BUAH-BUAH ORANG KRISTEN

Pdt. DR. Stephen Tong.

Hidup Kristen Yang Berbuah

BAB III : BUAH-BUAH ORANG KRISTEN

"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:1-8)
BUAH-BUAH ORANG KRISTEN
“Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Matius 3:8)

“Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.” (Roma 6:22)

“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,” (Efesus 5:8-9)

“Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu.” (2 Korintus 9:10)

“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” (Ibrani 13:15)

“Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” (Ibrani 12:9-11)

Pada waktu Tuhan menciptakan pohon-pohon, maka Ia memerintahkan pohon-pohon itu untuk berbuah. Dalam buah ada benih. Maka urutannya adalah pohon – buah – benih. Di dalam benih tersimpan hidup yang baru. Di dalam hidup yang baru tersimpan potensi untuk berbuah. 

Inilah cara Tuhan dalam menciptakan sesuatu. Hidup mengandung unsur materi, tetapi hidup mempunyai sifat positif yang melebihi sifat materi yang pasif. Materi tanpa hidup adalah materi yang bersifat pasif, tidak bertumbuh dan berbuah. Tetapi hidup yang bisa berbuah mempunyai sifat positif karena berlainan dengan kepasifan dari materi.

Pada malam terakhir sebelum disalibkan, Tuhan Yesus mengatakan tentang satu keadaan yang begitu indah yang diberikan-Nya kepada para murid-Nya, “Aku adalah pokok anggur yang sejati dan Bapa-Kulah pengusahanya.” Yesus Kristus menyatakan diri sebagai Sumber hidup dan kita semua hanya ranting-ranting di atas pohon yang diasuh dan diusahakan oleh Bapa di sorga. Ranting yang menyimpan firman di dalamnya akan berbuah, sedangkan yang tidak akan menjadi kering, dikumpulkan dan dibakar.

Kalimat dalam Yohanes 15:5, “Sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat-apa-apa.” Persis artinya dengan satu kalimat yang diucapkan oleh Confusius 2600 tahun yang lalu, “Kalam atau Firman tidak boleh kita tinggalkan untuk sekejap matapun.” Menurut Confusius, Kalam itu mempunyai kaitan dengan hidup kita. Maka jika kita terlepas darinya walaupun hanya untuk satu momen saja kita akan mati. 

Confusius memiliki pengenalan bahwa eksistensi manusia berdasar dari eksistensi total, atau sumber eksistensi. Keberadaan manusia tergantung pada Dia yang memberikan hidup. Confusius tidak mengatakan, “Kalau engkau meninggalkan aku, engkau tidak bisa berbuat apa-apa.” Dia sendiri mengetahui bahwa dia bukan sumber kehidupan dan keberadaan itu. 

Tetapi Yesus Kristus berkata, ”Barangsiapa meninggalkan Aku, dia tidak dapat berbuat apa-apa.” Penggabungan antara kita dengan Kristus sebagai Sumber hidup adalah rahasia kekonsistenan hidup dan keberadaan kita untuk berbuah. Buah apakah yang seharusnya dihasilkan oleh orang beriman kepada Yesus Kristus.

Dalam semua agama yang besar yang pernah dianut dan dijalankan manusia pada akhirnya hanya akan menemukan satu buah yaitu kelakuan baik. Tetapi Alkitab memberikan pengajaran akan hidup berbuah yang sempurna dan limpah adanya.

A. BUAH PERTOBATAN

Hati pertobatan dan buah pertobatan adalah dua hal yang berbeda. Hati pertobatan ada di dalam sedangkan buah pertobatan ada di luar. Hati pertobatan adalah suatu niat, sedangkan buah pertobatan adalah perbuatan. Hati pertobatan dilihat oleh Tuhan Allah, sedangkan buah pertobatan disaksikan oleh manusia. 

Pertobatan mempunyai dua aspek besar. Aspek di dalam dan aspek di luar. Pertobatan bukan merupakan satu pengakuan di mulut atau satu pengakuan di otak semata-mata, tetapi perubahan sifat dasar dari sikap hidup dan arah hidup dari kegelapan menuju kepada terang yang diperkenan oleh Tuhan. Pertobatan adalah betul-betul membenci dosa dan kembali kepada Tuhan, berkenan di hadapan Tuhan Allah. Tapi mungkinkah hati demikian dihasilkan oleh orang berdosa sendiri?

Alkitab dengan jelas berkata kepada kita bahwa pertobatan bukanlah syarat untuk dilahirkan kembali. Tetapi justru Roh Kudus memperanakkan manusia berdosa sehingga mengakibatkan manusia bertobat. “Saya bertobat sehingga Tuhan menerima dan memberikan hidup baru kepada saya.” Ataukah “Tuhan memberikan hidup yang baru melalui mendengar firman sehingga mengerjakan satu pertobatan dalam diri saya?” 

Paulus begitu keras memberikan penghakiman kepada mereka yang mengatakan bahwa setelah percaya kepada Tuhan Yesus, orang harus disunat lagi (Kisah Para Rasul 15:1-2 dan Galatia 5:1-12). Kalimat-kalimatnya begitu keras karena ia tahu bahwa tidak semua ajaran itu sama dan Alkitab dengan begitu jelas mengajarkan kepada kita untuk mempertahankan kebenaran.

