SEMAKIN BANYAK DIBERI SEMAKIN BANYAK DITUNTUT
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Yohanes 2:12 Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibuNya dan saudara-saudaraNya dan murid-muridNya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja.
I) Yesus, ibuNya, dan saudara-saudaraNya di Kapernaum.
1) “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum,”.
a) “Sesudah itu”.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV/YLT: “After this” [= Sesudah ini].
Kata-kata ‘sesudah itu / ini’ merupakan suatu petunjuk waktu, yang jelas menunjukkan bahwa Yohanes menceritakan secara khronologis. Itu berarti bahwa cerita penyucian Bait Allah di sini memang terjadi setelah Yesus melakukan tanda pertamaNya, yaitu mengubah air menjadi anggur (Yoh 2:1-11). Kalau penyucian Bait Allah ini sebetulnya terjadi pada akhir pelayanan Yesus, seperti yang diceritakan oleh ketiga penulis Injil yang lain, maka ini menunjukkan Yohanes memang salah secara khronologis.
Lain halnya dengan pada waktu Injil Lukas menceritakan ‘secara tidak khronologis’ dalam Lukas 4:5,9 dan Lukas 22:21, petunjuk waktu seperti itu tidak ada! Kata ‘kemudian’ yang muncul di awal Luk 4:5,9 salah terjemahan, karena dalam bahasa Yunaninya sebetulnya hanya berarti ‘dan’, sehingga bukan merupakan suatu petunjuk waktu.
Calvin: “‘He went down to Capernaum.’ The Evangelist passes to an additional narrative; for having resolved to collect a few things worthy of remembrance which the other three had left out, he states the time when the occurrence which he is about to relate took place; for the other three also relate what we here read that Christ did, but the diversity of the time shows that it was a similar event, but not the same. On two occasions, then, did Christ cleanse the temple from base and profane merchandise; once, when he was beginning to discharge his commission, and another time, (Matthew 21:12; Mark 11:15; Luke 19:45,) when he was about to ‘leave the world and go to the Father,’ (John 16:28.)” [= ‘Ia turun ke Kapernaum’. Sang Penginjil menyampaikan suatu cerita tambahan; karena setelah memutuskan untuk mengumpulkan beberapa hal yang layak untuk diingat, yang dihapuskan / tidak diceritakan oleh ketiga Penginjil, ia menyatakan waktu pada saat peristiwa yang akan ia ceritakan terjadi; karena ketiga Penginjil yang lain juga menceritakan apa yang kita baca di sini, tetapi perbedaan waktu menunjukkan bahwa itu adalah peristiwa yang mirip, tetapi tidak sama. Jadi, pada dua kejadian Kristus membersihkan Bait Allah dari perdagangan yang egois / menjijikkan dan sekuler / tidak menghormati apa yang kudus; sekali, pada waktu Ia mulai melaksanakan tugasNya, dan pada waktu yang lain, (Matius 21:12; Markus 11:15; Lukas 19:45), pada waktu ia akan ‘meninggalkan dunia dan pergi kepada Bapa’, (Yohanes 16:28).].
b) “pergi ke Kapernaum”.
KJV/RSV/NIV/NASB: “went down” [= turun / berjalan turun].
Bible Knowledge Commentary: “Though Capernaum is northeast of Cana, He went down because of the decline in land elevation toward the sea.” [= Sekalipun Kapernaum ada di Timur Laut dari Kana, Ia turun karena penurunan dalam ketinggian tanah / daerah menuju laut.].
J. C. Ryle: “‘He went down to Capernaum.’ The strict accuracy of John’s writing is note-worthy here. Cana was a village in the hill country. Capernaum was a town on the shore of the lake of Galilee at a very much lower level than Cana. It is therefore said that Jesus ‘went down.’” [= ‘Ia turun / berjalan turun ke Kapernaum’. Keakuratan yang ketat dari tulisan Yohanes patut diperhatikan di sini. Kana adalah sebuah desa di daerah berbukit. Kapernaum adalah sebuah kota di pantai dari danau Galilea pada suatu daerah yang sangat jauh lebih rendah dari Kana. Karena itu dikatakan bahwa Yesus ‘turun / berjalan turun’.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
Lihat Bible Map di PC Study Bible 5.
c) “Kapernaum”.
Pulpit Commentary: “Ver. 12. - The transition between private and public life. Before our Lord entered on his public life at Jerusalem, he goes back, as it were, for a moment into the retirement of his family. I. The scene of our Lord’s visit. ‘After this he went down to Capernaum.’ 1. It was the Jewish capital of Galilee, down upon the Sea of Tiberias, an important place of commerce. 2. It became, after Nazareth, the home of Jesus. (Matt. 4:13.) It is called ‘his own city’ (Matt. 9:1). On the occasion of the present visit he had come directly from Nazareth, after the Cana miracle. 3. It was a city honoured by the working of many miracles; yet, notwithstanding, distinguished by a most perverse unbelief. ‘Thou Capernaum, which art exalted to heaven, shalt be cast down to hell’ (Matt. 11:23). 4. It is now a ruin, identified as Tell-Hûm.” [= Ay 12. - Transisi / perubahan antara kehidupan pribadi dan kehidupan umum. Sebelum Tuhan kita memasuki kehidupan umum di Yerusalem, ia seakan-akan kembali, untuk suatu waktu, ke dalam pemencilan dari keluargaNya. I. Tempat dari kunjungan Tuhan kita. ‘Sesudah ini Ia berjalan turun ke Kapernaum’. 1. Itu adalah ibu kota Yahudi dari Galilea, di bawah di Laut / Danau Tiberias / Galilea, suatu tempat penting dari perdagangan, 2. Itu menjadi, setelah Nazaret, rumah bagi Yesus. (Matius 4:13). Itu disebut ‘kotaNya sendiri’ (Mat 9:1). Pada peristiwa dari kunjungan saat ini Ia telah datang secara langsung dari Nazaret, setelah mujizat di Kana. 3. Itu adalah suatu kota yang dihormati oleh pekerjaan dari banyak mujizat-mujizat; tetapi sekalipun demikian, menonjol / terkenal oleh suatu ketidak-percayaan yang sangat jahat / keras kepala. ‘Engkau Kapernaum, yang ditinggikan ke surga, akan dibuang / diturunkan ke neraka’ (Mat 11:23). 4. Sekarang kota itu merupakan suatu reruntuhan, dikenal sebagai Tell-Hum.].
Matius 9:1 - “Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kotaNya sendiri.”.
Mat 11:23a - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!”.
Matius 4:12-13 - “(12) Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. (13) Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali,”.
