ISTIRAHAT DI DALAM KRISTUS

Pdt. DR. Stephen Tong.

IMAN DALAM MASA KRISIS

BAB IV : ISTIRAHAT DI DALAM TUHAN 

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? (Ibrani 13:5-6)
ISTIRAHAT DI DALAM KRISTUS
Terjemahan lain untuk Ibrani 13:5 adalah: “Sebab itu janganlah kamu tamak akan uang yang banyak. Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Tuhan berkata, “Aku tidak akan pernah meninggalkan engkau, dan Aku tidak akan pernah membuang engkau.”

Orang beriman adalah orang yang kembali kepada Tuhan, yang mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Krisis iman terjadi karena roh manusia tidak mempunyai arah yang tetap. Krisis iman dimulai saat manusia memalingkan dirinya dari takhta dan rencana Allah. Sebab itu iman yang sejati adalah iman yang kembali kepada Tuhan; iman yang hidup dan menghadap kepada Tuhan; iman yang memandang Tuhan; iman yang mengarahkan dirinya kepada kekekalan.

Iman adalah semacam penglihatan di dalam rohani, the vision in the spirit. Kita bukan hanya menghadap kepada Tuhan, tetapi kita melihat. Apa yang kita lihat? Allah yang duduk di atas takhta-Nya. Pada tahun di mana raja Uzia meninggal, Yesaya masuk ke dalam Bait Allah. Di situlah ia melihat Dia berada di takhta yang tertinggi.

Iman mengarahkan pandangan ke atas, menemukan takhta Tuhan lebih tinggi daripada segala kesulitan yang mengelilingi kita. If we failed to look around, do notforget to look upward. Jika kita tidak lagi menemukan pertolongan dari kanan-kiri, depan-belakang, timur-barat, utara-selatan, janganlah kita lupa bahwa kita dicipta oleh Tuhan menjadi makhluk yang berbeda dengan binatang yang melata. Kita bisa berdiri dan memandang ke atas. Barangsiapa memandang kepadaTuhan, dia tidak akan dipermalukan. Barangsiapa yang sungguh-sungguh, dengan niat hati yang betul-betul mencari Tuhan, Tuhan pasti tidak meninggalkan dia.

Iman adalah memegang tangan Tuhan. The certainty of the spirit. Faith is not onlyvision of the spirit, but also certainty in the spirit. Kita mempunyai pegangan, kekuatan dan kepastian di dalam jiwa dan kerohanian kita karena didalam iman kita sedang memegang tangan yang tidak terlihat. Tangan kita yang kelihatan sedang memegang tangan Tuhan yang tidak kelihatan, yang menciptakan langit dan bumi, yang menguasai sejarah, yang melindungi dan memelihara kita yang beriman kepada-Nya.

Siapakah yang bisa kita pegang? Dalam 20 tahun terakhir ini Indonesia bertumbuh pesat dalam bidang ekonomi. Uang menjadi hal yang penting, bukan saja di luar, bahkan di dalam Gereja. Kita tidak mendengar suara Tuhan lagi melainkan suara manusia. Kita tidak mendengar suara Tuhan lagi, melainkan suara uang. Yang memiliki uang bisa berbicara dengan keras. Deng Xiao Ping pernah mengatakan, moneyt alks loudly. Inilah dunia yang menempuh jalan Kapitalisme. Orang yang mempunyai uang selalu mempunyai kuasa yang besar, sepadan dengan uang yang dimilikinya. Kita memandang uang, bersandar pada uang, berbicara tentang uang, bahkan waktu membuat rencana pun kita mendasarinya dengan profit.

Di airport saya berjumpa dengan salah seorang yang sangat kaya dari Indonesia. Dengan sangat sedih ia berkata, “harta yang saya kumpulkan dengan susah payah selama 35 tahun hancur dalam 2 bulan ini. Usaha, harta benda, asset saya menjadi nihil.”

Bisakah kita bersandar kepada manusia? Bisakah kita bersandar kepada IMF? Bisakah kita bersandar kepada World Bank? Bisakah kita bersandar kepada tokoh-tokoh politik, pemerintah, dan semua kuasa yang ada di dalam dunia? Alkitab mengatakan, tidak! Semua itu sia-sia adanya. Dunia ini memang sia-sia. Orang yang memiliki harta, jangan merasa bangga atas hartamu. Orang yang berkuasa, jangan sombong karena kekuasaanmu. Orang yang pintar, janganlah membanggakan kepintaranmu. Sebelum ratu Victoria menghembuskan nafasnya yang terakhir, dia mengucapokan kalimat, “How great is my power, how great is my glory,but how short is my life.”