Hati pertobatan bukan suatu hal lahiriah, melainkan satu perubahan total dalam jiwa. Allah memberikan hidup baru kepada seseorang sehingga melalui hidup baru itu menghasilkan suatu perasaan benci kepada dosa. Firman Tuhan mengatakan, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Tuhan tidak berubah apa-apa jika seseorang menjadi Kristen, tetapi perubahan pasti ada dari diri orang Kristen menjadi orang yang menerima anugerah pengampunan dosa. Setelah Roh Kudus memperanakkan kembali seseorang, ada tiga tahap yang terjadi:

1. Menumbuhkan Iman

Iman datang dari pendengaran akan firman Kristus (Roma 10:7). Faith comes by hearing, dan bukan faith comes by healing. Iman kepercayaan yang memegang janji Tuhan dan yang mengerti firman Tuhan serta mengkaitkan diri dengan rencana Allah yang kekal, itulah iman yang dimaksudkan Alkitab. 

Jika seorang mengatakan, “Saya percaya Yesus hebat!”, maka itu bukan hasil pekerjaan iman yang menyelamatkan, namun hanya satu pengakuan kuasa Ilahi. Iman kepercayaan yang dihasilkan melalui pendengaran firman mengakibatkan benih yang mempunyai satu kaitan dengan janji dan kebenaran Allah dan mengakibatkan keselamatran bagi kita masing-masing. Iman bekerja menjadi kebenaran yang bersinar dan memberi iluminasi kepada kita untuk mengerti firman. Roh Kudus melalui firman dan kebenaran mencerahkan pikiran menusia sehingga mereka sadar dan bertobat.

2. Menggerakkan Emosi

Setelah mengerti firman melalui pencerahan dari Tuhan, kita mulai mencintai firman Allah. Cinta kepada firman berasal dari Roh Kudus yang menggugah emosi. Roh Kudus menggugah emosi manusia untuk mencintai Alkitab.

3. Menaklukkan Diri Kepada Kebenaran Firman Tuhan

Yang dulu suka sekarang benci, yang dulu benci sekarang suka. Dulu dan sekarang mengalami perubahan dan perubahan ini dinyatakan di dalam buah pertobatan. Orang-orang di kantor, di rumah, di sekitar, tidak mengetahui hati kita yang bertobat, tetapi mereka melihat buah-buah pertobatan kita.

Sebelum Tuhan Yesus melayani dalam dunia ini, Yohanes Pembaptis telah muncul terlebih dahulu dan menegur dengan keras agar manusia bertobat. Yohanes adalah seorang hamba Tuhan yang penuh Roh Kudus sebelum ia lahir. Peristiwa ini tidak pernah ada lagi selain Yesus Kristus, sebab Dia adalah Allah sendiri yang berada dalam rahim manusia. 

Tetapi di hadapan Allah, satu-satunya orang yang dipenuhi Roh Kudus sebelum dia dilahirkan adalah Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis berkhotbah dan dipenuhi Roh Kudus sehingga ia dapat berkhotbah dengan keras kepada orang-orang: “Bertobatlah kamu sebab kerajaan sorga sudah dekat.”

Dari zaman Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, fokus dari berita Allah adalah agar orang berdosa datang kembali kepada-Nya. “Kembalilah kepada-Ku!” Teriakan ini mengajak kepada kita untuk bertobat, itu adalah berita anugerah dari Tuhan. Kalimat-kalimat yang penuh dengan madu yang menipu dan kosong adalah kesalahan dari banyak orang di segala zaman. 

Terlalu sedikit nabi yang berani menegur dosa, karena mulutnya tertutup jika orang memberikan fasilitas kepadanya. Asal diberi fasilitas, maka nabi-nabi itu mengatakan: “Selamat.” Tetapi nabi yang sungguh-sungguh setia, membawa berita Tuhan yang tidak terpengaruh oleh penerimaan dari pihak manusia (band.Yeremia dan Hananya, dalam Yeremia 28:1-17; juga Mikha bin Yimia dan Zedekia bin Kenaana dalam 1 Raja-raja 22:1-28).

Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan dengan seruan yang mendesak, supaya orang melihat bahwa mereka tidak dapat memilih kesempatan dan waktunya untuk bertobat sekehendak mereka. Perhatikan kalimat: “Kerajaan Sorga sudah dekat!” Ini berarti kalau Tuhan memberikan kesempatan untuk bertobat, maka janganlah manusia mempermainkan kesempatan ini karena satu hari kelak semua orang harus berdiri di hadapan Allah. Tuhan menunda penghakiman-Nya atas orang yang tidak mau bertobat pada akhir hidup mereka ataupun pada hari kiamat. Dosa sebagian orang langsung mengejar mereka selama masih hidup dan dosa sebagian lain mengejar pelakunya pada hari penghakiman terakhir.

Nabi Elia dikecam oleh raja Ahab karena kesetiaannya menyampaikan kehendak Allah yang melawan penyembahan Baal. Tetapi dengan tegas Elia mengatakan: ”Kalau Baal itu Allah, ikutilah dia.” Setelah waktunya ditetapkan, maka empat ratus lima puluh nabi-nabi Baal bertemu dengan nabi Elia. Mereka berdoa. Bagaimana cara nabi palsu berdoa? Dengan teriakan-teriakan paling keras dari pagi sampai tengah hari kepada Baal agar mengirimkan api, tetapi api tidak turun. Lalu mereka berjingkat-jingkat sekeliling mezbah sambil menoreh-noreh diri sehingga darah bercucuran dan kerasukan, tetapi api tidak kunjung turun. 

Setelah semua itu, barulah Elia berdoa kepada Tuhan memohon api turun dari langit membakar persembahan di atas mezbah. “Tuhan nyatakanlah bahwa Engkau Allah dan nyatakanlah bahwa aku ini hamba-Mu.” Maka kemudian api turun dari langit, lalu seluruh bangsa Israel kembali kepada Allah (1 Raja-raja 18:16-40). Elia adalah seorang yang telah mengubah situasi kerusakan agama yang tidak disadari oleh bangsa Israel dalam Perjanjian Lama.

