7 PANGGILAN HIDUP ORANG KRISTEN

1. Diselamatkan

Semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23), akibatnya manusia tidak bisa menemui Allah dengan usahanya sendiri. Manusia terhilang, tidak punya masa depan dan harapan apa pun. Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat ia semakin jauh dari Allah. Sebelum manusia jatuh dalam dosa hubungan Allah dengan manusia sangat dekat. Dalam kitab Kejadian dituliskan bahwa Allah bercakap-cakap dengan manusia dan Allah begitu peduli kepada manusia ciptaan-Nya, hal ini terlihat dari persiapan Allah mengadakan segala sesuatu sebelum manusia diciptakan. 
7 PANGGILAN HIDUP ORANG KRISTEN
otomotif, gadget
Hubungan yang indah tersebut terputus karena ketidaktaatan manusia akan Allah (Kej. 3). Allah yang penuh kasih tidak menginginkan manusia itu terus dalam keadaan berdosa, Allah mengutus Anaknya yang tunggal untuk mengerjakan penebusan bagi manusia. Yohanes 3:16 menyatakan bahwa kasih Allah besar bagi manusia dan setiap orang yang meresponi kasih Allah itu, yakni percaya pada pengorbanan Yesus di kayu salib akan diselamatkan. Inilah panggilan Allah kepada manusia. Allah menginginkan kembalinya hubungan Allah dan manusia.

Penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus di kayu salib menghantarkan orang percaya kepada Allah. Dengan kata lain Allah memanggil umat-Nya pada persekutuan yang dekat dengan Allah. Itu sebabnya Allah menuntut pertobatan manusia sebagai respon akan panggilan Allah (1 Yohanes 1:9). 

Melalui penebusan tersebut Allah menyucikan manusia dari dosa, menjadikannya bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. 1 Petrus 2:9 “Namun, kamu adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri supaya kamu dapat memberitakan kebaikan-kebaikan-Nya, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan menuju kepada terang-Nya yang ajaib.” 

Keselamatan yang diperoleh manusia merupakan kasih karunia Allah dan bukan hasil usaha manusia, tetapi pemberian Allah. Efesus 2:8 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahmu, tetapi pemberian Allah.”

2. Taat kepada Allah

Taat kepada Allah adalah keharusan bagi setiap orang percaya. Allah sudah menebus manusia dari dosa dengan mengorbankan Anak-Nya yang tunggal. Untuk itu, orang percaya harus menunjukkan ketaatannya kepada Allah seperti yang dicontohkan Yesus, Ia taat sampai mati di kayu salib. Taat menurut KBBI adalah senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah, dan sebagainya), patuh, tidak berlaku curang, setia, saleh, kuat beribadah. Allah menuntut ketaatan umat-Nya. 

Jika memperhatikan Perjanjian Lama, ada banyak kisah yang menunjukkan bagaimana Allah menuntut ketaatan atau kesetiaan umat-Nya. Ketika umat Tuhan tidak taat atau berubah setia kepada Allah, mereka mengalami malapetaka. Ketaatan kepada Allah adalah mutlak. Manusia menjadi pendosa karena ketidaktaatan manusia pertama, namun karena ketaatan juga semua orang menjadi benar (Roma 5:19). Ketaatan sangat besar pengaruhnya baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Yesus Kristus menjadi teladan bagi orang Kristen dalam hal ketaatan (Filipi 2:8). Ketaatan butuh pengorbanan.

3. Hidup Berpadanan dengan Firman Allah

Sebagai umat yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang, dari hidup tanpa harapan kepada hidup yang penuh harapan, dari kematian kepada kehidupan, hendaklah hidup orang Kristen sesuai dengan firman Allah. Firman Allah menjadi dasar atau penuntun dalam segala hal. 

