EKSPOSISI 1 KORINTUS PASAL 12-14

Pdt. Budi Asali, M.Div.

I KORINTUS 12:1-6

1 Korintus 12: 1-3:

1) ‘Sekarang tentang ...’ (1 Korintus 12: 1).

Ini menunjukkan bahwa Paulus mulai membahas thema yang baru, yaitu tentang karunia-karunia Roh Kudus, khususnya karunia bahasa Roh (1Korintus 12-14).
EKSPOSISI 1 KORINTUS PASAL 12-14
Latar belakang pembahasan thema ini adalah adanya karunia-karunia Roh Kudus pada jemaat Korintus sehingga:

ada orang-orang yang menjadi sombong, dan lalu memamerkan karunianya (karunia bahasa Roh). Orang-orang Kharismatik jaman sekarang mengulang kesalahan jemaat Korintus abad pertama.

ada yang lalu menjadi rendah diri / iri hati kepada yang lain karena ia menerima karunia hanya sedikit.

adanya perpecahan karena karunia-karunia yang berbeda.

adanya karunia-karunia yang palsu, dsb.

Untuk menangani hal inilah maka Paulus menuliskan 1Korintus 12-14.

Catatan: Pandangan ini bukanlah merupakan penafsiran dari orang-orang yang anti Kharismatik! Ini adalah pandangan dari John Calvin dan Charles Hodge yang hidup jauh sebelum adanya golongan Kharismatik!

2) Ay 1 (NIV): ‘I do not want you to be ignorant’ (= aku tidak mau engkau tidak tahu).

Paulus berulang-ulang mengucapkan kalimat seperti ini (bdk. 10:1 11:3 Ro 11:25 1Tes 4:13), dan ini menunjukkan:

pentingnya pengertian / pengetahuan tentang Firman Tuhan / hal-hal rohani. Orang yang tidak mengerti, apalagi yang salah mengerti, akan salah juga dalam sikap / tindakannya.

salahnya atau bodohnya orang yang tidak mencari pengertian / pengetahuan (bdk. Amsal 1:7b - orang bodoh menghina hikmat dan didikan).

Penerapan: berusahalah dengan tekun untuk mencari Firman Tuhan, yang sukar dan berat sekalipun. Rajinlah ikut Pemahaman Alkitab dan membaca Firman Tuhan / Kitab Suci di rumah setiap hari (saat teduh).

3) Ay 1: ‘Sekarang tentang karunia-karunia Roh’.

Lit: ‘Now about the spiritual .....’.

Ini bisa menunjuk pada ‘spiritual people’ (= orang-orang rohani), atau pada ‘spiritual gifts’ (= karunia-karunia rohani).

4) Dalam 1 Korintus 12:  2 Paulus mengingatkan mereka akan keadaan mereka dahulu.

a) ‘belum mengenal Allah’ (ay 2).

Lit: ‘nations’ (= bangsa-bangsa). Ini menunjuk kepada bangsa-bangsa non Yahudi.

NASB / NIV: ‘pagans’ (= orang-orang kafir).

Jadi, dahulu mereka adalah orang kafir.

Penerapan: semua orang kristen dahulunya adalah orang kafir! Kalau ada orang kristen yang mengaku sudah kristen sejak lahir, itu biasanya menunjukkan bahwa ia belum sungguh-sungguh kristen, karena kata-kata itu menunjukkan bahwa ia tidak mengerti arti pertobatan yang sejati.

b) ’ditarik’ (ay 2).

Kata Yunani yang dipakai di sini sering dipakai untuk menunjuk kepada tawanan yang dibawa / digiring (bdk. Mark 14:44 15:16).

Jadi, Paulus menggambarkan orang Korintus dahulu sebagai penyembah berhala, bukan karena mereka sudah memikirkan tentang kebenaran penyembahan berhala, dan karena itu mereka lalu menyembah berhala. Tetapi mereka digambarkan sebagai orang yang tidak berdaya, yang digiring ke dalam penyembahan berhala.

Karena itu, Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘tanpa berpikir ditarik’. Kata-kata ‘tanpa berpikir’ itu sebetulnya memang tidak ada, tetapi bisa diterjemahkan demikian karena arti dari kata bahasa Yunaninya.

Ini menunjukkan benarnya doktrin Total Depravity (= Kebejatan total) dari Calvinisme, karena ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang ada dalam dosa tidak mampu berpikir dengan benar, dan tidak berdaya meng-hadapi dosa.

c) ’berhala yang bisu’ (ay 2).

Berhala dikatakan ‘bisu’ untuk menunjukkan bahwa berhala itu mati dan tidak bisa berbuat apa-apa (bdk. Ul 4:28 Maz 115:4-8 135:15-18), dan karena itu adalah suatu kebodohan yang luar biasa kalau manusia mau menyembahnya (bdk. Yes 44:9-20 yang menunjukkan kebodohan penyembah berhala).

Dalam Perjanjian Lama terlihat dengan jelas bahwa penyembahan berhala adalah dosa yang paling dibenci oleh Allah, dan merupakan dosa yang membawa perpecahan dan kehancuran / pembuangan bagi bangsa Israel.

Dalam ay 2-3, berhala yang bisu / mati dikontraskan dengan Roh Kudus yang berkuasa untuk memberikan terang sehingga seseorang bisa percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.

5) Ada perubahan / perbedaan antara dahulu dengan sekarang (1 Korintus 12:  2-3).

a) Dahulu, tanpa terang Roh Kudus, mereka menyembah berhala yang tidak bisa berbuat apa-apa. Sekarang, mereka mengakui Yesus sebagai Tuhan

Ini menunjukkan bahwa orang kristen sejati pasti mengalami perubahan hidup! Kalau hidup saudara sekarang tidak berbeda sama sekali dengan hidup saudara dahulu, maka saudara jelas bukan orang kristen sejati.

b) Perubahan itu terjadi karena pekerjaan Roh Kudus (ay 3b).

Bandingkan dengan Mat 16:17 dimana Yesus mengatakan bahwa Petrus bisa mengakui Yesus sebagai Mesias / Anak Allah karena Allah menyatakan hal itu kepadanya.

Calvin:

“Hence it is necessary that we should be directed by the Spirit of God, or we should wander on for ever” (= Jadi mutlak dibutuhkan bahwa kita dipimpin / diarahkan oleh Roh Allah, atau kita akan mengembara selama-lamanya).

“All things that pertain to the true knowledge of God are the gifts of the Holy Spirit” (= Semua hal yang berhubungan dengan pengetahuan / pengenalan yang benar tentang Allah, adalah karunia-karunia dari Roh Kudus).

Jadi, bagian ini merupakan salah satu dasar bagi:

doktrin Total Depravity (= Kebejatan Total), karena ayat ini menunjukkan ketidakmampuan manusia untuk mengenali dan mengakui Yesus sebagai Tuhan, kecuali kalau ada pekerjaan Roh Kudus dalam dirinya.

doktrin Predestinasi, karena ayat ini menunjukkan bahwa seseorang percaya kepada Yesus atau tidak, bukan tergantung manusia itu sendiri (seperti yang diajarkan oleh ajaran Arminianisme), tetapi tergantung pada pekerjaan Roh Kudus. Jadi kalau Roh Kudus bekerja, orangnya akan percaya, dan sebaliknya kalau Roh Kudus tidak bekerja, maka orangnya tidak akan percaya. Lalu bagaimana Roh Kudus memilih orangnya di dalam diri siapa Ia mau bekerja? Tentu Ia memilih orangnya sesuai dengan Rencana Allah tentang pemilihan / Predestinasi (bdk. Ef 1:4,5,11 Ro 9:10-24 Kis 13:48).

6) Pengakuan / anggapan / sikap tentang Yesus (ay 3).

Ada 2 pengakuan / anggapan / sikap tentang Yesus di sini:

a) ’Terkutuklah Yesus’.

Ada beberapa kemungkinan tentang ucapan ini:

ucapan ini dikeluarkan oleh orang-orang Yahudi yang menganggap Yesus sebagai penyesat.

ucapan ini dikeluarkan orang yang menganggap Yesus terkutuk karena Ia disalib (bdk. Ul 21:23). Tetapi Gal 3:13 menjelaskan bahwa Yesus terkutuk karena Ia sedang memikul kutuk yang seharusnya untuk kita. Memang kita hanya punya 2 pilihan: atau kita menganggap Yesus terkutuk (berdasarkan Ul 21:23), atau percaya bahwa Yesus terkutuk karena memikul kutuk kita (berdasarkan Gal 3:13). Yang mana yang menjadi pilihan saudara?

ucapan ini keluar dari mulut orang kristen yang dipaksa untuk menghujat Tuhan oleh orang-orang Yahudi [bdk. Kis 26:11 - ‘memaksanya untuk menyangkal imannya’ - bdk. NIV: ‘to force them to blashpheme' (= memaksa mereka untuk menghujat)].

ucapan ini keluar dari mulut orang-orang yang berbahasa roh dalam kebaktian-kebaktian jemaat Korintus. Tetapi ternyata arti dari kata-katanya adalah suatu pengutukan terhadap Yesus, dan ini dianggap oleh mereka sebagai pekerjaan Roh Kudus. Karena itu maka di sini Paulus membetulkan anggapan mereka yang salah itu.

Saya paling setuju dengan penafsiran ini, karena penafsiran ini sesuai dengan kontex dari 1Kor 12-14 yang memang membahas penyalahgunaan bahasa roh.

b) ‘Yesus adalah Tuhan’.

Nama ‘Yesus’ diberikan kepada Yesus waktu Ia menjadi manusia. Jadi ‘Yesus’ menunjukkan kemanusiaan Yesus. Sedangkan ‘Tuhan’ menunjukkan keilahian Yesus. Jadi kita harus percaya bahwa Yesus adalah Allah dan manusia!

Ayat ini mengatakan bahwa tidak seorangpun bisa mengucapkan ‘Yesus adalah Tuhan’ selain oleh pekerjaan Roh Kudus. Ini tentu tidak berarti bahwa tanpa pekerjaan Roh Kudus, seseorang tidak bisa sekedar mengucapkan kata-kata itu! Kalau hanya sekedar mengucapkan, tentu saja bisa (bdk. Mat 7:21 & Luk 6:46 yang dengan jelas sekali menunjukkan bahwa orang-orang kristen KTP itu bisa menyebut Yesus sebagai Tuhan). Yang dimaksudkan oleh ayat ini adalah: tidak ada orang yang bisa mengucapkan ‘Yesus adalah Tuhan’, dengan hati yang sungguh-sungguh percaya, tanpa pekerjaan Roh Kudus.

Jadi, jelaslah bahwa iman adalah anugerah dari Tuhan (bdk. Fil 1:29).

Ada orang yang mengartikan bahwa ‘mengakui Yesus adalah Tuhan’ sekedar berarti bahwa orangnya menghormati / meninggikan / memuliakan Yesus.

c) Ada orang yang beranggapan bahwa bagian ini berguna untuk menguji karunia:

Kalau karunia itu dari Roh Kudus, pasti orangnya meninggikan Kristus, karena itu memang merupakan fungsi Roh Kudus (bdk. Yoh 16:14). Kalau orangnya mengabaikan, apalagi merendahkan, Kristus, maka karunianya bukan dari Roh Kudus.

Saya tidak setuju dengan penafsiran ini, karena sekalipun seseorang mempunyai karunia yang sejati, tetapi kalau ia sendiri tidak dikuasai oleh Roh Kudus, bisa saja ia menggunakan karunia itu bukan untuk kemuliaan Tuhan. Misalnya: pendeta yang betul-betul bisa berkhotbah, tetapi menggunakan karunianya untuk kepentingan dirinya sendiri. Jadi, saya beranggapan bahwa apakah seseorang meninggikan / mengabaikan / merendahkan Kristus, tidak bisa dijadikan dasar untuk menentukan asli tidaknya karunianya, tetapi bisa menunjukkan apakah ia dikuasai / dipenuhi oleh Roh Kudus atau tidak.

1 Korintus 12:  4-6:

1) Ini adalah salah satu bagian Kitab Suci yang menampilkan ketiga pribadi dari Allah Tritunggal, karena ‘Roh’ (ay 4) menunjuk pada Roh Kudus, ‘Tuhan’ (ay 5) menunjuk pada Tuhan Yesus, ‘Allah’ (ay 6) menunjuk pada Allah Bapa.

Bagian-bagian Kitab Suci yang lain yang juga menunjukkan ketiga pribadi dari Allah Tritunggal adalah: Mat 3:16-17 Mat 28:19 2Kor 13:13 1Pet 1:2 Wah 1:4.

Sesuatu yang perlu diperhatikan adalah bahwa Allah Bapa yang disebut sebagai Pribadi I dari Allah Tritunggal, tidak selalu disebutkan lebih dulu, dan demikian juga Roh Kudus yang disebut sebagai Pribadi ke III dari Allah Tritunggal, tidak selalu disebut terakhir (dalam ay 4-6 ini Roh Kudus malah disebut pertama!). Ini menunjukkan bahwa urut-urutan I, II dan III itu tidak menunjukkan tingkat / tinggi rendahnya mereka, tetapi hanya urut-urutan berdasar logika.

2) Rupa-rupanya jemaat Korintus bersikap sedemikian rupa sehingga karunia-karunia yang ada pada mereka justru menyebabkan perpecahan. Karena itu, disini Paulus justru menekankan kesatuan. Sekalipun karunia / pelayanan berbeda-beda, tetapi tetap harus bersatu!

I KORINTUS 12:7-11

1) Tiap orang Kristen pasti mempunyai karunia

a) 1 Korintus 12:  7: ‘kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh’.

Kata-kata ‘tiap-tiap orang’ bukan berarti ‘semua / setiap manusia’, tetapi berarti ‘semua / setiap orang kristen yang sejati’. Ini terlihat dengan jelas karena dalam ay 12 dst Paulus menggambarkan mereka itu sebagai anggota-anggota tubuh Kristus.

Jadi, berbeda dengan ‘bakat’ yang ada pada setiap orang sejak ia lahir, maka ‘karunia’ hanya ada pada orang kristen sejati, dan baru ada sejak ia percaya kepada Yesus.

Memang ‘karunia’ bisa berasal dari ‘bakat’ yang diubahkan oleh Tuhan menjadi karunia. Misalnya, orang yang mempunyai bakat menyanyi lalu diberi karunia menyanyi pada saat ia bertobat. Tetapi kadang-kadang karunia itu merupakan sesuatu yang sama sekali baru dalam hidup orang itu. Misalnya karunia bahasa roh, kesembuhan, dsb.

b) Tidak ada orang kristen yang tidak mempunyai karunia sehingga ia tidak dibutuhkan dalam gereja. Karena itu, jangan sekali-kali menolak untuk melayani Tuhan dengan alasan bahwa saudara tidak mempunyai karunia sama sekali! Mengatakan ‘saya tak bisa melayani Tuhan’ atau ‘saya tidak mempunyai karunia’, pada hakekatnya sama dengan berkata ‘saya adalah orang kafir’ atau ‘saya bukan orang kristen’.

Sebaliknya, juga tidak ada orang kristen yang mempunyai semua karunia yang ada sehingga ia tidak membutuhkan kerja sama dengan orang kristen yang lain (bdk. ay 21).

Semua ini menunjukkan bahwa Tuhan memang ingin semua orang kristen berpartisipasi dan bekerja sama dalam melayani Dia!

c) Setiap orang kristen mempunyai karunia-karunia yang berbeda (1 Korintus 12:  8-10 ay 11 Ro 12:6-8).

Ini menyebabkan selalu ada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan tetapi yang bisa dilakukan oleh orang kristen yang lain, dan hal ini makin menunjukkan perlunya kita bekerja sama dengan orang kristen yang lain.

d) Tidak ada satu karuniapun yang harus dimiliki oleh setiap orang kristen.

Jaman sekarang, banyak orang beranggapan bahwa semua orang kristen harus mempunyai karunia bahasa roh. Tetapi pandangan ini jelas sekali bertentangan dengan ay 8-10 dan ay 29-30 yang jelas menunjukkan bahwa tidak semua orang diberi karunia bahasa roh!

2) Semua karunia adalah pemberian dari Roh Kudus menurut kehendakNya.

a) Semua karunia adalah pemberian dari Roh Kudus.

Dasarnya:

1 Korintus 12:  7: ‘penyataan Roh’.

NIV / NASB: ‘the manifestation of the Spirit’ (= manifestasi / perwujudan dari Roh).

Jadi, adanya Roh Kudus dalam diri orang Kristen menimbulkan manifestasi, yaitu adanya karunia-karunia.

1 Korintus 12:  8-10 menunjukkan secara jelas bahwa Roh Kuduslah yang memberi karunia-karunia itu.

1 Korintus 12:  11 mengatakan bahwa ‘semuanya itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan kepada tiap-tiap orang secara khusus, ...’.

Paulus menekankan hal ini untuk:

menghancurkan kesombongan dari orang yang memiliki karunia yang hebat. Bagaimanapun hebatnya karunia yang ada pada kita, tidak seharusnya membuat kita menjadi sombong, karena karunia itu adalah pemberian Roh Kudus (bdk. 1Korintus 4:7).

menekankan bahwa orang-orang kristen harus bersatu dan bekerja sama, karena karunia-karunia itu merupakan pemberian dari Roh Kudus yang satu dan yang sama.

b) Roh Kudus memberikan karunia-karunia itu sesuai dengan kehendakNya (ay 11,18 Ro 12:6).

Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan dari hal ini:

Adanya kehendak menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah ‘seseorang yang berpribadi’. Jadi, Ia adalah ‘seseorang’, bukan ‘sesuatu’. Bandingkan ini dengan ajaran Saksi Yehovah yang mengatakan bahwa Roh Kudus bukanlah seseorang yang berpribadi, karena Roh Kudus itu hanyalah merupakan kuasa / kekuatan Allah.

Orang Kristen tidak bisa pilih-pilih karunia sekehendaknya sendiri, karena pemberian karunia itu dilakukan sesuai kehendak Roh Kudus. Jadi, jelas kita tak bisa menghendaki supaya karunia kita ditukar dengan karunia yang lain, yang lebih kita senangi.

Pertanyaan yang sering dipersoalkan adalah: bolehkah orang kristen berdoa untuk meminta / berusaha untuk mendapatkan suatu karunia tertentu? Dan bisakah hal itu terjadi?

Ada orang-orang yang menjawab: boleh / bisa.

Dasarnya:

1Kor 12:31 dan 1Kor 14:1 memerintahkan untuk berusaha memperoleh karunia-karunia yang terutama (lihat juga 1Kor 14:12).

1Kor 14:13 mengatakan bahwa orang yang mempunyai karunia bahasa Roh harus berdoa supaya kepadanya diberikan juga karunia penafsiran bahasa Roh.

Ada juga orang-orang yang menjawab: tidak boleh / tidak bisa.

Dasarnya:

Karunia diberikan sesuai kehendak Roh Kudus, bukan kehendak kita (ay 11,18 Ro 12:6).

Sejak kita percaya Yesus, kita adalah anggota tubuh Kristus, dan tugas / fungsi / kemampuannya jelas sudah ditetapkan mulai saat itu.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘berusahalah untuk memperoleh’ dalam ay 31 & 14:1,12 bisa diterjemahkan ‘value highly’ (= nilailah tinggi / hargailah). Kalau kita memilih terjemahan ini, maka jelas bahwa ayat-ayat itu tidak menyuruh kita untuk berusaha mendapatkan, tetapi hanya menyuruh kita untuk menghargai karunia-karunia tertentu.

1Kor 14:13 yang menyuruh orang yang mempunyai karunia bahasa Roh untuk meminta karunia penafsiran bahasa Roh, bisa dianggap sebagai satu-satunya perkecualian, karena 2 karunia itu memang merupakan suatu pasangan (ay 10b,30).

Sekalipun tak ada kepastian yang mutlak, tetapi saya condong pada pandangan ke 2 ini.

3) Tujuan pemberian karunia-karunia adalah untuk kepentingan bersama / gereja (ay 7 bdk. 14:5,12,17,26 Ef 4:11-12 1Pet 4:10).

Dari sini terlihat bahwa:

a) Karunia tak diberikan untuk dibuat sombong-sombongan / pameran, karena ini jelas tidak membangun siapapun juga.