Juga dalam Perjanjian Baru, ada satu orang yang tanpa kompromi telah berkhotbah sehinmgga menggoncangkan seluruh masyarakat. Pada zaman itu sudah banyak imam orang Lewi, sudah banyak pemimpin agama dan ahli Taurat. Tetapi Tuhan tidak mau memakai mereka ataupun Bait Suci di Yerusalem yang megah untuk menyatakan kehendak-Nya melainkan memakai Yohanes Pembaptis di padang pasir. 

Yohanes berkhotbah di tempat di mana ada angin ribut, panas terik matahari bahkan tidak ada mimbar, karena Tuhan tidak tergantung pada gedung yang besar ataupun uang yang banyak. Tuhan menyatakan, kalau bukan karena Roh-Nya yang menggerakkan, maka semua tidak terlaksana. Yohanmes Pembaptis tidak pernah melakukan mujizat satu kalipun, tetapi berita yang disampaikannya adalah: “Bertobatlah kamu!” Ini adalah khotbah yang tidak enak didengar, tetapi inilah berita yang dinyatakan Roh Kudus kepadanya.

Maukah kita berdoa memohon agar Tuhan senantiasa membangkitkan hamba-hamba-Nya yang betul-betul jujur dan dengan penuh cinta kasih berani menegur dosa? Allah adalah Allah yang suci, Allah yang adil, Allah yang tidak dapat dipermainkan. Barangsiapa bermain-main dengan Allah, orang itu sedang membuang dirinya sendiri dalam kesesatan. Nyatakanlah buah-buah pertobatan Anda. Hati pertobatan ada di dalam, tetapi buah pertobatan ada di luar.

Pada waktu Zakheus bertobat, ia berkata: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19:8). Bertobat terjadi dalam hati tetapi buah pertobatan dilihat dari kelakuannya. Jika seorang beriman tidak menunjukkan kelakuan yang benar maka imannya itu mati adanya (Yakobus 2:17). 

Tuhan mau memberikan kita kekuatan untuk bertobat dan saya katakan dengan tulus: Bertobatlah, tinggalkanlah hidup yang lama, berjanjilah di hadapan Tuhan berdasarkan cinta kasih Kristus yang telah mati untukmenebus dosa kita, membersihkan hati nuranimu dan dengan airmata di hadapan Tuhan katakanlah: “Saya mau menyatakan buah pertobatan.” Dan sesudah Anda mengatakannya dalam doa, lakukanlah dalam tindakan.

B. BUAH PENGUDUSAN

Buah orang Kristen pertama adalah buah pertobatan, tetapi buah kedua adalah buah Pengudusan. Tetapi sekarang... (Roma 6:22). Dulu kita adalah hamba dosa, sekarang hamba kebenaran. Dulu kita begitu rela melakukan dosa, sekarang perubahan dalam diri orang bertobat menghasilkan adanya kerelaan untuk menjadi orang yang suci, yang rindu dan mau meletakkan kebebasan diri di bawah tangan Tuhan.

Dulu kita diperhamba oleh setan, tetapi kita tidak memiliki kekuatan untuk melawan bahkan sebaliknya setuju dengan hal itu. Tetapi Kristus mencurahkan darah mengganti kita dan mengalahkan setan. Dia (Kristus) berkata: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Itulah artinya hidup orang Kristen.

Dengan satu kebebasan yang mengenal kebenaran, rela menyerahkan diri dengan penuh ketaatan kepada Dia yang sudah mati bagi kita. Serahkanlah tangan, kaki, mata, telinga, fungsi seks, dan seluruhnya dalam jalur kebenaran, Menyanyilah dan persembahkanlah musik yang agung bagi-Nya, pakailah otak yang pintar untuk memikirkan kehendak Tuhan. Ini yang disebut buah Pengudusan.

Buah Pengudusan membawa kepada hidup yang kekal. Mungkin Anda berkata : “Kalau sudah mendapat hidup yang kekal, mengapa harus ada lagi pengudusan yang membawa kepada hidup yang kekal?” Perhatikanlah bahwa hidup kekal sebagai status dan hidup kekal sebagai sesuatu kenikmatan sehari-hari adalah dua hal yang berbeda. Menikmati hidup kekal; setiap hari. Inilah buah Pengudusan.

C. BUAH TERANG

“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,” (Efesus 5:8-9)

Setelah bertobat, kita menyatakan buah Pertobatan. Setelah mengejar kesucian, kita menguduskan tubuh kita. Sekarang kita menyatakan buah Terang.

Menjadi orang Kristen berarti mempunyai jiwa yang di dalamnya tidak ada kegelapan. Menjadi Kristen bukan hanya namanya saja, tetapi hatinya, matanya, pikirannya, rencananya, dan sikapnya adalah sikap di dalam terang. Orang seperti ini dapat menjadi kawan dan penolong yang sangat berharga. Jadikan diri Anda seperti ini untuk menjadi kawan bagi orang lain. Ada tiga buah terang yaitu kebajikan, keadilan dan kebenaran. Atau terjemahan yang lain yaitu kebaikan, keadilan dan kejujuran.

Orang yang hatinya berliku-liku selalu mempunyai perkataan yang tidak dapat dimengerti dengan jelas, tetapi anak kecil yang hatinya jujur tidak pernah mengatakan kepalsuan. Jadilah orang Kristen yang berani membuka topeng, baik itu di kantor, di rumah maupun di mana saja. Kejujuran merupakan bukti bahwa kita adalah anak terang. Jadilah orang yang jujur, tulus, ikhlas, di mana pun juga.