Kita hanya merupakan tamu selama berpuluh tahun di dunia. Dunia ini bukan milik kita. Selain kita harus bekerja dengan betul-betul jujur, setia dan rajin di dunia, jangan lupa, kita masih punya rumah yang kekal di sana.

Apakah iman? Iman adalah istirahat di dalam Tuhan, rest in the Lord. Iman berarti bersandar kepada Tuhan dan beristirahat di dalam Tuhan, the rest and the peace of the spirit. Sudahkah kita menikmati istirahat, sejahtera, sentosa yang begitu tenang dan stabil di dalam jiwa kita?

Perhatikanlah ikan-ikan kecil yang berenang di permukaan laut. Mereka terombang-ambing mengikuti pasang surutnya gelombang di permukaan laut. Tapi, ikan-ikan yang hidup jauh di dasar laut tidak dipengaruhi oleh gelombang-gelombang yang ada di permukaan. Mereka bisa menyelam, berenang dengan stabil, tidak mudah diombang-ambing.

Demikian juga dengan manusia. Saat krisis tiba, akan nyata siapa yang sudah beriman dengan stabil dan siapa yang belum mempunyai iman yang stabil. Apakah kita menyatakan iman kita, hidup beragama kita, dengan emosi yang meluap-luap seperti orang yang tidak mengenal doktrin dan kedaulatan Allah, ataukah jiwa kita mempunyai kestabilan sehingga kita tidak terpengaruh oleh gelombang yang ada di luar?

Orang yang beriman adalah orang yang mengetahui bagaimana menikmati Tuhan. Orang yang beriman adalah orang yang tahu bagaimana mempunyai kerohanian yang tenang dan stabil. Orang yang beriman adalah orang yang tidak mau digoncangkan oleh segala fenomena.

Aklhir-akhir ini di Indonesia terdapat banyak isu-isu yang sangat menakutkan. Banyak rencana dari kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk membuat huru-hara, dsb. Sebagian dari rencana itu harus kita sadari sebagai kelemahan manusia yang berada di dalam kemiskinan dan kekurangan.

Beberapa waktu yang lalu seorang pencuri bersenjatakan pisau masuk ke rumah seorang pendeta di Jakarta. Pencuri itu berkata, “Jangan takut. Saya tidak akan mengambil radio, TV, emas, perak, uang, dll. Saya hanya mau minta beras, minyak dan gula, karena isteri dan anak saya membutuhkannya. Saya tidak punya uang lagi untuk membelinya. Berikanlah apayang saya minta dan saya akan pulang dan tidak akan mempersulit Anda.” Pendeta itu memberikan apa yang ia minta. Lalu ia menjabat tangan pendeta dan pergi.

Apakah kita takut akan kerusuhan? Orang yang membuat kerusuhan juga sebagian takut akan kerusuhan. Mereka sendiri juga tidak suka kerusuhan. Apa bedanya kita dengan mereka? Bedanya, kita belum sampai saatnya untuk membuat kerusuhan karena kita belum pernah merasa kelaparan, sehingga kita cenderung menganggap mereka sebagai orang jahat yang menakutkan. Pernahkah Anda menderita kelaparan selama 10 hari? Pernahkah Anda tidak makan selama seminggu? Pernahkah Anda melihat isterimu tergeletak di tempat tidur karena kelaparan sementara anak-anakmu kurus kering karena tidak mempunyai makanan? 

Jika engkau belum pernah mengalami hal itu, engkau tidak berhak memaki-maki pencuri. Bukan maksud saya membela pencuri, atau mendorong orang menjadi pencuri. Maksud saya adalah orang yang berkelimpahan selalu tidak mengetahui kesulitan orang lain dan selalu merasa berhak membela diri dan segala kekayaannya.

Kita memang berada di dalam krisis. Sudah lebih dari 8 juta orang di PHK. Begitu banyak orang yang tidak mempunyai kesempatan bekerja. Anda masih bekerja, gunakanlah kesempatan itu dengan baik. Di Indonesia, setiap tahun ada ratusan ribu lulusan SMA dan Universitas yang tidak ada lowongan kerja. Berbeda dengan di Amerika, kalau tidak punya pekerjaan, Anda bisa mengisi formulir dan meminta tunjangan sosial kepada Pemerintah, di sini tidak demikian.

