KETETAPAN KRISTUS MENGENAI PERSEPULUHAN BAGI ORANG KRISTEN PERJANJIAN BARU (7)
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
“Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu” (1 Korintus 9:13-14).
gadget, bisnis, otomotif |
Perlu ditegaskan, bahwa dalam Perjanjian Baru tidak ada satu pun ayat-ayat yang membatalkan atau melarang pemberian persepuluhan, baik oleh Kristus maupun rasul-rasul. Dan kalau tidak ada larangan, mengapa ada orang-orang tertentu yang berani melarang orang Kristen untuk memberikan persepuluhan? Dengan otoritas dan wibawa siapa orang-orang tersebut melarang pemberian persepuluhan saat ini?
Karena itu di sini, seperti yang dikatakan Robert H. Stein, “hal terbaik adalah menganggap bahwa hukum Taurat dalam Perjanjian Lama masih mengikat bagi orang percaya kecuali secara khusus dibatalkan dalam Perjanjian Baru”. Kristus dan rasul Paulus menyinggung tentang persepuluhan bukan dalam rangka melarang pemberian persepuluhan. Justru Kristus melegitimasi keberlanjutannya dan rasul Paulus mengafirmasinya kembali.
Mengenai legitimasi persepuluhan oleh Kristus pada zamannya sudah saya jelaskan pada bagian 5. Selanjutnya di sini saya akan menunjukkan dukungan lainnya dari Perjanjian Baru, yaitu afirmasi rasul Paulus mengenai pemberian persepuluhan yang masih berlanjut.
Ada dua bagian dari teks yang berbeda dalam Perjanjian Baru berhubungan dengan persepuluhan yang dibicarakan setelah gereja berdiri pada hari Pentakosta, yaitu dalam surat Ibrani dan Surat 1 Korintus. Kedua bagian ayat Alkitab yang berhubungan dengan persepuluhan tersebut dibicarakan oleh rasul Paulus dalam Ibrani 7:1-28 dan 1 Korintus 9:1-14.
Walaupun penulis kitab Ibrani tidak diketahui dengan pasti, tetapi saya berpendapat bahwa penulisnya adalah rasul Paulus dengan alasan Kitab Ibrani ditulis kepada orang Yahudi yang sudah percaya untuk membuktikan keunggulan kehidupan di dalam Kristus. Hal ini selalu dihubungkan dengan upacara-upacara agama orang Yahudi dari Perjanjian Lama. Rasul Paulus sebelum bertobat dahulunya adalah seorang Farisi dan ahli dalam hukum Taurat, maka dibandingkan semua rasul dan murid yang lainnya, ia lebih memenuhi kualifikasi sebagai penulis surat tersebut.
Sebelumnya kita sudah membahas dukungan penulis kitab Ibrani pasal 7 mengenai persepuluhan yang masih berlajut. Hal ini dihubungkan dengan pengakuan akan keimaman Kristus menurut peraturan Melkisedek. Meskipun “dalam Ibrani 7:1-10 penulis tidak bermaksud memberi penjelasan tentang persepuluhan, melainkan ia memberikan pelajaran tentang Tuhan Yesus sebagai Imam Besar kita, yang lebih besar dari imam-imam keturunan Harun. Tetapi mengenai persepuluhan disebutkan sebanyak empat kali dalam ayat-ayat itu.
Seandainya orang-orang Kristen tidak perlu memberi persepuluhan, tentu penulis tidak memakai lukisan tentang Melkisedek yang di dalam lukisan itu banyak mengemukakan tentang persepuluhan”. Dijelaskan dalam teks teks tersebut bahwa Abraham memberikan persepuluhan dari semua yang terbaik kepada Melkisedek. Pemberian persepuluhan tersebut tentunya dilakukan Abraham dengan sukarela tanpa paksaan, dengan iman dan pengakuan akan kedaulatan dan kepemilikan Tuhan.
Sebagaimana Abraham memberi persepuluhan kepada Melkisedek, demikian juga orang-orang percaya memberikan persepuluhan mereka kepada Kristus, selaku Imam Besar menurut peraturan Melkisedek. Persepuluhan itu diberikan untuk pelayanan dan pekerjaan-Nya. Sebagai Imam Besar, Kristus berhak menerima persembahan persepuluhan dari umat-Nya yang dipakai untuk menyokong pekerjaan-Nya. Karena teks di Ibrani 7:1-10 ini telah saya bahas sebelumnya, maka fokus utama saya pada bagian ini adalah menyoroti teks 1 Korintus 9:1-14, secara khusus di ayat 13-14. Berikut ini penjelasan-penjelasan saya mengenai ayat tersebut.
