DOKTRIN KETIDAKBERSALAHAN ALKITAB (INERRANCY)

Orang Kristen percaya bahwa Allah adalah kebenaran dan di dalam Dia tidak ada kepalsuan atau dusta (Ibrani 6:18), Allah tidak pernah alpa dalam melaksanakan kehendak-Nya. Semua firman-Nya adalah murni dan kebenaran. Ketika berpegang pada kesempurnaan pribadi Allah, maka seseorang tersebut harus yakin bahwa perkataan Allah yang telah dinyatakan di dalam Alkitab adalah sempurna tidak ada kesalahan. 
DOKTRIN KETIDAKBERSALAHAN ALKITAB (INERRANCY)
Dengan memiliki pikiran seperti ini, maka akan mengerti konsep Alkitab adalah sempurna dan dengan keyakinan iman yang ada, pasti akan percaya juga bahwa Allah sanggup mengkomunikasikan sesuatu yang benar kepada manusia.

Doktrin inerrancy adalah ajaran yang mengatakan bahwa Alkitab tidak memiliki kesalahan dalam naskah aslinya karena Allah yang telah mengilhamkan firman-Nya kepada penulis kitab. Dalam memahami inerrancy terlebih dahulu orang Kristen harus memiliki doktrin yang benar tentang Alkitab karena inerrancy bukanlah sebuah pengertian yang dibangun secara empiris, yaitu karena seseorang telah berhasil mengumpulkan seluruh bagian dari naskah asli Alkitab, dan meneliti dan menyimpulkan bahwa di dalam Alkitab tidak mengandung kesalahan.

Tetapi inerrancy merupakan suatu komitmen teologis yang akarnya berdasar pada pribadi Allah dan ajaran Alkitab sendiri. Sifat Allah yang adalah kebenaran, dan perkataan-Nya yang tidak mungkin palsu, salah, menipu atau menyesatkan, merupakan landasan keyakinan terhadap inerrancy Alkitab. Oleh karena itu untuk lebih memahami lagi tentang pengertian doktrin inerrancy, maka dalam bab ini penulis akan menguraikan beberapa pokok pembahasan tentang pemahaman doktrin inerrancy dengan benar.

A. Pengertian Inerrancy

Mengapa ada istilah inerrancy, bukankah Alkitab adalah firman Allah. Steven E. Liauw menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan sebagai berikut:

Sejumlah perbedaan ini mengharuskan adanya ketelitian dalam menguraikan doktrin Alkitab. Dahulu, jika seseorang ingin menyatakan bahwa ia percaya akan inspirasi penuh, penyataan ini sudah cukup.”Saya percaya inspirasi Alkitab” namun, ketika pihak-pihak tertentu mengatakan bahwa inspirasi tidak mencakup kata-kata dari teks maka perlu mengatakan, ”saya perlu inspirasi Alkitab yang verbal dan lengkap.”Lalu, oleh karena ada yang tidak mengakui keakuratan Alkitab secara menyeluruh maka perlu ditambahkan, ”saya percaya inspirasi Alkitab yang verbal dan lengkap yang tidak dapat gagal atau salah.” 

Namun, selanjutnya ada yang membatasi ketidakbersalahan hanya pada hal-hal rohani dan tidak pada semua catatan Alkitab (termasuk fakta-fakta sejarah, silsilah, dan kisah penciptaan) sehingga perlu ditambahkan istilah ”Inerrancy” yang tidak terbatas. Setiap penambahan pada pernyataan dasar disebabkan oleh pengajaran salah yang muncul.

Oleh karena penalaran manusia yang menonjol, maka sangatlah perlu istilah untuk menjelaskan bahwa Alkitab itu benar. Kalau disebut ketidakbersalahan Alkitab, berarti Alkitab itu benar tidak ada kesalahan. Untuk mengerti arti inerrancy dengan benar, terlebih dahulu harus memahami apa yang dimaksud dengan kontradiksi atau kesalahan, maka penulis harus mendefinisikan apa artinya kebenaran itu.

Kebenaran adalah menyampaikan sesuatu sebagaimana adanya, sedangkan yang dikatakan salah adalah menyampaikan sesuatu tidak sebagaimana adanya. Dari pengertian ini akan terjadi suatu kontradiksi apabila seseorang meneruskan atau menyampaikan dua kutub informasi yang dua-duanya dianggap benar. Oleh karena itu, supaya tidak terjadi kontradiksi antara satu dengan yang lainnya maka perlu bagi setiap orang memahami istilah inerrancy dengan benar.

Istilah inerrancy dalam kamus Oxford diartikan sebagai suatu kualitas atau kondisi dari keberadaan yang tanpa salah atau tidak salah dan bebas dari kesalahan. Inerrancy dalam kamus Teologi, memiliki arti sifat tidak mungkin bersalah. 

R. Soedarmo mengatakan bahwa inerrancy adalah tidak mungkin salah. Soedarmo juga mengatakan bahwa Alkitab bukanlah buku ilmu pengetahuan,sejarah, kesusastraan, walaupun Alkitab benar ditulis oleh manusia yang serba terbatas tetapi dalam tujuannya Alkitab tidak bisa salah karena Alkitab diilhamkan oleh Roh kudus. 

Jadi, sangat jelas bahwa Alkitab tidak memiliki kesalahan karena penulis digerakkan atau dikendalikan oleh Roh Kudus. Walaupun kata-kata yang tertulis di dalamnya adalah bahasa manusia, tetapi mereka tidak mungkin salah sebab penulis dikendalikan Roh kudus. Hal ini berarti bahwa Alkitab adalah kebenaran yang sejati.