Barnes’ Notes (tentang Mat 4:13): “‘Leaving Nazareth.’ Because his townsmen cast him out, and rejected him. See Luke 4:14-30. ‘Came and dwelt in Capernaum.’ This was a city on the northwest corner of the Sea of Tiberias. It is not mentioned in the Old Testament, but is repeatedly referred to in the Gospels. Though it was once a city of renown, and the metropolis of all Galilee, the site it occupied is now uncertain. ... In this place and its neighborhood Jesus spent no small part of the three years of his public ministry. It is hence called his own city, Matt 9:1. Here he healed the nobleman’s son (John 4:47); Peter’s wife’s mother (Matt 8:14); the centurion’s servant (Matt 8:5-13); and the ruler’s daughter (Matt 9:23-25).” [= ‘Meninggalkan Nazaret’. Karena orang-orang sekotanya mengusirNya dan menolakNya. Lihat Luk 4:14-30. ‘Datang dan tinggal di Kapernaum’. Ini adalah sebuah kota di sudut Barat Laut dari Laut / Danau Tiberias / Galilea. Kota itu tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama, tetapi secara berulang-ulang disebutkan dalam kitab-kitab Injil. Sekalipun pernah sekali menjadi suatu kota yang terkenal, dan suatu kota utama dari seluruh Galilea, lokasi yang ditempatinya sekarang tidak pasti. ... Di tempat ini dan sekitarnya Yesus menghabiskan bukan bagian kecil dari waktuNya yang tiga tahun dari pelayanan umumNya. Karena itu, itu disebut kotaNya sendiri, Mat 9:1. Di sini Ia menyembuhkan anak laki-laki dari pegawai istana (Yohanes 4:47); ibu mertua Petrus (Matius 8:14); pelayan dari perwira (Mat 8:5-13); dan anak perempuan dari pejabat / kepala rumah ibadat (Matius 9:23-25).].
Lihat Bible Map dari PC Study Bible 5 lagi.
J. C. Ryle: “Capernaum appears to have been our Lord’s principal residence in Galilee during his earthly ministry. ‘Leaving Nazareth, he dwelt in Capernaum.’ (Matt. 4:13.) At no place does He seem to have worked so many miracles; and on no place does He denounce so severe a judgment for its impenitence and neglect of privileges: ‘Thou Capernaum which art exalted to heaven shalt be cast down to hell.’ (Matt. 11:23.) It is a striking fact that though Capernaum was a wealthy and important place in our Lord’s time, it has so entirely passed away and been ‘cast down,’ that even its situation has never been clearly ascertained.” [= Kapernaum kelihatannya telah menjadi tempat tinggal utama Tuhan kita di Galilea dalam sepanjang pelayananNya di bumi. ‘Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum.’ (Mat 4:13). Tidak ada tempat dimana Ia kelihatan telah mengerjakan begitu banyak mujizat; dan tidak ada tempat dimana Ia menyatakan suatu penghakiman yang begitu keras untuk ketidak-bertobatannya dan pengabaian hak-haknya: ‘Engkau Kapernaum yang ditinggikan ke surga akan dilemparkan ke bawah ke neraka.’ (Matius 11:23). Merupakan suatu fakta yang menyolok / menarik perhatian bahwa sekalipun Kapernaum adalah suatu tempat yang kaya dan penting pada zaman Tuhan kita, kota itu telah mati sepenuhnya dan ‘dilemparkan ke bawah’, sehingga bahkan situasinya tidak pernah ditemukan dengan pasti.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
Ada 2 hal yang ingin saya tekankan:
1. Ancaman Tuhan bukan hanya sekedar gertak sambal.
Kasus kota Kapernaum ini mirip dengan kota Efesus.
a. Kota Efesus ini adalah kota yang besar pada jaman itu, dan bahkan merupakan kota terbesar dari propinsi Asia.
b. Gereja Efesus didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang hebat-hebat, seperti Paulus, Priskila dan Akwila, Timotius, dan rasul Yohanes.
Gereja ini didirikan oleh Paulus (H. L. Ellison, ‘Daily Bible Commentary’, hal 457), yang bersama-sama dengan Priskila dan Akwila singgah di sana dalam perjalanan misionarisnya yang ke 2, pada sekitar tahun 52 M (Kis 18:19). Paulus lalu meninggalkan Efesus, sedangkan Priskila dan Akwila tetap di Efesus (Kis 18:20-21). Karena itu ada yang beranggapan bahwa pendiri gereja Efesus bukan Paulus tetapi Priskila dan Akwila (Ladd, hal 37). Lalu dalam perjalanan misionarisnya yang ketiga, Paulus singgah ke Efesus lagi dan melayani gereja ini selama kira-kira 3 tahun (bdk. Kis 19:1-8,10,22 Kis 20:31).
Selain Paulus, Timotius juga pernah melayani di sana. Ini didapatkan dari tradisi (cerita turun temurun dari mulut ke mulut), tetapi juga dari 1Timotius 1:3-dst.
Rasul Yohanes juga pernah tinggal dan melayani di Efesus. Ini tidak diceritakan dalam Kitab Suci, tetapi hanya dinyatakan oleh tradisi.
Robert H. Mounce (hal 86) bahkan mengatakan bahwa di antara para tokoh yang pernah melayani kota Efesus ini, rasul Yohanes adalah yang paling dekat dengan kota itu.
Apa perlunya kita tahu bahwa gereja Efesus ini didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang hebat-hebat itu? Perlunya adalah supaya kita waspada. Kalau gereja Efesus yang didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang luar biasa itu saja bisa mengalami hal ini, lebih-lebih gereja kita / gereja saudara!
c. Tetapi gereja ini kehilangan kasihnya yang semula, dan ditegur oleh Kristus.
Wahyu 2:4 - “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”.
Sebetulnya ada banyak hal-hal yang sangat baik dalam diri gereja Efesus ini, dan semua ini dipuji oleh Kristus.
Wahyu 2:2-3 - “(2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu; dan engkau tidak mengenal lelah.”.
(1) “jerih payahmu”.
