KEHARUSAN KESELAMATAN: DOSA MANUSIA

Pdt. DR. Stephen Tong.

YESUS KRISTUS JURU SELAMAT DUNIA

BAB II : KEHARUSAN KESELAMATAN: DOSA

“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23).

“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23).
KEHARUSAN KESELAMATAN: DOSA MANUSIA
“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.” (1 Yohanes 1:8-10).
------------------------
Kita telah melihat bahwa yang diselamatkan adalah manusia, yang dicipta menurut peta teladan Allah. Dan kini kita masuk ke dalam tema kedua yang besar, yaitu “Mengapa manusia perlu diselamatkan?” Peta dan teladan Allah yang ada pada manusia telah dirusakkan oleh dosa, dan oleh karenanya manusia telah berada di bawah kuasa dan belenggu dosa.

A. Manusia Adalah Orang Berdosa

Kalimat dalam Roma 3:23 bisa diterjemahkan juga : “Karena semua sudah berbuat dosa, dan telah mengurangi kemuliaan Allah.” Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma di dalam Yesus Kristus.

1 Yohanes 1 : 8-10 menegaskan bahwa Allah sudah memproklamasikan bahwa semua manusia berdosa. Jika kita tidak mengaku bahwa kita berdosa, maka kita sudah menipu diri kita sendiri, dan kita juga bersalah terhadap Allah, karena kita menganggap bahwa Allah adalah penipu yang berbohong kepada manusia. Ini adalah dosa besar. Maka di dalam ayat 9 dikatakan bahwa jika kita mau mengakui dosa kita, Allah akan mengampuni kita dan mau menyucikan kita dari segala kejahatan kita.

Tema utama kita adalah “Yesus Kristus Satu-satunya Juruselamat Dunia.” Yesus Kristus bukan hanya dimiliki oleh orang Yahudi saja. Yesus Kristus juga bukan hanya dimiliki oleh orang-orang yang hidup di Timur Tengah saja. Yesus Kristus bukan dimiliki oleh orang-orang yang hidup sejaman dengan Dia saja. Yesus Kristus satu-satunya Domba Allah yang tidak bercacat cela untuk menjadi Penebus manusia. Itu sebabnya Ia berkata : “Barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yohanes 8 : 12). 

Tuhan Yesus juga berkata: “Aku datang ke dalam dunia, bukan untuk menghakimi dosa manusia, melainkan untuk menyelamatkan orang yang berdosa.” Di dalam dunia ini Yesus memberikan enam proklamasi yang besar, mengapa Ia datang ke dunia. 

Enam proklamasi ini hanya muncul dari mulut Yesus Kristus, tidak pernah muncul dari mulut atau bibir siapapun dalam sejarah. Tidak ada seorang pun di luar Yesus yang pernah mengeluarkan kalimat seperti Yesus, yang bisa dibandingkan dengan keenam proklamasi yang Yesus nyatakan ini. Kalimat-kalimat proklamasi yang keluar langsung dari mulut Tuhan Yesus menyatakan siapa Dia dan untuk apa Ia datang ke dalam dunia.

“Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10). Tidak ada satupun pendiri agama yang pernah yang berani, yang berhak mengatakan seperti ini. Tuhan Yesus datang bukan untuk diri-Nya sendiri. Ia datang mencari dan menyelamatkan mereka yang sudah hilang, yang tersesat, yang keluar dari kebenaran Allah, dan yang binasa di dalam dosa.

“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat” (Lukas 5:32). Celakalah siapa yang merasa diri orang benar, ia pasti tidak berbagian dalam anugerah Tuhan ini. Jikalau Saudara merasa diri Saudara sudah baik, atau merasa sudah lebih baik dari orang lain, Saudara pasti binasa di dalam kekekalan. Yesus berkata, bahwa Ia datang bukan untuk orang benar, bukan untuk memanggil orang benar, tetapi justru untuk memanggil orang berdosa agar bertobat.

“Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28). Yesus tidak perlu dilayani. Ia justru datang untuk melayani. 

Dari lahir sampai mati, dari palungan sampai salib, seluruhnya merupakan hidup pelayanan. Ia tidak mementingkan diri. Ia meninggalkan tempat yang mulia, Ia turun dari sorga yang mulia dan kekal, demi hidup di dunia, dilahirkan dalam kandang binatang demi melayani manusia. Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, menyerahkan nyawa-Nya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang.

“Aku datang memberikan hidup, bahkan memberikan hidup yang berkelimpahan kepada domba-domba-Ku” (Yohanes 10:10 – Parafrasa). 

Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang berdosa sedemikian bergantung dan membutuhkan Tuhan Yesus Kristus. Tanpa Kristus, hidup manusia yang berdosa akan berakhir dengan kebinasaan, kematian, dan tidak berbagian di dalam hidup yang kekal. Mereka akan hidup dalam kepedihan dan kesengsaraan, hidup di dalam kehinaan karena dosa. Tetapi mereka yang datang kepada Kristus, akan mendapatkan hidup yang kekal, dan hidup yang sungguh-sungguh berkelimpahan dengan segala anugerah rohani (Efesus 1 : 3-4).

“Aku datang untuk menjalankan kehendak Allah” (Ibrani 10:9). Dalam bagian ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa hidup-Nya bukan menuruti diri-Nya sendiri. Ia taat kepada Bapa di sorga, dan seluruh ketaatan-Nya menjadi ketaatan yang sempurna, yang tidak pernah dapat dipenuhi oleh siapapun di dunia ini.