Dalam buku Stevri Indra Lumintang, ”Keunikan Theologia Kristen di Tengah Kepalsuan”, mengatakan bahwa Inerrancy adalah:

Ketidakmungkinan bersalah atau tidak memiliki potensi untuk salah. Alkitab adalah tidak mungkin salah, karena Alkitab berasal dari Allah yang tidak mungkin salah, Allah yang sempurna. Alkitab bebas dari kesalahan dan tidak memiliki potensi untuk salah. Karena Alkitab tidak mungkin salah maka Alkitab juga disebut Inerrant (tidak salah). Ketidakbersalahan Alkitab bukan hanya dalam pengertian rohani dan keselamatan melainkan seluruh tulisan adalah tidak bersalah.

Menurut W. Gary Crampton, Alkitab tidak dapat salah dan tidak menyatakan hal yang bertentangan dengan fakta. Meskipun ada beberapa orang yang berusaha mempertentangkan doktrin Inerrancy dengan Infalibiliti, tetapi pada dasarnya kedua istilah ini menjelaskan hal yang sama tentang Alkitab tanpa cacat.

Beberapa teolog injili, yang tidak setuju dengan penggunaan istilah Inerrancy, misalnya Lasor: Lasor tidak setuju dengan penggunaan istilah Inerrancy karena menurutnya istilah ini meniadakan konsep negatif, sedangkan menurut Ridderbos dan Piepkorn istilah Inerrancy ini tidak Alkitabiah dan Pinnock berpendapat bahwa istilah ini hanya dihubungkan dengan naskah aslinya saja tetapi tidak menegaskan kewibawaan teks Alkitab yang dipakai. 

Istilah yang mereka usulkan untuk menunjukkan ketidakbersalahan Alkitab adalah inspirasi yaitu ketiadaan cacat, tidak dapat keliru, dan tidak terdapat penipuan dalam Alkitab. Tetapi Feinbreg menganggap bahwa istilah Inerrancylah yang lebih tepat, sesuai dengan gambaran Alkitab. Sebab sisi positif dari istilah Inerrancy ini mengatakan Alkitab benar seluruhnya. Ini dapat dilihat dalam Mazmur 119, ”taurat-Mu benar” (ay.142): Segala perintah-Mu adalah benar (ay.151); Firman-Mu adalah kebenaran (ay.160).

Selanjutnya di dalam tulisan Paul D. Feinberg yang dikutip oleh Dr. Arnold Tindas, beliau mengatakan bahwa Inerrancy adalah:

Kata yang relatif baru dalam bahasa Inggris. Feinberg mengatakan bahwa istilah ini seolah-olah merupakan translitrasi dari kata latin ”Inerratia” bentuk partisif dari kata kerja ”Inerro” tapi sebenarnya bukan. Feinberg menyelidiki istilah ini dari kamus yang baginya cukup memadai, Oxford English-Dictionary. Didalamnya disebutkan bahwa Boethius, yang hidup pada akhir abad keenam dan permulaan abad ketujuh, telah menggunakan istilah latin ”Inerratum” dalam pengertian ”Ketidak-adaan salah.”

Disamping itu H.C. Thiessen juga berpendapat bahwa Inerrancy berarti tidak mungkin salah, bebas dari segala tanggungjawab untuk membuat kesalahan. inilah yang menjadi pijakan dari kebenaran Ilahi tanpa kesalahan apa pun.

Jadi, dari pengertian Inerrancy yang sudah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa baik kitab PL maupun PB semuanya adalah Firman Allah yang ditulis secara sempurna dalam segala sesuatu khusunya pada naskah aslinya. Alkitab juga mencatat tentang sejarah secara akurat dan sempurna dan Alkitab juga mempunyai kualitas yang bebas dari kesalahan. Oleh karena kitab suci seutuhnya diberikan oleh Allah, maka Alkitab tidak ada yang salah dalam semua isinya, penulisannya dan pengajarannya dan pemberitaannya.

B. Sejarah Perkembangan Inerrancy

Pada zaman para rasul dan gereja mula-mula masalah Inerrancy tidak pernah dipermasalahkan, ketidakbersalahan Alkitab mulai dipermasalahkan setelah kurang lebih 200 tahun setelah reformasi. Reformasi bukanlah suatu revolusi. Secara harafiah istilah reformasi berarti kembalinya ke bentuk lama. Penekanan reformasi secara khusus adalah kembali kepada azas Injil, sebagaimana gereja mula-mula, yang mengakui Alkitab saja yang berwibawa sebagai firman Allah. Sebelum reformasi, tradisi gereja dianggap mempunyai wibawa yang sama dengan Alkitab.

Dalam persekutuan injili yang pertama di Amerika yang diberi nama The National Association Of Evanglicals,yang lahir tahun 1942 di St. Louis yang didirikan oleh Harlond John Ockenga dan lembaga-lembaga yang tergabung dalam persekutuan tersebut, seperti Houghton College, Marion College, Olivet Nazarene College, dan Asbury Theological Seminary mengikuti tradisi yang mempercayai ketidakbersalahan Alkitab. 

Ketidakbersalahan Alkitab yang mereka akui adalah ketidakbersalahan dalam naskah-naskah asli, bukan salinan. Sampai pada permulaan dekade 1970 gereja-gereja yang tergabung dalam Southern Baptis Convention semuanya juga mengakui ketidakbersalahan Alkitab. Tetapi sejak pertengahan dekade 1970, di dalam Southern Baptist Convention telah terjadi perubahan besar dimana kepercayaan kepada ketidakbersalahan Alkitab sudah mulai ditinggalkan.