Bandingkan dengan banyak orang jaman ini yang menyombongkan / memamerkan ‘karunia bahasa Roh’ mereka.

b) Karunia tidak diberikan untuk kepentingan diri sendiri!

Bandingkan dengan banyak orang kristen jaman ini yang beranggapan bahwa karunia bahasa Roh itu bisa membangun iman / menyucikan diri orang yang memilikinya! Pandangan ini jelas tak cocok dengan peng-gambaran orang-orang kristen sebagai anggota-anggota tubuh Kristus, karena dalam suatu tubuh tidak ada anggota yang fungsinya hanya untuk dirinya sendiri!

Karunia diberikan supaya digunakan untuk membangun gereja / jemaat (14:12,26 Ro 12:6-8 1Tim 4:14 2Tim 1:6).

Ingat bahwa saudara akan dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan tentang karunia yang Ia berikan kepada saudara (bdk. Mat 25:14-30 - yang dimaksud dengan talenta sebetulnya bukan hanya karunia-karunia saja, tetapi juga mencakup hal-hal lain yang Tuhan berikan kepada kita. Tetapi karunia jelas termasuk pada talenta).

Karena itu, carilah apa karunia saudara (dengan banyak berdoa dan mencoba untuk melayani Tuhan dalam bermacam-macam bidang seperti: sekolah minggu, paduan suara, kepengurusan dsb), dan gunakanlah karunia itu!

4) Contoh-contoh karunia (1 Korintus 12:  8-10).

Banyak orang yang berdasarkan bagian ini, lalu mengatakan bahwa karunia-karunia yang ada hanya berjumlah 9 buah. Tetapi ini jelas merupakan pandangan yang salah, karena daftar ini jelas tidak mencakup semua karunia yang ada (yang jumlahnya tentu banyak sekali). Bandingkan dengan ay 28 dan Ro 12:4-8 dimana terlihat adanya karunia-karunia yang lain yang tidak ada di dalam ay 8-10 ini.

Sekarang mari kita membahas contoh-contoh karunia itu satu persatu:

a) Karunia untuk berkata-kata dengan hikmat (ay 8a), dan karunia untuk berkata-kata dengan pengetahuan (ay 8b).

Perlu diperhatikan bahwa karunia memberitakan Firman Tuhan selalu diletakkan di tempat teratas dalam daftar karunia (bdk. ay 28-30 Ro 12:6-8 bdk. 1Kor 14:1), dan karena itu jelaslah bahwa ini adalah karunia yang paling penting!

b) Karunia iman (ay 9a).

Yang dimaksud dengan ‘iman’ di sini, pasti bukan ‘saving faith’ (= iman yang menyelamatkan), karena ‘saving faith’ harus dimiliki oleh semua orang kristen yang sejati, sedangkan karunia iman disini hanya dimiliki oleh orang-orang kristen tertentu. Tentang apa artinya ‘iman’ di sini, ada beberapa pandangan:

iman mujijat.

iman seperti dalam Ibr 11:33-40.

iman dalam doa (bdk. 1Kor 13:2 Mat 17:19-20).

c) Karunia kesembuhan (ay 9b).

d) Karunia untuk mengadakan mujijat (ay 10a).

Bandingkan dengan 2Kor 12:12 dimana rasul-rasul dikatakan bisa melakukan mujijat untuk membuktikan kerasulan mereka.

William Barclay menganggap bahwa karunia melakukan mujijat ini berarti karunia mengusir setan. Tetapi saya tak setuju dengan pandangan ini.

Calvin mengatakan bahwa peristiwa dalam Kis 5:1-11 dimana Petrus ‘membunuh’ Ananias dan Safira, dan juga Kis 13:11 dimana Paulus membutakan mata seorang tukang sihir, merupakan contoh penggunaan karunia mujijat ini.

e) Karunia bernubuat (1 Korintus 12:  10b).

Ada 2 pandangan tentang arti dari karunia bernubuat ini:

ini adalah karunia yang ada pada seorang nabi, yang menyebabkan ia bisa menyampaikan wahyu dari Tuhan.

ini adalah karunia untuk mengerti Kitab Suci, mengajarkannya dan memberikan penerapannya dalam hidup sehari-hari (Calvin).

f) Karunia membedakan roh (ay 10c).

Banyak orang jaman ini menganggap bahwa ini adalah karunia yang menyebabkan pemiliknya bisa mengetahui apakah suatu rumah, benda, dsb, ada roh jahatnya atau tidak.

Tetapi dalam Kitab Suci, kata ‘roh’ tidak selalu menunjuk pada roh manusia ataupun roh jahat. Misalnya dalam 1Tim 4:1 dan 1Yoh 4:1-3 jelas terlihat bahwa kata ‘roh’ menunjuk pada seorang pengajar firman. Karena itu, boleh dikatakan semua penafsir Kitab Suci menganggap bahwa karunia membedakan roh artinya adalah karunia yang menyebabkan seseorang bisa membedakan antara hamba Tuhan yang sejati dan seorang nabi palsu, atau antara orang kristen yang sejati dan orang kristen yang palsu.

g) Karunia bahasa roh dan karunia menafsirkan bahasa roh (ay 10d).

Perhatikan bahwa 2 karunia ini selalu diletakkan pada akhir daftar (ay 8-10 ay 28 ay 29-30). Mengapa selalu diletakkan pada akhir daftar? Ada macam-macam jawaban:

Itu diletakkan pada akhir daftar, bukan karena itu adalah yang terkecil, tetapi karena itu adalah problem yang sedang dibahas oleh Paulus.

Itu diletakkan pada akhir daftar karena itu terlalu dihargai dan dipamerkan oleh orang-orang Korintus (Hodge).

Itu diletakkan pada akhir daftar karena itu adalah karunia yang terkecil / terendah!

Saya setuju dengan penafsiran ini, karena karunia bahasa roh memang tidak bisa membangun siapapun (karena tidak ada yang bisa mengertinya), kecuali kalau karunia bahasa roh itu dibarengi dengan adanya karunia penafsiran bahasa roh.

I KORINTUS 12:12-31

1 Korintus 12:  12:

1) Ay 12: ‘demikian pula Kristus’.

Dari seluruh kalimat ay 12 ini terlihat dengan jelas bahwa yang dimaksud dengan ‘Kristus’ di sini bukanlah Yesus, tetapi gereja.

Jadi di sini, untuk memperjelas kebenaran yang sudah ia ajarkan dalam ay 7-11, Paulus lalu menggambarkan gereja sebagai suatu tubuh (bdk. Ro 12:4-5).

Catatan: Paulus mempunyai 2 macam penggambaran gereja sebagai tubuh:

dalam Ef 4:11-16 / Ef 5:23 / Kol 1:18, gereja digambarkan sebagai tubuh (tanpa kepala), sedangkan Kristus digambarkan sebagai kepalanya.

dalam 1Korintus 12:12-31 / Ro 12:4-5, gereja digambarkan sebagai tu-buh (termasuk kepala!). Ini terlihat dengan jelas dalam 1Kor 12:16,17,21 yang mencakup telinga, mata, pendengaran, penciuman dan kepala.

2) Ayat ini menekankan kesatuan dari banyak anggota-anggota yang berbeda satu sama lain. Perbedaan apapun yang ada di antara kita (orang-orang kristen), tidak boleh menjadi penghalang kesatuan di antara kita.

1 Korintus 12:  13:

1) ’dalam satu Roh ... dibaptis’ dan ‘minum dari satu Roh’.

Ada 2 macam penafsiran tentang bagian ini:

a) Calvin menganggap bahwa kata ‘baptis’ di sini menunjuk pada baptisan air, dimana seseorang menerima Roh Kudus. Sedangkan Calvin beranggapan bahwa kata ‘minum’ menunjuk pada Perjamuan Kudus.

b) Baik kata ‘baptis’ maupun ‘minum’ sama-sama menunjuk pada baptisan Roh Kudus.

Catatan: baptisan Roh Kudus adalah penerimaan Roh Kudus oleh seseorang. Ini hanya bisa terjadi 1 x seumur hidup, dan ini tak boleh dicampuradukkan dengan kepenuhan Roh Kudus.

Saya setuju dengan pandangan ini.

2) Dalam suatu peristiwa baptisan, selalu ada 3 faktor yaitu:

pembaptis.

zat yang dipakai untuk membaptis.

orang yang dibaptis.

Dalam peristiwa baptisan air, maka pembaptisnya adalah Pendeta, zat yang dipakai untuk membaptis adalah air, dan yang dibaptis adalah orang yang menjadi orang kristen.

Sedangkan dalam peristiwa baptisan Roh Kudus:

a) Pembaptisnya adalah Yesus (Mat 3:11 Yoh 1:33).

Istilah ‘Baptisan Roh Kudus’ (Baptism of the Holy Spirit) sering menimbulkan kesan yang salah, seolah-olah pembaptisnya adalah Roh Kudus. Tetapi 2 ayat tersebut di atas jelas sekali menunjukkan bahwa pembaptisnya adalah Yesus, bukan Roh Kudus.

b) ’Zat’ yang dipakai untuk membaptis adalah ‘Roh Kudus’.

Ini terlihat dari ay 13 - ‘dalam satu Roh’.

KJV / RSV / NIV/ NASB: ‘by one Spirit’ (= oleh satu Roh).

Terjemahan ini salah karena menunjukkan bahwa pembaptisnya adalah Roh Kudus.

ASV menterjemahkan ‘in one Spirit’ (= dalam satu Roh)

Dalam Kitab Suci ada 7 ayat yang berbicara tentang baptisan Roh Kudus:

KJV RSV NIV NASB ASV K.S. Indonesia


Mat 3:11 with with with with in dengan

Mark 1:8 with with with with in dengan

Luk 3:16 with with with with in dengan

Yoh 1:33 with with with in in dengan

Kis 1:5 with with with with in dengan

Kis 11:16 with with with with in dengan

1Kor 12:13 by by by by in dalam


Semua ini menterjemahkan kata depan bahasa Yunani EN (kecuali dalam Mark 1:8 dimana kata depan EN itu tidak ada). Kata depan EN memang bisa mempunyai banyak arti seperti: in (= dalam), by (= oleh), with (= dengan). Kita tak boleh memilih terjemahan by (= oleh), karena akan menunjukkan Roh Kudus sebagai pembaptis, sehingga akan bertentangan dengan Mat 3:11 dan Yoh 1:33 yang menunjukkan bahwa pembaptisnya adalah Yesus. Pemilihan kata by (= oleh) oleh KJV / RSV / NIV / NASB dalam menterjemahkan kata depan EN dalam 1Kor 12:13 adalah sesuatu yang tidak konsekwen, karena dalam 6 ayat yang lain mereka selalu menterjemahkan dengan with (= dengan), kecuali dalam Yoh 1:33 dimana NASB menterjemahkan EN dengan in (= dalam). Kita boleh memilih terjemahan with (= dengan), atau in (= dalam), dan yang manapun dari 2 kata ini yang kita pilih, tetap menunjukkan Roh Kudus sebagai ‘zat’ yang digunakan untuk membaptis.

c) Yang dibaptis adalah: ‘kita semua’ (1 Korintus 12:  13).

Jadi, semua orang kristen sejati telah dibaptis dengan Roh Kudus / menerima Roh Kudus (Yoh 7:38-39 Ef 1:13 Ro 8:9).

Baptisan Roh Kudus ini memasukkan kita ke dalam satu tubuh Kristus! (ay 13 - ‘telah dibaptis menjadi satu tubuh’), dan karena itu kita semua adalah satu dalam Kristus, dan tak boleh lagi ada tembok pemisah di antara kita (ay 13 bdk. Gal 3:28), baik yang disebabkan kebangsaan, tingkat ekonomi / sosial, usia, jenis kelamin, karunia, jabatan, organisasi (merk gereja), aliran / pandangan.

1 Korintus 12: 14-20:

Bagian ini melarang orang kristen untuk merasa minder / rendah diri ataupun iri hati, karena adanya orang kristen lain yang mempunyai banyak karunia yang hebat-hebat.

Argumentasi Paulus:

1) Tubuh terdiri dari banyak anggota (1 Korintus 12:  14). Anggota yang kurang penting, tetap termasuk dalam tubuh (ay 15-16), sehingga tidak perlu merasa minder / rendah diri

2) Kalau tubuh hanya terdiri dari satu anggota, maka itu bukan tubuh tetapi suatu monster (ay 17)! Bandingkan dengan suatu gereja dimana semua orangnya menjadi pendeta, atau suatu kepengurusan dimana semua orangnya menjadi ketua! Ini pasti tidak lagi bisa disebut gereja / kepengurusan!

Karena itu, janganlah iri hati dengan karunia orang lain, dan jangan ingin menjadi seperti orang lain, karena kalau semua orang dalam gereja menjadi seperti orang itu, gereja itu pasti tidak lagi bisa disebut gereja!

3) Setiap anggota mempunyai tempat yang khusus dalam tubuh (ay 18).

a) Ay 18 ini menunjukkan bahwa Allah mempunyai rencana tentang pelayanan setiap orang kristen (bdk. Ef 2:10).

Karena itu, dalam hidup kita, kita wajib untuk mencari dan menemukan pelayanan / posisi yang Allah kehendaki bagi kita

Karena itu dalam mencari pelayanan, jangan asal melayani sesuai keinginan / kesenangan saudara sendiri, ataupun sekedar melayani karena desakan orang lain, tetapi perhatikan 2 hal yaitu:

karunia saudara.

Ini penting karena Allah tidak mungkin menghendaki saudara melayani dalam sesuatu hal, tanpa memberikan karunia yang memungkinkan saudara melakukan hal itu dengan baik.

kebutuhan gereja.

Ini bisa merupakan panggilan bagi saudara untuk melayani, tetapi saudara tetap harus memperhatikan apakah saudara mempunyai karunia untuk mengisi kebutuhan gereja itu

b) Karena kita mempunyai tempat khusus dalam tubuh, kita tidak boleh merasa minder / rendah diri! Ingatlah bahwa tempat saudara ini tak bisa digantikan oleh orang lain, sama seperti tak ada anggota tubuh manapun yang bisa menggantikan posisi salah satu jari kita.

Karena itu, kita harus puas dengan karunia yang ada pada kita, dan kita harus berfungsi sesuai dengan karunia itu.

Kalau kita menempati tempat orang lain, maka justru akan terjadi kekacauan.

Illustrasi: arloji kecil yang ingin menempati posisi lonceng kota justru akhirnya sama sekali tak berguna, karena tak bisa dilihat oleh siapapun.

1 Korintus 12:  21-26:

1) Kontras dengan ay 14-20, bagian ini melarang kesombongan, perasaan superior / lebih hebat dari yang lain, sikap merendahkan orang lain, perasaan tak butuh orang lain dsb (ay 21).

Mata memang lebih penting dari tangan, dan kepala lebih penting dari kaki, tetapi mata / kepala tetap membutuhkan tangan / kaki.

Penerapan: apakah saudara sering menganggap diri saudara sendiri sangat penting dan orang-orang tertentu dalam gereja sebagai orang yang tidak penting / tidak dibutuhkan? Kalau ya, bertobatlah dari sikap itu!

2) 1 Korintus 12:  22-24:

a) Anggota-anggota yang nampaknya paling lemah, sebetulnya adalah yang paling dibutuhkan (ay 22).

Contoh: otak, jantung, mata adalah anggota-anggota yang lemah, tetapi paling penting!

Penerapan: mungkin dalam gereja ada orang-orang yang kelihatannya tidak pandai, tidak bisa berdebat, tidak berkarunia untuk melakukan pelayanan yang hebat-hebat, tetapi yang terus menerus berdoa bagi gereja. Orang-orang seperti ini kelihatannya lemah, tetapi sebetulnya paling penting bagi gereja!

b) Dalam tubuh, anggota-anggota yang kurang terhormat justru dihormati secara khusus, dan anggota-anggota yang tidak elok justru diberi perhatian khusus.

Contoh: rambut, kuku, ketiak jelas merupakan anggota-anggota yang tak terlalu penting atau tak elok, tetapi justru kita beri minyak wangi / minyak rambut, cat kuku dsb. Perhatian semacam ini tak pernah kita berikan kepada lutut, yang jelas merupakan anggota yang lebih penting!

Kesimpulan: dalam tubuh, anggota yang lemah / tak terhormat / tak elok tidak diabaikan, tetapi sebaliknya tetap diperhatikan. Dan karena itu, dalam gereja kita juga tak boleh mengabaikan orang tertentu!

3) Ay 24b-25 mengkontraskan antara ‘perpecahan’ dengan ‘saling memperhatikan / membutuhkan’, dan karena itu bisalah disimpulkan bahwa kalau dalam suatu gereja ada perasaan acuh tak acuh, atau perasaan tak butuh satu terhadap yang lain, maka gereja itu sebetulnya sudah mengalami perpecahan!

4) 1 Korintus 12:  26 melarang sikap acuh tak acuh dan iri hati.

Dalam kenyataannya, kalau ada orang kristen yang menderita, maka banyak orang kristen yang lain yang bersikap acuh tak acuh. Sebaliknya kalau ada orang kristen menerima berkat tertentu, banyak orang kristen lain yang iri hati. Ini berbeda sekali dengan apa yang terjadi dalam suatu tubuh. Dalam suatu tubuh:

a) Kalau satu anggota menderita, yang lain ikut menderita.

Contoh: kalau kaki tertusuk duri, maka semua anggota yang lain ikut menderita, dan ikut berusaha menolong.

b) Kalau satu anggota dihormati, yang lain akan ikut bersukacita.

Contoh: kalau leher dikalungi medali, atau kalau tangan diberi piala, maka anggota yang lain tak akan iri hati, tetapi sebaliknya, ikut bersukacita

1 Korintus 12:  27-30:

1) Di sini terlihat adanya jabatan-jabatan / karunia-karunia yang berbeda-beda dalam gereja (ay 28). Tak ada jabatan / karunia yang diberikan kepada semua orang (ay 29-30)

2) ’melayani’ (ay 28b). Ini salah terjemahan!

NASB: ‘helps’ (= pertolongan-pertolongan)

Mungkin ini menunjuk pada karunia yang seharusnya ada pada diaken, yang pelayanannya adalah menolong orang-orang yang miskin.

1 Korintus 12:  31:

1) ’Karunia-karunia yang paling utama’. Ini lagi-lagi merupakan terjemahan yang kurang tepat!

NIV/NASB/Lit: ‘the greater gifts’ (= karunia-karunia yang lebih besar).

2) Kata Yunani yang diterjemahkan ‘berusahalah memperoleh’ (ay 31 bdk. 14:1,12), bisa diterjemahkan ‘value highly’ (= hargailah / nilailah tinggi). Kalau kita memilih terjemahan ini, maka ayat ini (dan juga 14:1,12) tidak mengajar kita untuk mencari / berusaha memperoleh karunia-karunia tertentu, tetapi hanya mengajar kita untuk menghargai karunia-karunia tertentu (yang lebih penting).

Jadi, rupa-rupanya karena orang Korintus jaman itu sangat meninggikan / menyanjung karunia bahasa Roh, yang sebetulnya tidak / kurang penting, maka Paulus lalu menyuruh mereka untuk menghargai karunia yang lebih penting, yaitu karunia bernubuat (14:1).

3) Kata-kata ‘jalan yang lebih utama lagi’ menunjuk pada jalan kasih yang akan dijelaskan oleh Paulus dalam 1Kor 13. Ini menunjukkan bahwa sekalipun karunia-karunia itu adalah sesuatu yang penting, tetapi ada sesuatu yang lebih penting, yaitu kasih, dan tanpa kasih, karunia-karunia yang bagaimanapun hebatnya tidak akan ada gunanya (bdk. 1Korintus 13:1-3).

I KORINTUS 13:1-13

Pendahuluan:

1) Dalam 1Korintus 12:31a dikatakan ‘berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama’.

Ini kelihatannya tak cocok dengan 1Kor 12:7-11 yang secara jelas me-nunjukkan bahwa karunia-karunia diberikan oleh Roh Kudus sesuai dengan kehendakNya.

Calvin berkata bahwa kata-kata ‘berusahalah untuk memperoleh’ dalam 1Kor 12:31a bisa diterjemahkan ‘value highly’ (= nilailah tinggi / hargailah).