AFIRMASI PERSEPULUHAN OLEH RASUL PAULUS
Rasul Paulus menunjukkan bahwa pada masa Perjanjian Lama ada seseorang yang melayani altar dan hidupnya didukung oleh apa yang ada di atas altar. Dia memakai hukum Taurat untuk menetapkan kebenaran yang sebenarnya juga harus dimiliki oleh para pelayan Injil yang hidup dari pemberitaan Injil yang mereka layani, sebagaimana suku Lewi yang mendapatkan kompensasi persepuluhan dari pelayanan mereka di kemah Tabernakel.
Rasul Paulus mengatakan demikian, “Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagia mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu” (1 Korintus 9:13-14).
Disini rasul Paulus mendukung sepenuhnya kebenaran yang menyatakan bahwa suku Lewi dan imam-imam disokong penghidupannya dari pelayanan di tempat kudus dan mereka yang melayani mezbah atau yang membawa korban-korban ke atas mezbah mendapat bagian mereka dari mezbah itu.
Mungkin ada yang bertanya, “apa hubungannya teks 1 Korintus 9:13-14 ini dengan pemberian persepuluhan, karena dalam teks ini tidak ada menyebut kata persepuluhan?”. Teks ini memang tidak secara langsung menyebut tentang persepuluhan, tetapi frase “mereka yang melayani dalam tempat kudus” secara tegas merujuk kepada pelayanan suku Lewi dan para imam di Bait Allah.
Perhatikan frase “melayani dalam tempat kudus” sebenarnya lebih tepat diterjemahkan dengan “melayani di Bait Allah”. NIV dan TEV menerjemahkan dengan “work in the Temple” yang berasal dari teks Yunani yang menunjuk kepada pelayan-pelayan Bait Allah, yaitu orang-orang Lewi dan para imam. Kita tahu bahwa suku Lewi dan para imam adalah suku yang dikhususkan oleh Tuhan membantu pekerjaan pelayanan di Tabernakel, dan suku Lewi ini tidak memiliki warisan di tanah Perjanjian sehingga mereka tidak memiliki penghasilan layaknya suku-suku lainnya.
Namun sebagai kompensasi (upah) dari pekerjaan mereka di Tabernakel, suku Lewi mendapatkan persepuluhan dari orang Israel sebagai hak milik pusaka yang diberikan Tuhan kepada mereka (Bilangan 18:21,31). Dan hal tersebut merupakan “ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya” bagi orang Lewi turun-temurun (Bilangan 18:23). Dengan demikian, kehidupan orang Lewi sepenuhnya ditopang melalui pemberian persepuluhan dari orang Israel.
Menurut rasul Paulus, prinsip ini disamakannya untuk diterapkan oleh jemaat Perjanjian Baru ketika ia mengatakan “Dengan cara yang sama, Tuhan telah menetapkan (In the same wey, the Lord has commanded)” di dalam 1 Korintus 9:14.
Norman Hilliyer memberi komentar terhadap ayat tersebut demikian, “Di dalam praktik keagamaan Yahudi maupun kafir, mereka yang bekerja dalam pelayanan di tempat kudus menerima upah dari tempat kudus itu (Bilangan 18:8,21). Berdasarkan perintah Tuhan (yaitu Kristus) yang mengenai hal itu aturan yang sama ini diterapkan kepada mereka yang memberitakan Injil (lihat Matius 10:10; Lukas 10:7)”.
Werren W. Wiersbe ketika mengomentari 1 Korintus 9:13 dengan tegas menyatakan, “Para imam dan orang Lewi hidup dari korban dan persembahan yang dibawa ke Bait Allah. Peraturan yang menentukan bagian mereka dari persembahan itu, dan persembahan persepuluhan secara khusus yang mereka terima, juga dapat dilihat dalam bilangan 18:8-32, Imamat 6:14 - 7:36, dan 27:6-33. Penerapannya jelas: Jika hamba-hamba Allah pada masa Perjanjian Lama di bawah hukum Taurat ditunjang oleh orang-orang yang dilayani oleh mereka, bukanlah hamba-hamba Allah yang melayani di bawah kasih karunia juga harus ditunjang?”