“Aku datang untuk menggenapkan hukum Taurat” (Matius 5:17). Proklamasi Kristus ini menyatakan bahwa Ia hidup bersih tanpa dosa, karena Ia telah menjalankan seluruh hukum Taurat secara sempurna.

Ada dua proklamasi lagi, yang berkaitan dengan keenam proklamasi di atas. Yang pertama dinyatakan dihadapan Pilatus: “Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran” (Yohanes 18:37b). Dan yang kedua: ”Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, tetapi untuk menyelamatkan dunia.” Tuhan Yesus berulang kali menyatakan “Aku datang…” untuk menunjukkan bahwa ini adalah Otoritas Pertama. Allah telah menyatakan kebenaran-Nya melalui Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal. Ini bukan teori manusia atau khotbah-khotbah manusia yang tidak mutlak kebenarannya. Tetapi ini keluar langsung dari mulut Tuhan Yesus sendiri.

Mengapa Engkau rela datang ke dalam dunia? Mengapa Allah rela turun ke dalam dunia? Mengapa Firman menjadi daging? Mengapa Allah menjadi manusia? Mengapa inkarnasi?

Selama 40 tahun sejak saya menjadi orang Kristen, setiap hari Natal saya berkhotbah mengabarkan Injil. Bagi saya, Natal bukanlah waktu untuk berbagi-bagi hadiah. Natal bukanlah berita Sinterklas muncul dengan pakaian yang lucu-lucu. Natal bagi saya adalah mengerti mengapa Allah rela turun ke dalam dunia, mengapa Allah mau menjelma menjadi manusia. 

Mengapa Allah di sorga yang mulia datang ke dunia untuk di hina, disiksa, diejek, dan akhirnya diperlakukan tidak adil, dibunuh di kayu salib. Empat puluh enam tahun saya melayani Tuhan untuk mengabarkan Injil. Setiap Natal di Jakarta kita mengadakan kebaktian di Balai Sidang dengan biaya lebih dari seratus juta rupiah, dan ribuan orang datang mendengar Firman, mengerti rahasia inkarnasi, mengapa Allah menjelma menjadi manusia.

Celakalah mereka yang menggunakan hari Natal untuk bermabuk-mabukan, berpesta pora dan berzinah, berfoya-foya menghamburkan uang untuk melampiaskan nafsu dan mempermainkan perempuan. Selama dan disekitar hari Natal banyak orang yang celaka akibat kecelakaan kendaraan, ugal-ugalan di jalan, ngebut, dan sebagainya. Selama dan di sekitar hari Natal, ada orang-orang yang masuk penjara karena berbuat dosa di hari Natal, karena mereka tidak mengenal siapa Tuhan Yesus Kristus yang datang ke dunia di hari Natal. Inilah manusia berdosa.

Mengapa Allah menjadi manusia? Mengapa inkarnasi? Inkarnasi adalah proklamasi Yesus Kristus sendiri. Ia datang menyelamatkan orang berdosa. Inilah tema yang kedua. Siapa yang diselamatkan? Dalam tema yang pertama kita melihat manusia sebagai ciptaan Allah yang paling hormat. Manusia melampaui segala binatang yang tidak mempunyai peta teladan Allah. Kita dicipta menurut gambar dan rupa Tuhan Allah sendiri. Tetapi sayang justru manusia telah jatuh ke dalam dosa. Tuhan tidak mau kita binasa. Sekalipun kita adalah peta teladan Allah, namun dosa membuat kita kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3 :23).

B. Apa Itu Dosa?

Jika dikatakan Saudara adalah manusia yang berdosa, sering kali Saudara langsung marah, Saudara tidak suka, jengkel, dan membenci orang yang mengatakannya. Mungkin Saudara akan berkata: “Engkau sembarangan mengatakan saya orang berdosa. Saya tidak pernah masuk penjara, saya bukan narapidana, saya tidak di Nusakambangan. Saya tidak pernah membunuh orang, dan saya juga tidak pernah mencuri atau menipu uang orang lain. Saya sudah melakukan kehidupan dengan sejujur mungkin. Bagaimana engkau bisa menuduh saya orang berdosa?”

Apakah hanya orang yang berada di Nusakambangan atau di penjara adalah orang berdosa, sementara orang yang di luar penjara adalah orang yang tidak berdosa? Tidak! Hati nurani Saudara sudah membuktikan dan memberi tahu bahwa Saudara sering berbuat salah. Hati nurani saya juga sudah menuding bahwa saya suka menyeleweng dari kebenaran. 

Pikiran kita kurang sesuai dengan Firman dan kebenaran Tuhan, emosi kita kurang sesuai dengan cinta kasih Tuhan, dan kemauan kita kurang sesuai dengan kehendak Tuhan. Itulah dosa! Dosa tidak perlu sampai kita jadi pembunuh, dosa cukup dengan kita menjadi congkak, menganggap diri kita lebih baik, dan menghina orang lain dan kurang menghiraukan kebutuhan sesama manusia. Semua itu juga adalah dosa.

1. Pelanggaran Hukum


Dalam bahasan ini kita akan mempelajari Doktrin Dosa, yang sulit Saudara dapatkan secara lengkap seperti ini dalam buku mana pun juga. Dosa dimengerti oleh ahli-ahli hukum di berbagai negara dalam pengertian yang sangat dangkal. Para ahli hukum hanya mengerti dosa dalam pengertian pelanggaran konstitusi atau pelanggaran hukum. Jika di dalam tata hukum negara dicantumkan bahwa Saudara tidak boleh mencuri, maka ketika mencuri, Saudara berdosa. 