Disamping itu gereja-gereja Lutheran di Amerika, kecuali yang tergabung dalam Lutheran Church In America, semuanya mengakui ketidakbersalahan Alkitab. Kelompok Lutheran lain yang mengakui ketidakbersalahan Alkitab adalah Sinode Lutheran Injili Wisconsin. Mereka bahkan mengeluarkan pamflet, yang diterbitkan dengan judul this webelive. 

Gereja Lutheran Sinode Missouri merupakan denominasi yang mengakui ketidakbersalahan Alkitab meskipun di dalamnya terjadi pergumulan karena masuknya metode kritik historis. Jadi, disimpulkan bahwa kaum injili di Amerika pada umumnya masih tetap memegang teguh dan mengakui ketidakbersalahan Alkitab dalam kehidupan mereka.

Selanjutnya pernyataan ketidakbersalahan Alkitab di Chicago, USA baru mulai berkembang pada tahun 1978 dengan nama The International Conference On Biblical Inerrancy dibawah pimpinan Karen Hoyt. Pernyataan ini merupakan hasil dari konsensus dari tiga ratus sarjana, pendeta dan tokoh-tokoh gereja pada konferensi mengenai ketidakbersalahan Alkitab. Anggota-anggota dewan pelaksanaan ini terdiri dari guru-guru besar yang terkemuka di Amerika. Pernyataan di Chicago ini sebenarnya merupakan penegasan baru dan menjadi perpaduan dari pengakuan-pengakuan kaum injili jauh sebelumnya.

Perkembangan pengakuan ketidakbersalahan Alkitab di Indonesia disahkan pada Kongres Nasional IV PII tahun 1985, dengan mengatakan bahwa; ”Alkitab adalah firman Allah yang diilhamkan, tanpa salah dan merupakan otoritas tertinggi dalam segala segi kehidupan manusia”. Pengakuan ketaksalahan Alkitab di kalangan kaum injili di Indonesia dikatakan sebagai perkara baru. Pandangan bahwa Alkitab dapat salah, baru menghangat di Indonesia pada akhir dasawarsa tujuh puluhan, ketika kembalinya sarjana-sarjana yang baru menyelesaikan studinya pada sekolah-sekolah teologi liberal di Eropa dan Amerika.

Jadi, sebelumnya masalah Inerancy di Indonesia tidak dipermasalahkan, karena orang-orang kristen yang ada di Indonesia menerima Alkitab sebagai firman Allah yang sempurna dan tidak ada kesalahan. Tetapi karena pengaruh pikiran sarjana-sarjana teologi liberal yang baru kembali dari Eropa dan Amerika dalam menyelesaikan studinya. Para sarjana liberal tesebut memberi ajaran-ajaran yang liberal kepada orang kristen di Indonesia, sehingga ajaran itu mempengaruhi pola pikir orang Kristen di Indonesia yang tadinya menerima Inerrancy Alkitab, sekarang mulai meragukan ketidakbersalahanAlkitab.

C. Pentingnya Pemahaman Inerrancy


Memiliki Pemahaman Inerrancy dengan benar sangatlah penting:

1. Untuk mengakui bahwa Alkitab adalah firman yang datang dari Allah sendiri,yang adalah sempurna dan tidak berdusta. Kalau tidak mengakui ketidakbersalahan Alkitab, maka kewibawaan Alkitab pun sulit dipertahankan, itu berarti tidak dapat mempercayai Allah sepenuhnya. Apabila Alkitab memiliki kesalahan seperti apa yang telah dikemukakan oleh para teolog yang menolak ketidakbersalahan Alkitab, itu berarti Allah dapat gagal dan Allah dapat melakukan kesalahan.

2. Untuk memegang teguh ajaran ketidakbersalahan Alkitab, jika tidak demikian, iman, kehidupan orang Kristen tidak mempunyai landasan yang kuat.

3. Untuk dapat memberikan pengajaran yang benar tentang Alkitab kepada setiap orang, dengan memberi penekanan khusus kepada ajaran ketidakbersalahan Alkitab.

4. Supaya dapat menilai kembali pengajarannya dan pengajaran-pengajaran yang mulai berkembang saat ini.

Jadi, ketidakbersalahanAlkitab sangatlah penting untuk dipahami dengan benar, karena ini mencerminkan karakter Allah dan merupakan dasar dari pemahaman akan segala sesuatu yang diajarkan Alkitab, supaya tidak terjadi penolakan atau penyangkalan terhadap ketidakbersalahan Alkitab. 

Dalam Alkitab ada bagian-bagian yang sulit dimengerti. Tetapi ini tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk menolak ketidakbersalahan Alkitab. Bagian-bagian yang sulit dalam Alkitab akan dapat dimengerti, dipahami dengan benar tanpa salah jika seseorang mau memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus dan mengakui keterbatasannya dalam memahami kebenaran Allah yang sempurna dan mau mempelajari lebih sungguh-sungguh lagi kebenaran itu.

D. Dasar Inerrancy

Dasar Alkitabiah yang menerangkan tentang doktrin Inerrancy Alkitab, sebagai landasan bagi orang Kristen untuk memegang teguh doktrin Inerrancy (Ketidakbersalahan Alkitab), dalam menghadapi pandangan-pandangan yang menolak Inerrancy adalah sebagai berikut

1. Alkitab Membawa Otoritas Ilahi

Bagi orang kristen, Alkitab merupakan otoritas utama dalam menilai segala sesuatu khususnya dalam masalah rohani dan moral. Alkitab bukanlah sekedar pelengkap dalan iman Kristen, tetapi Alkitab adalah otoritas tertinggi, karena isinya adalah sabda Allah. 