Pada dasarnya ini merupakan keharusan karena sudah menjadi bagian dari keluarga Allah. Seseorang yang memutuskan untuk menjadi warga negara Indonesia, ia harus mematuhi segala peraturan yang berlaku di Indonesia dan ia wajib hidup sebagaimana orang Indonesia hidup, yakni mengikuti budaya dan kebiasaan Indonesia. 

Demikian juga sebagai anggota keluarga Allah, wajib hidup sesuai dengan aturan keluarga Allah yang tercantum dalam Alkitab. Paulus menasihatkan supaya orang-orang percaya hidup berpadanan dengan panggilan Allah itu, yakni berpadanan dengan Injil Kristus (Efesus 4:1, Filipi 1:27). Kata berpadanan artinya berimbang atau sebanding. Jadi kehidupan orang Kristen harus berimbang atau sebanding dengan Injil.

4. Hidup Dipenuhi Roh Allah/Kudus

Orang yang sudah menerima keselamatan, selanjutnya dipenuhi Roh Allah/Kudus. Roh Kudus yang akan menuntun hidupnya berjalan sesuai dengan firman Allah. Banyak tokoh-tokoh Alkitab yang dipenuhi dan dipimpin Roh Allah, seperti Yusuf (Kejadian 41:38), Bezaleel (Keluaran 31:3), Musa, Saul (1 Samuel 10:10), Daud, Samuel, Daniel, Stefanus (Kisah Para Rasul 6:5; 7:55), Yohanes Pembaptis, Paulus (Kis. 13:9), Para rasul (Kisah para rasul 2:4), Kornelius (Kis. 10), dll. 

Tokoh-tokoh ini hidup dipimpin Roh Allah, mereka memahami arti hidup sebagai hamba Allah. Roh Allah yang ada dalam hidup mereka memampukan mereka mengerjakan tugas yang Allah berikan, kecuali Saul yang pada akhirnya ia ditolak Allah karena ketidaktaatannya. Tanpa Roh Allah, para tokoh ini tidak akan mampu mengerjakan tugas-tugasnya. Misalnya, raja Daud, dalam segala hal ia selalu bertanya kepada Allah dan Tuhan mengaruniakan kemenangan bagi Daud (kecuali dalam hal istri Uria).

Sebelum Yesus naik ke surga, Ia berpesan kepada murid-murid-Nya untuk tinggal di Yeruslem sampai mereka penuh dengan Roh Kudus, dan setelah itu baru mereka memberitakan Injil. Murid-murid harus lebih dahulu menerima janji Bapa, yaitu Roh Kudus. Roh Kuduslah yang akan menolong, mengajari, memnguatkan, memberi keberanian dan memberi hikmat kepada para murid dalam memberitakan Injil (Yohanes 14:16). 

Orang yang dipenuhi Roh Allah/Kudus hendaknya juga dipimpin Roh Allah. Galatia 5:25 “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.” Setiap orang yang merelakan dirinya dipimpin Roh Allah, ialah yang disebut anak Allah. Roma 8:14 “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

5. Memiliki Buah Roh (Galatia 5:22-23)

Orang Kristen sejati adalah orang yang hidup dipimpin oleh Roh Allah dan menunjukkan buah roh dalam kehidupannya. Dalam Galatia 5:22-23 Paulus menuliskan ada sembilan buah Roh yang wajib ada dalam diri orang Kristen, yakni kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. 

Buah roh adalah tunggal karena semua orang Kristen memiliki Roh Kudus. Ia mengumpamakan buah Roh tersebut bagaikan kelopak-kelopak bunga yang terbentuk untuk menjadi sekuntum bungan yang indah.

1. Kasih

Ada empat kata yang digunakan dalam bahasa Yunani untuk mengungkapkan kasih, yaitu: eros (kasih terhadap lawan jenis/seksual), storge (kasih persahabatan/pertemanan), Philia (kasih persaudaraan/kekeluargaan), dan agape (kasih tanpa batas/Allah). Semua kasih ini ada dalam diri manusia. Sebagai orang Kristen harus mampu bersikap baik dalam mempraktikkan keempat kali ini. Dalam kasih seksual, suami istri harus bersikap wajar terhadap pasangannya dan tidak bisa berlaku semena-mena. 