“Bersandarlah kepada Tuhan”, kalimat ini mudah diucapkan waktu sedang membezuk orang yang berada di dalam kesulitan. Maksudnya, “jangan bersandar kepada saya, tak ada lagi yang bisa saya lakukan”. Engkau menasihati dia untuk bersandar kepada Tuhan tetapi dia tidak pernah diberitahu bagaimana bersandar kepada Tuhan.

Bersandar kepada Tuhan adalah termasuk relativitas mutual antara menggunakan bakat, melaksanakan tugas dan kewajiban yang Tuhan berikan kepadamu dan menyerahkan semua itu untuk Tuhan pelihara. Ini berlangsung mutual, dua belah pihak sama-sama bekerja. Di dalam diri seseorang pasti ada tanggung jawab yang Tuhan berikan. Ada rasa tanggung jawab yang Tuhan letakkan di dalam dirinya. Ada kesempatan dan hal-hal penting di dalam sejarah hidupnya. 

Namun bila dia mempermainkan talenta, kesempatan, kekuatan, kemungkinan, dan semua potensi yang sudah Tuhan tanamkan di dalam dirinya, lalu berkata bahwa dia sudah berserah kepada Tuhan, itu bukanlah berserah melainkan melarikan diri dari segala tanggung jawab. Kalau pendidikan kurang menekankan bagimana manusia harus bertanggung jawab, pendidikan itu tidak berhasil mengajar manusia untuk bersandar kepada Tuhan. 

Baik dari sudut pendidikan maupun dari sudut kehidupan Gereja, jika seorang Kristen hanya datang kepadaTuhan waktu ada masalah padahal dirinya belum pernah melaksanakan tanggung jawabnya, maka Tuhan hanya menjadi tempat pelarian untuk menghindar dari tanggung jawabnya. Tuhan tidak akan menerima doa yang tidak bertanggung jawab. Lakukanlah apa yang harus kaulakukan, tanggunglah apa yang harus kautanggung, lalu ikutlah Tuhan.

Yesus Kristus berkata, “Pikullah salibmu, menyangkal dirimu, dan ikutlah Aku.” Setiap orang harus memikul salibnya dan mengikut Kristus. Ini adalah ajaran yang penting, yang berbeda dengan ajaran-ajaran sekarang yang tidak bertanggung jawab, yang hanya mengajar orang untuk berserah kepada Tuhan tapi tidak pernah memberi pengertian tentang apa sebenarnya arti berserah kepada Tuhan. Do what you should do, do what you can do, setelah itu waktu engkau menemui kesulitan-kesulitan di luar kemampuanmu barulah berkata, “Tuhan, aku sudah melakukan bagianku, sekarang aku menghadapi kesulitan di luar kemampuanku. Sebagai anak, aku datang kepada-Mu. Aku percaya Kau tidak akan memberikan beban yang lebih berat daripada apa yang bisa kutanggung. Tuhan, tolonglah aku.”

Jika seseorang tidak pernah siap untuk menghadapi hari yang gelap, jika jiwamu tidak bersedia menghadapi kesulitan-kesulitan, maka ketika kesulitan itu tiba, engkau tidak tahu bagaimana menghadapinya. Saat itulah ketenanganmu akan hilang, sejahtera pun lenyap darimu, tidak ada kestabilan lagi di dalam dirimu. Engkau mulai goncang dan tidak keruan karena engkau tidak siap menghadapi kesulitan. Tuhan menciptakan malam dan pagi, angin dan awan, hari yang terang dan juga hari yang mendung. Tuhan memberi cahaya kepada kita, tapi terkadang Dia juga membiarkan kita dikelilingi kegelapan.

Mengapa engkau tidak bersiap sedia untuk menghadapi kesulitan? Mengapa engkau selamanya hanya mau menikmati hari-hari yang terang dan merasa berhak untuk selalu menerima yang baik dari Tuhan? Kita bukan mencari kesuksesan, keuntungan dan kemakmuran. Teologi kemakmuran tidak bisa memberikan kekuatan iman pada saat kita menghadapi kesulitan. Teologi Salib, teologi yang mengajarkan kita untuk berani hidup susah, berani melawan dosa, mau menderita bagi Tuhan dan bersiap untuk menjadi saksi Kristus, itulah yang memberikan kekuatan kepada kita.

