2 PENERAPAN KOMITMEN DALAM KELUARGA KRISTEN

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

Selain cinta, sisi penting yang membedakan pernikahan dan rumah tangga yang berhasil (berbahagia) dari pernikahan yang gagal (tidak bahagia) adalah soal komitmen. Adanya tingkat komitmen yang tinggi dari semua anggota keluarga merupakan faktor penentu bagi rumah tangga yang berhasil.
Pertanyaannya, apakah yang dimaksud dengan komitmen? W.J.S Poerwadarminta menyebutkan komitmen sebagai, “perjanjian untuk melakukan sesuatu; atau kesanggupan”. 
2 PENERAPAN KOMITMEN DALAM KELUARGA KRISTEN
gadget, bisnis, tutorial
Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan komitmen sebagai “kesepakatan atau perikatan antara dua pihak atau lebih untuk melaksanakan sesuatu secara bersama-sama”. Komitmen juga sinonim dengan perjanjian atau kontrak. 

Jadi komitmen adalah suatu janji pada diri kita sendiri dan orang lain, atau suatu janji bersama antara dua orang atau lebih, yang tercermin dalam kata-kata (lisan atau tertulis) dan tindakan (perbuatan). Dan, sekali janji dibuat, maka harus ada upaya untuk melaksanakan dan mempertahankan janji itu sampai akhir.

Seiring bertambahnya usia pernikahan dalam suatu rumah tangga, maka komitmen juga akan semakin berkembang, dan dalam penerapannya komitmen harus tetap dijaga. Pertanyaan pentingnya adalah bagaimanakah menerapkan komitmen dalam sebuah rumah tangga (keluarga), khususnya rumah tangga Kristen?

1. Penerapan komitmen bagi suami dan istri. 

Suami dan istri dalam relasinya satu dengan yang lain harus memiliki komitmen yang tinggi demi kebahagiaan pernikahan dan rumah tangga mereka. Sikap, tingkah laku, perkataan, dan filosofi (pandangan) mereka tentang pernikahan akan menunjukkan adanya komitmen yang tinggi terhadap keberhasilan pernikahan dan rumah tangga mereka. 

Karena itu secara praktis komitmen yang harus dipegang dan diterapkan suami dan istri bagi pernikahan dan rumah tangga mereka antara lain: 

(1) Komitmen terhadap kebahagiaan, yaitu komitmen untuk saling membahagiakan pasangan satu sama lainnya; 

(2) Komitmen anti cerai, yaitu komitmen untuk tetap bersatu sampai kematian yang memisahkan. 

(3) Komitmen anti selingkuh, yaitu komitmen untuk memelihara kekudusan dan kesetiaan pernikahan. 

(4) Komitmen untuk bersedia melakukan segalanya demi keberhasilan (kebahagiaan) pernikahan. 

(5) Komitmen untuk tidak mengizinkan orang lain (termasuk situasi dan materi) mengurangi kebahagiaan pernikahan.

2. Penerapan komitmen bagi orang tua dan anak-anak. 

Secara praktis komitmen yang harus dipegang dan diterapkan oleh orang tua dan anak-anak (bahkan seluruh anggota keluarga) bagi keberhasilan dan kebahagiaan rumah tangga mereka antara lain: 

(1) Komitmen menjaga nama baik keluarga. 

Tidak ada yang senang apabila nama baik keluarganya tercemar. Menjaga nama baik keluarga itu penting, karena sekali nama baik tercoreng, seumur hidup tidak bisa hilang. 

(2) Komitmen menjaga keutuhan rumah tangga.

Semua anggota keluarga pasti ingin agar keluarganya senantiasa rukun selalu. Namun, yang namanya problem rumah tangga pastilah ada. Karena itu setiap anggota keluarga perlu berpikir dan bersikap dewasa dalam menghadapi suatu masalah. Jangan sampai masalah kecil (sepele) menjadi keributan besar dan keretakan rumah tangga. 


(3) Komitmen untuk menyelesaikan persoalan berdasarkan kebenaran firman Tuhan. 

Keluarga bahagia bukan keluarga yang tanpa masalah tetapi keluarga yang dapat menyelesaikan masalah berdasarkan prinsip firman Tuhan. Karena itu, suami dan istri serta seluruh anggota keluarga harus berpusat pada Allah (theocentric family) dan menjadikan firman Tuhan (Alkitab) sebagai prinsip utama dalam mengatur dan menjalankan rumah tangga (bible oriented family). 

Jika suami dan istri, serta semua anggota keluarga taat kepada Kristus dan menjalankan prinsip firman Tuhan, maka hasilnya Tuhan akan menganugerahkan kebahagiaan sejati (Bandingkan 2 Timotius 3:14-17).
Next Post Previous Post