William Barclay: “The Risen Christ praises their ‘toil’. The word is KOPOS and it is a favourite New Testament word. Tryphena, Tryphosa and Persis all ‘work hard’ in the Lord (Romans 16:12). The one thing that Paul claims is that he has ‘worked harder’ than all (1Corinthians 15:10). He fears lest the Galatians slip back, and his ‘labour’ is in vain (Galatians 4:11). In each case - and there are many others - the word is either KOPOS or the verb KOPIAN. The special characteristic of these words is that they describe the kind of toil which takes everything of mind and sinew that a man can put into it. The Christian way is not for the man who fears to break sweat. The Christian is to be a toiler for Christ, and, even if physical toil is impossible, he can still toil in prayer.” [= Kristus yang telah bangkit memuji ‘jerih payah’ mereka. Kata yang dipakai adalah KOPOS dan itu adalah kata favorit dalam Perjanjian Baru. Trifena, Trifosa dan Persis semua ‘bekerja keras’ dalam Tuhan (Ro 16:12). Satu hal yang diklaim oleh Paulus adalah bahwa ia bekerja lebih keras dari semua (1Kor 15:10). Ia takut orang Galatia akan tergelincir ke belakang, dan ‘jerih payah / susah payah’nya menjadi sia-sia (Galatia 4:11). Dalam setiap kasus - dan ada banyak yang lain - kata yang dipakai adalah KOPOS atau kata kerja KOPIAN. Karakter khusus dari kata-kata ini adalah bahwa mereka menggambarkan jenis jerih payah yang menggunakan segala sesuatu dari pikiran dan otot. Jalan Kristen bukanlah untuk orang yang takut untuk berkeringat. Seorang Kristen harus berjerih payah untuk Kristus, dan bahkan jika jerih payah secara fisik tidak mungkin dilakukan, ia masih bisa berjerih payah dalam doa.] - hal 62.
(2) “ketekunanmu”.
John Stott (hal 24) mengatakan bahwa gereja Efesus ini mendapatkan oposisi lokal, karena Efesus merupakan:
(a) Tempat pertemuan dari banyak agama.
(b) Salah satu pusat penyembahan kaisar di propinsi itu.
(c) Pusat penyembahan kepada Dewi Diana / Artemis (Kis 19:23-40).
Ini menyebabkan gereja / orang kristen Efesus dibenci oleh banyak orang di sana, dan bahkan diboikot sehingga kehilangan langganan dalam bisnis, dan bahkan mendapatkan problem dalam berbelanja. Bahkan mungkin ada penganiayaan secara fisik terhadap orang kristen di Efesus. Tetapi menghadapi semua itu mereka tetap bertekun!
(3) “tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat”.
(a) Yang disebut sebagai ‘orang jahat’ di sini bukan seadanya orang jahat tetapi rasul-rasul palsu / para pengajar sesat itu. Jadi orang kristen bukannya harus menjauhi seadanya orang jahat, karena jika demikian siapa yang memberitakan Injil kepada mereka?
Juga perlu diperhatikan bahwa para pengajar sesat ini disebut sebagai orang jahat. Mengapa? Karena ada banyak orang kristen, yang sekalipun tahu bahwa pendeta-pendeta tertentu mengajarkan ajaran sesat, tetapi tetap bersimpati kepada mereka dengan alasan bahwa hidup mereka saleh, dan bahkan membanggakan kesalehan nabi-nabi palsu itu! Ini adalah omong kosong terbesar! Bahwa mereka menyesatkan orang, itu sudah jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang jahat. Kalaupun dalam hal-hal lain mereka kelihatannya saleh, itu pasti hanya karena mereka pandai bersandiwara!
(b) Perhatikan bahwa gereja Efesus di sini dipuji karena ketidak-sabarannya terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu itu!
Pujian rasul Yohanes terhadap ketidak-sabaran gereja Efesus dalam menghadapi rasul-rasul palsu, cocok / sejalan dengan celaan rasul Paulus terhadap kesabaran orang Korintus dalam menghadapi pengajar sesat.
2Korintus 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seseorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.
(c) Apa maksudnya mereka tidak dapat sabar / tidak tahan / tidak menoleransi orang jahat?
Barnes’ Notes: “That is, they had no sympathy with their doctrines or practices; they were utterly opposed to them. They had lent them no countenance, but had in every way shown that they had no fellowship with them.” [= Yaitu mereka tidak mempunyai simpati dengan doktrin atau praktek mereka; mereka sepenuhnya menentang orang-orang itu. Mereka tidak menyetujui / memberi muka kepada orang-orang itu, tetapi dengan segala cara menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai persekutuan dengan orang-orang jahat itu.] - hal 1552.
Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:
Titus 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.”.
2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seseorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”. Bdk. Matius 10:41-42.
Homer Hailey: “In an age when we pride ourselves in tolerance and compromise, this attitude might appear bigoted and intolerant. Bigoted, no; intolerant, yes, but an intolerance commended by the Lord.” [= Dalam jaman dimana kita membanggakan diri kita sendiri karena toleransi dan kompromi, sikap ini kelihatannya fanatik dan tidak bertoleransi. Fanatik, tidak; tidak bertoleransi, ya, tetapi ini adalah sikap tidak bertoleransi yang dipuji oleh Tuhan.] - hal 121.
William R. Newell: “To permit men known to be bad to be in fellowship or even in office, is common today, but is treachery to Christ” [= Mengizinkan orang yang diketahui sebagai orang jahat ada dalam persekutuan atau bahkan dalam jabatan, adalah sesuatu yang umum saat ini, tetapi itu adalah pengkhianatan terhadap Kristus] - hal 37.
Apakah saudara berhubungan dengan seorang nabi palsu, atau mempunyai seorang teman nabi palsu?
(4) “bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta”.
Ini mungkin menunjukkan bahwa para rasul palsu itu melakukan penyesatan secara sadar dan sengaja. Jadi mereka tahu bahwa ajaran mereka itu salah / sesat, tetapi mereka tetap mengajarkannya, mungkin untuk bisa mendapatkan keuntungan dari semua itu. Memang jelas bahwa dalam dunia ini ada penyesat yang melakukan penyesatan secara tidak sadar / tidak sengaja (bdk. Yohanes 16:2 Roma 10:2). Jadi mereka betul-betul mengira bahwa apa yang mereka ajarkan itu memang benar. Tetapi jelas bahwa juga ada penyesat yang melakukannya secara sadar dan sengaja!
(5) “engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu;”.
NASB/Lit: ‘and you have perseverance and have endured for My name’s sake’ [= dan engkau mempunyai ketekunan dan telah bertahan demi namaKu].
Catatan:
(a) Kata Yunani yang diterjemahkan ‘perseverance’ [= ketekunan] adalah HUPOMONE.
(b) Kata Yunani yang diterjemahkan ‘have endured’ [= telah bertahan] adalah EBASTASAS, yang berasal dari kata dasar BASTAZO, yang berarti ‘to bear’ [= bertahan / memikul].
Kalau tadi dalam ay 2 ada pujian karena ketidaksabaran / sikap tidak tahan terhadap rasul-rasul palsu, maka sekarang dalam ay 3 ada pujian karena kesabaran / sikap bertahan terhadap penderitaan yang mereka alami demi Tuhan. Kesabaran / sikap bertahan di sini sengaja dikontraskan dengan ketidaksabaran / sikap tidak tahan dalam ay 2 di atas.
Jadi ada hal-hal terhadap mana kita tidak boleh sabar, tetapi juga ada hal-hal terhadap mana kita harus sabar, yaitu pada waktu mengalami penderitaan / penganiayaan demi Kristus!