Jika tertulis tidak boleh memerkosa, ketika Saudara melakukannya, Saudara berdosa. Tertulis bahwa warga negara tidak boleh memalsukan surat-surat atau dokumen, maka ketika melakukan, Saudara berdosa. Di dalam tata hukum negara ada beribu-ribu butir atau pasal dan ayat tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Itu semua menjadi hukum, prinsip atau dasar bagi pengadilan untuk boleh menjatuhkan hukuman bagi Saudara. Ini disebut sebagai patokan standar untuk mengukur siapa yang berdosa dan siapa yang tidak berdosa. 

Tetapi dalam hal ini, kita perlu mempertanyakan bagaimana bisa banyak jaksa-jaksa yang menerima suap dari orang-orang yang tidak benar, sehingga orang-orang tersebut bisa tidak perlu masuk penjara, dan dia sendiri tidak dipenjarakan? Itu karena suapan itu tidak memberikan tanda apapun, sehingga tidak ada bukti yang bisa dipakai untuk menuding atau menghukum dia. Inilah kelemahan buku hukum. Saya ingin bertanya: Apakah orang-orang yang lolos dari hukum seperti ini mungkin bisa lolos dari hukuman Allah?

Hakim-hakim di dunia mungkin bisa disuap dengan uang, tetapi Tuhan Allah tidak mungkin disuap dengan apapun. Orang-orang berdosa yang bisa lolos dari pengadilan dan penjara tidak mungkin bisa lolos dari mata Allah. Itu sebabnya, orang Kristen harus mengerti dosa lebih dari pada pengertian para ahli-ahli hukum di dunia ini.

Pada waktu saya berkhotbah di Universitas Satya Wacana Salatiga, saya meneriakkan: ”Hei, kalian mahasiswa hukum, celakalah kamu, jika pikiranmu dipenuhi dengan segala pengertian hukum-hukum, tetapi hatimu tidak kamu serahkan kepada Tuhan. Kamu akan mencari celah-celah ditengah-tengah hukum, supaya kamu bisa melanggar hukum tanpa kamu sendiri dihukum.” Siapakah ahli hukum? “Ahli hukum” adalah orang yang pandai dan mengerti hukum, sehingga bisa melanggar hukum tanpa dihukum. 

Ketika saya berkhotbah sampai butir ini, rektor universitas tersebut terus mengangguk-anggukan kepala. Selesai berkhotbah, dia mengundang saya ke kantornya, dan mengatakan bahwa ia sangat menghargai apa yang saya sudah khotbahkan. 

Dia mengatakan: “Saya adalah doktor hukum, dan saya tahu banyak ahli hukum yang menggunakan hukum untuk melarikan diri dari jerat hukum. Dan apa yang engkau katakan itu benar, bahwa Tuhan tidak mungkin disuap dan tidak mungkin ditipu.” Bukankah pengadilan seharusnya adalah tempat untuk memperjuangkan keadilan di dalam budaya manusia? Tetapi bukankah pengadilan juga merupakan tempat paling tidak adil dan sering kali kotor, yang ada di dalam kebudayaan manusia?

Ketika kita meneriakkan “Reformasi,” “anti-KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),” bukankah terlihat bahwa korupsi makin hebat, kolusi dan nepotisme semakin hebat, kemunafikan dan kepura-puraan semakin hebat, sehingga Reformasi belum pernah bisa diselesaikan. Seperti Dr. Sun Yat Sen sebelum meninggal pernah mengatakan: “Revolusi belum selesai, hai, rekan-rekanku, marilah kita terus berusaha, karena kita masih harus terus berusaha untuk mencapai sesuatu.” Bukankah dari dulu manusia menginginkan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur?

Dari beribu-ribu tahun yang lalu, sebelum adanya kerajaan Romawi, sebelum adanya kerajaan Babilonia, kebudayaan yang paling kuno di Mesopotamia, seorang raja bernama Hammurabi mengatakan bahwa ia mendapat satu hukum dari Dewa Matahari. Lalu dia menulis semua hukum-hukum itu dalam konstitusi (undang-undang) yang terukir di sebuah batu menhir hitam dengan tinggi 2,27 m. Ini merupakan batu yang paling penting tentang hukum di dalam sejarah. Sekarang batu ini diletakkan disalah satu museum yang paling penting di dunia, yaitu Louvre Museum di Paris, Prancis. 

Dalam batu itu tertulis, bahwa siapa membutakan mata orang lain, matanya sendiri harus dicungkil keluar. Siapa memotong telinga orang lain, ia sendiri harus dipotong telinganya. Mata ganti mata, telinga ganti telinga. Siapa mematahkan gigi orang lain, giginya sendiri juga harus dipatahkan. Itu berarti, dari zaman sekitar empat ribu hingga enam ribu tahun yang lalu, kebudayaan manusia sudah berusaha mencari keadilan. 

Tetapi sampai sekarang di tahun 2003 ini, begitu banyak jaksa, begitu banyak hakim, begitu banyak pengacara, yang mereka perjuangkan bukan keadilan, bukan kebenaran, tetapi bagaimana lebih banyak uang yang bisa masuk ke kantong sendiri. Manusia sebagai makhluk yang paling tinggi ternyata menjadi jauh lebih rendah dan lebih hina perilakunya daripada binatang-binatang. 

Terkadang ketika seorang memaki orang lain: “Binatang!”, orang itu marah sekali dan orang yang memaki itu berfikir ia sedang menghina orang lain itu, padahal ia sedang menghina dirinya sendiri dan menghina semua binatang di seluruh dunia. Binatang tidak serusak manusia. Binatang setelah makan kenyang, tidak makan lagi, tetapi manusia setelah menipu satu masih kurang dan sekalipun sudah kenyang masih tetap kurang kenyang. Kita jauh lebih melarat daripada binatang.