Dan tentang 1Kor 12:31a ini, Calvin juga berkata:

“He does not, however, address individuals, as though he wished that everyone should aspire at prophecy, or the office of teacher; but simply recommends to them a desire to promote edification, that they may apply themselves the more diligently to those things that are more conducive to edification” (= Ia tidak menujukan hal ini kepada pribadi-pribadi, seakan-akan setiap orang harus menginginkan karunia bernubuat atau jabatan guru; tetapi ia hanya merekomendasikan kepada mereka suatu keinginan untuk memajukan / mengembangkan pendidikan rohani, supaya mereka mengerahkan diri mereka sendiri pada hal-hal yang paling menghasilkan pendidikan rohani).

Dari sini bisa kita lihat bahwa gereja / hamba Tuhan / orang kristen harus memprioritaskan pengajaran Firman Tuhan dalam gereja!

Apakah saudara adalah hamba Tuhan / orang kristen yang memprioritaskan pengajaran Firman Tuhan?

2) Setelah menekankan pendidikan rohani, maka sekarang dalam 1Kor 12:31b-13:13, Paulus menunjukkan hal yang terpenting, yang harus ada bersama-sama dengan karunia-karunia / pendidikan rohani dsb, yaitu KASIH.

3) Pembagian 1Kor 13:

1Korintus 13: 1-3: kasih diperlukan secara mutlak.

1Korintus 13: 4-7: ciri-ciri kasih.

1Korintus 13: 8-12: kekekalan dari kasih.

1Korintus 13: 13: keutamaan dari kasih.

1Korintus 13: 1-3:

1) 1Korintus 13: 1:

a) ’Semua bahasa manusia’.

Kata ‘semua’ seharusnya tidak ada.

NIV: ‘the tongues of men’ (= bahasa roh manusia).

Footnote NIV: ‘other languages’ (= bahasa-bahasa yang lain).

Kata Yunani yang dipakai adalah GLOSSAIS, dan kata ini dalam bahasa Yunaninya bisa menunjuk pada:

lidah (bdk. Mark 7:33).

bahasa (bdk. Wah 7:9).

bahasa roh (bdk. 1Kor 12:10,28,30).

Dalam 1Kor 13:1 ini hanya arti ke 2 dan ke 3 yang memungkinkan, dan karena itu ada 2 macam penafsiran:

ini adalah suatu kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa asing. Jadi ini adalah kemampuan biasa yang ada pada diri seseorang karena ia mempelajari bahasa-bahasa asing itu.

ini menunjuk pada karunia bahasa roh yang menyebabkan seseorang bisa berbicara dalam bahasa-bahasa asing.

Catatan: Ini jelas bukan dimiliki oleh seseorang karena belajar bahasa asing! Baik karunia bahasa roh maupun karunia penafsiran bahasa roh, merupakan karunia-karunia yang bersifat mujijat yang merupakan pemberian dari Roh Kudus, dan tidak mungkin diperoleh karena belajar! ‘Karunia bahasa roh / penafsiran bahasa roh’ yang didapatkan karena belajar, pasti adalah karunia yang palsu!

Saya setuju dengan pandangan yang kedua, karena kontex dari 1Kor 12-14 jelas sekali menyoroti karunia bahasa roh.

Kalau ini memang menunjuk pada karunia bahasa roh, maka adalah sesuatu yang menarik bahwa dalam ay 1-3 ini, karunia bahasa roh ditempatkan dalam sederetan hal yang hebat-hebat, bahkan karunia bahasa roh itu ditempatkan pada posisi pertama! Ada 2 kemungkinan mengapa Paulus menempatkan karunia bahasa roh pada posisi pertama tersebut:

Paulus menganggap bahwa bahasa roh adalah karunia yang hebat / terhebat. Tetapi ini akan bertentangan dengan Paulus sendiri, karena dari 1Kor 12:8-10,28-30, dan lebih-lebih dari 1Kor 14:1-40, terlihat dengan jelas bahwa Paulus sama sekali tidak meninggikan / mementingkan karunia bahasa roh.

Karena orang Korintus menganggap bahwa karunia bahasa roh adalah karunia yang paling hebat, sehingga mereka membanggakan karunia bahasa roh itu, dan merendahkan orang yang tidak mempunyai karunia itu.

Jadi, melalui ay 1 ini Paulus ‘menyerang’ orang Korintus dengan berkata: sekalipun kamu mempunyai karunia bahasa roh yang kamu anggap paling hebat itu, tetapi kalau kamu tidak mempunyai kasih, kamu cuma seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing!

Catatan: kesombongan dan kebanggaan karena adanya karunia bahasa roh jelas merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kasih [bdk. ay 4b: Ia (kasih) tidak memegahkan diri dan tidak sombong].

b) ’Bahasa malaikat’.

Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:

ada yang menganggap bahwa kata-kata ini menunjukkan adanya bahasa roh yang bukan merupakan bahasa manusia, dalam arti, di seluruh dunia tidak ada orang yang mengerti bahasa itu. Dan ini disebut bahasa malaikat

ada yang menganggap bahwa kalimat ini hanyalah suatu pengandaian (perhatikan kata-kata ‘Sekalipun aku dapat berkata-kata ...), atau suatu gaya bahasa hyperbole, yaitu gaya bahasa yang melebih-lebihkan (bandingkan dengan ay 2 yang jelas juga merupakan suatu hyperbole). Dan karena itu, ini tak menunjukkan adanya bahasa roh yang bukan merupakan bahasa manusia.

Sekalipun tak pasti, tapi saya lebih condong pada penafsiran ini.

c) ’Gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing’.

Ini menunjukkan bunyi-bunyi yang mengganggu dan yang tidak enak didengar, dan mungkin juga merupakan suatu sindiran bagi mereka yang membuat ribut dalam kebaktian dengan bahasa roh mereka.

2) 1Korintus 13: 2:

a) ’Karunia untuk bernubuat’

Kata ‘karunia’ / ‘gift’ sebetulnya tidak ada.

Ada orang-orang yang membedakan antara ‘orang yang bernubuat’ (mungkin cuma 1 x dalam hidupnya) dan ‘orang yang mempunyai karunia bernubuat’ (melakukan hal ini berulang-ulang).

Orang bisa bernubuat tanpa kasih, seperti:

Bileam (Bil 22-24).

Raja Saul dan orang-orang suruhannya (1Sam 19:20-24).

Catatan: semua kata ‘kepenuhan’ atau ‘kepenuhan seperti nabi’ dalam text ini salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘bernubuat’!

Kayafas (Yoh 11:47-53).

Kalau orang bisa bernubuat tanpa kasih, maka pasti juga bisa berkhotbah / memberitakan FT tanpa kasih. William Barclay mengatakan sbb:

“There are two kinds of preachers. There is the preacher whose one aim is to save the souls of his people and who woos them with the accents of love. On the other hand there is the preacher who dangles his hearers over the flames of hell and gives the impression that he would rejoice in their damnation as much as in their salvation” (= Ada 2 jenis pengkhotbah. Ada pengkhotbah yang satu-satunya tujuannya adalah menyelamatkan jiwa dari jemaatnya dan yang membujuk mereka dengan penekanan kasih. Tetapi ada juga pengkhotbah yang membayang-bayangi pendengarnya dengan api neraka dan memberikan kesan bahwa ia akan sama sukacitanya apakah mereka binasa atau selamat).

Penerapan: kalau saudara memberitakan Injil, apakah seringkali saudara menjadi begitu jengkel (karena tanggapan yang kurang baik dari orang yang saudara injili), sehingga saudara lalu mengatakan ‘kalau kamu tak mau percaya, kamu akan masuk neraka’, dengan hati yang sedikit banyak senang kalau hal itu betul-betul terjadi? Kalau ya, maka saudara termasuk ‘pengkhotbah’ golongan 2! Kalau memang demikian, maka:

sadarilah bahwa saudarapun sebetulnya sama layaknya dengan dia untuk masuk neraka! Dan kalau saudara bisa percaya kepada Yesus, itu hanyalah karena kasih karunia / anugerah Tuhan saja (Fil 1:29)!

renungkanlah penderitaan dalam neraka yang begitu hebat, sampai saudara bisa menjadi ‘pengkhotbah’ golongan 1!

Paulus sendiri mengajar bahwa karunia bernubuat adalah karunia yang terutama (14:1), tetapi karunia yang utama inipun tak ada gunanya kalau tidak ada kasih!

b) ’Aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan’.

Kata ‘rahasia’ / ‘mystery’, dalam bahasa Yunaninya adalah MUSTERION. Dalam Kitab Suci kata ini pada umumnya menunjuk pada kebenaran Injil yang dahulu tersembunyi, tetapi yang pada jaman Perjanjian Baru sudah dinyatakan (bdk. Ro 16:25-27 Ef 3:2-6 Kol 1:25-27).

Jadi, ‘mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan’ menunjuk pada pengetahuan / pengertian Firman Tuhan yang hebat.

Mempunyai pengetahuan / pengertian Firman Tuhan yang hebat, jelas merupakan sesuatu yang baik! Tetapi kalau tak ada kasih, semua ini adalah sia-sia!

Penerapan: adalah sesuatu yang baik kalau saudara rindu akan Firman Tuhan dan mengerti banyak tentang Firman Tuhan. Tetapi adakah kasih dalam hidup saudara? Bagaimana sikap saudara kalau ada jemaat lain yang menderita? Seringkah saudara berdoa untuk orang lain? Senangkah saudara bersekutu dengan jemaat yang lain? Seringkah saudara marah, benci, dendam pada seseorang?

c) ’Iman yang sempurna untuk memindahkan gunung’.

Kata ‘iman’ di sini tidak menunjuk pada ‘saving faith’ (= iman yang menyelamatkan / iman pada Yesus sebagai Juruselamat), tetapi pada ‘iman mujijat’ atau ‘karunia iman’ atau ‘iman dalam doa’ (bdk. 12:9 Mat 21:21-22).

d) ’Aku sama sekali tidak berguna’.

Lit / NIV: ‘I am nothing’ (= Aku bukan apa-apa).

3) 1Korintus 13: 3:

a) ’Membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku’.

Orang bisa saja berbuat amal tanpa kasih, misalnya berbuat amal dengan tujuan supaya dipuji (bdk. Mat 6:1-4 Kis 5:1-11).

b) ’Menyerahkan tubuhku untuk dibakar’.

Mati syahidpun bisa dilakukan tanpa kasih. Misalnya pada saat seseorang disuruh memilih antara dibunuh atau menyangkal Kristus di depan orang banyak, maka bisa saja orang itu memilih untuk mati syahid dari pada harus malu seumur hidup karena dianggap sebagai seorang pengecut. Ini mati syahid demi gengsi, bukan karena kasih!

Sekalipun mati syahid adalah sesuatu yang sangat diagungkan, tetapi tanpa kasih semua itu tak ada gunanya / harganya!
Kesimpulan:

Semua hal yang hebat-hebat itupun tak ada gunanya kalau tidak ada kasih! Karena itu, kejarlah kasih (14:1)! Banyaklah bersekutu dengan Allah yang adalah kasih! Kalau saudara terus bergaul dengan orang jahat, maka kejahatan orang itu akan menular kepada saudara. Tetapi kalau saudara banyak bersekutu dengan Allah yang maha kasih itu, maka saudarapun akan ketularan kasih Allah itu!

1Korintus 13: 4-7:

Bagian ini menunjukkan ciri-ciri kasih, yaitu:

1) Sabar (1Korintus 13: 4).

Yang dimaksud dengan sabar di sini adalah sabar terhadap sesama manusia, bukan terhadap keadaan (penderitaan, sakit, dsb). Sabar menunjukkan sikap bertahan secara pasif, yaitu tidak marah, tidak membalas dendam, dsb.

Ini merupakan sesuatu yang penting bagi kesatuan gereja, keluarga dsb.

2) Murah hati (ay 4).

NIV: ‘kind’ (= baik hati).

Ada yang menafsirkan bahwa ini:

menunjuk pada sifat lemah lembut / gentle.

bertentangan dengan sifat keras yang tanpa belas kasihan.

bertentangan dengan kebencian.

Tetapi ada juga yang menganggap bahwa ‘murah hati’ menunjukkan bahwa orangnya suka berbuat baik secara aktif (kontras dengan ‘sabar’ yang menunjukkan sikap bertahan secara pasif). Memang kasih yang sejati tidak mungkin terpendam di dalam diri kita, tetapi pasti akan memanifestasikan dirinya keluar!

3) Tidak cemburu (ay 4).

NIV: ‘it does not envy’ (= tidak iri hati).

Cemburu bukanlah sesuatu yang salah, asal itu bukan cemburu yang kelewat batas, karena:

dalam cinta selalu ada kecemburuan.

Allah sendiri adalah Allah yang cemburu (Kel 20:5), tetapi Ia tetap adalah Allah yang maha kasih.

Jadi jelaslah bahwa arti yang benar adalah yang diberikan oleh NIV, yaitu: Kasih itu tidak iri hati.

Barclay mengatakan bahwa ada 2 jenis iri hati:

Ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Ini adalah iri hati yang lumrah / umum, tetapi tentu saja ini juga adalah dosa, karena merupakan pelanggaran terhadap hukum ke 10 dari 10 hukum Tuhan (Kel 20:17).

Jengkel / tidak senang pada waktu melihat seseorang mempunyai / mendapatkan sesuatu yang baik. Sekalipun ia sendiri tidak menginginkan sesuatu itu, tetapi ia tidak senang melihat orang lain mempunyai / mendapatkan sesuatu itu.

Contoh: anak kecil seringkali menjadi marah pada waktu permainannya digunakan oleh anak lain, sekalipun ia sendiri sebetulnya tidak sedang ingin bermain dengan mainan itu. Kalau sikap ini sudah ada dalam diri kita pada waktu kita masih anak-anak, mungkinkah sikap ini hilang pada waktu kita sudah dewasa? Saya yakin sikap ini pasti makin berkembang, hanya saja wujudnya yang berbeda (bukan tentang mainan lagi, tetapi dalam hal yang lain)

William Barclay:

“It is one of the queer traits of human nature that very often we prefer to hear the misfortune of others rather than of their good fortune. It is much easier to weep with them that weep than to rejoice with those who rejoice” (= adalah salah satu dari sifat-sifat yang menyimpang dari manusia bahwa seringkali kita lebih senang mendengar orang lain mengalami kemalangan dari pada kemujuran. Adalah lebih mudah untuk menangis bersama dengan mereka yang menangis, dari pada bersukacita dengan mereka yang bersukacita).

Calvin menganggap bahwa sifat iri hati diwujudkan dengan keinginan bersaing / menjadi yang nomor satu. Ini sejalan dengan kata-kata dari seorang penafsir yang lain yang berkata: “The farmer does not usually envy the blacksmith, but another farmer” (= seorang petani biasanya tidak iri hati pada seorang tukang besi, tetapi pada petani yang lain).

Penerapan: untuk melihat apakah dalam diri saudara ada iri hati atau tidak, maka periksalah sikap hati saudara terhadap orang yang segolongan dengan saudara.

Kalau saudara adalah seorang dokter, boleh jadi saudara tidak iri hati pada seorang insinyur. Tetapi bagaimana sikap hati saudara melihat dokter lain yang lebih pandai, lebih terkenal, lebih laris prakteknya dari saudara?

Kalau saudara adalah seorang guru sekolah minggu, saudara boleh jadi tidak iri hati pada seorang pendeta. Tetapi bagaimana sikap hati saudara melihat guru sekolah minggu yang lain, yang lebih baik cara mengajarnya dari saudara, dan yang lebih disenangi anak-anak dari saudara?

Kalau saudara adalah seorang pendeta, saudara boleh jadi tidak iri hati melihat seorang manager bank. Tetapi bagaimana sikap hati saudara pada waktu melihat / mendengar tentang seorang pendeta lain yang khotbahnya lebih hebat dari saudara, dan yang lebih disenangi jemaat dari saudara?

Kalau saudara mempunyai perasaan iri hati dalam diri saudara (terhadap siapapun), maka ingatlah bahwa iri hati biasanya membawa kita pada dosa-dosa lain yang lebih hebat. Contoh:

Kain membunuh Habel karena iri hati (Kej 4:4-8).

Saul mencoba membunuh Daud karena iri hati (1Sam 18:6-11).

Para tokoh agama Yahudi berusaha membunuh Yesus karena iri hati (Mat 27:18).

Karena itu jangan biarkan iri hati itu bercokol dalam diri saudara. Datanglah kepada Tuhan, mintalah ampun kepada Dia, dan dengan tekun mintalah Ia menolong saudara untuk bebas dari iri hati itu.

4) Tidak memegahkan diri dan tidak sombong (ay 4).

a) Sombong.

Ini bisa terjadi hanya di dalam hati / pikiran. Dan kita bisa sombong tentang berbagai macam hal, seperti: kekayaan, kepandaian, kecantikan, bentuk tubuh yang bagus, bakat / kemampuan tertentu, bahkan karena pengetahuan Kitab Suci, ketaatan, pelayanan dsb.

Sombong bisa mempunyai macam-macam perwujudan, seperti:

merasa diri sendiri benar (self-righteous) dan menganggap rendah orang lain (bdk. Luk 18:9).

Orang sombong memang cenderung merendahkan orang lain, dan karena itulah ay 6 ini mengatakan bahwa kasih itu tidak sombong!

tidak berdoa, atau berdoa hanya sebagai formalitas. Ini disebabkan karena ia yakin akan kemampuan dirinya sendiri, sehingga secara otomatis ia merasa tidak terlalu membutuhkan Tuhan.

merasa tidak butuh Firman Tuhan.

malas mendengar Firman Tuhan yang sederhana / mudah.

Ingat bahwa Firman Tuhan yang sederhana tetap adalah Firman Tuhan!

tidak mau melakukan pelayanan yang rendah / tak terlihat.

b) Memegahkan diri.

Ini adalah kesombongan yang hebat, yang dimanifestasikan keluar baik dengan kata-kata maupun dengan tindakan yang menonjolkan diri sendiri supaya dipuji / disanjung orang. Misalnya:

memamerkan bahasa roh supaya terlihat rohani / penuh Roh Kudus.

ceritakan suksesnya dalam pelayanan, baik dalam pemberitaan Injil maupun Firman Tuhan, ataupun dalam menyembuhkan orang sakit dsb.

Kesombongan / memegahkan diri adalah dosa yang sukar dihindari, dan dengan mudah menyelinap secara diam-diam dalam diri kita

Contoh: seorang guru sekolah minggu menceritakan Luk 18:9-14, dimana ia mengecam kesombongan orang Farisi yang bersyukur kepada Tuhan karena ia tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai. Tetapi guru sekolah minggu itu akhirnya mengakhiri pelajarannya dengan berkata: marilah kita bersyukur kepada Tuhan bahwa kita tidak seperti orang Farisi itu!

Kalau saudara sombong, bacalah Amsal 16:18 dan 1Pet 5:5, dan bertobatlah dari kesombongan saudara, dan mintalah supaya Tuhan menolong saudara untuk menjadi rendah hati!

5) Tidak melakukan yang tidak sopan (1Korintus 13: 5a).

Tidak adanya etika menunjukkan bahwa kita tidak menghormati orang lain, dan itu jelas bukan kasih!

Karena itu orang kristen harus memperhatikan etika, seperti:

memberi salam kepada orang tua dari teman saudara pada waktu saudara berkunjung ke rumah teman saudara itu.

memperhatikan cara saudara duduk, khususnya kalau saudara adalah orang perempuan.

memperhatikan cara makan, berpakaian, dsb.

jangan menyela dua orang yang sedang berbicara.

minta maaf pada saat saudara berbuat salah kepada seseorang (awas, jangan minta maaf kalau saudara tidak salah! Itu bukan sopan, tetapi dusta / munafik!).

6) Tidak mencari keuntungan diri sendiri (ay 5b).

Ada orang yang berkata bahwa lawan dari kasih bukanlah benci, tetapi egois. Mengapa? Karena aktivitas orang yang kasih selalu ke luar (memperhatikan orang lain dan berjuang untuk kebaikan orang lain), sedangkan aktivitas orang yang egois selalu ke dalam (memperhatikan diri sendiri dan berjuang untuk diri sendiri).

Kita memang diperintahkan untuk mengasihi dan memperhatikan diri sendiri (Mat 22:39), tetapi kalau kita hanya mengasihi dan memperhatikan diri kita sendiri, maka kita adalah orang yang egois. Kita juga harus hidup untuk kepentingan orang lain (bdk. Ro 15:1-2 1Kor 10:24,33 Fil 2:4).