Arti pertama dari anak terang adalah jangan hidup berpura-pura. Arti yang kedua adalah hidup dalam cahaya firman, artinya berani dikoreksi sesuai dengan firman. Sikap sebagai anak-anak terang adalah rela menerima kritik, rela menerima koreksi atas kesalahan yang diperbuat, karena kesadaran bahwa setiap orang mungkin berbuat kekeliruan. Biarlah kita belajar untuk mau dikoreksi oleh Tuhan dan mau benar-benar meneliti Alkitab supaya terang Alkitab berbicara kepada kita. Arti ketiga yaitu hidup dengan bijaksana, sehingga setan tidak mempunyai tempat untuk menyerang Kekristenan.

Tuhan Yesus berkhotbah pada Nikodemus pada waktu malam hari, tetapi berkhotbah pada perempuan Samaria pada waktu siang hari. Bagaimana jika waktunya terbalik? Maka orang akan mengatakan Tuhan Yesus sebagai suami ke-tujuh dari perempuan Samaria itu. Yesus mencari orang yang tidak beres itu siang hari, tetapi Yesus menerima pemimpin orang Farisi itu pada malam hari. 

Mengapa? Karena Nikodemus akan mengalami kesulitan besar dari sekitarnya jika ketahuan orang Farisi lainnya. Tetapi kalau perempuan Samaria dikunjungi Yesus pada malam hari maka Yesus akan mengalami kesulitan besar dan celaan. Yesus begitu bijaksana. Kita tidak dapat mengatakan bahwa orang jujur itu bodoh. Orang bodoh belum tentu jujur. Yang paling celaka adalah orang yang bodoh dan tidak jujur.

Rasul Paulus menasihatkan Timotius agar melakukan segala sesuatu dengan baik dalam terang, supaya jangan orang lain menganggap dirinya rendah (1 Timotius 4:12; 2 Timotius 2:15). Setiap kita harus bijaksana dalam segala hal. Seringkali hal-hal yang kita anggap sepele sebenarnya adalah hal yang penting. Kita harus berhati-hati supaya dalam melakukan segala sesuatu dan kita berlaku sebagai anak terang. Manusia yang mengeluarkan kebajikan dari hati yang bersih.

D. BUAH KEBENARAN / KEADILAN

2 Korintus 9:8-10, menunjukkan suatu dalil yang tak pernah berubah dari zaman ke zaman, yaitu kebajikan akan menerima benih yang baru dari Tuhan. Amsal 3:27-28 mengajarkan bahwa jika kita mampu, hendaklah kita membagi-bagikan milik kita kepada mereka yang memerlukan.

Banyak orang yang mempunyai kebiasaan sepertinya merekalah orang yang perlu dibantu dan selamanya tak pernah berhenti berambisi untuk hanya mendapatkan apa yang dirasanya perlu. Orang memiliki kebiasaan untuk senang jika mendapatkan sesuatu dan tidak senang jikalau ia memberi sesuatu. Manusia mempunyai semacam kecenderungan egois. 

Tetapi siapakah yang benar-benar perlu dibantu? Orang yang betul-betul perlu dan orang yang merasa diri perlu adalah orang yang berbeda. Saya boleh merumuskan orang demikian dalam dua kalimat: “Orang yang menganggap dirinya perlu dibantu, justru tak perlu dibantu; tetapi orang yang sesudah betul-betul berusaha dan tetap tidak dapat mencukupi kebutuhannya, orang itulah yang harus kita perhatikan keperluannya.”

Orang Kristen hendaknya mempunyai etika inisiatif. Orang-orang beriman yang betul-betul berusaha dan tetap miskin harus kjita bantu dengan saksama. Orang Kristen harus mempunyai mata yang tajam untuk melihat, dengan bijaksana dari Tuhan tentang bagaimana membantu orang yang miskin. Kita sepatutnya membantu orang-orang yang perlu dibantu, dan mendidik serta memperhatikan bagaimana mempersiapkan orang-orang yang agung yang bisa dipakai Tuhan di kemudian hari. 

Jika dua hal itu bisa dikerjakan, maka gereja memiliki hari depan yang baik. Firman Tuhan menjanjikan satu hal kepada kita. Kalau engkau memberi kepada orang lain, maka Tuhan memberi kepadamu (Lukas 6:38). Orang yang tidak pernah sukacita untuk memberi kepada orang lain, ia tak pernah menjadi orang yang diberkati oleh Tuhan. Lebih berbahagia orang yangmemberi daripada orang yang menerima.

“Kalau kantung tidak berisi uang, itu bukan berarti miskin; tetapi kalau hati kosong tanpa niat untuk berjuang mencapai yang lebih baik, itu adalah kemiskinan seumur hidup”, demikianlah ibu saya sering menasihati kami anak-anaknya. Kalau kita mampu, janganlah lupa untuk membantu orang miskin yang perlu; dan bukan pula membantu mereka sedemikian rupa sehingga menjadi lumpuh tetapi membantu mereka untuk menjadi giat dan bisa berjuang, ini mengakibatkan suatu sharing dari iman kita kepada orang lain. 

Ibu saya harus bekerja berat setiap hari dari pagi sampai malam untuk membesarkan anak-anak, namun ia menggunakan setiap hari Jum’at pergi mengabarkan Injil dan mengunjungi orang sakit – demikianlah walaupun fisiknya lelah luar biasa, namun ia tetap memiliki sukacita di hatinya. Ibu saya menyisihkan apa yang bisa dibawanya dari rumah untuk memberi kepada orang-orang yang lebih miskin dari keluarga kami. Kesan-kesan seperti itu amat membekas dalam hati saya. Suka memberi akan buah kebenaran, kebajikan, keadilan, buah dari orang Kristen yang sejati. Selama ini ada berapa banyak uang yang ada pada Anda? Lalu sudah berapa banyak orang yang sudah Anda tolong?