PRINSIP PEMBERIAN PERSEPULUHAN PERJANJIAN BARU DITETAPKAN OLEH KRISTUS
Perhatikan frase “Demikian pula Tuhan telah menetapkan”. Kata “telah menetapkan” dalam ayat tersebut adalah kata Yunani “diétaken” yang berarti “telah memerintahkan atau telah mengatur”. Karena itu frase tersebut dalam Today English Version (TEV) diterjemahkan “In the same way, the Lord has ordered (Dengan cara yang sama Tuhan telah menetapkan/mengatur)”, dan dalam New International Version diterjemahkan “In the same way, the Lord has commanded (Dengan cara yang sama, Tuhan telah memerintahkan).
Sedangkan kata “Tuhan” dalam ayat itu adalah “Kyrios” yaitu menunjuk kepada Yesus Kristus. Di dalam Perjanjian Baru, gelar Tuhan (Kyrios) yang sering dipakai untuk Yesus merupakan terjemahan dari kata Ibrani “YAHWEH”. Jadi, ketika menyebut Kristus (di Perjanjian Baru) sebagai Tuhan (Kyrios) maka yang dimaksud adalah Ia sama dengan YAHWEH dari Perjanjian Lama (Yohanes 12:40-41; Roma 10:9,13; 1 Petrus 3:15; bandingan dengan Yesaya 6:1-2; Yoel 2:23; dan Yesaya 8:13).
Charles C. Ryrie menyatakan, “Bagi orang Kristen mula-mula yang biasa membaca Perjanjian Lama, kata “Tuhan” bila dipakai tentang Yesus akan menyamakan Dia dengan Allah dalam Perjanjian Lama”. George E. Ledd mengatakan, “Sebutan utama dan karakteristik bagi Yesus adalah Tuhan (Kyrios), yang bukan hanya ditemukan dalam surat-surat Paulus, melainkan pula secara meluas dalam Kekristenan non Yahudi”. Karena itu, “Tuhan” merupakan gelar yang diberikan kepada Yesus yang memiliki hak-hak istimewa seperti Yang Ilahi, yang menunjukkan keilahian-Nya.
Di dalam 1 Korintus 9:14 ini, rasul Paulus tanpa ragu-ragu menunjuk kepada kata-kata Tuhan kita Yesus Kristus yang terdapat dalam Lukas 10:7-8 dan Matius 10:10. Walau pun jemaat di Korintus pada masa itu tidak mempunyai salinan dari kedua kitab Injil itu, tetapi pengajaran Tuhan mungkin telah diberikan kepada mereka sebagai bagian dari tradisi lisan yang disampaikan oleh para rasul. Kata-kata Tuhan kita Yesus Kristus bahwa “seorang pekerja patut mendapat upahnya” merupakan prinsip dasar yang tidak berani diabaikan oleh jemaat.
Kata-kata Tuhan Yesus “axios ho ergatês tou misthou autou (seorang pekerja patut mendapat upahnya)” disebutkan rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius ketika ia memberitahu Timotius bahwa seorang penatua yang baik kepemimpinannya serta telah berjerih lelah dalam berkhotbah dan mengajar patut mendapatkan penghargaan (1 Timotius 5:17-18).
Dengan kata lain, sebagaimana Allah telah menetapkan suku Lewi dan imam-imam untuk mendapatkan topangan persepuluhan bagi pelayanan mereka di Bait Allah dalam Perjanjian Lama demikian juga para pemberita Injil telah ditetapkan oleh Kristus untuk mendapatkan topangan berupa persepuluhan bagi pelayanan di dalam gereja Perjanjian Baru.
Tuhan Yesus sendirilah yang menetapkan prinsip pemberian persepuluhan dalam Perjanjian Baru, sementara itu rasul Paulus hanya mengafirmasinya kembali berdasarkan prinsip yang disamakan dengan prinsip pemberian persepuluhan dalam hukum Taurat yaitu persepuluhan yang diberikan kepada suku Lewi dan para Imam.
Persepuluhan kepada suku Lewi dijelaskan dalam Imamat 27:30-33; Bilangan 18:20-24; Ulangan 14:22, sedang persepuluhan kepada para Imam yang berasal dari suku Lewi dijelaskan dalam Bilangan 18:25-32. Kesamaannya dalam Perjanjian Baru adalah bahwa para pelayan Injil berhak menerima persepuluhan dari jemaat (orang-orang percaya). Para pelayan Injil dalam Perjanjian Baru adalah pelayanan 5 jawatan, yaitu: Rasul, nabi, penginjil, gembala, dan pengajar (Efesus 4:11).