Martin Luther mengenal Kristus dari dua aspek: the Christ of glory and the Christof cross.Kristus yang mulia dan Kristus yang sengsara. Kristus yang mulia dan Kristus yang tersalib. Kristus yang mati dan Kristus yang bangkit. Kristus yang berada di salib dan Kristus yang meninggalkan kubur yang kosong. Kristus yang memberikan mahkota dan Kristus yang mengajak kita memikul salib untukmengikut Dia. Kedua aspek ini harus seimbang sehingga iman kita tidak main-main. Banyak arus di dalam Kekristenan yang tidak pernah menghasilkjan orang Kristen yang akil baliq. Banyak suara dari mimbar hanya meninabobokan orang Kristen sehingga mereka tidak pernah menjadi dewasa.

Biarlah semakin mengerti firman Tuhan, kita semakin dewasa sehingga kita tidak hanya bersaksi secara lahiriah, tidak hanya hidup sebagai seorang Kristen secara fenomena, tidak hanya beriman di saat yang mulia dan makmur; tetapi kita bersedia menjadi saksi Tuhan meskipun di malamyang gelap. Di dalam kitab Ayub, tertulis satu ayat yang sangat menyentuh hati saya, “Tuhan menjadikan manusia bernyanyi di malam yang gelap.” Puji Tuhan! Ditengah malam yang gelap, di tengah kesulitan yang paling besar, Tuhan sanggup membuat kita bernyanyi dan memuji Dia. Itulah Tuhan yang hidup.

Mengapa kesejahteraan bisa hilang dari hidup kita? Mungkin karena rasa aman di sekitarmu hilang, maka hilanglah juga kesejahteraanmu. Karena uangmu tidak bernilai lagi, engkau merasa hidupmu pun tak bernilai lagi. Padahal dirimu jauh lebih penting daripada uangmu, lebih penting daripada lingkunganmu, atau segala sesuatu yang ada padamu. Sekalipun engkau memiliki seluruh dunia, ini tidak bisa dibandingkan dengan jiwamu yang memilikinya. Apa gunanya jika seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Kalimat firman Tuhan ini merupakan estimasi dan evaluasi bahwa human life has greater value than the whole world. 

Jika engkau mendapatkan seluruh dunia tetapi kehilangan jiwamu, apa gunanya? Berarti seluruh dunia pun tidak lebih berharga daripada jiwamu. Jika engkau melakukan bunuh diri hanya karena kehilangan uang, itu adalah perbuatan yang bodoh. Jika engkau bunuh diri karena patah hati, engkau hanya melakukan hal yang bodoh. Dirimu jauh lebih penting daripada segala sesuatu yang engkau inginkan. Jika engkau memperoleh seisi dunia sekalipun tetap tidak bisa dibandingkan dengan nilai hidup yang telah Tuhan berikan kepadamu. Sebab itu, kembalilah untuk menilai dirimu dengan kriteria Alkitab, bukan menilai diri dengan kriteria dari konsepmu yang salah. 

Jika engkau berkata, “Karena saya tidak dapat memperoleh begitu banyak uang, saya tidak mau mengikut Tuhan; kalau saya tidak bisa memelihara asset saya lagi, lebih baik saya meninggalkan iman saya; kalau saya tidak lebih kaya lebih baik bunuh diri saja,” semua itu adalah pemikiran yang dangkal sekali, pemikiran yang non Biblical, pemikiran yang melawan Tuhan Allah. Mengapa harus kaya dulu baru menjadi orang Kristen? Mengapa pada waktu miskin engkau justru membuang imanmu? Mengapa pada waktu lancar baru memuji Tuhan? Mengapa pada waktu sulit engkau merasa Tuhan tidak ada? Justru kita harus menemukan betapa kaya dan limpahnya sifat ilahi di dalam kegelapan, kesulitan dan kemiskinan.

Ada tujuh hal yang menyebabkan hilangnya kestabilan di dalam jiwa kita:

1. Jiwa yang suka bersungut-sungut

Selalu tidak puas ini dan itu. Barangsiapa selalu bersungut-sungut, dia tidak pernah mempunyai kestabilan. Orang yang tidak puas terhadap Tuhan, orang yang tidak puas terhadap sesama, ia akan selalu mengomel dan tidak pernah merasa puas. Pernahkah engkau berjumpa dengan orang semacam ini, bila engkau berbicara kepadanya selalu dijawab dengan “tapi….” “Puji Tuhan hari ini cerah,” dia akan menjawab, “Tapi cerahnya cuma tiga jam saja.” “Puji Tuhan, keadaan Indonesia sudah mulai membaik.” “Tapi masih banyak kesulitan.” Dia tidak pernah merasa puas, tidak pernah mengucap syukur kepada Tuhan, selalu bersungut-sungut dan selalu mengkritik. Orang yang demikian tidak pernah menikmati sejahtera dan istirahat di dalam jiwanya.