Dosa itu apa? Dosa adalah pelanggaran hukum. Hukum itu apa? Hukum adalah aturan yang diakui oeleh negara pada zaman ini. Hukum yang berlaku harus kita hormati, harus kita jalankan, karena kalau tidak kita akan dibawa ke pengadilan. Ini dosa, tetapi menurut Alkitab pengertian ini masih terlalu sederhana dan terlalu dangkal. Oleh karena itu, Alkitab membawa kita kepada pengertian-pengertian yang jauh lebih mendalam. Alkitab mencatat tujuh pengertian-pengertian besar tentang dosa. Salah satunya adalah pelanggaran Taurat atau pelanggaran hukum, seperti yang kita lihat di sini.

2. Pergeseran Posisi


Tetapi pengertian dosa yang esensial adalah pergeseran dari suatu posisi atau kedudukan yang asli atau seharusnya. Pengertian seperti ini tidak ada di dalam buku hukum manapun, dan hanya ada di dalam Kitab Suci, karena Alkitab menegaskan bahwa malaikat-malaikat yang tidak memelihara status mereka, dianggap sebagai malaikat yang berdosa. Menggeser atau keluar dari posisi yang asli, tidak mempertahankan dan memelihara posisi yang ditetapkan oleh Tuhan Allah, adalah dosa. 

Apa artinya menggeser posisi? Alkitab menegaskan bahwa malaikat adalah malaikat, manusia adalah manusia, binatang adalah binatang, tumbuh-tumbuhan adalah tumbuh-tumbuhan, materi adalah materi, yang berhidup adalah yang berhidup. Ketika malaikat lupa bahwa ia adalah malaikat, ia tidak lagi hidup sebagai malaikat, lalu mau menjadi Tuhan. Itulah dosa. Ketika manusia tidak lagi hidup sebagai manusia. Kalau seorang profesor lupa bahwa ia adalah profesor, maka ia akan hidup seperti binatang.

Dua belas tahun yang lalu, seorang yang membunuh lebih dari 26 anak perempuan, ternyata adalah seorang yang pernah menjadi dosen di U.C. Barkeley, salah satu universitas terbesar dan paling bergengsi di Amerika Serikat. Saya pernah berkhotbah di universitas tersebut, di auditorium terbesar universitas itu untuk mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani. Ternyata salah seorang profesornya pernah memperkosa dan membunuh lebih dari 26 anak perempuan. Lebih dari dua tahun perbuatan ini tidak diketahui, sampai akhirnya terungkap. 

Mengapa bisa demikian? Karena seorang profesor bisa memiliki intelektual tinggi dan pengertian akademis yang hebat, tetapi mempunyai hati nurani yang rusak. Ia lupa kalau ia seorang profesor, seorang guru besar, seorang pendidik. Ia lupa kalau ia seorang manusia yang bermoral, seorang manusia yang hormat. Itu sebabnya, ia berkecimpung di dalam dosa dan perbuatan yang hina dan jahat. Inilah yang disebut sebagai meleset atau tergeser dari posisi yang seharusnya.

Tuhan Allah mencipta malaikat dengan harkat malaikat. Tuhan Allah mencipta manusia juga dengan kondisi manusia. Tuhan Allah mencipta binatang dengan status binatang. Jikalau memelihara pada posisi yang asli ketika diciptakan, maka disebut makhluk yang benar. Ketika ia lupa siapa dirinya dan bergeser dari posisi asilnya, ia berdosa.

Ketika Tuhan Allah melukiskan bagaimana malaikat berdosa, Ia mengatakan bahwa malaikat telah tidak memelihara status. Di dalam Yesaya 14 : 12-14 dikatakan: “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh disebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai yang maha tinggi!” Penghulu malaikat telah berusaha untuk mengatasi Allah dan mau menguasai seluruh alam semesta. 

Jika seorang menteri atau seorang jenderal iri dengan posisi presiden maka bisa jadi ia melakukan kudeta. Kalau seorang istri iri pada posisi suaminya, maka ia mungkin bisa membuat revolusi dirumahnya. Jika majelis iri pada pendeta, malaikat iri pada penghulu malaikat, dan penghulu malaikat iri pada Tuhan Allah, maka akan terjadi kekacauan.

Ketika malaikat mau menjadi Allah, itu yang disebut bergeser dari tempat aslinya. Inilah “kejatuhan ke atas.” Mungkin Anda berfikir jatuh pasti ke bawah. Tetapi di dalam hal-hal rohani, kita bisa jatuh ke atas, bukan jatuh ke bawah. Kita selalu berfikir jatuh ke bawah karena pikiran kita selalu terikat pada hukum grativitasi dunia ini. Alkitab memberikan suatu pemikiran tentang “jatuh ke atas,” yaitu iri hati kepada Tuhan, dan mau menyamai Tuhan, mau merebut posisi dan taktha Tuhan. 

Maka Tuhan mengusir dan membuangnya, karena malaikat bukan dicipta untuk menjadi Allah, tetapi malaikat dicipta sebagai malaikat. Malaikat tidak bisa menjadi Allah, manusia tidak bisa menjadi malaikat, dan binatang tidak bisa menjadi manusia. Manusia juga tidak boleh turun menjadi binatang, malaikat tidak boleh menjadi manusia. Manusia harus menjaga status sebagai manusia.