Storge (Kasih persahabatan) adalah kasih yang dijalin di antara sesama. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, perlu untuk memupuk kasih ini untuk menciptakan kerukunan. Philia (kasih persaudaraan/keluarga) adalah kasih yang diwujudkan terhadap saudara kita dengan ikatan darah. Sebagai orang Kristen wajib memelihara hubungan persaudaraan dengan baik dan menghindari percekcokan yang mengakibatkan perpecahan. Allah menghendaki kesatuan dan bukan perpecahan. Agape adalah kasih tanpa batas/Allah yang sering di artikan kasih tanpa pamrih atau tanpa memiliki maksud-maksud terselubung dalam segala tindakannya.

William Barclay berkata: “Agape adalah semangat jiwa yang tak pernah mencari apa pun, tetapi memberikan kebaikan untuk orang lain.” Agape adalah kasih, bukan hanya perasaan. Agape adalah kasih yang memberi, berkorban, dan belas kasih. Kasih agape membangun hubungan yang baik dan menolong tanpa pandang bulu. Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8), artinya kehidupan orang Kristen yang mampu menunjukkan kasih dalam kehidupannya, sama artinya dia sedang menyatakan Allah kepada semua orang. 

Selain itu, Yohanes berkata bahwa orang yang mengatakan mengenal Allah, ia harus mampu menunjukkan kasih itu, jika tidak maka ia bukalah orang yang mengenal Allah. Kasih kristiani berbeda dari kasih manusia pada umumnya. Kasih kristiani meliputi seluruh dari diri, hati, pikiran, perasaan dan kemauan. Kasih kristiani bukan paksaan tetapi kesadaran penuh atau sudah menyatu dengan dirinya yang tidak dapat dipengaruhi oleh apa pun. 

C. Anderson Scott mengatakan: “perbedaan orang Kristen dengan orang lain terletak dalam hal mengasihi secara kristiani.” Yesus juga mengatakan bahwa kasih yang ditunjukkan orang kristen menyatakan kepada dunia bahwa orang Kristen adalah murid Kristus. Yohanes 13:35 “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Kasih dapat diwujudkan melalui saling membantu (Efesus 4:2), saling mendoakan, saling memperhatikan, mengampuni. Yesus berkata kasihilah musuhmu dan berdoalah untuk orang yang menganiaya kamu. Ini dapat dilakukan dengan pertolongan Roh Kudus. Hanya orang yang telah mengalami kasih Allah yang mampu mengasihi orang lain tanpa batas. Matius 22:39 “... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Paulus mengatakan, sebagai orang-orang pilihan Allah yang di kudus kan, hendaklah mengenakan kasih atau memiliki rasa belas kasihan (Kolose 3:12).

2. Sukacita

Paulus dalam surat-suratnya kepada jemaat-jemaat acapkali menyampaikan supaya umat itu bersukacita. Kitab Filipi disebut sebagai kitab sukacita karena begitu sering Paulus menyampaikan kepada jemaat di Filipi untuk bersukacita (Filipi 2:18;3:1; 4:4). Hal ini dikatakan Paulus bukan berarti orang Kristen tidak mengalami penderitaan, namun menurut Paulus justru di tengah penderitaan itulah orang Kristen harus terus mampu bersukacita karena ada kekuatan dari Tuhan yang memampukan orang Kristen bersukacita. Paulus mengatakan bahwa sukacita orang Kristen di kerjakan dalam pengharapan kepada Allah (Roma 12:12).

Ada banyak tekanan yang dialami orang Kristen dari masa lalu sampai sekarang, tetapi orang Kristen harus mampu bersukacita karena penderitaan apa pun tidak mampu memisahkan orang Kristen dari kasih karunia Allah yang merupakan sumber sukacita. Hanya orang yang sudah lahir baru yang mampu menunjukkan kasih kristiani sejati dan Yesus adalah teladan kasih yang sempurna.