Seseorang mengatakan bahwa kalau kita mau mempunyai sukacita (Inggris: JOY) dalam hidup kita, maka kita harus menuruti rumus ini:

Jesus (= Yesus)

Others (= orang-orang lain)

Yourself (= dirimu sendiri)

Jadi, kita harus menomorsatukan Yesus, setelah itu orang lain, lalu terakhir diri kita sendiri.

Penerapan: apakah saudara egois atau kasih bisa terlihat dari kehidupan doa saudara. Kalau saudara berdoa hanya untuk diri saudara sendiri, maka saudara adalah orang yang egois. Kalau saudara banyak berdoa untuk orang lain (gereja, Pdt, Pengurus / Majelis, jemaat yang lain, orang-orang yang belum bertobat dsb), maka saudara adalah orang yang kasih!

7) Tidak pemarah (1Korintus 13: 5c).

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘marah’ disini hanya dipakai dalam satu tempat lain dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Kis 17:16 dimana kata itu diterjemahkan ‘sedih’ [NASB / RSV: ‘provoked’ (= marah / jengkel)].

Jadi terlihat bahwa Paulus, yang dalam ay 5c ini mengatakan bahwa kasih itu tidak pemarah, justru marah dalam Kis 17:16. Dari peristiwa ini, dan juga dari banyak peristiwa dalam Kitab Suci dimana Yesus sendiri marah (Mark 3:5 Yoh 2:13-17), haruslah kita tarik kesimpulan bahwa tidak semua kemarahan adalah salah! Ada kemarahan yang benar / suci, yang bukan saja tidak salah, tetapi bahkan harus ada dalam diri kita! Kalau kita melihat anak kita nakal / kurang ajar / melakukan dosa, maka kita justru berdosa kalau kita tidak marah!

Demikian juga kalau dalam gereja ada praktek / ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci, adalah salah kalau kita terus ‘sabar’!

8) Tidak menyimpan kesalahan orang lain (ay 5d).

Kata ‘menyimpan’ dalam bahasa Yunaninya adalah LOGIZETHAI, dan Barclay mengatakan bahwa kata ini digunakan dalam akuntansi, untuk menunjuk pada tindakan memasukkan / menyimpan suatu barang dalam buku induk supaya tidak terlupakan.

Ada banyak orang yang pelupa, apalagi kalau dalam persoalan mengingat ayat-ayat Kitab Suci! Tetapi anehnya, kalau dalam persoalan mengingat kesalahan orang kepada kita, kita tahu-tahu menjadi ahli sejarah yang mempunyai ingatan yang luar biasa!

Tetapi ayat ini mengatakan bahwa orang yang kasih justru tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain. ‘Tidak mengingat-ingat’ berbeda dengan ‘tidak ingat’ atau ‘melupakan / lupa’! Kita boleh jadi tidak bisa melupakan kesalahan seseorang kepada kita, tetapi kita harus berusaha untuk tidak mengingat-ingatnya! ‘Tidak mengingat-ingat’ berarti bahwa setiap kali kesalahan seseorang itu terlintas dalam pikiran kita (yang berarti bahwa kita belum melupakan kesalahan itu), maka secara sengaja kita berusaha membuang hal itu dari pikiran kita.

Ini sesuai dengan Kitab Suci mengatakan bahwa Allah sendiri bukannya lupa / melupakan dosa kita, tetapi tidak mengingat-ingat dosa kita (Yes 43:25 bdk. Mikha 7:18-19).

Saya berpendapat bahwa kita boleh mengingat kesalahan orang lain demi melindungi diri kita sendiri dari kejahatan orang itu.

Misalnya: kalau ada seseorang yang pernah berhutang kepada kita dan sengaja tak mau membayarnya. Lalu pada suatu kali orang itu mau berhutang lagi ( bukan untuk sesuatu yang urgent / mendesak). Apakah kita harus tidak mengingat-ingat kesalahan orang itu, dan memberikan pinjaman kepadanya? Saya berpendapat jawabannya adalah ‘tidak’! Karena saat itu kita mengingat kesalahan orang itu demi melindungi diri kita dari kejahatannya!

Tetapi kalau suatu waktu orang itu mengalami kecelakaan di hadapan kita, dan kita lalu tidak mau menolongnya karena kita mengingat kesalahannya kepada kita, maka ini jelas adalah dosa!

9) Tidak bersukacita karena ketidakadilan, tapi karena kebenaran (ay 6).

a) Orang yang kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan.

Kata ‘ketidakadilan’ diterjemahkan bermacam-macam:

NASB: unrighteousness (= ketidakbenaran).

NIV: evil (= kejahatan, bencana).

KJV: iniquity (= ketidakadilan / kejahatan / dosa).

RSV: wrong (= kesalahan).

Jadi, terlihat bahwa kata itu menunjuk pada semua yang tidak benar, yang tidak adil, yang berdosa / jahat, bahkan juga menunjuk pada semua bencana.

Orang yang kasih tidak akan bersukacita dengan terjadinya hal-hal seperti itu!

Penerapan:

orang tua seringkali menganggap anaknya yang masih kecil begitu lucu sehingga pada waktu anak itu berlaku kurang ajar dsb, mereka hanya tertawa, seakan-akan itu adalah sesuatu yang baik!

seringkah saudara justru senang mendengar ada orang (khususnya orang yang tidak saudara senangi) terkena bencana? (bdk. Amsal 17:5)

kalau saudara mendengar ada orang kristen / hamba Tuhan / gereja lain yang melakukan hal-hal yang brengsek, bagaimana sikap saudara? Tertawa dan menganggapnya lucu? Apakah dalam hati saudara sedikit banyak ada rasa senang? Apakah saudara ‘menikmati’ berita itu? Bukankah saudara seharusnya marah / menangis mendengar berita seperti itu?

b) Orang yang kasih akan bersukacita karena / dengan kebenaran.

kata ‘kebenaran’ dalam bahasa Yunaninya adalah ALETHEIA, yang berarti benar, yang kontras dengan hal-hal yang ditutup-tutupi, bersifat dusta / tipu daya / munafik dsb.

Kebenaran jelas juga menunjuk pada Firman Tuhan.

Ada orang-orang yang menindas kebenaran (Ro 1:18), menentang ke-benaran (2Tim 3:8), memalingkan telinga dari kebenaran (2Tim 4:4).

Tetapi orang kristen yang kasih harus bersukacita pada saat me-lihat kebenaran menang / berkembang (bdk. Kis 11:23 Fil 1:14-18 2Yoh 4).

kebenaran kadang-kadang menyakitkan! Misalnya pada waktu kita di-tegur, apalagi secara pribadi. Tetapi kalau saudara adalah orang yang kasih, maka saudara harus tetap menerima dan tunduk pada kebenaran itu dengan sukacita!

10) Menutupi segala sesuatu (1Korintus 13: 7a).

a) ’Menutupi’.

NIV: ‘it always protects’ (= ia selalu melindungi).

KJV/RSV/NASB: ‘beareth / bears all things’ (= memikul / menahan / menanggung segala sesuatu).

Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah STEGEI, yang merupakan suatu kata kerja. Kata bendanya, yaitu STEGE yang berarti ‘a covering / roof’ (= penutup / atap), dipakai dalam Mat 8:8 / Luk 7:6 (untuk 2 ayat ini lihat NIV) dan Mark 2:4.

Kata kerja STEGEI berarti to hide, conceal, not to make known (= menyembunyikan, tidak memberitahukan).

Jadi, bagian ini berarti: kasih itu menyembunyikan / tidak memberitahukan.

Tetapi ini tidak berarti bahwa orang yang kasih itu harus menjadi orang yang tertutup (introvert). Orang kristen sebetulnya justru tidak boleh menjadi orang yang tertutup, karena sifat tertutup menyebabkan kita sukar bersekutu dengan saudara seiman kita.

Artinya adalah: orang yang kasih itu akan menutupi kesalahan orang lain, atau tidak menyebarkan kesalahan orang lain (bdk. Amsal 10:12 17:9 1Pet 4:8). Tetapi awas, sekalipun kita harus menutupi kesalahan orang lain, tetapi hal ini tidak boleh kita lakukan dengan dusta!

Penerapan: apa saudara sering menyebar gossip tentang kejelekan orang lain? Itu adalah dosa, karena itu adalah perbuatan yang berten-tangan dengan kasih!

b) ‘Segala sesuatu’.

Ini tidak boleh dimutlakkan! Kadang-kadang, kita bukan hanya boleh, tetapi bahkan harus menceritakan / membukakan kesalahan orang lain!

Misalnya:

untuk melindungi orang yang kita ceritai / orang lain.

Yesus sendiri menunjukkan kejelekan ajaran orang Farisi / Saduki untuk melindungi murid-muridNya dari kesesatan (Mat 16:6). Jadi, kalau ada gereja / Pdt yang brengsek, maka tidak salah bagi saya untuk menunjukkan hal itu kepada saudara!

Juga kalau misalnya si A sering meminjam uang kepada saya dan tidak pernah mau membayarnya. Lalu suatu ketika si A mendekati saudara, maka tidak salah bagi saya, demi melindungi saudara, memberitahu kepada saudara akan kejelekan si A itu.

sebagai saksi dalam pengadilan (Ul 17:6 19:15).

dalam pelaksanaan siasat gerejani (bdk. Mat 18:15-17).

dalam kasus-kasus tertentu, peneguran dosa harus dilakukan di depan umum (1Tim 5:20 Gal 2:11-14).

Kita juga harus hati-hati (tidak sembarangan) dalam berjanji untuk merahasiakan suatu cerita / informasi, atau identitas dari orang yang menceritakan suatu hal tertentu kepada kita.

Contoh:

Saya pernah diberitahu kesalahan seorang jemaat dengan janji tidak akan cerita kepada siapapun juga. Akhirnya ini menyebabkan saya tidak bisa menegur jemaat yang bersalah itu!

Si A menceritakan kepada saya tentang kesalahan si B. Saya boleh menceritakan kesalahan si B ataupun menegur si B, tetapi saya diminta untuk merahasiakan identitas si A. Setelah itu si A melakukan hal yang sama kepada orang-orang lain dalam gereja. Akhirnya semua mendengar tentang kejelekan si B, dan si A ‘aman’ karena identitasnya terlindungi! Ini bisa menjadi cara menyebar gossip yang aman dan effektif!

11) Percaya segala sesuatu (ay 7b).

Ini tentu tak berarti bahwa kita harus percaya pada seadanya hamba Tuhan / ajaran (bdk. Ef 4:14 1Tes 5:21 1Yoh 4:1-3).

Ini tentu juga tak berarti bahwa kita harus percaya pada seadanya berita / gossip / tuduhan (bdk. 1Tim 5:19).

Ini berarti bahwa kita:

1. Tidak boleh mudah curiga, kecuali ada alasan yang kuat (Catatan: ‘Hati-hati’ berbeda dengan ‘mudah curiga’).

Contoh: kalau di gereja saudara menjumpai seseorang dengan wajah cemberut, jangan cepat-cepat curiga bahwa orang itu tidak senang kepada saudara! Pikirkan kemungkinan bahwa ia cemberut karena ia sedang sakit atau karena ia sedang mempunyai banyak problem.

2. Harus selalu berusaha mengambil pandangan yang paling baik terhadap sesama kita.

Contoh: koran saya tidak datang selama 3 hari. Setelah saya laporkan, besoknya semua koran yang 3 hari itu, yang jelas beritanya sudah usang, dikirimkan kepada saya. Mula-mula saya jengkel, karena saya berpikir: “Apa gunanya koran lama ini bagi saya? Bukankah lebih baik kalau koran lama ini tidak dikirim dan rekening saya nanti dipotong?”. Tetapi saya lalu berpikir bahwa setidaknya pihak koran itu mempunyai itikad baik untuk menebus kesalahannya, dan mereka menanggapi laporan saya. Ini menyebabkan akhirnya saya menerima koran lama itu.

12) Mengharapkan segala sesuatu (1Korintus 13: 7c).

a) Ini tidak berarti bahwa orang yang kasih itu mengharapkan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan, seperti:

1. Mengharapkan keluarganya yang mati tanpa pernah bertobat tetap masuk surga.

2. Membiarkan orang yang tak berkarunia sebagai guru sekolah minggu tetap mengajar sekolah minggu dengan harapan bahwa ia suatu hari bisa mengajar dengan baik.

b) Mengharapkan segala sesuatu artinya kita selalu mengharapkan orang yang brengsek menjadi baik. Kalau ada kasih, maka kita akan selalu mempunyai harapan, tetapi kalau tidak ada kasih, maka kita cepat putus asa dalam memperbaiki seseorang.

Misalnya: kalau anak saudara terus menerus hidup brengsek, maka saudara lebih mudah untuk terus berharap supaya anak itu jadi baik. Dan karena itu saudara tetap mendoakan dan menasehati anak itu. Mengapa? Karena saudara mengasihi dia!

Tetapi kalau yang hidup brengsek itu adalah orang lain (bahkan kadang-kadang suami / istri saudara, yang biasanya saudara kasihi kurang dari anak), maka saudara dengan cepat sampai pada kesimpulan: “Orang ini tidak bisa diperbaiki lagi!” Dan saudarapun lalu berhenti mendoakan atau menasehati dia! Mengapa? Karena saudara kurang mengasihi atau bahkan tidak mengasihi sama sekali!

13) Sabar menanggung segala sesuatu (ay 7d).

NASB: ‘endures all things’ (= menahan segala sesuatu).

NIV: ‘always perseveres’ (= selalu bertekun).

Kata Yunaninya adalah HUPOMONEIN, yang tidak sekedar berarti menahan secara pasif, tetapi bisa mengalahkan / mengubahkan menjadi seseorang yang baik. Jadi, kalau kita kasih, maka kita tidak hanya bersabar saja ketika ada orang yang terus merugikan / menyakiti kita. Tetapi kita juga harus berusaha untuk bisa mengalahkan semua itu dan mengubah orang itu menjadi baik (bdk. Ro 12:20-21).

1Korintus 13: 8-12:

1) Nubuat, bahasa roh, pengetahuan itu tidak kekal (1Korintus 13: 8).

a) Kalau nubuat dan bahasa roh itu tidak kekal, itu mudah dimengerti. Tetapi kalau dikatakan bahwa ‘pengetahuan akan lenyap’, apa artinya?

Tentu ini tidak berarti bahwa kita semua akan menjadi orang-orang idiot di surga! Ini terlihat dari ay 12 yang jelas menunjukkan bahwa di surga kita mempunyai pengenalan / pengetahuan tentang Allah.

Lalu apa artinya? Ada 2 penafsiran:

1. Ada yang menganggap bahwa kata ‘pengetahuan’ di sini berarti ‘karunia pengetahuan’, yaitu suatu karunia yang membuat kita bisa mengerti Firman Tuhan dengan baik. Di surga jelas tidak lagi dibutuhkan hal seperti ini.

2. Ada juga yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘pengetahuan’ adalah ‘pengetahuan di dunia’. Ini akan digantikan dengan ‘pengetahuan di surga’ yang jauh lebih sempurna! Karena pengetahuan ke dua itu jauh lebih sempurna, maka seolah-olah pengetahuan pertama lenyap, seperti kata-kata Karl Barth: “Because the sun rises all lights are extinguished” (= karena matahari naik / terbit, maka semua cahaya / lampu mati).

b) Mengapa nubuat, bahasa roh, pengetahuan akan lenyap?

Ay 9 (NIV / Lit): ‘For we know in part and we prophecy in part’ (= karena kita tahu hanya sebagian dan kita bernubuat hanya sebagian).

Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan:

1. Jelas bahwa bagian ini menunjukkan bahwa di dunia tidak ada orang yang mempunyai pengetahuan dan ajaran yang sempurna, tanpa kesalahan sedikitpun juga (infallible)

2. Semua itu harus lenyap karena ketidaksempurnaannya. Pada waktu yang sempurna datang maka yang tidak sempurna akan lenyap.

c) Hal itu akan terjadi jika yang sempurna tiba (1Korintus 13: 10).

Ada 2 penafsiran tentang saat ini:

1. Orang-orang yang anti Kharismatik menganggap bahwa ini menunjuk pada saat selesainya penulisan Kitab Suci (Catatan: pada saat Paulus menuliskan 1Kor 13 ini, jelas ada banyak bagian dari Perjanjian Baru yang belum ditulis).

Konsekwensi dari penafsiran ini adalah: Setelah selesainya penulisan Kitab Suci (pada sekitar akhir abad I), maka nubuat dan bahasa roh tidak ada lagi.

Keberatan: Bagaimana mereka menafsirkan bahwa ‘pengetahuan akan lenyap’ pada saat yang sempurna tiba?

2. Ini menunjuk pada akhir jaman / kedatangan Kristus yang kedua / saat kita sudah di surga.

Ini penafsiran yang lebih umum, dan yang lebih sesuai dengan kontexnya, karena jelas sekali bahwa ‘jika yang sempurna tiba’ pada ay 10 menunjuk pada saat yang sama dengan ‘nanti’ dalam ay 12. Sedangkan ay 12 itu jelas menunjuk pada saat kita sudah di surga (bdk. 1Yoh 3:2).

d) 1Korintus 13: 11 merupakan suatu illustrasi / perumpamaan yang menunjukkan bahwa pada saat yang lebih baik / sempurna datang, maka yang kurang baik akan dibuang

e) 1Korintus 13: 12:

1. ‘melihat dalam cermin’.

Ada 2 penafsiran tentang cermin di sini:

a. Cermin merupakan benda yang transparan / tembus cahaya. Dan Paulus memaksudkan bahwa kita melihat melalui benda itu.

Dasar pandangan ini: secara hurufiah, terjemahannya sebetulnya adalah: ‘through a mirror’ (= melalui / menembus cermin).

b. Cermin merupakan logam yang digosok sampai mengkilap (Kel 38:8 Ayub 37:18), tetapi bayangannya tentau tak sebaik cermin jaman ini.

Sebetulnya tak terlalu jadi soal yang mana dari 2 pandangan ini yang benar.

2. ‘gambaran yang samar-samar’.

NASB: ‘dimly’ (= dengan kabur / tidak jelas).

NIV: ‘a poor reflection’ (= bayangan yang jelek).

Lit: ‘in a riddle’ (= dalam suatu teka-teki).

Bandingkan ini dengan Bil 12:8 dimana ‘dengan terus terang’ dikontraskan dengan ‘dengan teka-teki’. Jadi, dengan / dalam suatu teka-teki menunjuk pada sesuatu yang samar-samar / kurang jelas.

3. ‘nanti aku akan mengenal (digunakan future tense, menunjuk pada saat yang akan datang) dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal (digunakan aorist tense, menunjuk pada waktu lampau)’.

Jadi, sekarang kita baru mengenal Allah secara sebagian saja, nanti di surga barulah kita mengenal Dia dengan sempurna (Catatan: Ini tak berarti kita menjadi maha tahu!). Tetapi sekarangpun Allah sudah mengenal kita dengan sempurna.

4. Karena nanti kita akan mengenal Allah dengan sempurna, maka pada saat itu jelas bahwa nubuat, bahasa roh dan pengetahuan tak berguna dan harus lenyap!

2) Kontras dengan nubuat, bahasa roh dan pengetahuan yang tidak kekal, maka kasih itu tidak berkesudahan (ay 8)! Dengan kata lain, kasih itu kekal, karena di surgapun kita akan saling mengasihi!

1Korintus 13: 13:

Ayat ini menunjukkan keutamaan dari kasih!

1) NIV: ‘And now these three remain’ (= dan sekarang tinggal ke tiga hal ini).

Ada 2 penafsiran tentang arti dari kata ‘now’ / ‘sekarang’ ini:

a) Ini tidak menunjuk pada saat / waktu, tetapi digunakan hanya untuk menunjukkan bahwa ayat ini adalah suatu kesimpulan. Kalau memang ini benar, maka terjemahan Indonesia yang berbunyi ‘Demikianlah tinggal ke tiga hal ini’ adalah terjemahan yang benar.

b) Ini menunjuk pada saat / waktu. Tetapi bukan menunjuk pada waktu / saat di surga tetapi waktu / saat sekarang / di dunia ini!

Alasan: kata bahasa Yunani NEGEI yang diterjemahkan ‘remain’ (= tinggal) menggunakan present tense.