(6) “dan engkau tidak mengenal lelah.”.
KJV: “hast not fainted” [= tidak menjadi lemah / tak bersemangat].
RSV/NIV/NASB: “have not grown weary” [= tidak menjadi lelah / bosan].
Dalam mengikut / melayani Tuhan selalu ada banyak serangan setan / penderitaan. Ada 2 kemungkinan dalam menghadapi semua itu:
a) Kita sabar dan terus bertekun dalam ikut / melayani Tuhan.
b) Kita menjadi lelah, bosan, kehilangan semangat.
Kita sudah melihat banyak hal-hal yang baik dalam diri mereka.
Tetapi mereka tetap dicela karena mereka meninggalkan kasih yang semula / pertama.
Karena itu jelaslah bahwa:
(1) Kemurnian doktrinal tidak bisa menggantikan kasih.
Adalah sesuatu yang baik kalau saudara adalah orang yang sangat memperhatikan dan menjaga doktrin, tetapi pada saat yang sama saudara juga harus memperhatikan dan menjaga kasih saudara kepada Tuhan.
(2) Kebencian terhadap dosa / kejahatan tidak bisa menggantikan kasih kepada Kristus.
Orang yang mengasihi Kristus pasti membenci kejahatan, tetapi orang yang membenci kejahatan belum tentu mengasihi Kristus.
(3) Pelayanan yang bagaimanapun giatnya tidak bisa menggantikan kasih.
d. Gereja ini bukan hanya ditegur, tetapi juga diancam oleh Kristus, kalau mereka tidak bertobat.
Wahyu 2:5 - “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”.
Kaki dian berfungsi untuk meninggikan lilin sehingga bisa menerangi tempat yang lebih luas. Kalau kaki dian diambil, itu artinya gereja itu berhenti menjadi terang. Dengan kata lain, ini adalah ancaman untuk memusnahkan gereja itu.
e. Ancaman ini akhirnya tergenapi: gereja Efesus musnah!
William Hendriksen: “The threat ‘or else I come to thee, and will move thy lampstand out of its place’, was fulfilled. There is today no church in Ephesus. The place itself is a ruin.” [= Ancaman ‘jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya’ digenapi. Sekarang tidak ada gereja di Efesus. Tempat itu sendiri merupakan suatu reruntuhan.] - hal 62.
Steve Gregg: “Indeed, today there is no city or church in the Turkish location that was once Ephesus. Islam has been established in this region which Paul had once thoroughly evangelized (Acts 19:10). How different might the history of that region have been had the church continued to practice its first love (Eph. 1:15)?” [= Memang, sekarang tidak ada kota atau gereja di lokasi Turki yang dulunya adalah Efesus. Islam telah ditegakkan di daerah dimana Paulus pernah memberitakan Injil secara menyeluruh (Kis 19:10). Bagaimana berbedanya sejarah dari daerah itu, andaikata gereja itu terus mempraktekkan kasih pertamanya (Efesus 1:15)?] - hal 65.
John Stott: “He warns them that if they disobey His commands, and do not repent, their church’s existence will be ignominiously terminated. I will come to you and remove your lampstand from its place, unless you repent (v. 5). No church has a secure and permanent place in the world. It is continuously on trial. If we can judge from the letter which Bishop Ignatius of Antioch wrote to the Ephesian church at the beginning of the second century, it rallied after Christ’s appeal. Ignatius describes it in glowing terms. But later it lapsed again, and by the Middle ages its Christian testimony had been obliterated. ‘The little railway station and hotel and few poor dwelling houses of Ayasaluk, which now command the ruins of the city, are eloquent of the doom which has overtaken both Ephesus and its church’ (H. B. Swete, The Apocalypse of St. John: p. 27). Otherwise, there is nothing but rubble and a bog. A traveller visiting the village ‘found only three Christians there’, writes Trench (p. 81) ‘and these sunken in such ignorance and apathy as scarcely to have heard the names of St. Paul or St. John. Christ’s warning to Ephesus is just as appropriate to us today. Our own church’s light will be extinguished if we stubbornly persevere in our refusal to love Christ.” [= Ia memperingati mereka bahwa jika mereka tidak mentaati perintahNya, dan tidak bertobat, keberadaan gereja mereka akan diakhiri secara memalukan. Aku akan datang kepadamu dan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, kecuali kamu bertobat (ay 5). Tidak ada gereja yang mempunyai tempat yang aman dan permanen dalam dunia. Gereja diuji secara terus menerus. Jika kita menilai dari surat yang ditulis oleh Uskup Ignatius dari Antiokhia kepada gereja Efesus pada awal abad kedua, gereja ini hidup kembali sesuai seruan Kristus. Ignatius menggambarkannya dengan ungkapan yang bersemangat. Tetapi belakangan gereja itu tergelincir lagi, dan pada abad pertengahan kesaksian kristennya dihapuskan. ‘Setasiun kereta api kecil dan hotel dan beberapa rumah orang miskin di Ayasaluk, yang sekarang menguasai reruntuhan kota itu, merupakan suatu gambaran / pernyataan yang hidup tentang penghakiman / hukuman / nasib tragis yang menimpa Efesus dan gerejanya’ (H. B. Swete, The Apocalypse of St. John: hal 27). Selain itu, tidak ada apapun kecuali reruntuhan dan tanah berlumpur / berawa. Seorang pelancong yang mengunjungi desa itu ‘menemukan hanya tiga orang kristen di sana’ tulis Trench (hal 81) ‘dan mereka ini tenggelam dalam ketidaktahuan dan sikap acuh tak acuh sedemikian rupa sehingga hampir tidak pernah mendengar nama Paulus atau Yohanes’. Peringatan Kristus kepada Efesus ini juga cocok bagi kita sekarang. Terang gereja kita sendiri akan dipadamkan jika kita secara tegar tengkuk bertekun dalam penolakan untuk mengasihi Kristus.] - hal 33.
2. Makin banyak terang yang kita terima, makin besar tanggung jawab kita.
Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.
Dalam hal inipun kota Kapernaum sangat mirip dengan Gereja Efesus.
Perbedaan antara Kapernaum dengan gereja Efesus adalah: Kapernaum tidak pernah percaya dan menerima Kristus, sedangkan gereja Efesus percaya dan menerima Kristus tetapi lalu kehilangan kasih yang semula / pertama.
Jadi, tak peduli apakah saudara adalah orang kristen yang sejati atau saudara adalah orang kristen KTP / orang kafir total, ingatlah dua hal ini:
a. Jangan anggap ancaman Tuhan sebagai gertak sambal!
b. Semakin banyak yang saudara terima, semakin besar tanggung jawab saudara!
Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”. SEMAKIN BANYAK DIBERI SEMAKIN BANYAK DITUNTUT
Kiranya Tuhan memberkati saudara.