Persepuluhan ini diberikan dan di pakai dalam rangka “untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Efesus 4:12). Jika prinsip ini dilaksanakan, maka dalam penerapannya persepuluhan seharusnya bukanlah hak tunggal seorang gembala atau pendeta, melainkan di atur bersama dalam suatu kepemimpinan atau kepengurusan gereja lokal, yang tujuannya digunakan untuk pelayanan gereja lokal itu sendiri, juga untuk keperluan para pelayan Injil termasuk gembala, pendeta, pengajar, dan pekerja gereja.
Catatan: Efesus 4:11, beberapa penulis menggabungkan gembala dan pengajar menjadi satu. Di sini saya mengikuti Kevin J. Conner yang menggunakan sudut pandang umum mengenai adanya lima jawatan pelayanan. Alfred Martin, profesor teologi di Moody Bible Institute menyatakan, “kedua jabatan ini berjalan seiring”. Alfred Martin jelas menyebutkan dua jabatan yang berbeda walaupun dipegang satu orang.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas pendapat yang menyatakan bahwa Tuhan Yesus dan para rasul tidak mengajarkan tentang prinsip pemberian persepuluhan jelas dibantah dengan ayat ini. Paulus bahkan menyatakan bahwa pemberian persepuluhan dalam Perjanjian Baru dilaksanakan berdasarkan peraturan (ketetapan/perintah) Tuhan Yesus sendiri.
Douglas Stuart dan Gordon D. Fee mengingatkan, “Jangan memandang Taurat Perjanjian Lama sebagai hal yang mengikat orang Kristen dalam Perjanjian Baru, kecuali yang khusus dibaharui”. Hanya bagian yang dengan tegas dibaharui dari hukum Taurat Perjanjian Lama dapat dianggap sebagai bagian dari hukum Kristus di Perjanjian Baru (Galatia 6:2).
Dengan demikian, pemberian persepuluhan masih berlaku, yaitu prinsip pemberian persepuluhan kepada orang Lewi yang melayani di Bait Allah telah diperbaharui ke dalam hukum Kristus, sehingga dengan cara yang sama orang-orang Kristen memberikan persepuluhannya untuk menyokong para pelayan Injil di dalam gereja.
Tetapi dalam hal pemberian persepuluhan tersebut harus diingat bahwa:
(1) Persepuluhan tersebut tidak boleh dilakukan sekedar sebagai suatu kewajiban seperti dalam hukum Taurat, melainkan dilakukan dengan iman, kasih, dan ketaatan kepada perintah Kristus.
(2) Persepuluhan bukanlah satu-satunya persembahan yang perlu diberikan oleh orang percaya, Perjanjian Baru menyebutkan berbagai macam persembahan lainnya. Tetapi persepuluhan adalah standar minimal dari pemberian Kristen yang sehat, alkitabiah, dapat diukur dan tidak memberatkan untuk dilaksanakan.
(3) Persepuluhan bukanlah cara untuk menggandakan uang dengan cepat dan mudah. Tuhan memang berjanji akan memberkati orang yang memberikan persepuluhan, tetapi motivasi memberi persepuluhan semata-mata hanya untuk mendapat berkat atau agar uang kita kembali berlipat kali ganda merupakan pemikiran yang salah.
Karena berkat kita bergantung pada hubungan kita dengan Kristus. Rasul Paulus mengatakan, “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’ Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu... Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
Baca Juga: Persepuluhan Dan Kepemilikan Allah (6)
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah” (Galatia 3:13-14, 26-29).
Ringkasnya:
Rasul Paulus menyatakan bahwa pemberian persepuluhan Perjanjian Baru dilaksanakan berdasarkan peraturan (ketetapan/perintah) Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus sendirilah yang menetapkan prinsip pemberian persepuluhan dalam Perjanjian Baru, sementara itu rasul Paulus hanya mengarfirmasinya kembali berdasarkan prinsip yang disamakan dengan prinsip pemberian persepuluhan dalam hukum Taurat yaitu persepuluhan yang diberikan kepada suku Lewi dan para Imam.
Kesamaanya dalam Perjanjian Baru adalah bahwa para pelayan Injil berhak menerima persepuluhan dari jemaat (orang-orang percaya). Para pelayan Injil dalam Perjanjian Baru adalah pelayanan 5 jawatan dalam gereja, yaitu: rasul, nabi, penginjil, gembala, dan pengajar (Efesus 4:11).