3. Damai Sejahtera

Semua orang menginginkan damai sejahtera, baik orang Kristen maupun bukan Kristen. Seseorang yang memiliki damai sejahtera dalam hidupnya, ia akan mampu mengatasi segala persoalan dan tantangan hidup dan mampu hidup berdampingan dengan semua orang. Paulus berkata kepada jemaat di Kolose “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah” (Kolose 3:15). 

Yesus mengatakan supaya selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain (Markus 9:50). Ada banyak orang yang membutuhkan damai sejahtera ini, karena lingkungan, masyarakat bahkan negara yang di mana mereka tinggal tidak damai. Untuk itu mereka berjuang untuk menciptakan perdamaian. Kehadiran orang Kristen di bumi adalah untuk menyatakan atau mendatangkan Shalom (damai sejahtera) bagi dirinya sendiri, keluarga, lingkungan bahkan bagi negara. 

Namun tidak bisa dipungkiri masih ada orang-orang yang mengaku Kristen, namun menimbulkan keresahan atau kekacauan. Orang Kristen adalah anak-anak Allah, sebagai anak-anak Allah wajib mendatangkan damai sejahtera di mana pun berada. Yesus berkata: Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).

4. Kesabaran

Kesabaran berasal dari kata sabar. Menurut KBBI sabar artinya tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati), tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu. Sedangkan kesabaran adalah ketenangan hati dalam menghadapi cobaan, sifat tenang (sabar). Dari definisi di atas jelaslah gambaran bahwa sabar atau kesabaran ini merupakan hal yang wajjb dimiliki oleh orang Kristen, mengapa? Karena orang Kristen siring mengalami penganiayaan atau cobaan karena mempertahankan imannya. Dalam situasi apa pun, orang Kristen harus dapat bersabar. 

Paulus mengatakan supaya orang percaya sabar terhadap satu sama lain (Kolose 3:12, 13, 1 Tesalonika 5:14). Paulus memberikan teladan dalam hal kesabaran, ia sabar menanggung penderitaan karena Injil demi tercapainya tujuan Allah, yakni orang-orang mendapatkan keselamatan dalam Kristus Yesus. Yesus juga menjadi teladan sempurna bagi kita, dalam segala penderitaan, Ia tetap sabar demi keselamatan umat-Nya. 

Oleh sebab itu, kita sebagai orang Kristen juga harus bersabar jika terjadi cobaan hidup teramat lebih karena pemberitaan Injil. Kesabaran ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang lahir baru dan dipimpin oleh Roh Allah. Tidak mudah untuk menjadi orang yang sabar, tapi sebagai orang Kristen yang memiliki Roh Kudus wajib sabar dalam segala hal. Kesabaran akan teruji ketika seseorang diperhadapkan dengan kesesakan/tekanan atau dengan hal-hal yang tidak ia sukai (Roma 12:12).

5. Kemurahan

Kemurahan adalah kasih yang dinyatakan dalam hal-hal kecil. Kemurahan menaruh hormat pada perasaan dan keberadaan orang lain. Kemurahan adalah perhatian yang ditunjukkan dengan perbuatan, semangat untuk membangun kebersamaan, dan kasih di tengah-tengah maslah yang meledak-ledak. Kemurahan membawa berkat dan perasaan yang nyaman pada saat kepahitan hidup dan keinginan jahat seakan-akan ingin mendesak keluar. 

Kemurahan juga diartikan sebagai tindakan menolong orang lain yang sedang membutuhkan, memberikan perhatian terhadap hubungan antar perorangan, tidak menggunakan bahasa yang kurang baik dan lain sebagainya. Paulus mengatakan supaya orang-orang percaya mengenakan kemurahan. Kolose 3:12 “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah ... kemurahan.”