Yohanes 2:12 Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibuNya dan saudara-saudaraNya dan murid-muridNya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja.
gadget, bisnis, otomotif |
1) “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum,”.
a) “Sesudah itu”.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV/YLT: “After this” [= Sesudah ini].
Kata-kata ‘sesudah itu / ini’ merupakan suatu petunjuk waktu, yang jelas menunjukkan bahwa Yohanes menceritakan secara khronologis. Itu berarti bahwa cerita penyucian Bait Allah di sini memang terjadi setelah Yesus melakukan tanda pertamaNya, yaitu mengubah air menjadi anggur (Yoh 2:1-11). Kalau penyucian Bait Allah ini sebetulnya terjadi pada akhir pelayanan Yesus, seperti yang diceritakan oleh ketiga penulis Injil yang lain, maka ini menunjukkan Yohanes memang salah secara khronologis.
Lain halnya dengan pada waktu Injil Lukas menceritakan ‘secara tidak khronologis’ dalam Lukas 4:5,9 dan Lukas 22:21, petunjuk waktu seperti itu tidak ada! Kata ‘kemudian’ yang muncul di awal Luk 4:5,9 salah terjemahan, karena dalam bahasa Yunaninya sebetulnya hanya berarti ‘dan’, sehingga bukan merupakan suatu petunjuk waktu.
Calvin: “‘He went down to Capernaum.’ The Evangelist passes to an additional narrative; for having resolved to collect a few things worthy of remembrance which the other three had left out, he states the time when the occurrence which he is about to relate took place; for the other three also relate what we here read that Christ did, but the diversity of the time shows that it was a similar event, but not the same. On two occasions, then, did Christ cleanse the temple from base and profane merchandise; once, when he was beginning to discharge his commission, and another time, (Matthew 21:12; Mark 11:15; Luke 19:45,) when he was about to ‘leave the world and go to the Father,’ (John 16:28.)” [= ‘Ia turun ke Kapernaum’. Sang Penginjil menyampaikan suatu cerita tambahan; karena setelah memutuskan untuk mengumpulkan beberapa hal yang layak untuk diingat, yang dihapuskan / tidak diceritakan oleh ketiga Penginjil, ia menyatakan waktu pada saat peristiwa yang akan ia ceritakan terjadi; karena ketiga Penginjil yang lain juga menceritakan apa yang kita baca di sini, tetapi perbedaan waktu menunjukkan bahwa itu adalah peristiwa yang mirip, tetapi tidak sama. Jadi, pada dua kejadian Kristus membersihkan Bait Allah dari perdagangan yang egois / menjijikkan dan sekuler / tidak menghormati apa yang kudus; sekali, pada waktu Ia mulai melaksanakan tugasNya, dan pada waktu yang lain, (Matius 21:12; Markus 11:15; Lukas 19:45), pada waktu ia akan ‘meninggalkan dunia dan pergi kepada Bapa’, (Yohanes 16:28).].
b) “pergi ke Kapernaum”.
KJV/RSV/NIV/NASB: “went down” [= turun / berjalan turun].
Bible Knowledge Commentary: “Though Capernaum is northeast of Cana, He went down because of the decline in land elevation toward the sea.” [= Sekalipun Kapernaum ada di Timur Laut dari Kana, Ia turun karena penurunan dalam ketinggian tanah / daerah menuju laut.].
J. C. Ryle: “‘He went down to Capernaum.’ The strict accuracy of John’s writing is note-worthy here. Cana was a village in the hill country. Capernaum was a town on the shore of the lake of Galilee at a very much lower level than Cana. It is therefore said that Jesus ‘went down.’” [= ‘Ia turun / berjalan turun ke Kapernaum’. Keakuratan yang ketat dari tulisan Yohanes patut diperhatikan di sini. Kana adalah sebuah desa di daerah berbukit. Kapernaum adalah sebuah kota di pantai dari danau Galilea pada suatu daerah yang sangat jauh lebih rendah dari Kana. Karena itu dikatakan bahwa Yesus ‘turun / berjalan turun’.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
Lihat Bible Map di PC Study Bible 5.
c) “Kapernaum”.
Pulpit Commentary: “Ver. 12. - The transition between private and public life. Before our Lord entered on his public life at Jerusalem, he goes back, as it were, for a moment into the retirement of his family. I. The scene of our Lord’s visit. ‘After this he went down to Capernaum.’ 1. It was the Jewish capital of Galilee, down upon the Sea of Tiberias, an important place of commerce. 2. It became, after Nazareth, the home of Jesus. (Matt. 4:13.) It is called ‘his own city’ (Matt. 9:1). On the occasion of the present visit he had come directly from Nazareth, after the Cana miracle. 3. It was a city honoured by the working of many miracles; yet, notwithstanding, distinguished by a most perverse unbelief. ‘Thou Capernaum, which art exalted to heaven, shalt be cast down to hell’ (Matt. 11:23). 4. It is now a ruin, identified as Tell-Hûm.” [= Ay 12. - Transisi / perubahan antara kehidupan pribadi dan kehidupan umum. Sebelum Tuhan kita memasuki kehidupan umum di Yerusalem, ia seakan-akan kembali, untuk suatu waktu, ke dalam pemencilan dari keluargaNya. I. Tempat dari kunjungan Tuhan kita. ‘Sesudah ini Ia berjalan turun ke Kapernaum’. 1. Itu adalah ibu kota Yahudi dari Galilea, di bawah di Laut / Danau Tiberias / Galilea, suatu tempat penting dari perdagangan, 2. Itu menjadi, setelah Nazaret, rumah bagi Yesus. (Matius 4:13). Itu disebut ‘kotaNya sendiri’ (Mat 9:1). Pada peristiwa dari kunjungan saat ini Ia telah datang secara langsung dari Nazaret, setelah mujizat di Kana. 3. Itu adalah suatu kota yang dihormati oleh pekerjaan dari banyak mujizat-mujizat; tetapi sekalipun demikian, menonjol / terkenal oleh suatu ketidak-percayaan yang sangat jahat / keras kepala. ‘Engkau Kapernaum, yang ditinggikan ke surga, akan dibuang / diturunkan ke neraka’ (Mat 11:23). 4. Sekarang kota itu merupakan suatu reruntuhan, dikenal sebagai Tell-Hum.].
Matius 9:1 - “Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kotaNya sendiri.”.
Mat 11:23a - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!”.
Matius 4:12-13 - “(12) Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. (13) Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali,”.