Social Gospel itu melumpuhkan, tetapi Social Concern (menolong dan membantu mereka yang perlu) adalah ajaran dari Alkitab. Apakah orang memberi selalu akan menjadi miskin dan kekurangan? Suatu fakta kehidupan yaitu: Tak ada orang yang membantu orang lain dan akhirnya dilupakan oleh Tuhan. Alkitab berjanji bahwa orang benar yang suka membantu orang miskin tidak akan mempunyai keturunan yang menjadi pengemis (Mazmur 37:25). 

Jika anak Anda mempunyai niat perjuangan, maka meskipun Anda tidak meninggalkan yang satu sen pun untuk dia, anak itu tidak mungkin mati karena tidak ada uang. Lebih-lebih jika orang tua bisa menjadi teladan dan contoh untuk berbuahkan kebenaran, maka benih kebenaran akan tertanam dalam diri anak mereka dan pada saatnya benih dalam hati anak akan membuahkan kebenaran pula.

Tuhan mempunyai dua pekerjaan yang khusus, Dia menyediakan benih untuk penabur dan roti untuk dimakan. Allah memberi benih dan memberi roti; manakah yang Anda lebih suka menerimanya? Roti atau benih? Roti bisa langsung dimakan tetapi benih mesti ditanam, perlu waktu untuk bertumbuh dan berbuah, dipanen. Lalu digiling dan dibakar agar bisa jadi roti. 

Banyak orang Kristen menginginkan roti tapi tidak banyak orang Kristen yang mau benih. Banyak orang mau supaya Tuhan langsung memberi apa yang mereka minta dalam doa, langsung menjawab apa yang mereka doakan – inilah orang Kristen yang suka roti, tapi tidak suka benih. Manakah yang lebih bijaksana, orang yang memohonkan benih atau orang yang memohonkan roti kepada Tuhan? Orangyang meminta benih adalah orang yang lebih bijak, karena roti segera habis setelah kita makan, tetapi benih tak pernah berhenti bertumbuh dan membuahkan hasil. 

Alkitab mengajarkan agar kita menjadi orang yang bijak, bukan orang yang bodoh. Gereja yang bijaksana akan menanamkan benih firman Tuhan dan tentu saja untuk menuai hasilnya memerlukan waktu yang panjang dan penuh kesabaran. Lebih mudah mengadakan kebaktian yang besar daripada kebaktian yang bersifat stabil dan berkembang setahap demi setahap dan jelas dalam mengikuti pimpinan Tuhan.

Tuhan pemberi roti dan Tuhan pemberi benih adalah Tuhan yang sama, tetapi anugerah itu memberikan akibat yang berbeda. Barangsiapa yang banyak menolong orang lain dan berhati lapang untuk menolong orang lain, maka orang itu bukan hanya menerima roti, tetapi juga menerima benih. Bunga mawar yang hari ini Anda bisa lihat dan pegang, adalah bunga yang ada sebelum Adam tinggal di taman Eden. Setiap butir beras yang Anda makan, bersumber dari induknya dan sumbernya permulaannya ada sebelum Adam. 

Rahasia hidup adalah benih yang terus-menerus berbuah. Kematian akan menelan satu generasi tetapi benih akan terus melanjutkan keturunan dan kematian akan ditertawakan oleh benih yang baru. Kita harus belajar memiliki semangat mempertumbuhkan dan merealisasikan bakat-bakat yang ada dalam diri kita, lalu sesudah secara optimal baik-baik memperkembangkannya untuk Tuhan dan untuk sesama, bukan untuk diri kita sendiri.

Roti adalah barang jadi yang enak dinikmati, tapi tidak bertumbuh lagi. Saya harap kita mempunyai sikap bijaksana yang memohonkan benih dari Tuhan, benih yang berakar dan berbuah dan mengolah buah dari benih tersebut sebagian menjadi roti dan sebagian lagi tetap sebagai benih – dengan demikian Tuhan memberikan kecukupan kepada kita.

E. BUAH BIBIR

“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” (Ibrani 13:15)

Ucapan bibir yang memuliakan Tuhan adalah buah Bibir yang bersyukur kepada Tuhan, senantiasa berterima kasih kepada Tuhan dan mulutnya tidak dikotori oleh hal-hal yang tidak perlu yang mempermalukan nama Tuhan. Pada waktu mengalami kesulitan, kita selalu ditipu oleh setan dengan kalimat: “Tuhan telah melupakan engkau.” Pada waktu kita senang, setan berkata: “Lupakanlah Tuhan.”

Tuhan tak pernah melupakan kita dan seharusnya kita tak pernah melupakan Tuhan. Seringkali kita tidak konsisten dengan perkataan kita. Mulur dan bibir kita tidak mempunyai buah yang baik padahal buah Bibir adalah pohon hidup. Buah bibir orang benar adalah sumber kehidupan (Amsal 10:11). Dari mulutnya keluar kalimat-kalimat yang mengakibatkan hidup yang baru. 

Bibir harus dipelihara dengan baik. Surat Yakobus mengatakan bahwa orang yang sempurna dan tidak bercacat cela yaitu orang yang bibirnya tidak bercacat cela, lidahnya mengatakan hal-hal yang betul-betul baik, membangun orang lain (Yakobus 3:2). Kecelakaan akan datang pada mereka yang tidak memperhatikan perkataannya sendiri. Peribahasa Tionghoa mengatakan: “Penyakit masuk dari mulut, kecelakaan keluar dari mulut.”