Jadi, sekalipun ay 12 menunjuk pada surga, tetapi ay 13 menunjuk pada masa sekarang / di dunia!

Jadi, kalau dalam ay 8-12 tadi ditekankan kekalnya kasih, yang tetap akan ada pada saat hal-hal yang lain lenyap, maka dalam ay 13 ini ditekankan: dalam masa sekarangpun, kasih merupakan yang terbesar!

2) ’Tinggal’ (NIV: ‘remain’; NASB: ‘abide’).

Lagi-lagi ada 2 penafsiran:

a) Ada yang menafsirkan bahwa kata ini dipakai untuk mengontraskan dengan ay 8. Ay 8 menyatakan bahwa nubuat, bahasa roh, pengetahuan akan lenyap. Ay 13 menyatakan bahwa iman, pengharapan dan kasih akan tinggal / tetap ada.

Tafsiran ini menganggap bahwa ay 13 ini menunjuk pada keadaan di surga, dan menyatakan bahwa nanti di surga iman, pengharapan dan kasih akan tetap ada.

Tetapi ini bertentangan dengan Ro 8:24, 2Kor 5:7 dan Ibr 11:1 (baca ayat-ayat ini!) yang menunjukkan bahwa di surga nanti, iman dan pengharapan tidak ada lagi!

Tetapi Charles Hodge menjawab sbb: “Faith in one form, ceases when merged in sight; but in another form it continues; and the same is true of hope” (= Iman dalam bentuk yang satu akan berhenti pada saat melebur dalam penglihatan, tetapi di dalam bentuk yang lain iman tetap berlanjut; dan demikian juga halnya dengan pengharapan).

Saya tidak bisa menerima argumentasi Hodge ini karena kalau demikian, maka kita juga harus mengatakan bahwa pengetahuanpun akan berlanjut (karena pengetahuan duniawi akan diganti dengan pengetahuan surgawi).

b) Ada yang menafsirkan bahwa ini sekedar menunjukkan kalau dalam kehidupan gereja sekarang ini, ketiga hal itu, yaitu iman, pengharapan dan kasih, tetap ada.

3) Sekarang timbul pertanyaan: Dalam sepanjang pasal ini Paulus sama sekali tak berbicara tentang iman dan pengharapan (ay 2 ia memang berbicara tentang iman, tetapi itu bukan saving faith / iman yang menyelamatkan). Lalu mengapa sekarang, pada ayat terakhir yang seharusnya merupakan kesimpulan dari seluruh pasal, ia tahu-tahu berbicara tentang iman dan pengharapan?

Seorang penafsir menjawab: Karena iman, pengharapan dan kasih merupakan tiga serangkai / tri tunggal yang sangat populer dalam pengajaran di gereja-gereja abad pertama.

Dasar pandangan ini:

a) Kata ‘tinggal’ / ‘remain’ / ‘abide’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan bentuk singular / tunggal, sekalipun itu ditujukan untuk 3 hal yaitu iman, pengharapan dan kasih. Bandingkan dengan Mat 28:19 dimana kata ‘nama’ juga menggunakan bentuk tunggal sekalipun menunjuk pada Bapa, Anak dan Roh Kudus.

b) Dalam Perjanjian Baru, 3 hal ini memang sering keluar bersama-sama (bdk. Ro 5:1-5 Gal 5:5-6 Ef 4:2-5 1Tes 1:3 5:8 Ibr 6:10-12 10:22-24 1Pet 1:3-8,21-22).

4) Yang paling besar ialah kasih (ay 13b).

Tentu bagian ini tak bisa diartikan seakan-akan kekristenan merupakan agama yang lebih menekankan perbuatan baik / kasih dari pada iman!

Lalu apa artinya?

a) Dari 1Kor 12:31 dan 14:1,5 kita bisa mendapatkan bahwa yang dimaksud dengan karunia yang lebih besar / lebih utama ialah karunia yang lebih berguna untuk gereja.

Jadi, kalau disini dikatakan bahwa kasih itu lebih besar dari iman dan pengharapan, maka artinya adalah bahwa kasih lebih berguna bagi gereja dibandingkan dengan iman dan pengharapan. Mengapa? Karena iman dan pengharapan hanya berguna untuk diri kita sendiri, sedangkan kasih berguna untuk orang lain.

b) Kasih lebih besar dari iman dan pengharapan karena kasih itu kekal, sedangkan iman dan pengharapan tidak ada lagi di surga (Ro 8:24 2Kor 5:7 Ibr 11:1).

I KORINTUS 14:1-40

Baik golongan Kharismatik, maupun golongan anti Kharismatik sering menggunakan ayat-ayat dari 1Kor 14 untuk mendukung pandangannya masing-masing. Tetapi sering sekali terjadi bahwa dalam penggunaan ayat-ayat dalam 1Kor 14 ini, kontexnya tidak dipedulikan. Dengan kata lain, banyak orang menggunakan ayat-ayat dalam 1Kor 14 terlepas dari kontexnya. Ini tentu saja merupakan penggunaan / cara penafsiran yang keliru! Ayat Kitab Suci tidak pernah boleh ditafsirkan terlepas dari kontexnya! Karena itu perlu sekali kita mempelajari exposisi dari seluruh 1Kor 14 supaya kita bisa menafsirkan setiap ayat sesuai dengan kontexnya! Untuk itu, sebelum saudara membaca exposisi ayat per ayat di bawah ini, bacalah seluruh 1Kor 14 sedikitnya satu atau dua kali.

1Korintus 14: 1-5:

1) Ay 1a: ‘kejarlah kasih itu’.

Setelah menjelaskan tentang kasih dalam 1Kor 13, maka sekarang Paulus berkata ‘kejarlah kasih itu’.

a) Ini menunjukkan bahwa kasih adalah hal yang sangat penting.

Dalam 1Kor 12 dan 1Kor 14 Paulus sebetulnya membahas tentang karunia-karunia untuk melayani Tuhan, tetapi toh ia menyelipi ke dua pasal itu dengan 1Kor 13 yang membicarakan tentang kasih, dan lalu berkata bahwa kita harus mengejar kasih. Ini menunjukkan bahwa kasih adalah sesuatu yang mutlak harus ada dalam pelayanan. Tanpa kasih (baik kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia), pelayanan akan dilakukan tanpa beban dan kesungguhan.

Karena itu renungkan: apakah ada kasih dalam diri saudara?

b) Kasih memang adalah buah Roh Kudus (Gal 5:22), tetapi itu tidak berarti bahwa dengan berdiam diri / bersikap pasif kita bisa menjadi orang yang penuh kasih. Karena itu Paulus berkata ‘kejarlah kasih itu’!

Penerapan:

Boleh jadi saudara mengejar Firman Tuhan, tetapi apakah saudara mengejar kasih?

c) Ada beberapa hal yang harus saudara lakukan kalau saudara mau menjadi orang yang penuh kasih:

mendekatlah dan banyaklah bersekutu dengan Tuhan. Ini akan menyebabkan saudara ‘ketularan’ kasih Tuhan. Alegori pokok anggur dengan rantingnya dalam Yoh 15:1-8 menunjukkan bahwa kalau kita mempunyai persekutuan yang baik dengan Yesus, barulah kita bisa berbuah banyak! Karena itu banyaklah bersekutu dengan Tuhan!

buanglah segala dosa, baik besar maupun kecil, karena dosa memisahkan / menjauhkan saudara dari Tuhan, dan membuat kasih saudara kepada Tuhan menjadi hambar! Terhadap jemaat Efesus yang kehilangan kasih yang semula, Tuhan memerintahkan supaya mereka bertobat (Wah 2:5).

janganlah mengasihi uang / dunia, karena itu akan menyebabkan saudara tidak mungkin mengasihi Tuhan (Mat 6:24 Yak 4:4 1Yoh 2:15).

seringlah merenungkan cinta Tuhan bagi saudara, khususnya yang Ia tunjukkan dengan mati di atas kayu salib bagi saudara! Saudara tidak akan bisa mengasihi Tuhan kalau saudara tidak lebih dahulu menyadari bahwa Tuhan betul-betul mengasihi saudara.

2) 1Korintus 14: 1b: ‘usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat’.

a) ‘Usahakanlah ... memperoleh’ (bdk. ay 39 dan 12:31 yang menggunakan kata Yunani yang sama).

Kata Yunani yang digunakan adalah ZELOUTE yang arti sebenarnya adalah ‘be zealous for’ (= bersemangatlah / berkobar-kobarlah untuk).

Ada beberapa penafsiran tentang bagian ini:

Ini diartikan ‘desire eagerly’ (= inginkanlah dengan sungguh-sungguh), dan ini ditujukan kepada setiap orang kristen.

Jadi, setiap orang kristen harus berusaha mendapatkan karunia- karunia rohani. Ini lalu dijadikan dasar untuk berusaha mendapatkan karunia bahasa Roh.

Tetapi ada keberatan yang serius terhadap ajaran / penafsiran ini:

dari 1Kor 12:11,18 jelas terlihat bahwa pemberian karunia dilakukan sesuai kehendak Tuhan, bukan kehendak kita. Jadi kita tidak bisa berusaha mendapatkan karunia sesuai keinginan kita!

kalaupun bagian ini diartikan bahwa orang kristen harus berusaha mendapatkan karunia, jelaslah dari ay 1 ini bahwa karunia yang harus dicari / didapatkan bukanlah karunia bahasa Roh, tetapi karunia bernubuat!

Ini diartikan ‘desire eagerly’ (= inginkanlah dengan sungguh-sungguh), tetapi ini tidak ditujukan kepada setiap orang kristen, tetapi kepada setiap gereja lokal.

Dasar dari pandangan ini: kata ZELOUTE ini merupakan kata perintah bentuk jamak (kata perintah yang ditujukan kepada banyak orang)!

Jadi artinya ialah: gereja lokal harus mencari orang-orang yang mempunyai karunia-karunia rohani, terutama karunia bernubuat.

Penerapan:

Kalau suatu gereja mencari seorang hamba Tuhan, maka yang terpenting adalah bahwa hamba Tuhan itu mempunyai karunia memberitakan Firman Tuhan (berkhotbah / mengajar)! Demikian juga guru sekolah minggu haruslah orang yang betul-betul bisa mengajar!

Ini diartikan ‘value highly’ (= hargailah / nilailah tinggi).

Kalau diartikan seperti ini, maka jelas bahwa mereka bukan harus berusaha mendapatkan, tetapi hanya harus menghargai karunia-karunia Roh, khususnya karunia bernubuat.

Rupa-rupanya orang Korintus jaman itu, sama seperti kebanyakan orang Kharismatik jaman ini, terlalu mengagungkan / menghargai karunia bahasa Roh, sehingga dalam ay 1 ini Paulus lalu menyuruh mereka menghargai karunia untuk bernubuat. Dan memang penekanan utama dari seluruh 1Kor 14 ini adalah bahwa karunia bernubuat jauh lebih berharga dari pada karunia bahasa Roh. Kalau dalam membaca seluruh 1Kor 14 tadi saudara belum melihat penekanan utama ini, bacalah seluruh 1Kor 14 sekali lagi!

b) ‘Terutama karunia untuk bernubuat’.

Ini menunjukkan secara jelas bahwa karunia yang terpenting / terhebat bukanlah karunia bahasa Roh, tetapi karunia bernubuat.

Penerapan:

kalau selama ini saudara menganggap karunia bahasa Roh sebagai karunia yang terutama dan terpenting / terhebat, baca dan renungkan seluruh 1Kor 14 ini, dan janganlah bersikap tegar tengkuk, tetapi sesuaikanlah pikiran / pengertian saudara yang salah itu dengan Firman Tuhan!

kalau saudara berjumpa dengan orang yang menganggap / mengajarkan bahwa karunia bahasa Roh adalah karunia yang terpenting, ajaklah orang itu membaca seluruh 1Kor 14 ini, supaya ia melihat sendiri bahwa apa yang ia percayai / ajarkan itu tidak sesuai dengan Firman Tuhan.

Apakah artinya karunia bernubuat itu? Ada 2 pandangan:

karunia yang ada pada pengkhotbah, dimana ia membaca dan mempelajari Firman Tuhan / Kitab Suci, dan lalu mengajarkannya kepada orang lain.

karunia yang ada pada seorang nabi, dimana ia mendapatkan wahyu langsung dari Tuhan, dan lalu mengajarkannya kepada orang lain.

Kalau kita membaca seluruh 1Kor 14 maka terlihat bahwa karunia nubuat ini dipentingkan bukan karena melihat cara orang itu mendapatkan beritanya (dengan belajar Kitab Suci atau mendapatkan langsung dari Tuhan), tetapi karena melihat penyampaian Firman Tuhan yang ia lakukan, karena inilah yang membangun jemaat.

Jadi saya berpendapat bahwa semua karunia pemberitaan Firman Tuhan adalah karunia yang terutama / terpenting.

3) 1Korintus 14: 2:

a) ‘Berkata-kata dengan bahasa Roh’ (ay 2a).

KJV: ‘unknown tongue’ (= bahasa Roh / lidah yang tidak dikenal). Hal yang sama terjadi pada ay 4,14,19,27.

Mungkin terjemahan KJV inilah yang mengilhami pemikiran / kepercayaan adanya bahasa Roh yang bukan merupakan bahasa manusia. Tetapi sebenarnya kata ‘unknown’ (= tidak dikenal) ini tidak ada dalam bahasa Yunaninya. NKJV yang merevisi KJV, dan juga semua versi bahasa Inggris yang lain, menghapuskan / tidak menggunakan kata ‘unknown’ (= tidak dikenal) ini.

b) ‘Tidak berkata-kata kepada manusia tetapi kepada Allah’ (ay 2b).

Bagian ini seringkali dijadikan dasar dari doa menggunakan bahasa Roh.

Keberatan: kalimat ay 2b ini jelas tidak bisa diartikan seperti itu, karena banyak bagian Kitab Suci yang menunjukkan bahwa pada saat seseorang berbahasa Roh, ia bukan berbicara kepada Allah, tetapi ia menyampaikan berita dari Allah kepada manusia, dan kita tidak boleh menafsirkan satu ayat Kitab Suci sehingga bertentangan dengan ayat Kitab Suci yang lain.

Contoh:

Kis 2:4-13 jelas menunjukkan bahwa pada waktu rasul-rasul berbahasa Roh pada hari Pentakosta, mereka menyampaikan berita dari Allah untuk manusia.

1Korintus 14: 5 menunjukkan bahwa bahasa Roh yang disertai penafsiran / penterjemahan, menjadi sama seperti nubuat. Sedangkan bernubuat adalah menyampaikan sesuatu dari Allah kepada manusia.

1Korintus 14: 6 mengatakan bahwa bahasa Roh tidak berguna kalau tidak menyampaikan penyataan Allah, pengetahuan, nubuat, atau ajaran. Jadi jelas bahwa bahasa Roh harus ditujukan kepada manusia.

Ay 13,27,28 menunjukkan bahwa bahasa Roh harus disertai penafsiran / penterjemahan. Ini jelas menunjukkan bahwa bahasa Roh itu ditujukan kepada manusia, karena kalau ditujukan kepada Allah, apa gunanya penterjemahan?

Arti sebenarnya dari kalimat ini adalah: tidak ada orang yang mengerti kata-katamu kecuali Allah.

Ada yang menganggap bahwa ini adalah suatu sindiran bagi mereka. Jadi Paulus menyindir mereka: ‘apakah kamu mau berkhotbah kepada Allah?’.

c) ‘Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya’ (ay 2c).

Ini lagi-lagi sering dijadikan dasar untuk mengatakan adanya bahasa Roh yang bukan bahasa manusia.

Keberatan:

kata ‘bahasa’ dalam ay 2c itu sebetulnya tidak ada.

NIV: ‘no one understands him’ (= tidak seorangpun mengerti dia).

NASB: ‘no one understands’ (= tidak seorangpun mengerti).

kata ‘tidak seorangpun’ dalam ay 2c ini jelas bukan menunjuk pada semua orang di dunia, tetapi pada orang-orang yang hadir dalam kebaktian tersebut.

1Korintus 14: 2c ini hanya memperjelas ay 2b.

d) ‘Oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia’ (ay 2d).

Ada penafsir yang menganggap bahwa kata ‘Roh’ menunjuk pada ‘roh manusia’ (Catatan: ingat bahwa dalam bahasa Yunaninya, kata ‘Roh’ ini tidak dimulai dengan huruf besar), tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa kata ‘Roh’ ini menunjuk kepada ‘Roh Kudus’.

‘hal-hal yang rahasia’.

Banyak orang Kharismatik yang berdasarkan bagian ini lalu beranggapan bahwa doa menggunakan bahasa Roh adalah doa yang terbaik, karena doa bahasa Roh menggunakan bahasa rahasia, yang hanya dimengerti oleh Allah. Begitu rahasianya bahasa ini sehingga setanpun tidak mengertinya, sehingga ia tidak bisa menyabot / menggagalkan doa tersebut.

Tetapi kata ‘hal-hal yang rahasia’ ini (dalam bahasa Inggrisnya: ‘mysteries’) berasal dari kata bahasa Yunani MUSTERION. Dan dalam Kitab Suci, kata MUSTERION itu hanya muncul dalam ayat-ayat di bawah ini:

Mat 13:11 / Mark 4:11 / Luk 8:10.

Roma 11:25 16:25.

1Kor 2:7 4:1 13:2 14:2 15:51.

Ef 1:9 3:3,4,9 5:32 6:19.

Kol 1:26-27 2:2 4:3.

2Tes 2:7.

1Tim 3:9,16.

Wah 1:20 10:7 17:5-7.

Bacalah semua ayat-ayat tersebut di atas, dan saudara akan melihat bahwa kata ‘rahasia’ (MUSTERION) ini pada umumnya bukan menunjuk pada sesuatu yang tidak dapat diketahui / tidak dapat dimengerti, tetapi sebaliknya menunjuk pada:

suatu kebenaran yang bisa diketahui.

suatu kebenaran yang dulunya tersembunyi, tetapi sekarang sudah dinyatakan / diberitakan sehingga bisa diketahui / dimengerti.

Dengan demikian, kalau ay 2 ini mengatakan bahwa orang yang berbahasa Roh itu mengucapkan hal-hal yang rahasia, maka artinya adalah: orang yang berbahasa Roh itu menyampaikan kebenaran ilahi (yang dulunya tersembunyi, tetapi sekarang sudah dibukakan).

Bisa juga kata MUSTERION ini diartikan ‘hal yang tidak dimengerti’ (tetapi ini tetap tidak bisa dijadikan dasar untuk melakukan doa dengan bahasa Roh). Lalu ay 2 digabungkan dengan ay 3, maka kelihatan dengan jelas bahwa di sini dikontraskan antara bahasa Roh (ay 2) dan nubuat (ay 3). Sehingga mungkin saja artinya hanyalah: bahasa Roh itu tidak dimengerti manusia, dan karena itu sia-sia; sedangkan nubuat itu dimengerti manusia sehingga bisa membangun, menasehati dan menghibur.

4) 1Korintus 14: 3:

Ay 3 ini menunjukkan alasan mengapa karunia bernubuat itu adalah karunia yang terpenting, yaitu karena karunia itu berguna untuk membangun, menasehati, dan menghibur jemaat.

5) 1Korintus 14: 4:

a) Ay 4a: ‘siapa yang berkata-kata dengan bahasa Roh, ia membangun dirinya sendiri’.

Ada bermacam-macam tafsiran tentang bagian ini:

Banyak orang Kharismatik menafsirkan bahwa dengan menggunakan bahasa Roh, orang kristen bisa menguatkan imannya sendiri. Itu sebabnya mereka menganjurkan setiap orang kristen untuk sesering mungkin menggunakan bahasa Roh.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Kitab Suci mengatakan bahwa iman tumbuh karena Firman Tuhan (ay 4b,5,31 Ro 10:17 1Pet 2:2). Kalau seseorang menggunakan bahasa Roh yang ia sendiri tidak mengerti, maka jelas ia tidak mendapatkan Firman Tuhan, sehingga tidak mungkin imannya dibangun!

semua karunia diberikan untuk membangun jemaat (1Kor 12:7 - ‘untuk kepentingan bersama’), bukan untuk membangun diri sendiri!

Orang yang berbahasa Roh itu sendiri mengerti apa yang ia katakan, tetapi orang lain tidak. Karena itu hanya ia sendiri yang dibangun imannya.