Barnes’ Notes (tentang Mat 4:13): “‘Leaving Nazareth.’ Because his townsmen cast him out, and rejected him. See Luke 4:14-30. ‘Came and dwelt in Capernaum.’ This was a city on the northwest corner of the Sea of Tiberias. It is not mentioned in the Old Testament, but is repeatedly referred to in the Gospels. Though it was once a city of renown, and the metropolis of all Galilee, the site it occupied is now uncertain. ... In this place and its neighborhood Jesus spent no small part of the three years of his public ministry. It is hence called his own city, Matt 9:1. Here he healed the nobleman’s son (John 4:47); Peter’s wife’s mother (Matt 8:14); the centurion’s servant (Matt 8:5-13); and the ruler’s daughter (Matt 9:23-25).” [= ‘Meninggalkan Nazaret’. Karena orang-orang sekotanya mengusirNya dan menolakNya. Lihat Luk 4:14-30. ‘Datang dan tinggal di Kapernaum’. Ini adalah sebuah kota di sudut Barat Laut dari Laut / Danau Tiberias / Galilea. Kota itu tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama, tetapi secara berulang-ulang disebutkan dalam kitab-kitab Injil. Sekalipun pernah sekali menjadi suatu kota yang terkenal, dan suatu kota utama dari seluruh Galilea, lokasi yang ditempatinya sekarang tidak pasti. ... Di tempat ini dan sekitarnya Yesus menghabiskan bukan bagian kecil dari waktuNya yang tiga tahun dari pelayanan umumNya. Karena itu, itu disebut kotaNya sendiri, Mat 9:1. Di sini Ia menyembuhkan anak laki-laki dari pegawai istana (Yohanes 4:47); ibu mertua Petrus (Matius 8:14); pelayan dari perwira (Mat 8:5-13); dan anak perempuan dari pejabat / kepala rumah ibadat (Matius 9:23-25).].
Lihat Bible Map dari PC Study Bible 5 lagi.
J. C. Ryle: “Capernaum appears to have been our Lord’s principal residence in Galilee during his earthly ministry. ‘Leaving Nazareth, he dwelt in Capernaum.’ (Matt. 4:13.) At no place does He seem to have worked so many miracles; and on no place does He denounce so severe a judgment for its impenitence and neglect of privileges: ‘Thou Capernaum which art exalted to heaven shalt be cast down to hell.’ (Matt. 11:23.) It is a striking fact that though Capernaum was a wealthy and important place in our Lord’s time, it has so entirely passed away and been ‘cast down,’ that even its situation has never been clearly ascertained.” [= Kapernaum kelihatannya telah menjadi tempat tinggal utama Tuhan kita di Galilea dalam sepanjang pelayananNya di bumi. ‘Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum.’ (Mat 4:13). Tidak ada tempat dimana Ia kelihatan telah mengerjakan begitu banyak mujizat; dan tidak ada tempat dimana Ia menyatakan suatu penghakiman yang begitu keras untuk ketidak-bertobatannya dan pengabaian hak-haknya: ‘Engkau Kapernaum yang ditinggikan ke surga akan dilemparkan ke bawah ke neraka.’ (Matius 11:23). Merupakan suatu fakta yang menyolok / menarik perhatian bahwa sekalipun Kapernaum adalah suatu tempat yang kaya dan penting pada zaman Tuhan kita, kota itu telah mati sepenuhnya dan ‘dilemparkan ke bawah’, sehingga bahkan situasinya tidak pernah ditemukan dengan pasti.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).
Ada 2 hal yang ingin saya tekankan:
1. Ancaman Tuhan bukan hanya sekedar gertak sambal.
Kasus kota Kapernaum ini mirip dengan kota Efesus.
a. Kota Efesus ini adalah kota yang besar pada jaman itu, dan bahkan merupakan kota terbesar dari propinsi Asia.
b. Gereja Efesus didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang hebat-hebat, seperti Paulus, Priskila dan Akwila, Timotius, dan rasul Yohanes.
Gereja ini didirikan oleh Paulus (H. L. Ellison, ‘Daily Bible Commentary’, hal 457), yang bersama-sama dengan Priskila dan Akwila singgah di sana dalam perjalanan misionarisnya yang ke 2, pada sekitar tahun 52 M (Kis 18:19). Paulus lalu meninggalkan Efesus, sedangkan Priskila dan Akwila tetap di Efesus (Kis 18:20-21). Karena itu ada yang beranggapan bahwa pendiri gereja Efesus bukan Paulus tetapi Priskila dan Akwila (Ladd, hal 37). Lalu dalam perjalanan misionarisnya yang ketiga, Paulus singgah ke Efesus lagi dan melayani gereja ini selama kira-kira 3 tahun (bdk. Kis 19:1-8,10,22 Kis 20:31).
Selain Paulus, Timotius juga pernah melayani di sana. Ini didapatkan dari tradisi (cerita turun temurun dari mulut ke mulut), tetapi juga dari 1Timotius 1:3-dst.
Rasul Yohanes juga pernah tinggal dan melayani di Efesus. Ini tidak diceritakan dalam Kitab Suci, tetapi hanya dinyatakan oleh tradisi.
Robert H. Mounce (hal 86) bahkan mengatakan bahwa di antara para tokoh yang pernah melayani kota Efesus ini, rasul Yohanes adalah yang paling dekat dengan kota itu.
Apa perlunya kita tahu bahwa gereja Efesus ini didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang hebat-hebat itu? Perlunya adalah supaya kita waspada. Kalau gereja Efesus yang didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang luar biasa itu saja bisa mengalami hal ini, lebih-lebih gereja kita / gereja saudara!
c. Tetapi gereja ini kehilangan kasihnya yang semula, dan ditegur oleh Kristus.
Wahyu 2:4 - “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”.
Sebetulnya ada banyak hal-hal yang sangat baik dalam diri gereja Efesus ini, dan semua ini dipuji oleh Kristus.
Wahyu 2:2-3 - “(2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu; dan engkau tidak mengenal lelah.”.
(1) “jerih payahmu”.
William Barclay: “The Risen Christ praises their ‘toil’. The word is KOPOS and it is a favourite New Testament word. Tryphena, Tryphosa and Persis all ‘work hard’ in the Lord (Romans 16:12). The one thing that Paul claims is that he has ‘worked harder’ than all (1Corinthians 15:10). He fears lest the Galatians slip back, and his ‘labour’ is in vain (Galatians 4:11). In each case - and there are many others - the word is either KOPOS or the verb KOPIAN. The special characteristic of these words is that they describe the kind of toil which takes everything of mind and sinew that a man can put into it. The Christian way is not for the man who fears to break sweat. The Christian is to be a toiler for Christ, and, even if physical toil is impossible, he can still toil in prayer.” [= Kristus yang telah bangkit memuji ‘jerih payah’ mereka. Kata yang dipakai adalah KOPOS dan itu adalah kata favorit dalam Perjanjian Baru. Trifena, Trifosa dan Persis semua ‘bekerja keras’ dalam Tuhan (Ro 16:12). Satu hal yang diklaim oleh Paulus adalah bahwa ia bekerja lebih keras dari semua (1Kor 15:10). Ia takut orang Galatia akan tergelincir ke belakang, dan ‘jerih payah / susah payah’nya menjadi sia-sia (Galatia 4:11). Dalam setiap kasus - dan ada banyak yang lain - kata yang dipakai adalah KOPOS atau kata kerja KOPIAN. Karakter khusus dari kata-kata ini adalah bahwa mereka menggambarkan jenis jerih payah yang menggunakan segala sesuatu dari pikiran dan otot. Jalan Kristen bukanlah untuk orang yang takut untuk berkeringat. Seorang Kristen harus berjerih payah untuk Kristus, dan bahkan jika jerih payah secara fisik tidak mungkin dilakukan, ia masih bisa berjerih payah dalam doa.] - hal 62.