Pada waktu mendapatkan bahaya ataupun musibah, biasanya orang berkata: “Di manakah Tuhan? Mengapa hal ini terjadi?” Martin Luther mengatakan: “There’s no ‘Why’ in the heart of believers. Tidak ada pertanyaan ‘Mengapa’ dalam hati orang percaya.” Orang Kristen yang hanya mau berkat saja dari Tuhan, tidak mungkin rohaninya bisa teguh. Orang Kristen yang hanya mau kesuksesan dan kemakmuran tanpa membayar harga, tidak mungkin mempunyai buah Bibir yang memuliakan nama Tuhan.

Waktu Ayub mendapatkan musibah-musibah besar bahkan musibah yang merenggut nyawa sepuluh orang anaknya, ia menjadi contoh bagi orang-orang sebagai orang yang berbuah Bibir memuliakan Tuhan. Tidak demikian halnya dengan istri Ayub, ia tidak seperti Ayub, melainkan sebaliknya. Pada waktu sepuluh anak Ayub mati dan dimasukkan ke dalam peti dan rumah Ayub penuh dengan peti mati yang menyimpan jenasah anaknya (peristiwa itu adalah hal yang paling pedih bagi diri setiap orangtua, termasuk Ayub). 

Tetapi ia mengatakan: “Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang berhak menerimanya, terpujilah nama untuk selama-lamanya.” Adakah orang yang memuliakan Tuhan dengan bibirnya pada waktu anak-anaknya mati dihadapan orangtuanya? Pujian yang keluar dari manusia pada waktu kematian, ditimpa musibah, bahaya dan penderitaan adalah konser yang paling mulia. Tuhan mau menunggu dan sedang mencari orang yang ketika mendapatkan penderitaan, bibirnya tetap beres, orang itu berbuah Bibir. Kalau Anda bijaksana, maka pada waktu mengalami kesulitan Anda akan berkata: “Tuhan, meskipun hal ini begitu sulit, saya tahu bahwa Engkau tak pernah berbuat salah.”

Ketika Anda menderita sengsara dan kesulitan serta mulai memaki-maki nama Tuhan, maka itulah saatnya setan paling senang karena di dalam dunia ini makin banyak orang yang diciptakan oleh Tuhan sedang mempermalukan Tuhan mereka sendiri. Bukankah kalau kita diberi kesempatan melayani Tuhan itu juga karena anugerah Tuhan? Bukankah kalau kita diberi beban berat itu berarti kepercayaan yang besar dari Tuhan diberikan kepada kita? Phillip Brooks mengatakan: “Jangan minta pekerjaan yang sama besarnya dengan kekuatanmu; tetapi sebaliknya mintalah kekuatan yang lebih besar untuk pekerjaan yang dipercayakan kepadamu.” 

Ini suatu kepercayaan di mana kita rela menanggung beban tugas yang besar dari Tuhan bahkan melebihi kekuatan kita, dan memohon kekuatan yang lebih besar dari Tuhan untuk melaksanakannya. Bolehkah mulai hari ini Anda berjanji agar tidak lagi menggunakan bibir melayani setan dan tidak lagi mengatakan kalimat yang tidak membangun orang lain serta tidak lagi mengeluarkan kalimat yang mendukakan Roh Kudus tetapi hanya mengeluarkan kalimat-kalimat yang beres?

F. BUAH SEJAHTERA

Ibrani 12:9-11 berisikan pengajaran tentang suatu perdamaian dan kesejahteraan atas mereka yang taat kepada pengajaran. Ayat ini merupakan suatu perbandingan antara bapa duniawi dan Bapa soredawi.

Seorang ayah mewakili sifat keadilan dan kekerasan Tuhan, seorang ibu mewakili kemurahan dan kelembutan Tuhan juga. Apabila hal ini bisa harmonis dalam pendidikan anak, maka anak-anak akan dididik dengan baik. Bapa kita di dalam dunia mendidik dan menghajar kita dan didikan serta ajarannya selalu mendatangkan sedih dan dukacita. Bagaimana dengan Bapa di sorga? Bapa di sorga juga demikian. 

Bapa dunia mengajar sesuai dengan apa yang dianggapnya baik, bagaimana dengan Bapa di sorga? Bapa di sorga memiliki cara dan tujuan pendidikan yang paling agung, paling suci dan tak mungkin Ia sembarangan menghajar anak-anak-Nya dalam Kristus. Kalau Anda mengatakan: “Kalau Tuhan cinta saya, janganlah menghajar saya, janganlah mendisiplin saya.” Maka Tuhan akan mengatakan: “Justru karena Aku mencintai engkau maka Aku mendisiplin engkau. Aku menghajar dan mencambuk engkau.” Hukuman dan cambukan itu berbeda; hukuman adalah untuk para kriminal tetapi cambukan dan ajaran diperuntukkan bagi anak sendiri.

1. Ketaatan Pada Ajaran Tuhan

Tuhan tidak akan membiarkan seseorang tetap menerima cinta-Nya tanpa disertai hidup yang diubahkan. Tuhan mau kita menjadi orang Kristen yang beres. Kristus mencintai Anda, maka Dia mati di salib. Apakah Anda tergerak karena cinta-Nya dan hidup berbuah banyak bagi kerajaan Allah? Tuhan mengatakan satu hal tentang buah orang Kristen yaitu: “Buahmu itu tetap.”

Jadi selain kewajiban untuk berbuah, ada satu hal lagi yaitu ketahanan atau sesuatu yang bisa bertahan. Jadi buah kita bukanlah buah yang sementara kelihatannya indah, mewah, baguis, tetapi sebentar kemudian menjadi layu. Buah kita harus bisa bertahan sampai Tuhan Yesus datang kembali. John Sung hanya 2 kali ke Indonesia, tetapi hasil buah kedatangannya bertahan 40 sampai 50 tahun sesudahnya – itulah kebangunan rohani yang sejati. 