Ingatlah bahwa kemurahan hanya dapat diuji dan bertumbuh ketika dihadapkan pada ketidakbaikan.

6. Kebaikan

Orang Kristen identik dengan kebaikan. Orang-orang yang belum mengenal Tuhan, ketika melihat orang Kristen yang tidak melakukan kebaikan, maka mereka pasti berkata negatif seperti “kelihatan bukan seperti orang kristen ya, orang kristenkan selalu berbuat baik.” Inilah yang terjadi di tengah masyarakat, bahwa orang Kristen dikenal dengan kebaikannya. kebaikan berkaitan dengan perkataan dan tindakan. 

Kebaikan dapat diartikan dengan kekuatan, kemurnian dan ketulusan yang memunjudkan perbuatan ilahi kepada orang lain. Kebaikan juga diartikan dengan kesalehan. Kebaikan adalah kesalehan dalam setiap perbuatan maupun pikiran. Yesus berkata bahwa orang baik akan mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya (hati) (Matius 12:35).

Kebaikan melayani dengan sukacita tanpa menghiraukan kebutaan an rintangan, tidak meminta penghargaan dari mereka yang dilayani, tetap melayani entah dihargai atau tidak, kebaikan mendorong orang yang hampir putus asa. Paulus berkata “hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang, Tuhan sudah dekat” (Filipi 4:5). Orang Kristen harus menunjukkan kebaikan kepada semua orang, namun bukan berarti memamerkan apa yang dilakukan. Perlu menjaga motivasi dalam melakukan kebaikan karena sering kali motivasi bisa melenceng ketika ada pujian atau penghormatan yang diterima ketika melakukan kebaikan.

7. Kesetiaan

Semua orang menginginkan kesetiaan baik dari pasangan, keluarga, sahabat, dan lain sebagainya. Tuhan juga menginginkan umat-Nya setia kepada-Nya. Kesetiaan bicara tentang ketahanan, keteguhan untuk mencapai tujuan, khususnya ketika berada dalam bahaya dan bencana. Kesetiaan juga dapat diartikan sebagai kasih yang sanggup bertahan pada segala sesuatu-kesulitan, bahaya dan perbedaan-perbedaan. Ada hubungan antara kesetiaan dan ketaatan. Seseorang dikatakan setia jika ia taat. Kesetiaan akan terbukti jika seseorang telah menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Pembuktian kesetiaan membutuhkan waktu yang lama.

Tuhan menginginkan umat-Nya hidup dalam kesetiaan, setia dalam segala hal, seperti pekerjaan, hubungan dengan manusia, hubungan dengan Allah. Yesus adalah contoh sempurna dalam kesetiaan, Ia setia dan taat sampai mati (Filipi 2:7, Wahyu 1:5; 19;11). Allah menginginkan kita setia bukan saja dalam perkara besar tetapi juga dalam perkara kecil. Lukas 16:10 "Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” Sering kali orang memandang sepele dengan tugas-tugas kecil dan tidak mengerjakannya dengan setia, mereka akan setia jika diberikan tugas-tugas yang besar. 

F.W. Faber menuliskan, kesetiaan pada perkara kecil tidak saja membawa kita pada perkara yang besar, tetapi kesetiaan pada perkara yang kecil juga adalah perkara besar. Allah mengaruniakan mahkota kehidupan kepada orang-orang yang setia (Wahyu 2:10). Kesetiaan adalah harga yang harus di bayar oleh orang percaya. Beberapa tokoh Alkitab yang karena kesetiaannya merelakan hal-hal yang berharga dalam hidupnya bahkan nyawanya, seperti Abraham mengorbankan anaknya, Ishak, Ester memberanikan diri menghadap raja Ahasweros, Daniel rela dimasukkan ke gua singa, Sadrak, Mesakh, dan Abednego dilemparkan kedapur perapian, Stefanus dirajam batu, dan para rasul.