(2) “ketekunanmu”.
John Stott (hal 24) mengatakan bahwa gereja Efesus ini mendapatkan oposisi lokal, karena Efesus merupakan:
(a) Tempat pertemuan dari banyak agama.
(b) Salah satu pusat penyembahan kaisar di propinsi itu.
(c) Pusat penyembahan kepada Dewi Diana / Artemis (Kis 19:23-40).
Ini menyebabkan gereja / orang kristen Efesus dibenci oleh banyak orang di sana, dan bahkan diboikot sehingga kehilangan langganan dalam bisnis, dan bahkan mendapatkan problem dalam berbelanja. Bahkan mungkin ada penganiayaan secara fisik terhadap orang kristen di Efesus. Tetapi menghadapi semua itu mereka tetap bertekun!
(3) “tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat”.
(a) Yang disebut sebagai ‘orang jahat’ di sini bukan seadanya orang jahat tetapi rasul-rasul palsu / para pengajar sesat itu. Jadi orang kristen bukannya harus menjauhi seadanya orang jahat, karena jika demikian siapa yang memberitakan Injil kepada mereka?
Juga perlu diperhatikan bahwa para pengajar sesat ini disebut sebagai orang jahat. Mengapa? Karena ada banyak orang kristen, yang sekalipun tahu bahwa pendeta-pendeta tertentu mengajarkan ajaran sesat, tetapi tetap bersimpati kepada mereka dengan alasan bahwa hidup mereka saleh, dan bahkan membanggakan kesalehan nabi-nabi palsu itu! Ini adalah omong kosong terbesar! Bahwa mereka menyesatkan orang, itu sudah jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang jahat. Kalaupun dalam hal-hal lain mereka kelihatannya saleh, itu pasti hanya karena mereka pandai bersandiwara!
(b) Perhatikan bahwa gereja Efesus di sini dipuji karena ketidak-sabarannya terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu itu!
Pujian rasul Yohanes terhadap ketidak-sabaran gereja Efesus dalam menghadapi rasul-rasul palsu, cocok / sejalan dengan celaan rasul Paulus terhadap kesabaran orang Korintus dalam menghadapi pengajar sesat.
2Korintus 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seseorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.
(c) Apa maksudnya mereka tidak dapat sabar / tidak tahan / tidak menoleransi orang jahat?
Barnes’ Notes: “That is, they had no sympathy with their doctrines or practices; they were utterly opposed to them. They had lent them no countenance, but had in every way shown that they had no fellowship with them.” [= Yaitu mereka tidak mempunyai simpati dengan doktrin atau praktek mereka; mereka sepenuhnya menentang orang-orang itu. Mereka tidak menyetujui / memberi muka kepada orang-orang itu, tetapi dengan segala cara menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai persekutuan dengan orang-orang jahat itu.] - hal 1552.
Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:
Titus 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.”.
2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seseorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”. Bdk. Matius 10:41-42.
Homer Hailey: “In an age when we pride ourselves in tolerance and compromise, this attitude might appear bigoted and intolerant. Bigoted, no; intolerant, yes, but an intolerance commended by the Lord.” [= Dalam jaman dimana kita membanggakan diri kita sendiri karena toleransi dan kompromi, sikap ini kelihatannya fanatik dan tidak bertoleransi. Fanatik, tidak; tidak bertoleransi, ya, tetapi ini adalah sikap tidak bertoleransi yang dipuji oleh Tuhan.] - hal 121.
William R. Newell: “To permit men known to be bad to be in fellowship or even in office, is common today, but is treachery to Christ” [= Mengizinkan orang yang diketahui sebagai orang jahat ada dalam persekutuan atau bahkan dalam jabatan, adalah sesuatu yang umum saat ini, tetapi itu adalah pengkhianatan terhadap Kristus] - hal 37.
Apakah saudara berhubungan dengan seorang nabi palsu, atau mempunyai seorang teman nabi palsu?
(4) “bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta”.
Ini mungkin menunjukkan bahwa para rasul palsu itu melakukan penyesatan secara sadar dan sengaja. Jadi mereka tahu bahwa ajaran mereka itu salah / sesat, tetapi mereka tetap mengajarkannya, mungkin untuk bisa mendapatkan keuntungan dari semua itu. Memang jelas bahwa dalam dunia ini ada penyesat yang melakukan penyesatan secara tidak sadar / tidak sengaja (bdk. Yohanes 16:2 Roma 10:2). Jadi mereka betul-betul mengira bahwa apa yang mereka ajarkan itu memang benar. Tetapi jelas bahwa juga ada penyesat yang melakukannya secara sadar dan sengaja!
(5) “engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu;”.
NASB/Lit: ‘and you have perseverance and have endured for My name’s sake’ [= dan engkau mempunyai ketekunan dan telah bertahan demi namaKu].
Catatan:
(a) Kata Yunani yang diterjemahkan ‘perseverance’ [= ketekunan] adalah HUPOMONE.
(b) Kata Yunani yang diterjemahkan ‘have endured’ [= telah bertahan] adalah EBASTASAS, yang berasal dari kata dasar BASTAZO, yang berarti ‘to bear’ [= bertahan / memikul].
Kalau tadi dalam ay 2 ada pujian karena ketidaksabaran / sikap tidak tahan terhadap rasul-rasul palsu, maka sekarang dalam ay 3 ada pujian karena kesabaran / sikap bertahan terhadap penderitaan yang mereka alami demi Tuhan. Kesabaran / sikap bertahan di sini sengaja dikontraskan dengan ketidaksabaran / sikap tidak tahan dalam ay 2 di atas.
Jadi ada hal-hal terhadap mana kita tidak boleh sabar, tetapi juga ada hal-hal terhadap mana kita harus sabar, yaitu pada waktu mengalami penderitaan / penganiayaan demi Kristus!
(6) “dan engkau tidak mengenal lelah.”.
