkan bahwa kematian Yesus telah dinubuatkan oleh Yesus sendiri dalam berbagai kesempatan (Matius 12:40; 17:22-23; 20:18; Markus 10:45; Yohanes 2:19-20; 10:10-11).

Kematian Yesus dalam perspektif Alkitab bukanlah suatu kebetulan atau peristiwa naas yang mengejutkan melainkan inti dari misi Yesus datang ke dalam dunia. Selanjutnya, perlu ditegaskan bahwa nubuatan mengenai kematian Yesus pada dasarnya telah terkandung dalam ayat-ayat Perjanjian Lama yang berbicara mengenai kebangkitan Mesias dari antara orang mati (Mazmur 16:10; Yesaya 26:19; Dan. 12:2).

Fakta kedua yang perlu diperhatikan adalah banyaknya saksi mata pada waktu penyaliban Yesus. Saksi mata pertama adalah para murid Yesus sendiri. Rasul Yohanes (Yohanes 19:26) dan beberapa pengikut Yesus seperti Maria, dan wanita-wanita lain berada di dekat penyaliban Yesus (Lukas 23:27; Yohanes 19:25). Berikutnya, kematian Yesus di kayu salib juga disaksikan oleh para tentara Romawi, dua orang penjahat yang disalibkan di samping Yesus (Matius 27:38), orang banyak (Matius 27:39; Lukas 23:27) serta para pemimpin Yahudi (Mat. 27:41).

Dengan memperhatikan para saksi mata penyaliban Yesus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa mayoritas dari mereka merupakan orang-orang Yahudi yang menghendaki kematian-Nya. Mereka begitu bernafsu untuk membunuh Yesus sehingga sebelum penyaliban itu sendiri berlangsung, orang-orang Yahudi telah berseru berkali-kali di hadapan Pilatus agar Yesus disalibkan (Matius 27:22-23). 

Orang-orang Yahudi itu bahkan berani berkata “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Matius 27: 25). Kebencian orang-orang Yahudi ini begitu kuat sehingga mereka benar-benar menginginkan kematian Yesus pada waktu disalib. Selain itu, kita harus mengingat bahwa tentara Romawi adalah orang-orang yang terlatih dalam menjalankan eksekusi sehingga mereka tidak akan salah mengidentifikasi korbannya.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, adalah jelas bahwa Alkitab menerima fakta kematian ini sebagai peristiwa historis yang pasti. Oleh karena itu, khotbah Petrus juga disertai dengan pemberitaan yang tegas mengenai kematian Yesus yang disalibkan dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi yang durhaka (Kisah Para Rasul 2:23-24). Berdasarkan hal ini kita melihat bahwa bagian-bagian dalam Alkitab saling menegaskan satu sama lain bahwa Yesus telah mati di kayu salib.

Selanjutnya, pandangan Kristen mengenai fakta kematian Yesus di kayu salib juga mendapatkan dukungan dari argumentasi eksternal. Argumentasi ini tentu saja tidak dapat dipandang sebagai suatu bukti yang obyektif dalam sudut pandang Muslim. Dalam kenyataannya argumentasi eksternal seperti kesaksian sejarah tetap saja dapat dipandang tidak konklusif karena memiliki kemungkinan kesalahan.

Berdasarkan pertimbangan ini, maka argumentasi eksternal haruslah dipahami sebagai bagian dari argumentasi bahwa kebenaran Alkitab juga dapat ditemukan ekspresinya dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan lain. Dengan kata lain, argumentasi eksternal ini menjadi ekspresi dari kebenaran Alkitab dalam dunia. Walaupun demikian, argumentasi ini sendiri tidaklah membuktikan atau mengesahkan kebenaran Alkitab.

2. Argumentasi Eksternal: Otoritas Sejarawan Non Kristen

Banyak orang termasuk orang Kristen tidak mengetahui bahwa fakta kematian Yesus di kayu salib bukan hanya dicatat oleh Alkitab tetapi juga diakui oleh banyak otoritas sejarawan sekuler. Tacitus (55-120 M), yang merupakan seorang sejarawan terbesar dari Romawi kuno berkata, “Christus, the founder of the name (Christians), was put to death by Pontius Pilate, procurator in Judea in the reign of Tiberius.”

Nama-nama sejarawan lain yang menerima kematian Yesus akibat penyaliban adalah Suetinius, Pliny, Thallus, dan Phlegon. Mereka adalah sejarawan sekuler yang memiliki nama besar dan berotoritas dalam bidangnya. Tulisan mereka menunjukkan bahwa kebenaran proklamasi Alkitab dapat ditemukan dalam bidang ilmu sejarah.

Selanjutnya, otoritas lain yang amat penting untuk diperhatikan adalah sumber Yahudi. Talmud Babilonia menyatakan tentang Yesus demikian: “It has been taught: On the eve of passover they hanged Yeshu . . . they hanged him on the passover.” Dalam kalimat ini, kata “Yeshu” jelas mengacu pada Yesus dan kata “hanged” merupakan sebutan lain dari penyaliban (Lukas 23:39; Galatia 3:13). Selain itu, referensi mengenai penyaliban Yesus yang terjadi pada malam persiapan Paskah juga sesuai dengan kesaksian Alkitab (Yohanes 19:14).

Catatan: Wikipedia Tentang Penyaliban dan Kematian Yesus
Sejumlah sumber non-Kristen mencatat penyaliban dan kematian Yesus:

Mara Bar-Serapion, penulis dari Suriah yang menyebut ada seorang "raja yang bijak" dihukum mati oleh orang Yahudi.