Ini cuma suatu irony (= sindiran / ejekan).

Ingat bahwa surat Korintus mengandung banyak irony, misalnya: 1Kor 4:8,10 2Kor 10:1,12 11:1,5b 12:12-13.

Alasan penafsiran ini: suatu karunia diberikan oleh Tuhan kepada seseorang, selalu dengan tujuan untuk membangun jemaat / gereja, bukan diri orang itu sendiri (ay 5b,12,17,26 12:7), sehingga tidak mungkin karunia bahasa Roh itu membangun iman sendiri.

Kalau memang ay 4 ini adalah suatu irony, maka ay 4 ini menunjukkan betapa rendahnya karunia bahasa Roh itu dibandingkan dengan karunia bernubuat. Karunia bernubuat membangun jemaat, tetapi karunia bahasa Roh membangun dirimu sendiri (artinya: tidak membangun siapa-siapa).

b) Ay 4b: ‘tetapi siapa bernubuat ia membangun jemaat’.

Jadi terlihat bahwa lagi-lagi dikontraskan antara karunia bahasa Roh (ay 4a) dengan karunia bernubuat (ay 4b).

6) 1Korintus 14: 5:

a) Ay 5a: ‘Aku suka supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa Roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat’.

Orang Kharismatik sering memotong bagian ini dan hanya melihat kata-kata ‘Aku suka supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa Roh’, dan lalu menggunakannya sebagai dasar untuk mengharuskan orang kristen berbahasa Roh.

Keberatan terhadap pandangan ini:

kalau bagian ini diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan keharusan berbahasa roh, maka jelaslah bahwa ay 5a ini (baca seluruh ay 5a!) juga mengharuskan, atau bahkan lebih mengharuskan, orang kristen bernubuat! Bdk. Bil 11:29 (baca mulai Bil 11:26).

Tetapi kenyataannya, saya tidak pernah mendengar ada orang Kharismatik yang mengharuskan orang kristen bernubuat. Ini menunjukkan penafsiran yang tidak konsekwen!

Keharusan mempunyai suatu karunia tertentu jelas bertentangan dengan 1Kor 12:7,8-10,28-30, yang jelas menunjukkan bahwa tiap orang kristen menerima karunia yang berbeda-beda, ada yang menerima karunia ini dan ada yang menerima karunia itu. Jelas bahwa tidak ada karunia apapun yang harus dimiliki oleh setiap orang kristen.

b) Ay 5b: ‘Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa Roh, kecuali kalau orang itu dapat menafsirkannya’.

‘Sebab’.

Kata ‘sebab’ pada awal ay 5b ini menunjukkan bahwa ay 5b ini adalah alasan dari kata-kata Paulus dalam ay 5a. Jadi, Paulus lebih senang orang bernubuat dari pada berbahasa Roh karena orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berbahasa Roh.

‘kecuali orang itu dapat menafsirkannya’.

Kalau orang yang berbahasa Roh itu bisa menafsirkan bahasa Rohnya, maka bahasa Roh itu menjadi sesuatu yang bisa dimengerti, sehingga menjadi sama berharganya dengan nubuat.

Tetapi kalau ada seorang yang berbahasa Roh, lalu ada seorang lain yang menafsirkannya, kita tetap harus hati-hati, karena bagaimana kita tahu bahwa itu memang penafsiran yang benar? Bagaimana kalau 2 orang itu ternyata cuma bersandiwara supaya dianggap hebat / rohani / penuh Roh Kudus dsb? Ingat bahwa pada akhir jaman ada banyak nabi-nabi palsu yang tidak akan segan-segan menipu jemaat supaya diikuti banyak orang!

c) Ay 5c: ‘Sehingga jemaat dapat dibangun’.

Bagian ini menunjukkan bahwa tujuan karunia / pelayanan adalah supaya jemaat dapat dibangun!

Memang tujuan utama / tertinggi kita dalam hidup / pelayanan kita adalah untuk memuliakan Allah (1Kor 10:31), tetapi untuk mencapai hal itu, maka kita harus membangun jemaat / gereja, yaitu dengan:

mempertobatkan orang yang belum percaya.

menumbuhkan iman orang yang sudah percaya.

Penerapan:

Apapun pelayanan saudara saat ini, renungkanlah: apakah pelayanan itu saudara maksudkan untuk membangun jemaat / gereja? Atau saudara melayani hanya karena dipaksa oleh orang lain, atau hanya untuk ramai-ramai saja? Atau saudara punya tujuan yang lebih egois lagi, yaitu untuk kepentingan diri saudara sendiri?

Ini juga menunjukkan bahwa jemaat / gereja bisa dibangun hanya dengan menambah pengertian Firman Tuhan.

Bahasa Roh yang tidak diterjemahkan tidak bisa memberikan pengertian, sehingga tidak bisa membangun jemaat. Tetapi nubuat, ataupun bahasa Roh yang diterjemahkan, memberikan pengertian Firman Tuhan kepada jemaat, sehingga jemaat bisa dibangun.

Penerapan:

Dalam pelayanan, usahakanlah supaya seluruh jemaat bisa dibangun dalam pengertian Firman Tuhan. Kalau saudara sekedar mengajak jemaat untuk memasang pohon Natal / menghias gereja, atau datang dalam pesta-pesta yang diadakan oleh gereja, tetapi saudara tidak pernah mengajak / mendorong jemaat untuk rajin ke Kebaktian / Pemahaman Alkitab, maka mungkin sekali saudara sedang giat menuju ke arah yang salah!

Kalau saudara melayani Tuhan dalam bentuk puji-pujian, gunakanlah nyanyian dalam bahasa yang bisa dimengerti jemaat. Kalau toh harus menyanyikan lagu dalam bahasa asing, jelaskan lebih dulu arti kata-kata lagu itu. Kalau tidak demikian, pada hakekatnya saudara tidak berbeda dengan orang yang menggunakan bahasa Roh tanpa penterjemahan.

Jaman sekarang juga sering ada pengkhotbah yang menggunakan bahasa asing di mimbar, tanpa menterjemahkannya. Apa tujuannya? Untuk pamer kepandaian? Lagi-lagi hal ini sebetulnya tidak berbeda dengan orang yang menggunakan bahasa Roh tanpa penterjemahan.

1Korintus 14: 6-12:

1) 1Korintus 14: 6:

a) Ayat ini menunjukkan juga bahwa bahasa Roh seharusnya menyampaikan berita dari Allah kepada manusia, dan bukan dari manusia kepada Allah (doa dengan bahasa Roh).

Alasannya:

adanya kata ‘kepadamu’ dalam ay 6 ini.

keempat hal yang disebutkan dalam ay 6 ini, yaitu penyataan Allah / revelation, pengetahuan, nubuat, pengajaran, merupakan hal-hal yang berguna bagi manusia dan diberikan oleh Allah kepada manusia, bukan sebaliknya.

b) Ayat ini juga menunjukkan bahwa bahasa Roh yang tidak bisa dimengerti adalah sia-sia (perhatikan kata-kata ‘apakah gunanya itu bagimu’). Bahasa Roh seharusnya menyampaikan penyataan Allah / revelation, pengetahuan (dalam hal rohani / Firman Tuhan), nubuat, pengajaran, dan jelas bahwa kalau hal-hal itu disampaikan dalam suatu bahasa yang tidak dimengerti, maka semua itu akan sia-sia belaka.

2) 1Korintus 14: 7-9:

Dengan menggunakan bermacam-macam penggambaran, bagian ini menguatkan ay 6 dalam menunjukkan kesia-siaan bahasa Roh yang tidak dimengerti.

a) 1Korintus 14: 7 menggambarkan bahasa Roh yang tidak dimengerti itu sebagai alat musik yang tidak bisa mengeluarkan bunyi-bunyi / nada-nada yang berbeda. Kalau suatu alat musik bisa mengeluarkan bunyi-bunyi / nada-nada yang berbeda, maka alat musik itu bisa digunakan untuk mengeluarkan suatu lagu. Tetapi kalau tidak, alat musik itu hanya bisa mengeluarkan suara yang tidak berguna.

b) 1Korintus 14: 8 menggambarkannya sebagai nafiri / terompet yang tidak ‘mengeluarkan bunyi yang terang’.

Dalam ketentaraan pada saat itu, digunakan nafiri untuk memberikan perintah kepada tentara. Nafiri itu bisa mengeluarkan bermacam-macam bunyi, dan setiap bunyi mempunyai arti tertentu. Kalau nafiri itu ternyata tidak bisa memberikan bunyi-bunyi seperti itu, sekalipun sebetulnya berita yang disampaikan itu penting (misalnya: ada musuh menyerang!), maka nafiri itu sama sekali tak berguna.

Ini gambaran orang yang berbicara dalam bahasa Roh yang tidak dimengerti. Sekalipun berita yang ia sampaikan itu sangat penting, tetapi kalau bahasa Rohnya tidak bisa dimengerti oleh para pendengarnya, maka semua itu akan sia-sia belaka.

c) Ay 9b menggambarkannya sebagai orang yang mengucapkan kata-kata di udara. ‘Mengucapkan kata-kata di udara’, jelas menunjukkan suatu tindakan yang sia-sia. Bandingkan dengan 1Kor 9:26 dimana tindakan yang sia-sia digambarkan sebagai ‘sembarangan saja memukul’ [NIV: ‘beating the air’ (= memukul udara)].

3) 1Korintus 14: 10:

Ayat ini menunjukkan kemustahilan adanya suatu bahasa yang menggunakan bunyi-bunyi yang tidak ada artinya. Semua bahasa di dunia pasti menggunakan bunyi-bunyi / kata-kata yang ada artinya. Karena itu, bahasa Rohpun harus demikian!

Kesimpulannya: bahasa Roh itu haruslah betul-betul suatu bahasa, yang mempunyai grammar (= tatabahasa), dan perbendaharaan kata / kata-kata yang berbeda-beda.

Ayat ini jelas bertentangan dengan praktek bahasa Roh yang jaman ini banyak terdapat, dimana orangnya hanya menggunakan satu atau dua kata yang tidak ada artinya dan yang diulang terus-menerus. Ini jelas bukan bahasa (karena tidak adanya tatabahasa maupun perbendaharaan kata), dan juga bukan bahasa Roh!

Orang Kharismatik memberikan penjelasan dengan mengibaratkan bahasa Roh seperti itu sebagai suatu telegram, yang sekalipun pada pihak pengirim mengeluarkan bunyi-bunyi yang sama, tetapi pada pihak penerima mendapatkan pesan dalam bentuk kata-kata yang bisa dimengerti.

Tanggapan terhadap penjelasan ini:

tidak ada satupun dasar Kitab Suci yang bisa dipakai untuk mendukung penjelasan tersebut. Penjelasan yang hanya menggunakan logika / illustrasi, tetapi tidak punya dasar Kitab Suci, harus ditolak!

harus diingat bahwa bahasa Roh itu seharusnya ditujukan kepada manusia dan bukan kepada Allah. Jadi, penerima ‘telegram’ itu bukan Allah tetapi manusia. Sedangkan kenyataannya penerima ‘telegram’ itupun cuma mendengar bunyi-bunyi yang sama terus-menerus. Jadi, jelas tak cocok dengan penjelasan mereka.

4) 1Korintus 14: 11-12a:

Ay 11 menunjukkan bahwa pembicara dan pendengar menjadi seperti orang asing satu terhadap yang lain, kalau mereka tidak saling mengerti.

Kata-kata ‘demikian pula dengan kamu’ (ay 12a) menerapkan hal itu dalam dunia bahasa Roh. Jadi, pembicara bahasa Roh itu menjadi seperti orang asing bagi pendengarnya, kalau bahasa Rohnya tidak dimengerti. Ini lagi-lagi menekankan kesia-siaan bahasa Roh yang tidak bisa dimengerti oleh pendengarnya.

5) 1Korintus 14: 12b,c:

a) Ay 12b: ‘kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh’.

NASB: ‘you are zealous of spiritual gifts’ (= kamu bersemangat / berkobar-kobar tentang karunia-karunia rohani).

Catatan:

Kata yang diterjemahkan ‘zealous’ (= bersemangat / berkobar-kobar) itu, dalam bahasa Yunaninya mempunyai kata dasar yang sama dengan ZELOUTE dalam ay 1,39 dan 12:31 (lihat pembahasan tentang kata ZELOUTE dalam pembahasan ay 1 di atas).

Karena itu jelaslah bahwa ayat ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa karunia adalah sesuatu yang bisa dicari / diusaha-kan.

b) Ay 12c: ‘hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat’.

NASB / Literal: ‘seek to abound for the edification of the church’ (= berusahalah untuk berlimpah-limpah untuk pendidikan gereja).

c) Jadi, kalau ay 12b dan ay 12c dihubungkan, maka artinya adalah: adalah sesuatu yang bagus kalau kamu bersemangat / berkobar-kobar dalam hal karunia-karunia rohani, tetapi arahmu harus benar, yaitu untuk pendidikan gereja.

Dari sini bisa didapatkan beberapa hal:

bahasa Roh tidak boleh dipakai untuk sombong-sombongan, pamer dsb! Ini bukan mendidik gereja!

pendidikan gereja adalah sesuatu yang harus diutamakan dalam gereja.

Penerapan:

gereja yang tidak mempunyai Pemahaman Alkitab, atau yang mempunyai Pemahaman Alkitab yang ‘hidup segan mati tak mau’, adalah gereja yang tidak beres!

dalam gereja, acara Pemahaman Alkitab tidak boleh ditabrak oleh acara-acara lain seperti rapat, bezoek, latihan koor / vocal group dsb! Mengapa? Supaya jemaat bisa hadir semua dalam acara Pemahaman Alkitab itu, sehingga gereja betul-betul maju dalam pendidikan!

semangat yang berkobar-kobar itu hanya baik kalau arahnya benar, dan arah seseorang tidak mungkin benar kalau ia tidak mempunyai pengetahuan Firman Tuhan! Bdk. Amsal 19:2 yang berkata: ‘tanpa pengetahuan, kerajinanpun tidak baik’. Dalam terjemahan NIV bunyinya adalah: “It is not good to have zeal without knowledge” (= Adalah tidak baik mempunyai semangat tanpa pengetahuan).

1Korintus 14: 13-17:

1) 1Korintus 14: 13:

Kata-kata ‘karena itu’ pada awal dari ay 13, menunjuk pada ay 12c di atas.

Jadi maksud dari ay 13 adalah: karena kamu harus berlimpah-limpah dalam hal pendidikan gereja (ay 12c), sedangkan bahasa Roh yang tidak dimengerti tidak ada gunanya (bdk. ay 6-9), maka orang yang berbahasa Roh harus meminta karunia untuk menafsirkannya / menterjemahkannya (ay 13).

Catatan:

Karunia penafsiran / penterjemahan bahasa Roh adalah satu-satunya karunia yang bisa diminta dalam doa; itupun hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai karunia bahasa Roh. Ini disebabkan karena 2 karunia ini (karunia berbahasa Roh dan karunia menterjemahkan bahasa Roh) memang harus berpasangan (bdk. 12:10b,30b).

2) 1Korintus 14: 14: ‘Sebab jika aku berdoa dengan bahasa Roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa’.

a) Terjemahan ay 14 ini kurang tepat. Bandingkan dengan terjemahan di bawah ini.

NIV/NASB: ‘For if I pray in a tongue, my spirit prays, but my mind is unfruitful’ (= karena jika aku berdoa dalam bahasa Roh, rohku berdoa, tetapi pikiranku tidak berbuah).

b) Kata ‘jika’ pada awal ay 14 menunjukkan bahwa ini adalah suatu pengandaian. Jadi ay 14 ini tidak berarti bahwa Paulus betul-betul pernah berdoa dalam bahasa Roh.

Bahkan dari ay 15a terlihat bahwa Paulus tidak senang dengan suatu doa dimana pikiran tidak terlibat, dan ini menunjukkan bahwa ia tidak mau dan tidak pernah berdoa dalam bahasa Roh.

c) Ada bermacam-macam penafsiran / arti yang diberikan oleh para penafsir tentang kata ‘my spirit / rohku’:

itu menunjuk pada ‘Roh Kudus’.

Keberatan: dalam Kitab Suci, Roh Kudus tidak pernah disebut ‘rohku’.

kata ‘roh’ bisa diterjemahkan ‘nafas’. Jadi bagian ini menjadi ‘nafasku berdoa’. Maksudnya, pada saat ia berdoa, maka hanya nafas dan organ yang berhubungan dengan suaralah yang bekerja (sedangkan otaknya tidak).

itu menunjuk pada ‘karunia rohani’.

itu menunjuk pada ‘perasaan dan kehendak’, yang dikontraskan dengan pikiran / pengertian.

d) Kata-kata ‘my mind is unfruitful / pikiranku tidak berbuah’ juga ditafsirkan secara beraneka ragam:

otakku tidak mengerti apa yang aku doakan.

otakku tidak bekerja / tidak berdoa (seperti Kitab Suci Indonesia).

doa itu tidak berbuah dalam diri orang yang mendengar.

e) Dari semua ini terlihat dengan jelas bahwa ay 14 ini adalah ayat yang sangat sukar. Tetapi sebetulnya penekanan dari ay 14 ini jelas yaitu: doa bahasa Roh adalah doa tanpa menggunakan otak, dan itu adalah salah!

3) 1Korintus 14: 15: ayat ini terjemahannya kurang tepat.

NASB / Lit: ‘I shall pray with the spirit and I shall pray with the mind also; I shall sing with the spirit and I shall sing with the mind also’ (= Aku akan berdoa dengan roh dan aku akan berdoa dengan pikiranku; aku akan menyanyi dengan roh dan aku akan menyanyi dengan pikiranku juga).

Jadi, kalau dalam ay 14 memang dikatakan ‘my spirit / rohku’, maka pada ay 15 dikatakan ‘the spirit / roh’.

Ada 2 penafsiran tentang kata ‘the spirit / roh’ dalam ay 15 ini:

a) Ini menunjuk kepada ‘rohku’ (ini seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia maupun NIV).

b) Ini menunjuk kepada ‘Roh Kudus’.

Jadi, artinya: pada waktu Paulus berdoa dipimpin oleh Roh Kudus sekalipun, tetap saja ia memakai otaknya dalam berdoa.

Ayat ini jelas sekali menunjukkan perlunya penggunaan otak, baik dalam berdoa maupun dalam menyanyi! Otak harus betul-betul mengikuti kata-kata dalam doa / nyanyian yang dinaikkan. Hal ini jelas tidak mungkin terjadi pada waktu orang berdoa atau menyanyi dalam bahasa Roh, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka ucapkan.

Penerapan:

Jaman sekarang kita bisa melihat dengan jelas bahwa ada banyak pemimpin liturgi, orang yang melakukan sharing, pemimpin doa, dan bahkan pengkhotbah yang sama sekali tidak menggunakan otak. Dari cara bicaranya dan apa yang mereka katakan, terlihat dengan jelas bahwa mereka hanya menuruti perasaannya dan mereka membuang pikirannya. Ini jelas tidak sesuai dengan ajaran Paulus dalam bagian ini!

4) 1Korintus 14: 16-17:

a) 1Korintus 14: 16a: ‘mengucap syukur’ [NIV: praise (= memuji); NASB: bless (= memberkati)].

Ay 16b: ‘pengucapan syukur’ [NIV: thanksgiving (= pengucapan syukur); NASB: giving of thanks (= mengucap syukur)].

Memang istilah ‘mengucap syukur’ dan ‘memuji / memberkati’ sering bisa dibolak-balik (interchangeable).

b) Ay 16-17 ini menunjukkan alasan mengapa orang memuji Tuhan / bersyukur kepada Tuhan dengan bahasa Roh itu adalah salah.

Catatan: pada saat itu orang itu berfungsi sebagai pemimpin doa dalam gereja.

Alasan 1:

Tradisi saat itu dalam melakukan persekutuan doa adalah: satu orang saja yang berdoa dengan suara yang keras, sedangkan jemaat mendengar dan mengikuti doa itu dalam hati / pikiran, lalu pada akhirnya mengaminkan doa itu.