Mengapa Saudara disebut manusia berdosa? Karena Saudara sering lupa bahwa Saudara dicipta sebagai manusia yang dicipta menurut peta teladan Allah, lalu Saudara bergeser dari status Saudara yang asli. Itu sebabnya Saudara disebut sebagai orang berdosa. Seorang yang seharusnya baik-baik di keluarga, mengapa malam-malam keluar mencari pelacur? Ia telah bergeser dari kedudukannya yang asli. Seorang wanita, pada saat suaminya pergi, mengapa mengundang pria lain untuk naik ke tempat tidurnya? Ia telah bergeser dari kedudukannya yang asli sebagai istri yang seharusnya setia. 

Ini adalah dosa. Setiap kali Saudara menggeser posisi dan setiap kali Saudara melupakan status yang asli, Saudara telah menjadikan diri Saudara berdosa. Mengapa jika Saudara seorang Kristen, masih pergi mencari peramal? Mengapa Saudara yang sudah dibaptiskan masih pergi mencari dukun? Mengapa Saudara yang adalah majelis gereja masih memakai jimat dan bermain dengan kuasa-kuasa kegelapan? Ini adalah pergeseran dari status Saudara yang asli. Ini adalah dosa.

Jangan Saudara hanya berbicara berdosa itu merokok, berjudi, dan menipu. Saya sangat mengetahui bahwa semua itu adalah dosa, tetapi pengertian dosa yang hanya sampai sebatas itu, sangatlah dangkal. Alkitab mengatakan bahwa dosa adalah bergeser dari status aslinya. Mari kita saat ini melakukan instropeksi, menguji diri kita sendiri. Mari saat ini kita merenungkan dan menilik ke dalam jiwa kita, dalam hal apa kita telah bergeser dari status asli kita. Jika kita adalah manusia, dan ternyata hidup kita tidak mencerminkan status kita, sehingga status yang ada pada kita berbeda dari status yang seharusnya ada pada kita, maka Alkitab mengatakan kita telah berdosa.

3. Kekurangan Kemuliaan Allah

Selain dosa merupakan pelanggaran hukum atau pelanggaran Taurat dan dosa merupakan pergeseran status, maka dosa menurut Alkitab juga adalah kekurangan kemuliaan Tuhan Allah. Ketika Tuhan Allah mencipta manusia, maka manusia dilingkupi dengan kemuliaan sorgawi, sehingga manusia bisa memancarkan kemuliaan dan menyatakan kehormatan Tuhan. 

Sinar cahaya wajah Tuhan Allah dipantulkan melalui diri kita, sehingga kita memancarkan kemuliaan Tuhan. Tetapi setelah Adam berbuat dosa, kemuliaan Allah tersebut berkurang, yang mengakibatkan dia melihat dirinya sebagai makhluk yang telanjang. Adam tidak mau mendengarkan apa yang Tuhan Allah telah firmankan, yaitu “jangan kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kejadian 2:17). 

Ia sudah mendengar perintah dan ia juga sudah mengetahui bahwa itu adalah Firman, sehingga ia harus mematuhinya. Tetapi sekarang sumber kebenaran yang palsu datang. Suara itu berkata: ”Silahkan makan buah itu, karena pada saat engkau memakannya, engkau tidak akan mati” (Kejadian 2 : 4). Sesuatu yang positif dijadikan negatif, yang benar dijadikan tidak benar, yang pasti dijadikan tidak pasti, yang mutlak dijadikan relatif. Inilah cara setan menipu manusia.

Setan selalu memberikan opini bahwa itu hal biasa, tidak apa-apa, dan tidak akan merugikan, semua akan beres dan segala sesuatu itu mudah. Berjudi itu tidak apa-apa, pergi ke pelacur juga tidak terlalu perlu dipersoalkan. Orang yang berjudi berpuluh-puluh tahun belum tentu mati, terkadang malah orang Kristen yang mengikut Tuhan lebih cepat meninggal. Orang yang menipu hidup begitu kaya dan nikmat. Setan akan berkata, “Jangan terlalu dipusingkan dengan larangan-larangan. Tidak apa-apa engkau menipu.” 

Tuhan jelas mengatakan bahwa jangan makan, kalau makan kamu pasti mati. Setan membalikkan perkataan itu dengan mengatakan, “Jika makan matamu akan menjadi lebih celik dan lebih jelas, sehingga bisa mengetahui yang benar dan yang salah.” Ketika Adam memakan buah dan berdosa, sepertinya perkataan setan benar, karena Adam mulai melihat hal-hal baru, sepertinya matanya lebih jelas, sepertinya perkataan Tuhan Allah yang salah. Sepertinya yang Tuhan katakan tidak terjadi. Padahal Tuhan mengatakan bahwa pada hari engkau memakannya, engkau akan mati. Apakah Tuhan berdusta? Apakah perkataan Tuhan itu salah? Tidak.

Pada hari Adam memakan buah itu, ia benar-benar mati. Tetapi pengertian mati ini bukan seperti yang manusia pikirkan, melainkan mati rohani. Adam mati, terpisah dari Sumber Hidup. Mati dalam pengertian tidak berelasi lagi dengan Tuhan Allah. Apakah mata Adam hari itu benar-benar terbuka? Benar, mata Adam terbuka. Namun sayang sekali, setan tidak pernah memberikan informasi yang cukup lengkap dan jelas. Terbuka untuk melihat apa? Itu sebabnya, ketika Adam dan Hawa matanya terbuka mereka tidak melihat Allah, tidak melihat setan, tetapi melihat dirinya telanjang.