Daniel Lucas Lukito mengatakan bahwa sifat dari otoritas Alkitab tidak bisa dipisahkan dari otoritas Allah sendiri. Apabila orang Kristen mengatakan bahwa Alkitab adalah firman Allah, maka bersamaan dengan itu orang Kristen juga harus percaya bahwa Allah mengkomunikasikan firman-Nya kepada manusia, dan firman-Nya itu adalah Alkitab.

Alkitab juga menunjukan bahwa hakikat Allah dan firman-Nya tidak terpisah. Allah beroperasi dan menciptakan dengan firman-Nya. Alkitab berotoritas sebab Tuhan Allah mewahyukan firman-Nya melalui Roh Kudus. Selanjutnya R. Soedarmo menuliskan dalam bukunya bahwa:

Kitab suci mempunyai kuasa yang mutlak. Segala kuasa di dunia itu kuasa terbatas dan kuasa yang dapat salah. Sebab meskipun segala kuasa dari Allah asalnya, tetapi harus dikerjakan oleh manusia, bentuk dan caranya dicarikan oleh manusia. Tidak demikian halnya dengan kitab suci, kitab suci itu diwahyukan oleh Roh Kudus sendiri. Barangsiapa percaya kepada ”theopneusti” tentu juga menerima otoritas kitab suci. Kuasa kitab suci adalah kuasa yang tidak mungkin salah, kuasa yang mutlak.

Oleh karena Alkitab adalah kata-kata dari Allah dan berasal dari Allah. Maka Alkitab berotoritas atas manusia, sebab dibalik setiap kata yang diucapkan seseorang berdiri pribadi yang mengucapkannya. Jadi, firman Allah mengandung otoritas Allah, oleh sebab itu orang Kristen harus mempercayai apa yang dikatakan-Nya. Allah telah menyatakan diri-Nya dengan berbicara bahwa firman ini telah ditulis dan disimpan dalam Alkitab dan bahwa Alkitab sesungguhnya adalah firman Allah yang tertulis, karena itu Alkitab benar dapat dipercaya dan memiliki otoritas Ilahi atas hidup orang Kristen.

2. Alkitab adalah Firman Allah.

Alkitab adalah perkataan Allah, di mana Allah berbicara kepada manusia secara tertulis. Alkitab adalah Firman Allah yang menjadi otoritas dan satu-satunya landasan praktik kehidupan orang Kristen. Alkitab adalah Firman Allah, yang ditulis oleh orang-orang yang dipilih oleh Allah secara khusus (menerima wahyu dan ilham Allah, digerakkan dan dinafaskan oleh Allah), (2Tim. 3: 16; 2Ptr. 1:20-21). 

Alkitab adalah firman Allah yang kebenarannya mutlak diakui dari masa ke masa. Konsep ini terdapat dalam Alkitab sendiri. Perjanjian Lama berbicara tentang firman Allah yang kreatif (Kej. 1: 11; Maz. 33: 6), hikmat Allah yang dianggap berpribadi (Ams. 8), yang adalah wahana aktivitas Allah (Yes. 55: 11). Yesus menyebutkan Perjanjian Lama sebagai Firman Allah (Mrk. 7: 13; Yoh. 10: 35) dan para rasul juga berbuat demikian misalnya: (Kis. 6: 4; Rm. 9: 6; Ibr. 4: 12. Istilah Firman juga dipakai untuk Yesus sendiri (Yoh. 1: 1, 14).

Dalam kebudayaan Yunani klasik, kata ”logos” diartikan sebagai prinsip rasional yang mempersatukan semesta alam. Pada dasarnya logos menyampaikan pikiran tentang karya Allah untuk menyatakan diri-Nya. Orang Kristen menggunakan istilah logos untuk keseluruhan Alkitab, karena ingin mengikuti Yesus terhadap Perjanjian Lama. Para nabi dan penegak hukum di Israel menyadari bahwa mereka menulis dan berbicara atas perintah Allah yang maha kuasa. 

Alkitab mengajarkan dan membuktikan bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Misalnya pernyataan-pernyataan kepada Musa (Kel.14, 16, dll). Kepada Musa Allah memerintah untuk menulis (Kel. 17:14, 34:27). Musa menulis segala fiman Allah yang kemudian keabsahan-Nya diakui pada generasi yang berbeda dimana bangsa Israel berkumpul untuk mendengarkan kitab Musa yang adalah firman Allah. 

Yeremia juga diperingatkan oleh Allah untuk menuliskan apa yang telah difirmankan-Nya. Para penulis Alkitab berkemampuan dan dijamin serta dipercayai dapat memberikan kesaksian dan mengajarkan kebenaran Ilahi, karena mereka adalah saksi-saksi mata (Kis.2:32). Tuhan Yesus juga mengakui Perjanjian Baru sebagai firman Allah ketika Dia mengutip salah satu dari firman Allah.

Sejarah dan nubuatan yang digenapi membukti­kan bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Nubuatan tentang Tuhan Yesus dalam Perjanjian Lama, tentang kelahiran-Nya, kematian dan kebangkitan-Nya nyata dengan jelas penggenapannya dalam Perjanji­an Baru. 

Alkitab merupakan firman Allah yang diucapkan dan ditulis melalui perkataan-perkataan manusia. Hal ini dapat dilihat dalam Yeremia 1: 1, 2, 9 dan 2 Samuel 23: 2, ini menyatakan bahwa wahyu yang asli bersifat langsung. Karena penulis menerima wahyu Allah secara langsung dari Tuhan, tanpa perantara. Sekarang firman Allah disampaikan melalui sarana pemberitaan dan tulisan.