Sekarang begitu banyak kebangunan rohani yang diadakan, yang begitu muluk-muluk, berapi-api dan berkobar-kobar, tetapi 3 minggu kemudian apinya sudah habis. Di sinilah Kristus mengatakan satu hal yang penting, yaitu: Bertahan. Hiduplah bagi Tuhan dengan memelihara kualitas iman yang murni dari muda sampai tua, dari hari Anda bertobat sampai bertemu dengan Tuhan. Yang penting dalam hidup bukanlah penampakan luar tetapi karakter hidup, karya serta pemikiran. Sebagaimana pada waktu muda Anda cinta Tuhan, tetaplah sampai mati mencintai Tuhan. Jika pada waktu Anda bertobat begitu murni dan tetap demikian sampai puluhan tahun kemudian hidup di dunia, maka itulah buah yang tetap.

2. Kepatuhan Astas Disiplin Tuhan

Kita tidak dapat mendustai bahwa orang Kristen adalah orang yang penuh kelemahan. Orang Kristen bisa jatuh dalam godaan dan tidak ada satu orang Kristen pun yang tidak mungkin berbuat dosa. Kita harus membenci dosa tetapi bagaimana pun juga kita tidak boleh membenci orang berdosa. Kita harus mencintai orang berdosa sehingga dengan segala pengertian dan segala usaha, kita mengharapkan adanya perubahan dari hidup orang yang berdosa. 

Mengharapkan adanya perubahan, itulah hal yang menjadi suatu kekuatan baru bagi kita untuk terus melayani. Kesabaran dan cinta kasih yang mengharapkan perubahan orang lain, akan mengakibatkan ketekunan, upaya, dan doa syafaat yang murni dari kita. Lalu mengapa banyak orang yang tidak berubah? Karena mereka tidak mau diajar. Kalau kita beres di dalam segala sesuatu, bisa dipercaya dan bertanggung jawab dalam menjalankan apa yang sudah kita janjikan kepada orang lain, maka hari depan kita itu lapang dan kita bisa berjalan di jalan yang baik.

Kalau kita selalu tidak bertanggung jawab, selalu menipu orang lain, itu sama artinya dengan melempar batu yang besar ke depan jalan kita. Janganlah lupa bahwa apa yang di depan kita, akan kita jalani nantinya. Kita perlu melemparkan dosa yang telah kita lakukan, tetapi bukan ke depan tapi ke samping. Pada waktu kita melakukan kesalahan-kesalahan yang melawan akan prinsip-prinsip etika dan moral yang berasal dari Tuhan, maka pukulan Tuhan akan datang kepada kita. 

Kalau pukulan itu kita mau terima, mau mengaku dan mau menanggungnya, maka kita masih mempunyai hari depan yang baik. Tetapi justru banyak orang berani berdosa tidak berani mengaku dosa, inilah kerbodohan manusia. Berani berdosa tapi tidak berani menanggung hukuman; berani berbuat dosa, tapi tidak berani menanggung kesalahan; berani berbuat dosa tapi tidak berani menanggung ajaran dari Tuhan. Orang seperti itu tidak mungkin mempunyai sejahtera.

Satu contoh yang penting dalam Alkitab yaitu pada waktu Daud menghitung rakyat Israel (2 Samuel 24:1-25). Pada waktu menghitung rakyat Israel, Daud sebenarnya sudah menerima tawaran dari setan. Hanyalah Tuhan yang mempunyai mata yang begitu tajam, yang menilai baik-tidaknya tindakan-tindakan tertentu.

Di sinilah kesulitan jika kita tidak mempunyai kepekaan, sebab kita tidak bisa membedakan dan menganggap semua sama. Alkitab mengatakan bahwa Daud menerima satu desakan dari setan (1 Tawariukh 21:1), tetapi di dalam ayat yang lain dituliskan bahwa Tuhanlah yang mendorong Daud melakukan hal itu. Tuhan mengizinkan setan merangsang Daud sehingga dia bersalah di dalam satu hal yang tidak disadarinya. 

Secara lahiriah, membuat sensus seperti Daud itu tidak salah bahkan semua negara di dunia melakukannya. Lalu mengapa waktu Daud melaksanakan sensus ia dianggap bersalah oleh Tuhan? Jawabannya adalah karena motivasi Daud yang berusaha membanggakan diri. Motivasi yang tidak beres muncul dalam hatinya.

Orang yang memberikan 10 rupiah dari seluruh uangnya yang berjumlah 30 rupiah, mempunyai cinta yang besar tetapi orang yang memberikan 10 rupiah dari 1 juta rupiah yang dimilikinya, sudah menghina Tuhan. Walaupun kelihatan sama-sama 10 rupiah, tetapi dibelakangnya ada motivasi yang berbeda. Orang yang satu memberikan karena cinta, orang yang lain memberikan karena takut dilihat orang lain sebagai orang yang tidak mau memberi. Ada satu orang yang memberi karena melihat orang lain memerlukannya; ada orang lain yang memberi karena motivasinya hendak menyombongkan diri di hadapan Tuhan. Itulah yang terjadi waktu Daud menghitung prajurit Israel – Tuhan Allah menghukum dia.

Seorang nabi diutus kepada Daud untuk menghentikan perbuatannya. Nabi Gad mengatakan terus terang kepada Daud bahwa Tuihan akan memberikan musibah kepada bangsa Israel karena perbuatan Daud. Daud harus memilih dari tiga macam kecelakaan yang akan Tuhan datangkan kepada umat Israel dan dia memilih untuk jatuh ke dalam tangan Tuhan dan bukan ke tangan manusia. 