Sangatlah berbahaya, ketika satu perjanjian hanya dibuka setengah dan tidak memberikan sisanya. Ada orang mengatakan: “Kalau engkau mengikut saya, engkau akan mendapat untung, engkau mendapatkan kekayaan.” Tetapi tidak diperjelas keuntungan atau kekayaan itu untuk apa, sifatnya bagaimana dan dampaknya akan menjadi apa. Ini semua tidak dibukakan terlebih dahulu. 

Setelah Adam celik, Adam justru bukannya bisa melihat setan, mengerti siapa setan yang sesungguhnya. Setan tidak pernah mau berdagang rugi. Ia yang sudah beribu-ribu tahun menipu manusia, di abad ke-21 ini tentu semakin pandai dan semakin mampu menipu kita. Itu sebabnya, setelah Adam celik, ia tidak bisa melihat dan mengerti Tuhan Allah, ia tidak bisa semakin mengerti siapa setan, tetapi ia justru melihat dirinya telanjang.

Ada seorang gadis yang menangis menulis surat kepada saya, bahwa setelah ia diberi minuman yang mengandung obat tidur, ia ditelanjangi dan ditiduri. Ia baru sadar bahwa pria itu adalah seorang penipu. Tetapi dia telah kehilangan keperawanannya. Ada pria yang menulis surat kepada saya bahwa ia jatuh kedalam perjudian dan perzinahan, karena ia baru sadar bahwa orang yang mengajak dia pergi bukanlah teman yang baik.

Sebagai hamba Tuhan saya sering kali mendengar cerita tentang orang-orang yang sesudah terjerumus ke dalam dosa, baru sadar dan baru bertanya bagaimana seharusnya dia sekarang. Saya tanya kepada mereka: ”Mengapa sebelumnya kalian tidak pernah datang kepadaku? Mengapa baru setelah jatuh, setelah gagal, setelah habis, setelah rugi, setelah kehilangan, keperawanmu, baru engkau datang kepada saya dan bertanya harus bagaimana?” Ini namanya “sadar sesudah.” Orang yang “sadar sesudah” adalah orang yang bodoh. 

Orang yang “sadar sebelum” adalah orang yang bijak. Orang yang sadar sebelum gagal, sebelum jatuh, sebelum rusak, sebelum digoda adalah orang-orang yang bijaksana. Saya sangat bersyukur jika masih ada banyak pemuda-pemudi yang mau memikirkan hal-hal seperti ini dan mau belajar Firman Tuhan, karena hal sedemikian akan mencegah engkau mengalami kerugian dan kehancuran yang mungkin tiba pada suatu hari. Saya bersyukur jika di usia muda Anda mau mendengar Firman Tuhan, sehingga Anda akan berjaga-jaga dan berhati-hati menolak semua godaan yang akan merugikan atau menghancurkan dirimu.

Tetapi mungkin ada yang berkata: “Sudah terlambat. Berita ini terlambat bagiku.” Itu sebabnya, Tuhan Yesus berkata: “Aku datang memanggil orang yang berdosa!” Bertobatlah! Engkau tidak perlu putus asa. Kembalilah kepada Tuhan.

Dosa adalah kehilangan kemuliaan Allah. Ini yang dikatakan di dalam Roma 3:23. Dosa adalah tempat di mana kemuliaan tidak hadir. Gelap adalah tempat di mana terang tidak hadir. Jahat adalah tempat di mana kebjaikan tidak mencapainya. Pada waktu air hujan turun dengan begitu deras dari langit, mengapa di tanah bisa ada tempat yang kering tidak kena hujan? Pada saat cahaya matahari bersinar begitu terik dan terang, mengapa masih ada gudang yang begitu gelap? Karena sinar matahari belum sampai ke tempat itu. Kegelapan itu bukanlah suatu realitas yang seimbang dengan terang. Kegelapan adalah kekurangan atau ketiadaan cahaya. 

Dosa adalah kekurangan kemuliaan. Kejahatan adalah kekurangan dari kebajikan. Konsep ini dikemukakan oleh seorang Bapa Gereja yang agung, yaitu Agustinus, pada abad ke-4. Ia adalah seorang yang sungguh-sungguh ingin mencari pengertian Firman Tuhan. Dan dia mengatakan bahwa kita tidak boleh percaya bahwa kejahatan mempunyai realitas yang setara atau sama dengan kebajikan dari Tuhan Allah. Kejahatan bukanlah realitas yang positif, tetapi harus dimengerti sebagai ketidakhadiran dari kebanaran dan kebajikan Tuhan Allah.

Kemuliaan itu adalah kesempurnaan yang diberikan oleh Tuhan. Jika saya memegang selembar kertas putih yang tidak ada tulisan apa-apa di dalamnya, Saudara akan melihatnya sebagai satu kertas putih yang tidak ada tulisan apa-apa di dalamnya, Saudara akan melihatnya sebagai satu kertas putih yang sempurna. Tetapi ketika kertas tersebut dilubangi atau dirobek, maka kertas tersebut ada lubang ditengahnya, dan kertas itu tidak lagi sempurna. 

Dosa berarti kehilangan sebagian yang seharusnya utuh. Kini kita tidak lagi utuh seperti yang diharapkan Tuhan Allah. Ketika kita berdosa, kita telah kehilangan sebagian, yaitu kehilangan kemuliaan Allah, yang seharusnya ada pada kita. Semua orang telah berdosa dan semua orang telah kehilangan atau kekurangan kemuliaan Allah. Keselamatan berarti dipulihkannya kita seperti yang Tuhan kehendaki ketika kita dicipta oleh Tuhan. Tuhan memulihkan apa yang telah hilang, sehingga kita menjadi utuh kembali.