Meskipun Alkitab ditulis oleh manusia, Alkitab adalah Firman Allah, karena lebih dari 2.000 kali kata tersebut diucapkan atau disebut sebagai ”Firman Allah” di dalam Alkitab. Yesus adalah Firman yang hidup, firman yang menjadi menjadi manusia, dan Alkitab adalah Firman yang tertulis. Keduanya adalah “Logos”, Firman yang hidup dinyatakan dalam Firman yang tertulis dan firman yang tertulis itu memimpin manusia pada Firman yang hidup, keduanya adalah satu.

3. Alkitab Diinspirasikan Allah

Alkitab adalah kitab yang ditulis manusia yang sekaligus adalah kitab yang diwahyukan Allah, karena itu masalah inpirasi Alkitab sangat penting, sebab pandangan mengenai inspirasi itu menentukan sampai dimana orang kristen dapat memandang Alkitab sebagai sifat Ilahi. 

Mengenai inspirasi dalam kalangan kekristenan timbul banyak pendapat dan diantaranya menemukan dua extrim: Ada yang berpendapat bahwa Alkitab adalah Ilahi. jadi, tiap-tiap kata telah ditulis secara ilahi tidak bisa salah. Pandangan kedua menekankan segi manusiawi sehingga Alkitab dianggap sebagai buku biasa yang tidak ada bedanya dengan buku lain.

Dalam Perjanjian Baru terdapat dua nats penting yang berbicara tentang inspirasi, yaitu; 2Timotius 3: 16-17; 2Petrus 1: 19-21. Nats yang tercantum dalam 2Timotius, berbicara langsung tentang inspirasi Alkitab sebagai kumpulan tulisan, sedangkan nats dalam 2Petrus berbicara tentang inspirasi nubuat. Jika dikatakan Alkitab diinspirasikan oleh Allah maka ini menjelaskan bahwa Alkitab berasal dari Allah, tanpa salah. 

Kata inspirasi ini digunakan untuk menterjemahkan theopneustos yang terdiri dari kata Theos (Allah) dan pneustos dari kata pneo yang berarti menghembuskan, meniup. Jadi, inspirasi ini akan lebih akurat, karena hal itu menekanan bahwa kitab suci adalah produk dari nafas Allah dan telah dinafaskan atau dihembuskan keluar oleh Allah.

Inspirasi adalah karya Roh Kudus secara supranatural melalui perbedaan dalam kepribadian dan gaya penulisan, yaitu orang-orang yang dipilih khusus sebagai penulis, menanamkan kata-kata di dalam 66 kitab dari Alkitab, dalam tulisan yang asli, satu-satunya dan secara keseluruhan, sebagai firman Allah yang tanpa salah di dalam semua pengajaran baiksecara eksplisit atau implisit, dan ada kesempurnaan aturan dan otoritas terakhir bagi iman dan hidup praktis semua orang percaya.

Pengertian sederhananya inspirasi Alkitab yaitu Allah menggerakkan manusia untuk menulis berita-Nya di dalam Alkitab. Hal ini tidak berarti bahwa Roh kudus mendiktekan kata-kata kepada manusia, tetapi sesuai dengan kepribadian, karakter, temperamen, karunia, dan talenta mereka masing-masing. Setiap penulis menggunakan gaya mereka sendiri dalam surat injil. 

Dalam berbagai kasus dapat ditemukan bahwa para penulis terlibat dalam pengumpulan materi mereka dari sumber-sumber yang berbeda. Tetapi dibalik semuanya itu Roh Allahlah yang menggerakkan orang-orang ini secara terus menerus, sehingga mereka menuliskan kebenaran yang sempurna. Pengaruh dosa dihilangkan secara sempurna dari penulisAlkitab. Roh Allah memberi kepada manusia jangkauan yang bebas untuk menulis, tetapi setiap kata-katanya, berasal dari Tuhan.

Selanjutnya beberapa para teolog injili yang ternama menjelaskan definisi inspirasi seperti: Benjamin B, Warfield berpendapat bahwa:

Inspirasi biasanya didefinisikan sebagai suatu pengaruh supranatural dari Roh Allah yang menggerakkan para penulis kitab suci, sehingga tulisan mereka dinyatakan memiliki kepatutan dipercaya karena bersifat Ilahi.

Sedangkan definisi Inspirasi menurut Charles C. Ryrie:

Inspirasi adalah pimpinan Allah atas manusia, dimana melalui penggunaan kepribadian mereka masing-masing, mereka menyusun dan mencatat tanpa salah wahyu Allah pada manusia dalam kata-kata dari autograf yang asli.

Inspirasi adalah pimpinan Allah kepada pribadi penulis kitab untuk menuliskan firman-Nya. Dalam 2Timotius 3: 16, Paulus mengingatkan kepada pembaca bahwa semua kitab suci diinspirasikan oleh Allah. Kitab suci yang dimaksudkan oleh Paulus dalam suratnya ini adalah berbagai bagian Alkitab. 

Sedangkan dalam Lukas 24: 44, Yesus mengingatkan para murid bahwa segala sesuatu yang ditulis tentang Dia di dalam kitab Musa, kitab para Nabi dan Mazmur harus digenapi. Melalui ketiga bagian ini Kristus meneguhkan inspirasi dan otoritas dari keseluruhan PL. Karena Alkitab diinspirasikan oleh Allah yang benar maka Alkitab memiliki kepastian dalam kualitas yaitu Alkitab adalah suci, tidak salah, kekal dan sempurna. 