Calvin: “Paul's expression, however, intimates, that some one of the ministers uttered or pronounced prayers in a distinct voice, and that the whole assembly followed in their minds the words of that one person, until he had come to a close, and they all said Amen - to intimate, that the prayer offered up by that one person was that of all of them in common” (= ungkapan Paulus menunjukkan bahwa salah seorang pendeta menaikkan doa dengan suara yang jelas dan seluruh jemaat mengikuti dalam pikiran mereka kata-kata dari orang itu, sampai ia selesai, dan mereka semua berkata Amin - untuk menunjukkan bahwa doa yang dinaikkan oleh satu orang itu adalah doa mereka semua).

Hal ini juga terlihat dari:

1Taw 16:7-36.

Dalam ay 7 ditunjukkan bahwa beberapa orang memimpin nyanyian (dalam menyanyi bisa saja beberapa orang menyanyi bersama-sama, tetapi dalam berdoa tidak!); nyanyian itu ada dalam ay 8-36a, lalu pada ay 36b jemaat mengucapkan ‘amin’.

Maz 106:1-48.

Sekalipun tidak disebutkan, tetapi dari kata-kata dalam mazmur ini terlihat bahwa itu adalah suatu doa. Pada ay 48b (pada akhir dari doa itu) maka semua jemaat mengucapkan ‘amin’.

Ul 27:14-26.

Ini adalah pembacaan Firman Tuhan / ayat Kitab Suci. Beberapa orang membacakannya (ay 14), dan setiap ayat ditutup dengan ‘amin’ oleh seluruh jemaat.

Penerapan:

ini menunjukkan bahwa ‘doa bersuara’ (‘persekutuan’ doa dimana semua orang berdoa sendiri-sendiri dengan suara keras) adalah sesuatu yang bukan merupakan ajaran Kitab Suci!

Dalam memilih orang yang berdoa, kita harus memilih orang yang mempunyai suara cukup keras, dan juga orang yang bisa berdoa dengan terarah (bukan yang doanya mbulet tidak karuan), supaya doanya bisa diikuti oleh semua jemaat.

Dengan tradisi seperti ini, maka kalau pemimpin doa menaikkan doa dengan menggunakan bahasa Roh, maka jemaat jelas tidak bisa mengaminkan, karena mereka tidak mengerti apa yang didoakan.

Penerapan:

jangan menyuruh misionaris / orang asing yang tidak bisa menggunakan bahasa setempat untuk memimpin doa dalam gereja! Ini menyebabkan jemaat tidak bisa mengikuti doanya.

penggunaan doa dalam bahasa Latin dalam gereja Katolik juga merupakan sesuatu yang salah.

gereja-gereja yang khotbahnya diterjemahkan (Tionghoa-Indonesia atau Jawa-Indonesia dsb) seringkali tidak menterjemahkan doanya, sehingga doa dalam kebaktian dinaikkan dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh banyak jemaat. Ini jelas juga salah.

Alasan 2:

1Korintus 14: 17 menunjukkan bahwa sekalipun pengucapan syukur dari orang yang berdoa itu sangat baik, tetapi itu tidak membangun jemaat, karena mereka tidak mengerti.

1Korintus 14: 18-19:

1) 1Korintus 14: 18:

Ayat ini sering dipakai oleh orang-orang Kharismatik untuk mengatakan bahwa bahasa Roh adalah karunia yang sangat penting / istimewa. Buktinya Paulus bersyukur karena ia berbahasa Roh lebih dari semua orang Korintus.

Keberatan terhadap penafsiran / pandangan ini:

Penafsiran ini bertentangan dengan arah dari seluruh pasal, karena penekanan utama dari 1Kor 14 adalah meninggikan karunia bernubuat dibandingkan dengan karunia bahasa Roh, atau merendahkan karunia bahasa Roh dibandingkan karunia bernubuat. Penafsiran dari satu ayat yang bertentang-an dengan arah seluruh pasal, adalah penafsiran yang out of context, yang jelas merupakan penafsiran yang salah!

Arti yang benar adalah: Dalam ayat-ayat sebelum ay 18 ini, Paulus sudah banyak kali merendahkan karunia bahasa Roh dibandingkan dengan karunia bernubuat. Andaikata Paulus sendiri tidak pernah bisa berbahasa Roh, maka besar kemungkinannya orang-orang Korintus akan menganggap bahwa Paulus ‘menyerang’ karunia bahasa Roh karena ia sendiri tidak mempunyai karunia itu, dan ia iri kepada orang-orang Korintus yang mempunyai karunia itu. Tetapi karena Paulus sendiri mempunyai karunia bahasa Roh, bahkan ia lebih banyak berbahasa Roh dari pada semua orang Korintus, maka tentu tidak ada alasan bagi orang-orang Korintus untuk mengatakan bahwa Paulus iri hati kepada mereka. Karena itulah maka Paulus bersyukur bahwa ia mempunyai karunia itu.

Hal yang sama terjadi dalam Fil 3:

dalam Fil 3:2-3 Paulus menyerang sunat dan hal-hal lahiriah yang lain.

dalam Fil 3:4-6 Paulus menunjukkan bahwa ia sendiri disunat dan mempunyai hal-hal lahiriah itu secara berlimpah-limpah. Dengan menunjukkan hal ini maka orang-orang Yahudi tidak mungkin menuduh bahwa Paulus menyerang sunat / hal-hal lahiriah itu karena iri hati.

2) 1Korintus 14: 19:

a) Ini merupakan sambungan dari 1Korintus 14: 18.

b) Kata ‘beribu-ribu’ dalam ay 19b seharusnya adalah ‘sepuluh ribu’.

c) Ayat ini menunjukkan bahwa sekalipun Paulus sendiri banyak berbahasa Roh, tetapi dalam kebaktian / gereja ia lebih suka mengucapkan 5 kata yang bisa dimengerti untuk mengajar orang, dari pada 10.000 kata dalam bahasa Roh yang tidak dimengerti orang.

Mengapa? Karena mengucapkan 5 kata yang bisa dimengerti (bahkan kurang dari 5 kata sekalipun) bisa mempertobatkan / membangun / menguatkan / menasehati orang, misalnya:

Bertobatlah, Kerajaan Surga sudah dekat!

Allah mengasihi orang berdosa.

Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus.

Yesus mati untuk menebus dosamu!

Sebaliknya, mengucapkan 10.000 kata (Catatan: perlu saudara ketahui bahwa dibutuhkan waktu yang cukup lama yaitu kira-kira 90 menit untuk mengucapkan 10.000 kata!) dalam bahasa Roh yang tidak dimengerti, tidak akan berguna / membangun siapapun juga!

Karena itu adalah sesuatu yang aneh dan tidak alkitabiah kalau ada:

pengkhotbah atau pemimpin liturgi (chairman) yang sebentar-sebentar menggunakan bahasa Roh di mimbar!

pendeta / pengkhotbah yang sering menggunakan bahasa asing (Inggris, bahkan Ibrani / Yunani), tanpa diterjemahkan! Ini tidak terlalu berbeda dengan mengajar menggunakan bahasa Roh!

1Korintus 14: 20:

1) Pembetulan terjemahan:

Dalam Kitab Suci Indonesia ada 2 x kata ‘anak-anak’ (sama seperti KJV menggunakan 2 x kata ‘children’). Tetapi kata ‘anak-anak’ yang ke 2 seharusnya adalah ‘bayi’.

NIV: ‘Brothers, stop thinking like children. In regard to evil be infants, but in your thinking be adults’ (= saudara-saudara, berhentilah berpikir seperti anak-anak. Dalam hal kejahatan jadilah bayi, tetapi dalam pemikiranmu jadilah dewasa).

2) Arti / penjelasan:

a) Dalam hal kejahatan, kita tidak boleh menjadi dewasa (karena orang dewasa banyak berbuat jahat), bahkan tidak seperti anak-anak (karena anak-anakpun sudah bisa berbuat jahat), tetapi seperti bayi.

Ada beberapa hal yang bisa dibahas disini:

Ini tidak bertentangan dengan Mat 18:3 dimana Yesus menyuruh kita menjadi seperti anak-anak, karena:

ini merupakan ilustrasi / perumpamaan yang berbeda / terpisah.

Dua perumpamaan ini punya arah yang sama

Contoh: Kalau saya melihat sesuatu yang terang, lalu saya mengatakan bahwa benda itu seperti lampu halogen, dan sebentar lagi saya mengatakan bahwa benda itu bersinar seperti matahari, maka itu tentu tidak bertentangan.

Kata ‘bayi’ itu dalam bahasa Yunaninya adalah NEPIAZETE, yang berasal dari 2 kata bahasa Yunani yaitu:

NE, yang berarti ‘not’ (= tidak).

EIPO, yang berarti ‘I speak’ (= aku berkata / berbicara).

Jadi, kata NEPIAZETE itu menunjuk pada ‘one that can not speak’ (= orang yang tidak / belum bisa berbicara).

Jadi, Paulus memaksudkan bayi berusia di bawah 6 bulan.

Ini sama sekali tidak berarti bahwa bayi itu suci. Kitab Suci jelas mengajarkan adanya dosa asal yang menyebabkan semua orang dilahirkan, bahkan dikandung, di dalam dosa (Kej 6:5 8:21 Ayub 25:4 Maz 51:7 58:4). Tetapi, bagaimanapun juga, bayi itu dianggap berdosa karena dosa keturunan / dosa asal, bukan karena dosanya sendiri. Sekalipun kecondongan pada dosa sudah ada padanya, tetapi ia sendiri belum berbuat dosa. Karena itulah dalam hal kejahatan kita harus seperti bayi.

Penerapan: Apakah saudara berusaha menyucikan diri saudara sampai hal yang sekecil-kecilnya? Kalau saudara hanya membuang dosa-dosa besar dari hidup saudara, dan membiarkan dosa-dosa kecil / tertentu dalam hidup saudara, atau kalau saudara mengabaikan bagian tertentu dari Firman Tuhan, maka paling-paling saudara menjadi seperti anak-anak, bukan seperti bayi, dalam hal kejahatan.

b) Dalam pemikiran, kita justru tidak boleh seperti bayi (tidak berpikir dan tidak berpengetahuan), tidak juga seperti anak-anak (kurang bisa berpikir dan kurang berpengetahuan), tetapi harus seperti orang dewasa (banyak pengetahuan dan bisa berpikir dengan baik).

Ini perlu direnungkan oleh orang-orang kristen yang sekalipun tidak banyak mengerti tentang Firman Tuhan, tetapi tetap tidak mau berusaha untuk belajar Firman Tuhan!

Ciri-ciri pemikiran anak:

Tidak berpikir panjang.

Kalau saudara sering melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, maka saudara mempunyai pikiran anak-anak!

Mudah terombang-ambing (bdk. Ef 4:14).

Kalau saudara selalu mengaminkan / mengiyakan seadanya ajaran yang saudara dengar / baca, maka saudara mempunyai pikiran anak-anak.

Mengutamakan / mengagungkan hal-hal yang spektakuler.

Dalam kontex 1Kor 14 ini maka jelaslah bahwa hal yang ke 3 inilah yang paling ditekankan. Mujijat dan bahasa Roh adalah hal-hal yang spektakuler, sehingga sering dianggap sebagai hal-hal yang hebat. Tetapi bagian ini menunjukkan bahwa orang yang mengagungkan / mengutamakan hal-hal yang spektakuler seperti ini adalah orang yang childish (= kekanak-kanakan)!

Supaya kita bisa menjadi dewasa dalam pemikiran, maka jelas bahwa kita harus belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun (bdk. Ef 4:11-14), termasuk bagian-bagian yang adalah ‘makanan keras’ (bdk. 1Kor 3:1-2 Ibr 5:11-14).

1Korintus 14: 21-25:

1) 1Korintus 14: 21:

a) Ini merupakan kutipan dari Yes 28:11,12b (bdk. Ul 28:47-49).

b) Kontex Yesaya 28:

Mula-mula Tuhan berfirman dengan bahasa biasa, tetapi Israel tidak menghiraukan firman itu dan menganggap bahwa firman itu hanya cocok untuk bayi (bdk. Yes 28:9-10). Karena itu Tuhan lalu menghukum mereka dengan menggunakan orang-orang yang berbicara dalam bahasa asing, yaitu bangsa Babilonia (Yes 28:11-12a). Tetapi sekalipun demikian, Israel tetap tidak mau taat (Yes 28:12b).

c) Maksud Paulus mengutip Yes 28:11-12 ialah:

Menunjukkan bahwa mendapat guru yang berbicara dalam bahasa asing bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan, karena itu merupakan suatu bentuk penghukuman akibat dosa yang mereka lakukan. Karena itu janganlah terlalu bangga dengan bahasa Rohmu!

Penggunaan bahasa asing / bahasa Roh tidak menyebabkan ketaatan.

2) 1Korintus 14: 22:

Calvin memberikan 2 kemungkinan arti untuk ayat ini:

a) Ay 22 ini dihubungkan dengan ay 21.

Jadi, ‘orang yang tidak beriman’ dalam ay 22 menunjuk kepada orang-orang Israel yang tidak percaya, yang akhirnya dihukum oleh Tuhan dengan menggunakan orang asing / bangsa Babilonia (ay 21).

b) Ay 22 dipisahkan dari ay 21.

Bahasa Roh dikatakannya merupakan tanda untuk orang yang tidak beriman, karena dalam Kis 2:1-13 rasul-rasul memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya dengan menggunakan bahasa Roh. Sifat mujijat dari bahasa Roh itu menyebabkan orang-orang yang tidak beriman itu mau mendengar Injil itu.

Tetapi orang yang percaya tidak membutuhkan pemberitaan Firman Tuhan yang bersifat mujijat, dan karena itu untuk mereka tidak dibutuhkan bahasa Roh. Jadi nubuatlah yang cocok untuk mereka.

Saya lebih condong pada arti yang ke 2.

3) 1Korintus 14: 23-25:

a) Ay 23 (bdk. Kis 2:13):

Kalau tadi dalam ay 22a dikatakan bahwa bahasa Roh adalah tanda untuk orang yang tidak beriman, lalu mengapa ay 23 mengatakan bahwa pada waktu orang-orang tidak beriman itu melihat orang-orang kristen berbahasa Roh, mereka menganggap orang-orang kristen itu gila?

Ada 2 kemungkinan jawaban:

Sekalipun bahasa Roh merupakan tanda untuk orang tidak beriman, tetapi itu tidak berarti bahwa bahasa Roh itu akan mempertobatkan mereka (bdk. ay 21b yang menunjukkan penggunaan bahasa asing ternyata sia-sia).

Sekalipun bahasa Roh itu adalah tanda untuk orang tidak beriman, tetapi karena orang Korintus menggunakan bahasa Roh itu secara salah (tanpa penterjemahan), maka orang tidak beriman itu akhirnya menganggap mereka gila.

Catatan: satu hal yang menarik dari ay 23 ini ialah: kalau ada suatu gereja penuh dengan bahasa roh, lalu ada orang luar yang masuk dan menganggap mereka gila, maka yang disalahkan oleh Paulus bukanlah orang luar itu, tetapi gerejanya! Tetapi anehnya, jaman sekarang kalau hal itu terjadi, maka orang Kharismatik menganggap bahwa orang luar itu yang salah karena ia menghujat Roh Kudus!

b) 1Korintus 14: 24-25:

‘semua bernubuat’ (ay 24a) tentu tidak berarti bahwa semua bernubuat pada saat yang sama (bdk. ay 29-31).

‘orang baru’ (ay 24). Ini salah terjemahan.

NIV: ‘someone who does not understand’ (= seseorang yang tidak mengerti).

Footnote NIV: ‘some inquirer’ (= orang yang bertanya-tanya).

NASB: ‘ungifted man’ (= orang yang tidak berkarunia).

RSV: ‘outsider’ (= orang luar).

KJV: ‘one unlearned’ (= orang yang tidak terpelajar).

NKJV: ‘an uninformed person’ (= orang yang belum diberi informasi).

Kata bahasa Yunaninya adalah IDIOTES (kata yang diterjemahkan ‘orang-orang luar’ dalam ay 23 dalam bahasa Yunaninya adalah IDIOTAI, yang merupakan bentuk jamak dari IDIOTES).

Adalah sesuatu yang menarik bahwa kata bahasa Inggris ‘idiot’ (= orang yang mempunyai I.Q. dibawah 20) diturunkan dari kata Yunani ini. Memang, orang tidak percaya / orang yang secara rohani tidak mengerti apa-apa adalah orang yang idiot!

kata-kata dalam ay 24-25 seperti ‘diyakinkan oleh semua’, ‘diselidiki oleh semua’ dsb, tidak perlu diartikan satu per satu. Seluruhnya jelas menunjukkan bahwa orang itu lalu menjadi sadar dan bertobat.

Catatan: tentu Paulus tidak memaksudkan bahwa pertobatan ini selalu terjadi! Maksudnya: ini adalah hal yang seharusnya terjadi, atau hal yang diharapkan untuk terjadi.

kalau tadi dalam ay 22b dikatakan bahwa nubuat bukanlah tanda untuk orang tak beriman, mengapa sekarang dalam ay 24-25 nubuat itu justru berguna dan mempertobatkan orang yang tidak beriman? Mungkin yang dimaksud dengan ‘orang tak beriman’ dalam ay 22b adalah ‘orang tak beriman yang bukan termasuk orang pilihan’, sedangkan ‘orang tak beriman’ dalam ay 24-25 adalah ‘orang tak beriman yang adalah orang pilihan’ (orang pilihan yang belum bertobat).

c) Sekalipun 1Korintus 14: 23-25 ini adalah bagian yang sangat sukar, tetapi tetap ada satu hal yang sangat jelas disini, yaitu: dalam bagian ini Paulus lagi-lagi merendahkan karunia berbahasa Roh dan meninggikan karunia bernubuat.

ay 23 - bahasa Roh hanya menyebabkan orang kristen dianggap gila. Ini jelas merendahkan bahasa Roh!

Catatan: kalau suatu gereja dimana semua orangnya berkata-kata dalam bahasa Roh saja sudah dianggap gila, apalagi kalau seluruh gereja terkena Toronto Blessing!

1Korintus 14: 24-25 - nubuat mempertobatkan orang. Ini jelas meninggikan nubuat.

Dalam ay 2-5 sudah ditunjukkan bahwa nubuat lebih penting dan lebih berguna dari bahasa Roh, tapi dalam ay 2-5 hal itu ditekankan untuk orang-orang yang sudah percaya. Sekarang dalam ay 23-25 hal itu ditekankan untuk orang yang belum percaya.

Jadi kesimpulannya: baik untuk orang percaya maupun tidak percaya, orang yang ada di dalam atau di luar gereja, nubuat tetap lebih penting dan lebih berguna dari bahasa Roh!

d) Banyak orang-orang Kharismatik menganggap bahwa bahasa Roh merupakan bukti bahwa Allah itu hadir. Jadi, karena dalam gereja mereka banyak orang berbahasa Roh dalam kebaktian, maka mereka menganggap gereja mereka penuh dengan Roh Kudus. Sedangkan karena dalam gereja-gereja Protestan tidak ada orang berbahasa Roh dalam kebaktian, maka mereka menganggapnya sebagai gereja yang tidak mempunyai Roh Kudus! Tetapi benarkah pandangan seperti itu?

Ay 23 menunjukkan bahwa gereja yang penuh bahasa Roh (bukankah ini seperti gereja Kharismatik?) hanya menyebabkan orang kafir menganggap mereka gila.

Dan ay 24-25 menunjukkan bahwa gereja yang penuh nubuat / tanpa bahasa Roh (bukankah ini seperti gereja Protestan?) menyebabkan orang kafir sadar akan dosanya dan bertobat, sehingga mereka menyadari, merasakan dan mengalami kehadiran Allah dalam gereja itu (perhatikan kata-kata ‘sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu’ dalam akhir ay 25).

Pikirkan sendiri, gereja seperti apa yang saudara inginkan? Seperti dalam ay 23 atau seperti dalam ay 24-25?

1Korintus 14: 26-28:

1) 1Korintus 14: 26:

a) Kata-kata ‘bilamana kamu berkumpul’ menunjukkan bahwa hal-hal ini hanya berlaku untuk suatu kebaktian / persekutuan.

b) Sekalipun kata ‘hendaklah’ dalam ay 26 ini sebetulnya tidak ada, tetapi ayat ini tetap menunjukkan bahwa dalam kebaktian, tiap orang kristen harus menggunakan karunianya untuk untuk memberikan suatu sumbangsih / pelayanan yang ditujukan untuk membangun gereja / jemaat (bdk. 1Pet 4:10).