4. Kerusakan Relasi

Dalam butir ini, dosa menurut Alkitab dimengerti sebagai ketidakseimbangan relasi atau relasi yang tidak proporsional. Manusia berhubungan dengan diri, manusia berhubungan dengan sesama, manusia berhubungan dengan makhluk yang lain, manusia berhubungan dengan roh, dan manusia berhubungan dengan materi.

Semua hubungan ini seharusnya memiliki keseimbangan. Seharusnya kita berelasi dengan Allah, mengasihi Allah, seharusnya kita mengerti Dia, taat kepada Dia. Kita juga seharusnya mengerti siapa setan, berani menolak dia, dan tidak mau berdekatan dengan dia. Kita seharusnya tahu bagaimana seharusnya berelasi dengan Allah dan bagaimana seharusnya berelasi dengan setan. Kita juga seharusnya tahu bagaimana relasi terhadap sesama manusia lainnya. Semua ini memerlukan pemikiran dan kuasa dari Roh Kudus. Dengan demikian, Saudara bisa menjaga seluruh relasi ini secara seimbang dan tepat. Barulah dengan demikian Saudara tidak berdosa.

Tetapi sebaliknya, setelah kita berdosa, kita justru merusak keseimbangan relasi ini. Kita tidak menaati yang seharusnya kita taati dan sebaliknya kita taat kepada siapa yang seharusnya kita jauhi. Akibatnya, semua relasi menjadi rusak. Jika sebuah lampu yang berada di sebuah penyangga dengan tiga kaki, maka ketiga kaki ini harus sama panjang dan seimbang posisinya. 

Jika salah satu kakinya patah dan panjang sebelah, maka penyangga ini sudah tidak bisa berfungsi sempurna lagi, dan itu berarti membahayakan posisi lampu yang disangganya. Demikian juga relasi kita. Relasi kita terhadap manusia, terhadap orang tua, terhadap Tuhan Allah, terhadap makhluk-makhluk hidup lain, terhadap roh jahat, terhadap setan, terhadap Firman Tuhan, bagaimana seharusnya semua itu diperlakukan dengan tepat. Relasi-relasi yang rusak, itulah dosa.

Mengapa Saudara lama tidak berani ke gereja? Mungkin karena Saudara sudah lama berbuat dosa, atau sering pergi ke tempat pelacuran. Hati nuranimu yang menegur ketika Saudara berbuat dosa, membuat Saudara tidak berani lagi kembali kepada Tuhan. Mengapa Saudara tidak berani membaca Kitab Suci? Karena setiap kali membaca, Saudara mendapat teguran; Saudara tahu Tuhan berbicara. 

Sampai kapankah Saudara membiarkan relasi Saudara rusak sedemikian? Maukah Saudara mengakui semua kerusakan relasi Saudara dan berkata:”Tuhan, tolonglah saya, bangunkan saya kembali; tolong perbaiki relasi saya yang rusak ini. Saya mau berhubungan yang baik dengan Engkau, Tuhan. Saya mau berani menolak dan melawan semua godaan setan. Saya mau menjauhkan diri dari hal-hal yang jahat. Saya mau masuk dan menceburkan diri ke dalam hal-hal yang benar. Hari ini, mohon perbaiki relasiku, perbaiki semua hubunganku sesuai dengan rencana-Mu.”

Ketidakberesan dan ketidakseimbangan relasi itulah dosa. Orang yang sudah berdosa tidak bisa lagi berelasi dengan baik. Ia tidak berani menghadapi Tuhan Allah. Ia juga tidak berani menghadapi orang yang baik. Orang yang berada di dalam kegelapan takut akan terang. Yesus berkata:”Orang berdosa, karena hidup dalam kegelapan dosa, tidak menyukai terang, melainkan lebih menyukai kegelapan, supaya dosa mereka tidak dinyatakan dan tidak terlihat” (baca Yohanes 3:19-21).

5. Meleset dari Sasaran

Dosa adalah luput atau tidak mengenai sasaran. Dalam bahasa Yunani ada lima kata untuk menyatakan dosa. Yang paling umum dan paling penting dipakai adalah kata Dosa adalah luput atau tidak mengenai sasaran. Dalam bahasa Yunani ada lima kata untuk menyatakan dosa. Yang paling umum dan paling penting dipakai adalah kata hamartia dan dan adikia, oleh karena itu kita akan lebih melihat ke kata oleh karena itu kita akan lebih melihat ke kata hamartia.

Hamartia berarti meleset dari target. Jika Saudara melepaskan sebuah panah yang ditujukan pada sasaran tertentu. Ternyata anak panah itu tidak mengenai titik sasaran yang dituju, tetapi menancap lima sentimeter di pinggir titik sasaran yang ditentukan. Lalu Saudara menarik busur kembali dan meluncurkan anak panah kedua. Kali ini, anak panah itu jatuh dua meter dibelakang sasaran. 

Bukan karena lebih kuat sampai-sampai melampaui sasaran, berarti Saudara sudah memanah dengan baik. Saudara tetap meleset. Lalu Saudara meluncurkan anak panah ketiga, dan kali ini jatuh satu meter di depan sasaran, karena tenaganya sudah habis. Maka kembali anak panah itu tidak mengenai sasaran. Itu berarti meleset dari sasaran. Inilah dosa.

Dosa berarti Saudara mendapatkan sesuatu yang tidak ditargetkan, Inilah hamartia, itulah dosa. Itu berarti, ketika menciptakan manusia, Tuhan Allah memberikan target-target bagi manusia untuk menjadi sasaran hidupnya. Ketika Paulus sudah semakin tua, ia mengatakan bahwa ia tidak berfikir bahwa ia telah mencapai target atau tujuan yang harus dicapainya (Filipi 3 : 12 -15). Ia tidak menganggap dirinya sudah sempurna. Itu sebabnya, ia terus berusaha, berlari-lari menuju sasaran yang ditetapkan oleh Tuhan baginya.