Daud memilih pedang dari Tuhan untuk menebang dirinya, lalu Tuhan memukul bangsa itu dengan pedang-Nya dan yang mati dalam tiga hari itu ada 70.000 orang. Zaman ini terlalu banyak orang Kristen suka mendengarkan khotbah yang isinya menyatakan cinta kasih Allah tetapi lupa bahwa Allah juga mnempunyai cambuk dxan pedang; bahkan Allah menghajar anak-anak-Nya sendiri.

Kalau ajaran dari tangan Tuhan tiba kepada kita, janganlah kita lari tetapi taat dan menerimanya, telan dan tanggunglah kesulitan yang timbul sebagai akibat dari dosa Anda; dan sesudah menerima ajaran Tuhan dengan taat maka seumur hidup Anda akan menjadi lain, akan berubah. Andfa tidak seperti dulu lagi yang penuh dengan kegelisahan dan hanya menginginkan kesuksesan yang sifatnya superfisial dan lahiriah tetapi tidak ada prinsip dasarnya. Jadi pada waktu Allah mencambuk, Anda sakit di badan tetapi damai di hati.

Setelah ajaran dari Tuhan Anda terima, maka Anda akan mempunyai satu kestabilan. Sejak menerima buah Sejahtera, Anda akan menilai orang lain dengan stabil dan tenang, tidak lagi iri dan dengki, tetapi memiliki hubungan pribadi yang lebih dekat kepada Tuhan. Orang yang demikian berkata kepada Tuhan: “Meskipun aku harus lapar, aku bersyukur kepada-Mu karena sudah menjalankan kehendak-Mu; meskipun aku harus menanggung sakit yang berat akibat dosaku sendiri, jiwaku sudah disembuhkan oleh Tuhan.” Sejahtera sebagai satu buah yang luar biasa dimiliki mereka yang taat kepada ajaran Tuhan.

Begitu banyak orang Kristen tidak mau diajar oleh Tuhan. Pada waktu kesulitan melarikan diri dan tidak mau menanggungnya, padahal lari ke mana pun orang demikian sudah menjadi kesulitan bagi dirinya sendiri. Orang demikian tidak akan lolos dari egoisme, kebencian, dan tidak bisa lolos dari hidup yang tidak pernah menjadi matang. Hendaklah kita menjadi seperti Daud, yang rela diajar dan dididik oleh Tuhan dan menjadi anak Tuhan yang baik.

Tuhan kadang-kadang memukul, mencambuk dan mendisiplin kita. Orang Kristen yang tidak mau didisiplin oleh Tuhan, tak mungkin menjadi orang Kristen yang baik. Jangan kira setelah menjadi orang Kristen, Anda boleh leluasa berbuat dosa. Apa sebabnya Yesus Kristus berteriak di atas kayu salib: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Karena pada waktu itu Dia menanggung dosa Anda dan dosa saya. 

Di hadapan Allah tidak ada dosa yang terkecuali, tidak ada keringanan atau pun dispensasi atas dosa. Allah itu suci adanya. Anak-anak Allah yang dicintai-Nya, tidak mungkin luput dari pada hajaran Bapa. Orang yang melarikan diri dari disiplin Tuhan, bahkan mau mencari gereja yang menyenangkan diri dan tidak menerapkan disiplin, tak ada kemungkinan bertumbuh dalam kerohaniannya.

Baca Juga: Rahasia Hidup Kristen Yang Berbuah

Kalau perlu dipukul oleh Tuhan, janganlah lari karena pukulan Tuhan menghasilkan buah Sejahtera. Anak yang tak pernah didisiplin dan dipukul sepatutnya bahkan yang keingainannya selalu dituruti, tidak akan memiliki kepribadian dan hidup yang benar. Anak yang tidak disiplin orang tuanya sebenarnya tidak memiliki kepuasan dalam jiwanya meskipun segala keinginannya dituruti, karena di dalam sanubari dan nalurinya ia mengetahui bahwa hal itu tidak benar, akhirnya pada waktu ia dihajar dan mendapatkan pukulan yang perlu, barulah hidupnya tenang dan sejahtera.

Setelah Allah menghukum dan memberikan pengajaran kepada kita anak-anak-Nya, barulah kita mempunyai damai sejahtera. Buah Sejahtera terjadi setelah pukulan yang patut. Sebelum itu terjadi, bagaimana pun Anda kelihatan lancar dan tidak pernah terganggu apa-apa, tidak pernah hati Anda memiliki sejahtera yang sejati. Begitu banyak orang bisa meloloskan diri dari hukum negara, begitu banyak orang bisa meloloskan diri daripada hakim, jaksa dan pengadilan, tetapi hati mereka tak akan pernah merasakan damai sejahtera sampai suatu hari orang itu menerima hukumannya.

Prinsip Alkitab mengatakan supaya kita menerima ajaran dan menanggung hukuman. Para hamba Tuhan yang melayani dalam khotbah, harus memberi keseimbangan antara pengajaran tentang kasih Allah dan pengajaran tentang hukuman Allah. 

Jangan mengkhotbahkan hal yang satu dan meninggalkan yang lainnya. Setelah menanggung ajaran dan hukuman barulah Anda menghasilkan buah Sejahtera. Pada masa kini banyak orang Kristen melarikan diri dari cambukan Tuhan dan mau supaya tidak usah dihukum atau diajar dan disiplin. Orang demikian pergi ke mana-mana, tetapi hatinya tidak pernah memiliki sejahtera, kecuali kembali kepada Tuhan, dan mengaku dosa, serta minta Tuhan mengajar dan mendisiplin dirinya. Amin.

SUMBER :
Nama Buku : Hidup Kristen Yang Berbuah
Sub Judul : Bab III : Buah-buah Orang Kristen
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : LRII, 1992
Halaman : 29 – 48
Next Post Previous Post