8. Kelemahlembutan

Lemah lembut menurut KBBI adalah baik hati (tidak pemarah dan sebagainya), peramah. Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi” (Mat. 5:5). Lemah lembut bukan berarti lemah, tidak berdaya, atau penakut, tetapi sebaliknya. Untuk menjadi pribadi yang lemah lembut adalah proses karena sifat ini bukanlah bawaan lahir. 

Kelemahlembutan merupakan karya Roh Kudus dalam diri orang percaya di mana orang percaya tunduk dan menyerah penuh kepada Allah serta dikuasai kehendak Allah (Yohanes 6:38; 2:39). Kehidupan Kristen harus memberi dampak melalui sikap kristiani yang rendah hati, lemah lembut, sabar, dan penuh kasih. Contoh orang yang lemah lembut adalah Musa dan Yesus.

Sifat lemah lembut ditunjukkan dalam segala hal, seperti bersikap lemah lembut kepada semua orang, dalam mengajar, dan dalam menerima firman Tuhan. Kelemah lembutan merupakan sikap dari hamba Tuhan (2 Timotius 2:24-25). Kelemahlembutan ini harusnya menjadi sifat orang percaya sebagaimana yang di nasehatkan Paulus kepada jemaat di Efesus (Efesus 4:2). Yesus berkata: orang yang lemah lembut merekalah yang akan mewarisi bumi (Matius 5:5).

9. Penguasaan Diri

Penguasaan diri (temperance) adalah segala sikap, perbuatan, perkataan dan pikiran yang didasarkan pada pengetahuan akan firman Tuhan , sehingga tidak lepas kontrol dan lupa karena kepentingannya sendiri, tapi lebih mementingkan pertumbuhan imannya. Setiap orang memiliki kemampuan penguasaan dirinya masing-masing. Ada yang bisa menguasai diri dengan mudah tetapi ada juga yang tidak. Penguasaan diri bukan hanya sehubungan dengan amarah tetapi dalam segala hal.

a) Penguasaan diri terhadap nafsu makan-minum dan seksual

Contoh: Daniel, Sadrak Mesak Abbednego vs Esau, Adonia

b) Penguasaan diri terhadap keinginan untuk berkuasa

Contoh: Daud vs Haman

c) Penguasaan diri terhadap keinginan untuk dihormati.

Contoh: Paulus dan silas tidak mau dihormati dan dianggap dewa vs Haman

6. Hidup Sederhana

Hidup sederhana tidak menjadikan seseorang rendah atau tidak terhormat. Hidup sederhana itu adalah pilihan. Hidup sederhana berbeda dengan miskin. Ada orang yang memiliki harta banyak tetapi memilih hidup sederhana, sebaliknya ada orang yang miskin tetapi memilih hidup seperti orang kaya. Yesus kaya tetapi Ia memilih untuk sederhana. Ia yang kaya rela turun ke dunia dan memilih dalam keluarga yang sederhana, yakni di tengah keluarga Yusuf dan Maria yang sederhana. Yesus bisa saja memilih untuk lahir di tengah keluarga kaya bahkan di istana, namun itu tidak dilakukan-Nya karena kehadiran-Nya di dunia ini menunjukkan kesederhanaan.

Aphrahat seorang teolog Gereja Timur abad IV menyatakan bahwa orang Kristen harus hidup sederhana dan mempertahankan kesucian hidup. Kemewahan sering kali menjadi faktor kejatuhan orang Kristen termasuk para pemimpin Kristen. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka orang Kristen harus terus berusaha hidup sederhana.

Hidup sederhana berarti hidup dengan seadanya, bersahaja, secukupnya, tidak berlebih-lebihan. Misalnya, bila kita ingin makan sehat, tidak harus dengan lauk yang beraneka ragam (ada ikan, daging, telur dan sebagainya), sayur dan buah yang berbagai macam; kita cukup makan dengan masing-masing satu jenis lauk, sayur dan buah. Tidak perlu berlebihan. Demikian halnya dengan pakaian atau barang-barang lainnya, semua sesuai kebutuhan saja. 