Meskipun penulis Alkitab adalah manusia yang memiliki kelemahan dan kekurangan, tetapi karena Allah di dalam Roh kudus yang memampukan dan memimpin para penulis untuk mencatat wahyu Allah dengan suatu cara yang dapat dipercaya secara mutlak, sehingga tulisan-tulisan mereka tidak lebih dan tidak kurang sebagai wahyu Allah dan apa yang mereka tulis tidak akan pernah dijumpai kesalahan di dalam kitab suci. Sifat Roh Kudus inilah yang menjadi alasan yang kuat untuk mengatakan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang sungguh-sungguh diinspirasikan oleh Allah.

4. Alkitab Firman Allah yang Sempurna

Allah adalah kebenaran tidak ada kepalsuan dalam pribadi-Nya, Allah juga tidak pernah lalai dalam melaksanakan khendak-Nya. Taurat Allah sempurna, sabda-Nya murni dan firma-Nya adalah kebenaran, dengan meyakini kepribadian Allah yang sempurna maka firman Allah yang tertulis dalam Alkitab adalah sempurna tanpa kesalahan. Daniel Lucas Lukito menuliskan dalam bukunya bahwa: ”Inerrancy adalah keyakinan bahwa Alkitab secara keseluruhan baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah firman Allah yang sempurna dan tanpa cacat.”

Kesempurnaan Alkitab juga dapat dibuktikan dalam segala hal. Alkitab mengatakan dengan sangat jelas bahwa Taurat Tuhan itu sempurna (Mazmur. 19:18), sabda-Nya adalah murni (2Sam. 22:31), bahkan semua firman-Nya adalah murni (Amsal 30:5), dan firman-Nya adalah kebenaran (Yohanes 17:17). Dengan berpegang pada kesempurnaan pribadi Allah, seseorang harus yakin bahwa perkataan Allah yang telah dinyatakan di dalam Alkitab juga sempurna.

Alkitab firman Allah yang sempurna, karena Alkitab penuh kuasa karena mampu menyatakan keinginan Allah bagi hidup manusia. Kitab suci bukan hanya sekedar kata-kata dalam halaman buku. Tidak seperti tulisan yang lainnya, kata-kata dalam Alkitab menyatakan maksud dan tujuannya (1Tes. 2: 3). Firman Allah tidak dapat dibatalkan (Yohanes 10: 35), firman Allah sudah lengkap dan sudah sempurna. Jadi dapat disimpulkan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang sempurna dari Allah, karena melalui Alkitab dosa-dosa disingkapkan, melalui Alkitab jalan keselamatan dinyatakan bagi semua orang.

5. Alkitab adalah Kanonik


Alkitab terdiri dari enam puluh enam kitab yang termasuk Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan disatukan dalam bentuk kanon. Istilah ”kanon” berasal dari bahasa Yunani yang artinya tongkat pengukur. Dalam bahasa Yunani kanon yang berarti peraturan atau patokan. Pada abad ke-2 M, kata kanon dipakai sebagai istilah untuk aturan atau tata gereja. 

Sejak abad ke-4 kata kanon berarti ”ukuran” bagi Iman Kristen. Ketika istilah ini dipakai bagi Alkitab, maka Alkitab dipercayai sebagai ukuran bagi Iman dan hidup orang kristen. Jadi, istilah kanon adalah suatu buluh, tongkat pengukur, daftar dan indeks. Dari istilah ini kanon dipakai untuk menyebut kumpulan buku-buku yang dianggap sebagai tulisan Ilahi yang sah dan mengikat serta mampu mempengaruhi hidup manusia serta berlaku sepanjang masa.

Proses pengkanonan Alkitab atau yang biasa dikenal dengan istilah "kanonisasi" adalah sebuah proses yang berlangsung selama berabad-abad. Proses ini melibatkan diskusi yang rumit mengenai kitab mana yang dianggap berwibawa dan kitab mana yang tidak. Kitab-kitab yang dianggap berwibawa kemudian dikenal dengan istilah "kanonisitas".

Adanya kanon sebenarnya dilatarbelakangi oleh kehendak Allah sendiri yang berkehendak agar setiap perbuatan dan firman-Nya diabadikan oleh manusia, sehingga ia menghendaki setiap pernyataan Allah ditulis dengan teliti atas pimpinan Roh kudus. Jadi, kanon menunjukkan pada suatu standar yang dipakai untuk mengukur kitab-kitab mana yang diinspirasikan.

Dengan demikian Kanon adalah kumpulan kitab yang diyakini memiliki otoritas sebagai Firman Allah dan layak menjadi tolak ukur bagi iman umat. Dalam konteks Alkitab, kanon secara umum dipahami sebagai daftar kitab-kitab yang menjadi standar atau aturan yang bersifat normatif bagi umat.

E. Prinsip-Prinsip Inerrancy


Pada bagian ini penulis menjelaskan beberapa prinsip-prinsip yang sangat penting dalam membangun ajaran Inerrancy. Prinsip-prinsip ini dipandang cukup representif untuk mengungkapkan Inerrancy Alkitab, karena otoritas dan kredibilitas dari masing-masing tokoh dibalik pernyataan-pernyataan itu tidak meragukan.

Istilah yang dianggap penting dalam memahami ajaran ketidakbersalahan Alkitab ialah penyataan (Revelation), pengilhaman (Inspiration), penerangan (Ilumination), kewibawaan (Authority). Keempat prinsip ini saling memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya dan saling mendukung.