Ketika Saudara masih muda, mungkin Saudara berkali-kali menulis tentang ide, angan-angan atau cita-cita Saudara. Itu berarti Saudara mempunyai sasaran bagi dirimu. Mungkin Saudara mempunyai sasaran bagi dirimu. Mungkin Saudara ingin menjadi bankir, tetapi setelah dewasa menjadi bangkrut. Saudara mungkin ingin menjadi orang kaya, akhirnya menjadi orang miskin. Mungkin Saudara ingin menjadi seorang profesor, tetapi ternyata tidak lulus sekolah. 

Itu berarti kita sendiri mempunyai sasaran, namun kita sendiri sulit mencapainya. Jangan lupa, Tuhan menciptakan sasaran yang lebih tinggi bagi Saudara dan saya! Dan Saudara tidak mencapainya, saya juga tidak mencapainya, kita semua tidak mencapai sasaran itu, maka Tuhan mengatakan bahwa kita semua telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Kita sekalian tidak mencapai target yang Allah tetapkan.

Itu sebabnya, Tuhan Yesus diutus turun ke dalam dunia ini untuk menunjukkan dan menyatakan apakah sasaran tertinggi yang Tuhan Allah tetapkan dan tuntut dari setiap kita. Siapakah teladan yang sungguh-sungguh untuk menunjukan sasaran yang Tuhan Allah dan mencapai sasaran yang Tuhan Allah tetapkan bagi manusia? Tidak ada satu pun manusia, kecuali Tuhan Yesus.

Apakah sebenarnya yang Tuhan tetapkan sebagai sasaran bagi manusia? Jika kita diciptakan menurut peta teladan Allah, maka kita diminta untuk menjadi wakil Tuhan. Kita menjadi duta atau representasi Tuhan di dunia. Kita harus mencerminkan kemuliaan, kebajikan, kebenaran, kesucian, dan keindahan sorgawi di dunia ini. Jika Saudara mengingat ada orang yang agung, yang beratus-ratus tahun diingat manusia, karena ia telah berjuang, berkorban dan menjadi teladan bagi manusia lain-nya, maka Saudara akan memandang mereka sebagai orang-orang mulia. 

Tuhan Allah mau kita semua mencapai target yang ditetapkan oleh Tuhan, tetapi sayang, saya gagal dan Saudara juga gagal. Itulah sebab-nya Ia mengatakan: “Lihatlah, inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan. Dengarkanlah Dia” (Matius 17:5).

Yesus Kristus satu-satunya yang menjadi target yang sempurna, yang menggenapi Taurat, yang memuaskan hati Allah, dan yang mejadi teladan sempurna bagi manusia. Yesus Kristus satu-satunya yang belum pernah mengecewakan Tuhan Allah. Yesus Kristus satu-satunya manusia yang sempurna, telah meraih apa yang belum pernah di capai oleh Adam dan Hawa. Yesus Kristus satu-satunya yang membuat Tuhan Allah memproklamasikan Kristus sebagai Anak-Nya yang dikasihi-Nya, sebagai hamba Allah yang begitu rela berkorban. Yesuslah target yang maha tinggi. Yesuslah manusia yang paling utuh. 

Yesuslah penggenap Taurat yang mutlak. Itu sebab saya berani dengan tegas mengatakan kepada Saudara, bahwa di luar Yesus Kristus tidak ada juruselamat. Di luar Kristus tidak ada keselamatan bagi manusia. Di luar salib Kristus tidak ada cara Tuhan Allah boleh mengampuni dosa. Hanya di dalam Yesus Kristus semua itu bisa dijalankan.

Tidak ada manusia yang mencapai target. Setiap manusia, siapapun dia, telah jatuh ke dalam dosa dan menjadi budak dosa. Yesus Kristus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa” (Yohanes 8:34). Orang yang berjudi adalah budak perjudian; orang yang pelacur adalah budak pelacuran; orang yang mencuri adalah hamba pencurian; orang yang sombong adalah budak kecongkakan; orang yang iri hati adalah orang yang setiap hari hidup di bawah belenggu perbudakan kecemburuan. 


Marilah kita dibebaskan dari semua itu. Dibebaskan hanya oleh Yesus Kristus. Yesus Kristus satu-satunya yang sempurna, yang utuh, yang genap dan tidak bercacat cela. Itu sebabnya ketika Ia dijadikan Anak Domba Allah, Alkitab mengatakan bahwa kita ditebus bukan dengan emas, bukan dengan perak, bukan dengan segala batu permata, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Tuhan Yesus Kristus, yang bagaikan domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1 Petrus 1 : 18 – 19). Puji Tuhan.

Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah, yang mengangkut dosa seisi dunia (Yohanes 1 : 29). Yesus yang tidak bercacat, yang tidak berdosa, dan yang sempurna, Ia sanggup menjadi Juruselamat Saudara dan saya. Saat ini, Tuhan mau menyelamatkan Saudara. Ia mau mengampuni dosa Saudara. Ia mau memberikan hidup kekal dengan pengorbanan-Nya di kayu salib. Jangan lupa getsemani; jangan lupa sengsara-Nya; jangan lupa cinta Tuhan. Marilah kita datang kepada Tuhan, kita tinggalkan dosa dan mengakui segala dosa di hadapan-Nya.

Kiranya segala kemuliaan kita kembalikan kepada Tuhan
Next Post Previous Post