Untuk dapat hidup sederhana dibutuhkan latihan dan pemikiran di mana hidup di dunia ini sama seperti musafir yang tidak tinggal kekal di bumi, sehingga tidak berambisi untuk mengumpulkan harta dan memuaskan diri dengan segala kemewahan. Orang Kristen sama seperti musafir, tidak menaruh pengharapannya di dunia ini tetapi pada kekekalan. Jadi seluruh hidupnya diinvestasikan pada kehidupan yang akan datang, bukan kehidupan saat ini.

Yesus secara tersirat mengajarkan hidup sederhana dalam doa Bapa kami yang diajarkan kepada murid-murid-Nya, “Barikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Matius 6:11). Rasul Paulus juga dalam suratnya kepada Timotius, menasihatkan bahwa orang yang menginginkan hidup kaya dan berlebihan akan jatuh ke dalam pencobaan, nafsu yang hampa dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Oleh karena itu, kata Paulus: “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Timotius 6:8), sebab manusia tidak membawa sesuatu apa pun ke dalam dunia, begitu pula kalau meninggal dunia.

Ibrani 13:4 “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." BIS “Janganlah hidupmu dikuasai oleh cinta akan uang, tetapi hendaklah kalian puas dengan apa yang ada padamu. Sebab Allah sudah berkata, "Aku tidak akan membiarkan atau akan meninggalkan engkau." Mereka yang mengikut Yesus harus hidup sederhana, tidak mengkhawatirkan harta milik tetapi percaya pada Allah untuk menyediakan kebutuhan dasar mereka.

7. Sangkal Diri, Pikul Salib

Setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, kecenderungan manusia adalah melakukan yang jahat dan menuruti keinginan daging. Paulus berkata keinginan daging adalah maut (Roma 8:6), perseteruan dengan Allah (Roma 8:7). Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh (Galatia 5:17), oleh sebab itu perlu penyangkalan diri. Artinya keinginan daging harus di salibkan dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:24). Perbuatan daging yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembah berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dll. 

Orang-orang percaya masih sering dipengaruhi oleh masa lalu yaitu kehidupan lama. Oleh sebab itu, perlu perjuangan dan hidup oleh Roh. Galatia 5:16 “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.

BACA JUGA: ARTI MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB (LUKAS 9:23)

Yesus berkata bahwa setiap orang yang mau mengikut Yesus, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Yesus (Matius 16:24, Markus 8:34, Lukas 9:23). Menyangkal diri dan memikul salib adalah dua hal yang tidak mudah bagi daging, tetapi merupakan keharusan jika mau mengikut Yesus. Menyangkal diri adalah kebalikan dari mempertahankan diri; yakni, kesediaan untuk menanggalkan haknya dan berkorban. 

Menyayangkan diri artinya berkata “tidak” pada kehendak diri sendiri dan berkata “ya” terhadap kehendak Allah. menyangkal diri juga berarti tidak memperlakukan diri sebagai yang paling penting di dunia, tetapi memperlakukan diri seolah-olah tidak ada.

Setiap orang memiliki “salib” yang harus dipikul dan tentunya berbeda-beda, dan pada zaman Tuhan Yesus pun “memikul salib” memiliki arti yang berbeda-beda. “Salib” dapat diartikan sebagai penderitaan, kesukaran hidup, mati sahid, melayani Tuhan dan sesama dengan penuh kesetiaan dan kewajaran. “Memikul salib” adalah penghayatan lahir batin yang sejati. “Salib” merupakan harga yang harus dibayar oleh setiap murid Kristus. Memikul salib berarti menerima kemungkinan akan kehilangan nyawa sendiri karena mengikut Yesus. -7 PANGGILAN HIDUP ORANG KRISTEN
Next Post Previous Post