Penyataan Allah

Penyataan yang dimaksud disini adalah tindakan Allah untuk mengkomunikasikan diri-Nya kepada manusia. Lewis Sperry Chafer menggolongkan tujuh sifat penyataan Ilahi yaitu melalui penciptaan alam semesta, pemeliharaan alam semesta, mujizat-mujizat, komunikasi langsung, Inkarnasi Yesus, dan melalui Alkitab. Tetapi meskipun demikian para teolog hanya membagi sifat penyataan itu ke dalam dua penyataan yaitu penyataan umum dan penyataan khusus, sebagai mana yang akan dijelaskan dibawah ini:

Penyataan Umum

Penyataan umum adalah Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia di semua tempat dan di semua waktu (universal). Penyataan umum dapat dibedakan menjadi penyataan umum tidak langsung dan penyataan umum secara langsung. Penyataan umum tidak langsung diperoleh dari tatanan fisik yang tercipta. Pada waktu langit menyatakan Allah. penyataan itu datang melalui perantara atau alat, dimana melaluinya Allah menyatakan kemuliaan-Nya, sedangkan penyataan umum secara langsung adalah penyataan Allah dalam pikiran manusia.

Penyataan umum bersifat objektif, sah, dan rasional mengenai diri-Nya tetapi melalui penyataan umum ini manusia tidak dapat mengenal Allah dengan jelas dan penyataan ini juga tidak dapat membuat orang Kristen mencapai pengetahuan akan Allah yang sejati. Demikian juga manusia yang berdosa tidak dapat melihat dengan jelas di dalam penciptaan.

Penyataan Khusus

Penyataan khusus adalah manifestasi diri Allah kepada orang-orang tertentu dan pada saat tertentu dan tempat tertentu, sehingga memungkinkan orang-orang tersebut memasuki hubungan yang bersifat pribadi dengan Allah. Penyataan khusus diperlukan karena manusia sudah kehilangan perkenaan Allah yang dimilikinya sebelum ia jatuh dalam dosa. Jadi, manusia perlu mengenal Allah dengan cara lebih sempurna lagi, caranya yaitu dengan penyataan khusus.

Disamping itu penyataan khusus adalah cara Allah berkomunikasi dan menyatakan diri-Nya kepada orang-orang tertentu pada waktu-waktu tertentu, komunikasi dan manifestasi yang kini dapat diketahui hanya dengan menunjuk kepada Alkitab. Adapun sifat-sifat penyataan khusus tersebut bersifat pribadi: dimana Allah memperkenalkan diri-Nya kepada pribadi-pribadi, Allah menyatakan diri-Nya dalam bentuk pengalaman manusia sehari-hari, sifat analogis dalam sifat ini Allah menggunakan unsur-unsur dalam cakrawala pengetahuan manusia yang dapat dipakai untuk menyampaikan kebenaran Ilahi karena memiliki kesamaan.

Sarana-sarana yang dipakai dalam penyataan khusus ini yaitu peristiwa-peristiwa sejarah, Inkarnasi, dan Alkitab. Penyataan Allah bersifat pribadi dan profesional. Allah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus agar manusia dapat mengenal-Nya dan pengenalan itu dapat diproleh dari Alkitab, yang dipakai sebagai penyataan Allah yang profesional dengan penerangan Roh Kudus.

Bukti bahwa Alkitab merupakan wujud penyataan Ilahi adalah kesatuannya, nubuat-nubuat yang digenapi, dan para penulis Alkitab sendiri yang menyebutkan bahwa Allah berfirman melalui mereka.Meskipun Alkitab ditulis oleh 40 orang dengan jangka waktu penulisan yang berbeda, tetapi Alkitab merupakan satu kitab yang memiliki satu sistem pengajaran, satu standar moral, satu rencana keselamatan, dan satu program tentang masa-masa.

Pengilhaman

Pengilhaman adalah ajaran yang sangat penting untuk membangun ajaran tentang doktrin Inerrancy. Yang dimaksud dengan pengilhaman adalah pengaruh adikodrati Roh kudus atas para penulis kitab dalam Alkitab sehingga membuat hasil karya mereka menjadi suatu catatan yang akurat yang mengakibatkan karya mereka benar-benar merupakan firman Allah. 

Menurut Philip John Ston pengilhaman berarti Alkitab bukanlah sekedar catatan mengenai perenungan-perenungan rohani atau pengalaman-pengalaman manusia Allah, melainkan penyataan diri Allah, komunikasi-Nya yang sangat bermakna bagi umat manusia. Secara eksplisit, pengilhaman dinyatakan dalam 2Timotius 3: 16: “ Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”

Jadi, pengilhaman berarti Roh Kuduslah yang mempengaruhi sedemikian rupa orang-orang yang menulis Alkitab, sehingga mereka tidak menuliskan kata-kata mereka sendiri, tetapi kata-kata Allah. Dalam 2Petrus 1: 21 menyatakan hal yang serupa bahwa ”tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.

Diilhamkan bukan berarti didiktekan. Meskipun dalam kasus-kasus tertentu Allah berbicara langsung kepada penulis, misalnya pernyataan nubuat, pada umumnya kasus pengilhaman berarti Allah bekerja melalui keadaan, pikiran para penulis sendiri untuk mengkomunikasikan pesan Ilahi-Nya. 

Pengilhaman berkaitan dengan hal meneruskan kebenaraan Ilahi dari penerima pertama kepada orang lain, baik pada masa itu maupun di kemudian hari. Pengertian pengilhaman yang dibahas disini dalam membangun ajaran ketidakbersalahan Alkitab adalah pengilhaman secara kata dan menyeluruh. Jika pengilhaman secara verbal dan menyeluruh dari Alkitab diterima maka bersamaan dengan itu diterima pula ajaran ketidakbersalahan Alkitab.