Penerapan:

Apakah sampai saat ini saudara datang ke gereja hanya untuk menerima Firman Tuhan saja? Memang, keinginan untuk menerima Firman Tuhan adalah sesuatu yang baik dan harus dipertahankan, tetapi juga harus ditambah dengan keinginan memberi dan keinginan untuk bisa berguna bagi gereja / jemaat. Janganlah puas menjadi orang kristen yang tidak bisa berguna untuk gereja / jemaat.

Juga jangan merasa puas kalau saudara sudah memberikan persembahan dalam kebaktian, karena hal itu belum cukup. Ay 26 ini menunjukkan bahwa setiap orang harus memberikan sesuatu dalam hal penggunaan karunia untuk melayani! Jadi, carilah karunia apa yang saudara miliki, dan gunakanlah untuk membangun gereja saudara!

c) 1Korintus 14: 26 ini jelas menunjukkan bahwa tidak setiap / semua orang kristen harus mempunyai karunia bahasa Roh, karena ayat ini mengatakan bahwa yang seorang memberikan mazmur, yang lain memberikan pengajaran, yang lain lagi memberikan bahasa Roh dst. Jadi jelas bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang mempunyai karunia bahasa Roh itu! Yang tidak punya karunia itu pasti mempunyai karunia yang lain sehingga tetap bisa berguna untuk gereja.

2) 1Korintus 14: 27:

a) Kata ‘jika’ disini menunjukkan bahwa dalam suatu kebaktian / persekutuan, tidak selalu harus ada orang yang berbahasa Roh!

b) Ay 27 ini memberikan syarat berbahasa Roh dalam kebaktian / persekutuan yaitu:

yang berbahasa Roh hanya boleh 2-3 orang.

mereka harus bergiliran dalam berbahasa Roh.

harus ada penafsiran.

Penggunaan bahasa Roh dalam gereja / persekutuan Pentakosta / Kharismatik pada jaman ini, dimana puluhan / ratusan / ribuan orang berbahasa Roh secara bersama-sama dan tanpa ada penafsiran, jelas bertentangan dengan syarat yang ditetapkan oleh Paulus di sini! Tetapi kalau mereka dihadapkan pada ayat ini maka mereka berkata bahwa ada 2 jenis bahasa Roh; untuk jenis yang pertama berlaku syarat-syarat ini, tetapi untuk jenis yang kedua tidak. Dan mereka menggunakan jenis yang kedua ini. Tetapi penjelasan atau jawaban ini sama sekali tidak mempunyai dasar Kitab Suci!

3) 1Korintus 14: 28:

Ayat ini mengatakan bahwa kalau tidak ada orang yang bisa menafsirkan bahasa Roh itu (artinya: dalam kebaktian itu tidak ada orang yang telah diketahui mempunyai karunia penafsiran bahasa Roh), maka orang yang mau berbahasa Roh itu harus diam, dan ‘hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah’. Apa artinya kalimat ini? Ada 2 penafsiran:

a) Mereka boleh berdoa dengan bahasa Roh, secara pribadi.

b) Mereka boleh berbahasa Roh (bukan berdoa dengan bahasa Roh) pada waktu mereka sendirian. Jadi mereka harus menunggu sampai mereka sendirian, barulah mereka boleh berbahasa Roh.

Saya setuju dengan arti kedua ini.

1Korintus 14: 29-33:

1) 1Korintus 14: 29:

a) Sama seperti dalam menggunakan bahasa Roh, maka orang yang bernubuatpun juga dibatasi sebanyak 2-3 orang.

b) Ay 29b: ‘yang lain menanggapi apa yang mereka katakan’.

kata ‘menanggapi’ ini merupakan terjemahan yang salah.

RSV: weigh (= menimbang).

NIV: weigh carefully (= menimbang dengan hati-hati).

NASB: pass judgment (= memberikan penghakiman).

KJV/NKJV: judge (= menghakimi).

Kata Yunaninya adalah DIAKRINETOSAN, yang sebetulnya berarti discern (= membedakan / melihat perbedaan).

kata ‘yang lain’ ditafsirkan bermacam-macam:

orang yang mempunyai karunia membedakan roh (bdk. 1Kor 12:10).

Dasarnya: kata Yunani DIAKRISEIS, yang diterjemahkan ‘membedakan’ dalam 1Kor 12:10, mempunyai akar kata yang sama dengan kata DIAKRINETOSAN dalam ay 29b ini.

orang-orang lain yang juga mempunyai karunia bernubuat.

semua jemaat yang lain.

Saya setuju dengan arti ke 3. Ini menunjukkan bahwa semua orang kristen mempunyai kewajiban untuk menilai apakah suatu nubuat / ajaran itu betul-betul adalah firman Tuhan atau bukan (bdk. Kis 17:11 1Tes 5:20-21 1Yohanes 4:1-3).

2) 1Korintus 14: 30:

Ayat ini menunjukkan bahwa sama seperti dalam penggunaan karunia bahasa Roh, maka karunia nubuatpun harus digunakan secara bergiliran. Jadi, orang yang mau bernubuat harus menunggu sampai yang sedang bernubuat selesai.

Ini sebetulnya bukan hanya berlaku untuk orang bernubuat dalam kebaktian, tetapi juga kalau orang berbicara dalam rapat! Jangan bicara selagi ada orang yang sedang bicara! Mengapa? Demi menghargai orang yang sedang berbicara itu, dan juga demi keteraturan (bdk. ay 33,40).

3) 1Korintus 14: 31:

a) ‘Kamu semua’:

Ini hanya menunjuk kepada orang-orang yang mempunyai karunia bernubuat. Hanya merekalah yang boleh bernubuat dalam gereja!

Dalam persoalan menentukan siapa yang boleh berkhotbah dalam gereja, maka banyak gereja jatuh dalam salah satu dari 2 extrim yang salah di bawah ini:

seadanya orang boleh berkhotbah.

Extrim ini banyak terdapat dalam kalangan gereja Pentakosta / Kharismatik.

Dasarnya: setiap orang bisa dipimpin oleh Roh Kudus dalam menyampaikan firman Tuhan.

Keberatan: kalau Tuhan mau memakai seseorang untuk berkhotbah, maka Tuhan pasti akan memberikan karunia untuk berkhotbah kepada orang itu. Jadi, kalau Tuhan tidak memberikan karunia berkhotbah kepada orang itu, maka itu berarti bahwa Tuhan tidak menghendaki orang itu berkhotbah!

hanya orang yang mempunyai gelar Sarjana Theologia (atau lebih tinggi dari itu) yang boleh berkhotbah. Extrim ini banyak terdapat dalam gereja Protestan.

Terhadap extrim ini perlu dikatakan bahwa ada orang-orang yang mempunyai karunia berkhotbah, tetapi tidak mempunyai kesempatan untuk sekolah theologia, atau mempunyai kesempatan sekolah hanya sebentar saja, atau mempunyai kesempatan sekolah di sekolah theologia yang tidak mengeluarkan gelar, sehingga orang itu tidak mempunyai gelar. Kalau kita melarang orang seperti ini berkhotbah, maka itu berarti kita ‘mengubur talenta’ orang itu (bdk. Matius 25:18)!

Ini tentu tidak berarti bahwa semua orang yang mempunyai karunia bernubuat boleh bernubuat dalam satu kebaktian.

Dalam ay 29 tadi telah kita pelajari bahwa dalam satu kebaktian hanya boleh 2-3 orang saja yang bernubuat. Jadi, kalau dalam suatu gereja ada 10 orang yang mempunyai karunia bernubuat, maka bisa saja dalam kebaktian minggu ini 3 diantaranya bernubuat, dan minggu depan 3 orang yang lain dst.

b) ‘Sehingga kamu semua dapat belajar’.

Ini menunjukkan bahwa nabi pun harus mau belajar dari nabi yang lain. Nabi yang hanya mau belajar langsung dari Allah (anti buku tafsiran dsb), adalah nabi yang sombong, yang mungkin sekali justru adalah nabi palsu!

c) ‘Beroleh kekuatan’.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘kekuatan’ mempunyai arti yang luas yang mencakup:

exhortation (= desakan).

encouragement (= pengobaran semangat).

consolation (= penghiburan).

admonition (= nasehat).

4) 1Korintus 14: 32:

Ini salah terjemahan. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan di bawah ini:

NIV: the spirits of prophets are subject to the control of prophets (= roh nabi-nabi tunduk pada kontrol nabi-nabi).

NASB: the spirits of prophets are subject to prophets (= roh nabi-nabi tunduk pada nabi-nabi).

Artinya adalah: seorang nabi harus bisa menguasai diri dalam bernubuat dan ini harus diwujudkan dengan tidak menyela / memotong nabi lain yang sedang bernubuat.

Jadi, baik bagi orang yang bernubuat maupun bagi orang yang berbahasa Roh (ay 27-28), penguasaan diri harus tetap ada! Orang yang bernubuat ataupun yang berbahasa Roh tidak boleh out of control (= tak terkontrol), menjadi histeris, berteriak-teriak tanpa terkendali dsb.

Tetapi pada jaman ini justru ada banyak orang yang kalau berbahasa Roh lalu betul-betul menjadi tidak terkendali. Matanya terbeliak, mulutnya berbuih, teriakan-teriakannya tidak karuan, tangisannya histeris, badannya bergetar tanpa terkendali dsb. Lebih-lebih dengan adanya Toronto Blessing, maka sikap tak terkontrol itu makin menjadi-jadi. Dan anehnya, ini sering dianggap sebagai tanda kepenuhan Roh Kudus dan dikuasai oleh Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus tidak mungkin bekerja dengan cara yang bertentangan dengan firman-Nya sendiri! Bdk. juga dengan Ef 5:18 yang mengkontraskan orang yang penuh Roh Kudus (ada penguasaan diri yang baik) dengan orang yang mabuk oleh anggur (tak ada penguasaan diri)!

Karena itu kalau ada orang yang bernubuat / berbahasa Roh dalam keadaan tak terkontrol seperti itu, maka hanya ada 2 kemungkinan:

Ia sedang kepenuhan roh jahat, bukan Roh Kudus.

Setan memang sering membuat orang menjadi kehilangan kontrol seperti itu (Mark 9:18,20,22,26).

Ia memang merupakan pekerjaan Roh Kudus, tetapi pastilah ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup orang itu, sehingga Roh Kudus melakukan hal itu dengan tujuan untuk menghajar orang itu.

Contoh: Saul bernubuat dengan telanjang semalam-malaman (1Sam 19:23-24).

5) 1Korintus 14: 33: ini merupakan dasar dari semua peraturan di atas! Tuhan memberi peraturan tentang penggunaan bahasa Roh dan nubuat itu, demi keteraturan. Ia tidak menghendaki kebaktian dikacaukan oleh bahasa Roh, apa-lagi oleh hal-hal seperti Toronto Blessing, yang banyak terdapat pada jaman ini.

Catatan: kalau saudara ingin tahu lebih banyak tentang pandangan saya tentang Toronto Blessing, bacalah buku saya yang berjudul ‘Toronto Blessing, Alkitabiahkah?’.

1Korintus 14: 34-35:

1) Kata-kata ‘sama seperti dalam semua jemaat orang-orang kudus’ (ay 34a), dalam Kitab Suci bahasa Inggris ditempatkan pada ay 33b. Di samping itu:

Oleh NASB/KJV/NKJV bagian ini dihubungkan dengan ay 33.

NASB: ‘for God is not a God of confusion but of peace, as in all the churches of the saints’ (= karena Allah bukanlah Allah dari kekacauan tetapi dari damai, seperti dalam semua gereja orang-orang kudus).

Oleh NIV/RSV bagian ini dihubungkan dengan ay 34 (ini sama seperti Kitab Suci bahasa Indonesia).

Saya menganggap inilah yang benar. Kalau memang demikian, maka ini menunjukkan bahwa peraturan tentang perempuan dalam ibadah ini, di mana orang perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan jemaat, adalah sesuatu yang bersifat tradisi dan karena itu tidak harus dilaksana-kan pada saat ini.

2) Dalam bagian ini dikatakan bahwa dalam kebaktian, perempuan harus diam, tidak boleh berbicara, harus tunduk (kepada pria / suami), bahkan tidak boleh bertanya (kalau mau bertanya, harus bertanya kepada suami di rumah). Juga dikatakan bahwa perempuan berbicara dalam kebaktian adalah sesuatu yang tidak sopan.

Kata ‘tidak sopan’ itu sebetulnya kurang tepat terjemahannya.

KJV: a shame (= sesuatu yang memalukan).

NASB: improper (= tidak benar).

NIV: disgraceful (= memalukan).

RSV/NKJV: shameful (= memalukan).

Kata Yunani yang dipakai adalah AISCHROS yang digunakan untuk menunjuk pada sesuatu yang menimbulkan kejijikan.

3) Bagian ini digunakan untuk mengatakan bahwa perempuan tidak boleh mengajar dalam gereja, karena mengajar berarti berbicara, dan juga berarti perempuan itu menjadi superior dan mempunyai otoritas.

Tentang hal ini ada orang yang pro dan kontra karena ayat-ayat Kitab Suci kelihatannya memang juga ada yang pro dan kontra.

Ayat yang pro: 1Tim 2:11-12 yang berbunyi: “Seharusnya perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki”.

Ayat yang kontra:

Keluaran 15:20 - Miryam, kakak Musa, adalah seorang perempuan, tetapi ia bernubuat / memberitakan Firman Tuhan.

Hakim 4:4 - Debora juga adalah seorang perempuan, tetapi ia adalah seorang nabiah dan hakim!

2Raja 22:14-15 / 2Taw 34:22 - Hulda juga adalah seorang perempuan, tetapi ia memberitakan Firman Tuhan kepada seorang raja.

Kis 21:9 - Filipus mempunyai 4 orang anak perempuan yang mempunyai karunia bernubuat.

4) ‘Seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat’ (ay 34b).

Ini hanya berhubungan dengan ketundukan perempuan kepada laki-laki, dan ini memang ada dalam hukum Taurat. Misalnya: Kej 3:16.

1Korintus 14: 36:

1) Ini terpisah dari ay 34-35, jadi tidak lagi berhubungan dengan perempuan dalam ibadah.

Dasarnya: tadi dalam ay 34-35 Paulus menggunakan kata ganti orang ‘mereka’, tetapi sekarang dalam ay 36 Paulus menggunakan kata ganti orang ‘kamu’, yang jelas tidak lagi menunjuk kepada ‘perempuan’ tetapi kepada ‘orang Korintus’.

2) Ini diucapkan oleh Paulus karena orang Korintus ‘aneh’ sendirian.

Arti pertanyaannya adalah:

Apakah kamu adalah gereja induk? (ay 36a).

Apakah kamu adalah satu-satunya gereja? (ay 36b).

Tentu saja jawabannya seharusnya adalah ‘tidak’. Tetapi kalau memang tidak, lalu mengapa kamu aneh sendirian / lain dari pada yang lain?

Ini menunjukkan bahwa membandingkan gereja kita dengan gereja-gereja yang lain, adalah sesuatu yang penting. Perlu juga diperhatikan bahwa pada akhir jaman ini ada begitu banyak gereja yang menyimpang dari Kitab Suci, sehingga kita tidak bisa asal meniru seadanya gereja pada jaman ini! Kita juga harus membandingkan:

a) Dengan gereja-gereja dalam sepanjang sejarah.

Sekalipun pada jaman sekarang ada begitu banyak penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian, tetapi kalau kita melihat dalam sepanjang sejarah gereja, tentu tidak demikian halnya!

b) Dengan Kitab Suci sendiri!

Ingatlah selalu untuk tidak sembarangan meniru gereja lain. Kitab Suci adalah standard bagi kita!

1Korintus 14: 37-38:

1) 1Korintus 14: 37: ‘ia harus sadar’.

Ini salah terjemahan.

KJV/NKJV/RSV/NIV: acknowledge (= mengakui).

NASB: recognize (= mengakui).

Jadi ay 37 ini menunjukkan bahwa orang yang menganggap dirinya adalah nabi atau orang yang mempunyai karunia rohani, harus mengakui bahwa ajaran / kata-kata Paulus ini adalah Firman Tuhan! bdk. 1Yoh 4:6.

2) Ay 38: ada bermacam-macam terjemahan.

NIV: if he ignores this, he himself will be ignored (= kalau ia mengabaikan hal ini, ia sendiri akan diabaikan).

RSV/NASB: if anyone does not recognize this, he is not recognized (= kalau seseorang tidak mengakui ini, ia tidak diakui).

KJV/NKJV: if anyman be ignorant, let him be ignorant (= kalau ada orang yang tidak tahu, biarlah ia tidak tahu).

1Korintus 14: 39-40:

Ini menunjukkan kesimpulan dari seluruh 1Kor 14!

1) 1Korintus 14: 39:

Ayat ini sering hanya dikutip sebagian oleh orang-orang Kharismatik, yaitu bagian yang berbunyi: ‘Janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa Roh’, dan lalu dijadikan dasar untuk menyerang orang-orang Protestan yang menyerang bahasa Roh. Tetapi ini adalah penggunaan ayat yang tidak sesuai dengan kontexnya, karena dalam seluruh ay 39 ini sebetulnya Paulus lagi-lagi mengkontraskan karunia bernubuat dengan karunia berbahasa Roh, dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa karunia bernubuat lebih penting dari karunia bahasa Roh. Perhatikanlah kontras itu di bawah ini:

a) Ay 39a: ‘Usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat’.

Ini menunjukkan bahwa kalau untuk karunia bernubuat maka Paulus berkata bahwa itu harus ‘diusahakan untuk diperoleh’ (ini mempergunakan kata Yunani ZELOUTE yang telah dibahas dalam ay 1).

b) Ay 39b: ‘Janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa Roh’.

Ini menunjukkan bahwa kalau untuk karunia bahasa Roh, Paulus hanya berkata bahwa itu ‘jangan dilarang’. Itupun tentu saja kalau penggunaannya benar (sesuai dengan ay 27-28).

Jadi seluruh ay 39 ini jelas menunjukkan bahwa Paulus jauh lebih mementingkan karunia bernubuat dibandingkan dengan karunia bahasa Roh!

2) 1Korintus 14: 40 (bdk. ay 33) menunjukkan bahwa kita harus mengatur sedemikian rupa sehingga suatu kebaktian berjalan dengan tertib dan teratur.

Ini bukan hanya kewajiban pendeta saja, tetapi juga majelis, pengurus dan jemaat!

Penerapan:

penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian dengan mengabaikan peraturan penggunaan bahasa Roh dalam ay 27-28, jelas merupakan suatu praktek yang bertentangan dengan ay 40 ini.

Toronto Blessing jelas juga bertentangan dengan ay 40 ini.

pemilihan pengkhotbah dan chairman yang jelek bisa membuat kebaktian jadi kacau dan karena itu hal ini harus dihindarkan.

adanya anak-anak kecil yang berlari-lari dan ribut dalam kebaktian jelas merupakan sesuatu yang tidak bisa dibiarkan!

Baca Juga: Eksposisi 1 Korintus Pasal 15-16

doa yang dilakukan bersama dengan alat musik / puji-pujian, jelas merupakan suatu kekacauan. Pikirkan: dalam Kitab Suci bagian mana ada doa yang diiringi alat musik? Pada waktu Yesus berdoa Ia mencari ketenangan (Mark 1:35), lalu bagaimana mungkin orang Kristen jaman sekarang sengaja membuat musik dalam doa? Di samping itu hal ini membuat pemain musik itu tidak bisa ikut berdoa!

‘doa bersuara’ (doa di mana semua orang sama-sama berdoa dengan mengeluarkan suara) jelas juga merupakan suatu kekacauan! Kalau Paulus melarang lebih dari satu orang berbahasa Roh / bernubuat dalam waktu bersamaan, maka adalah sesuatu yang aneh kalau banyak orang boleh berdoa bersama-sama (Catatan: sekalipun thema yang didoakan sama, tetapi kata-katanya jelas berbeda satu sama lain!).

seruan keras ‘Amin’, ‘Haleluyah’, dsb dari orang-orang tertentu di tengah-tengah doa / khotbah, jelas juga bertentangan dengan 1Korintus 14: 40 ini! Kalau mau mengaminkan, lakukan itu dalam hati saudara, supaya tidak mengganggu orang lain / mengacaukan ketertiban!

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post