KJV: “hast not fainted” [= tidak menjadi lemah / tak bersemangat].
RSV/NIV/NASB: “have not grown weary” [= tidak menjadi lelah / bosan].
Dalam mengikut / melayani Tuhan selalu ada banyak serangan setan / penderitaan. Ada 2 kemungkinan dalam menghadapi semua itu:
a) Kita sabar dan terus bertekun dalam ikut / melayani Tuhan.
b) Kita menjadi lelah, bosan, kehilangan semangat.
Kita sudah melihat banyak hal-hal yang baik dalam diri mereka.
Tetapi mereka tetap dicela karena mereka meninggalkan kasih yang semula / pertama.
Karena itu jelaslah bahwa:
(1) Kemurnian doktrinal tidak bisa menggantikan kasih.
Adalah sesuatu yang baik kalau saudara adalah orang yang sangat memperhatikan dan menjaga doktrin, tetapi pada saat yang sama saudara juga harus memperhatikan dan menjaga kasih saudara kepada Tuhan.
(2) Kebencian terhadap dosa / kejahatan tidak bisa menggantikan kasih kepada Kristus.
Orang yang mengasihi Kristus pasti membenci kejahatan, tetapi orang yang membenci kejahatan belum tentu mengasihi Kristus.
(3) Pelayanan yang bagaimanapun giatnya tidak bisa menggantikan kasih.
d. Gereja ini bukan hanya ditegur, tetapi juga diancam oleh Kristus, kalau mereka tidak bertobat.
Wahyu 2:5 - “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”.
Kaki dian berfungsi untuk meninggikan lilin sehingga bisa menerangi tempat yang lebih luas. Kalau kaki dian diambil, itu artinya gereja itu berhenti menjadi terang. Dengan kata lain, ini adalah ancaman untuk memusnahkan gereja itu.
e. Ancaman ini akhirnya tergenapi: gereja Efesus musnah!
William Hendriksen: “The threat ‘or else I come to thee, and will move thy lampstand out of its place’, was fulfilled. There is today no church in Ephesus. The place itself is a ruin.” [= Ancaman ‘jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya’ digenapi. Sekarang tidak ada gereja di Efesus. Tempat itu sendiri merupakan suatu reruntuhan.] - hal 62.
Steve Gregg: “Indeed, today there is no city or church in the Turkish location that was once Ephesus. Islam has been established in this region which Paul had once thoroughly evangelized (Acts 19:10). How different might the history of that region have been had the church continued to practice its first love (Eph. 1:15)?” [= Memang, sekarang tidak ada kota atau gereja di lokasi Turki yang dulunya adalah Efesus. Islam telah ditegakkan di daerah dimana Paulus pernah memberitakan Injil secara menyeluruh (Kis 19:10). Bagaimana berbedanya sejarah dari daerah itu, andaikata gereja itu terus mempraktekkan kasih pertamanya (Efesus 1:15)?] - hal 65.
John Stott: “He warns them that if they disobey His commands, and do not repent, their church’s existence will be ignominiously terminated. I will come to you and remove your lampstand from its place, unless you repent (v. 5). No church has a secure and permanent place in the world. It is continuously on trial. If we can judge from the letter which Bishop Ignatius of Antioch wrote to the Ephesian church at the beginning of the second century, it rallied after Christ’s appeal. Ignatius describes it in glowing terms. But later it lapsed again, and by the Middle ages its Christian testimony had been obliterated. ‘The little railway station and hotel and few poor dwelling houses of Ayasaluk, which now command the ruins of the city, are eloquent of the doom which has overtaken both Ephesus and its church’ (H. B. Swete, The Apocalypse of St. John: p. 27). Otherwise, there is nothing but rubble and a bog. A traveller visiting the village ‘found only three Christians there’, writes Trench (p. 81) ‘and these sunken in such ignorance and apathy as scarcely to have heard the names of St. Paul or St. John. Christ’s warning to Ephesus is just as appropriate to us today. Our own church’s light will be extinguished if we stubbornly persevere in our refusal to love Christ.” [= Ia memperingati mereka bahwa jika mereka tidak mentaati perintahNya, dan tidak bertobat, keberadaan gereja mereka akan diakhiri secara memalukan. Aku akan datang kepadamu dan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, kecuali kamu bertobat (ay 5). Tidak ada gereja yang mempunyai tempat yang aman dan permanen dalam dunia. Gereja diuji secara terus menerus. Jika kita menilai dari surat yang ditulis oleh Uskup Ignatius dari Antiokhia kepada gereja Efesus pada awal abad kedua, gereja ini hidup kembali sesuai seruan Kristus. Ignatius menggambarkannya dengan ungkapan yang bersemangat. Tetapi belakangan gereja itu tergelincir lagi, dan pada abad pertengahan kesaksian kristennya dihapuskan. ‘Setasiun kereta api kecil dan hotel dan beberapa rumah orang miskin di Ayasaluk, yang sekarang menguasai reruntuhan kota itu, merupakan suatu gambaran / pernyataan yang hidup tentang penghakiman / hukuman / nasib tragis yang menimpa Efesus dan gerejanya’ (H. B. Swete, The Apocalypse of St. John: hal 27). Selain itu, tidak ada apapun kecuali reruntuhan dan tanah berlumpur / berawa. Seorang pelancong yang mengunjungi desa itu ‘menemukan hanya tiga orang kristen di sana’ tulis Trench (hal 81) ‘dan mereka ini tenggelam dalam ketidaktahuan dan sikap acuh tak acuh sedemikian rupa sehingga hampir tidak pernah mendengar nama Paulus atau Yohanes’. Peringatan Kristus kepada Efesus ini juga cocok bagi kita sekarang. Terang gereja kita sendiri akan dipadamkan jika kita secara tegar tengkuk bertekun dalam penolakan untuk mengasihi Kristus.] - hal 33.
2. Makin banyak terang yang kita terima, makin besar tanggung jawab kita.
Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.
Dalam hal inipun kota Kapernaum sangat mirip dengan Gereja Efesus.
Perbedaan antara Kapernaum dengan gereja Efesus adalah: Kapernaum tidak pernah percaya dan menerima Kristus, sedangkan gereja Efesus percaya dan menerima Kristus tetapi lalu kehilangan kasih yang semula / pertama.
Jadi, tak peduli apakah saudara adalah orang kristen yang sejati atau saudara adalah orang kristen KTP / orang kafir total, ingatlah dua hal ini:
a. Jangan anggap ancaman Tuhan sebagai gertak sambal!
b. Semakin banyak yang saudara terima, semakin besar tanggung jawab saudara!
Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”. SEMAKIN BANYAK DIBERI SEMAKIN BANYAK DITUNTUT
Kiranya Tuhan memberkati saudara.