Sejarahwan Romawi, Tacitus, dalam tulisannya Annals (~116 M), mencatat "Kristus...menderita hukuman ekstrem pada pemerintahan Tiberius di tangan salah seorang prokurator kami (=Pontius Pilatus)..."

Satiris Yunani, Lucian, menyebut Yesus sebagai "persona terkemuka yang mengajarkan ritual baru dan disalibkan karena hal itu."

Sejarawan Yahudi pada abad ke-1, Flavius Yosefus (dalam bagian yang diperdebatkan) mencatat:

“ Kira-kira pada waktu itu, Yesus, seorang bijak, kalau boleh menyebutnya "manusia"; karena ia adalah pembuat pekerjaan yang menakjubkan, seorang guru sedemikian yang membuat orang menerima kebenaran dengan sukacita. Ia menarik banyak pengikut, baik orang Yahudi maupun orang asing. Ia adalah Kristus. Dan ketika Pilatus, atas usulan orang-orang terkemuka di antara kami, menghukumnya dengan penyaliban, mereka yang menyayanginya pada mulanya tidak meninggalkannya; karena ia menampakkan diri lagi hidup-hidup kepada mereka pada hari ke-3, sebagaimana nabi-nabi kudus telah meramalkannya dan puluhan ribu hal ajaib lain tentang dia. Dan suku Kristen, yang dinamakan menurut dia, tidak punah sampai hari ini ”

Suatu referensi Yahudi tentang penyaliban ("digantung" seperti istilah yang dipakai dalam Lukas 23:39; Galatia 3:13) ditemukan dalam Talmud Babylonian:

“ Pada petang hari sebelum Pesakh Yeshu digantung. Selama 40 hari sebelum hukuman dijalankan, seorang bentara berjalan ke depan dan berteriak, ‘Orang ini akan segera dihukum lempar batu sampai mati, karena ia melakukan sihir dan membujuk Israel pada kesesatan. Barangsiapa yang dapat membelanya, silakan maju dan mengajukan permohonan untuknya.' Namun, karena tidak ada pembelaan yang diajukan untuknya, ia digantung di sore sebelum petang hari sebelum Pesakh! ”
Meskipun ada keraguan bahwa Yeshu ini sama dengan Yesus, banyak sejarawan sependapat bahwa bagian ini tampaknya tentang Yesus.

Ada referensi lain yang secara tidak langsung merujuk kepada pengorbanan Yesus Kristus sebagai anak domba Allah untuk menghapus dosa dan mendapat perkenan Allah:

Selama 40 tahun terakhir sebelum kehancuran Bait Suci, undi [‘Untuk Tuhan’] tidak muncul di tangan kanan; juga pita yang berwarna kirmizi tidak menjadi putih; pula cahaya di ujung barat tidak bersinar; dan pintu-pintu Hekal terbuka dengan sendirinya, sampai R. Johanan b. Zakkai memarahi mereka, katanya: Hekal, Hekal, mengapa engkau menjadi pembawa berita buruk itu sendiri? Aku tahu tentang engkau bahwa engkau akan dihancurkan, karena Zakharia bin Ido telah bernubuat mengenai engkau: Bukalah pintu-pintumu, hai Libanon, supaya api dapat memakan pohon-pohon arasmu. (Yoma 39b)
Bait Suci itu dihancurkan pada tahun 70 M oleh orang Romawi, maka ada yang menafsirkan bahwa penyaliban Yesus, yang menggenapi korban "Untuk Tuhan" terjadi sekitar tahun 30 M.

Ada pula yang menulis mengenai peristiwa di seputar kematian Yesus

Thallus, seorang sejarawan Romawi, mencatat pada tahun 52 M, bahwa kegelapan meliputi seluruh bumi pada siang hari di waktu sekitar Paskah tahun 32 M. Tokoh Kristen, Sextus Julius Africanus, pada tahun 220 menulis: "Kegelapan ini, Thallus, dalam buku ketiga karyanya "History" menyebutnya, tampaknya menurut saya tanpa alasan, sebagai gerhana matahari." Julius lalu menjelaskan bahwa teori Thallus tidak masuk akal karena gerhana matahari tidak dapat terjadi bersamaan dengan bulan purnama yang selalu terjadi pada hari Paskah (15 Nisan menurut Kalender Ibrani), yaitu saat kematian Yesus.
Pada tahap ini adalah penting untuk disadari bahwa para sejarawan sekuler maupun penulis Yahudi (Talmud Babilonia) tersebut bukanlah orang-orang yang mendukung kekristenan. Dalam kenyataannya, tulisan-tulisan mereka sebenarnya bernada negatif terhadap kekristenan. Mereka tidak memiliki motif keuntungan apa pun dalam menyatakan kematian Yesus di salib. Kesepakatan para lawan kekristenan dalam menerima kematian Yesus disalib sebagai fakta sejarah merupakan hal yang mendukung klaim Alkitab sebagai firman Allah.

Baca Juga: Kematian, Penguburan Dan Kebangkitan Yesus Kristus (Markus 15:33-16a)

Argumentasi Alkitab dan argumentasi eksternal di atas pada dasarnya lebih bersifat defensif daripada ofensif. Argumentasi defensif seperti di atas jelas diperlukan dalam hampir semua kondisi, namun argumentasi ofensif kadang-kadang diperlukan dalam kondisi tertentu.
Next Post Previous Post