Penerangan

Istilah penerangan (illumination) perlu dimengerti dalam kaitan dengan ajaran tentang ketidakbersalahan Alkitab. Penerangan atau disebut dengan Iluminasi adalah proses Roh Kudus dalam pemahaman manusia agar mampu memahami firman Allah. Dalam bahasa Yunani penerangan memakai kata phetizo yang berarti menerangi, memberi penerangan, (Yoh.1: 9).Penerangan disebut juga dengan pekerjaan Roh Kudus yang membantu mengubahkan pikiran orang kristen supaya mereka mampu menerima firman Allah dan melakukannya dan mengaplikasikan firman Allah dalam kerohanian mereka.

Jadi, penerangan adalah penyingkapan adikodrati terhadap pemahaman untuk menerima apa yang diwahyukan dalam firman Allah. Roh kudus mengetahui apa yang dimaksudkan ketika Dia mengilhami firman Allah, karena itu, orang kristen membutuhkan penerangan. Penerangan dilakukan, oleh karena manusia masih memiliki pikiran dan hati yang gelap dan masih ada dalam pengaruh kuasa kegelapan.Dengan penerang ini manusia dapat mengenal Allah dengan benar melalui penyataan, sehingga manusia dapat melakukan yang berkenan bagi Allah dan supaya Allah saja yang ditinggikan dan disembah dalam kehidupan orang kristen.

Kewibawaan

Alkitab berwibawa karena Alkitab merupakan kumpulan penyataan yang benar. Alkitab bukan hanya diilhamkan oleh Allah untuk hal-hal yang berhubungan dengan moral dan agama, tetapi untuk semua disiplin, yaitu sains, sejarah, geografi. Alkitab juga dikatakan berwibawa karena Alkitab dapat membawa perubahan yang baik bagi hidup manusia. Alkitab berwibawa karena Alkitab merupakan tulisan yang menuliskan tentang indentitas Allah.

Kewibawaan Alkitab bukan kewibawaan yang diberikan oleh gereja atau konsili, atau orang-orang percaya. Kewibawaan Alkitab adalah kewibawaan objektif yang tidak tergantung pada pengalaman, perasaan, dan sikap orang-orang Kristen. Kewibawaan Alkitab adalah kewibawaan "dari Allah" yang ikut campur di belakang penulisan setiap kitab dalam Alkitab. Kewibawaan objektif ini diberikan Allah untuk maksud tertentu sesuai dengan rencana keselamatan-Nya dalam Kristus Yesus.

Paulus mengatakan bahwa apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1Korintus 2:9). 

Tidak heran jikalau manusia tidak merasakan secara langsung kuasa dari kewibawaan Alkitab tersebut. Karena pengalaman dengan kuasa kewibawaan Alkitab hanya dialami oleh mereka yang mengasihi Dia, yang semangat dan tingkah laku hidupnya tidak tergantung pada pembuktian-pembuktian rasional dan empiris atas mana yang dapat diterima atau mana yang tidak dari Alkitab. Tetapi semata-mata tergantung pada pengalaman keselamatannya di dalam Kristus yang menyebabkan dirinya tunduk di bawah otoritas Alkitab.

Jadi, berbicara tentang kewibawaan Alkitab adalah pembenaraan yang tidak mungkin terlepas dari pembicaraan tentang Allah. Pengakuan minimal akan adanya campur tangan Allah di belakang penulisan Alkitab sudah dengan sendirinya akan membebaskan orang Kristen dari keraguan. Jikalau orang Kristen mengakui akan keberadaan dan kedaulatan Allah, maka seharusnya orang Kristen juga mengakui adanya kewibawaan yang objektif dari Alkitab.

Dengan demikian Alkitab berwibawa karena Allah yang campur tangan dalam penulisan Alkitab dan penerimaan akan kewibawaan Alkitab dalam kehidupan orang kristen adalah karena iman, bukan datang dari manusia itu sendiri.

Kesimpulan

Memiliki Pemahaman doktrin Inerrancy Alkitab yang benar,harus didasari oleh dasar dan prinsip Inerrancy yang benar, yakni yang sesuai dengan Alkitab. Pemahaman yang benar akan membawa orang Kristen tidak mudah diombang-ambingkan dan disesatkan oleh pandangan yang berjuang untuk menyesatkan mereka. 

Pengetahuan dan pemahaman yang baik dan benar tentang Inerrancy, merupakan landasan bagi setiap orang Kristen untuk memegang teguh bahwa Alkitab adalah firman Allah yang benar, sempurna dan berasal dari Allah yang tidak salah atau tidak keliru. Jika Allah adalah benar dan tidak bersalah, maka Alkitab juga tidak ada terdapat kesalahan dan kekeliruan.

Baca Juga: Alkitab Tidak Ada Salahnya (Inerrancy)

Oleh karena itu orang percaya harus memahami dengan benar apa itu Inerrancy Alkitab sehingga mereka tidak dapat digoyahkan oleh pandangan-pandangan yang menyesatkan. Hal ini dapat dimiliki orang Kristen dengan cara merenungkan Alkitab firman Allah yang mutlak benar, serta mengimani bahwa Roh Kudus sendiri yang telah mengontrol penulis Alkitab, sehingga penulisAlkitab mampu menuliskan kebenaran Allah yang sempurna, karena dengan keyakinan dan iman kepada Allah. 

Jadi, dengan penjelasan di atas dapat dilihat peranan Roh Kudus yang begitu nyata dalam diri penulis-penulis Alkitab. Ini juga yang memberi keyakinan kepada orang Kristen bahwa Alkitab sepenuhnya dapat dipercaya dan memiliki otoritas penuh dan final dalam kehidupan iman orang Kristen. - chandra sigalingging. DOKTRIN KETIDAKBERSALAHAN ALKITAB (INERRANCY)
Next Post Previous Post