2. Hati yang sempit dan suka mendendam

Orang yang pada saat diperlakukan dengan baik tidak apa-apa, tetapi kesalahan kita yang sedikit saja akan terus menerus diingat, adalah orang yang kurang stabil jiwanya. Dendam yang tidak kau buang dari hatimu akan membuat dirimu tidak mempunyai sejahtera. Hati yang sempit,yang tidak mudah melupakan kesalahan dan kekurangan orang lain, akan selalu mengikat dirimu dan membuatmu tidak mempunyai dada yang lapang dan tidak bisa menikmati sejahtera yang sungguh-sungguh. Kita perlu belajar untuk selalu mengingat segala kebaikan orang dan melupakan segala kejelekan orang lain. Ini memang tidak mudah, tetapi di situlah letak rahasia untuk melepaskan diri dari kesukaran dan dari hati yang tidak beres. Jangan banyak mengingat kekurangan orang lain.

Di Hong Kong saya bertemu dengan seseorang yang selalu membicarakan kelemahan orang lain. Saya menegurnya, “Kalau otakmu selalu diisi dengan kekurangan orang lain, tahukah kau bahwa otakmu penuh dengan sampah? Bodoh sekali.” “Betulkah? Tapi masalahnya begini…..” “ Tak usah beritahukan kepada saya. Kalau kau bisa merubah dia, ubahlah. 

Kalau tidak bisa diubah, ya sudah. Bukankah dia mempunyai orangtua? Kalau ibunya kurang mengajar, ya sudah. Mengapa selalu mengeluh “ini tidak beres, itu tidak beres”, selalu mengkritik. Apa yang pernah kau ubah? Bisakah kau ubah dunia ini menjadi lebih baik? Kalu mungkin, datang dan berbicaralah kepadanya. Kalau dia tetap tidak berubah, serahkanlah kepada Tuhan. Kewajibanmu adalah sebelum datang menasehatinya, coba doakan dia dengan sungguh-sungguh, barulah nasehatmu berkuasa. Barangsiapa hanya mengkritik tanpa mendoakan, dia tidak berkuasa mengubah orang lain.”

3. Suka merasa iri kepada orang lain

Perhatikan dengan sungguh-sungguh, merasa iri kepada orang lain adalah kuburan dan penjara bagi diri kita sendiri. Orang yang penuh dengan iri, tulangnya mengalami kerusakan. Alkitab mengatakan, iri hati adalah kanker tulang yang menghancurkan diri (Amsal 14:30). Karena penyakitnya berada di dalam tulang, maka tidak segera terlihat di luar. Orang yang merasa iri kepada orang lain, dirinya sedang dilanda racun yang merusak diri sendiri. Maka tidak usah merasa iri kepada orang lain. Kalau Tuhan memang juga mau memberikan hal itu kepadamu, tunggu saja waktunya. Kalau orang lain sukses karena belajar, mengapa engkau tidak belajar juga? Kalau ingin iri, haruslah iri terhadap kerajinan dan kesetiaan orang lain. Irilah terhadap penderitaan yang diderita sebelum dia mencapai kesuksesan. 

Itu perasaan iri yang benar. Mengapa dia bisa belajar selama 8 jam, sedangkan saya hanya 3 jam saja? Saya mau iri, saya mau belajar sampai 9 jam. Mengapa harus iri terhadap keberhasilan orang lain? Kalau seseorang berhasil, ketahuilah sebelum dia mencapai keberhasilan itu, berapa banyak harga pengorbanan yang harus dibayarnya? Apakah engkau mengira keberhasilan dapat diraih dengan mudah bagai tidur di malam hari, esoknya sudah menjadi malaikat? Tidak. Berapa banyak kesulitan, ujian, pergumulan, dan penderitaan yang Tuhan pakai untuk melatih dirinya sampai dia bisa mencapai hal itu. Mengapa engkau masih merasa iri? Orang yang iri adalah orang yang sempit hatinya. Orang yang sempit hatinya tidak akan menikmati kekeluasaan rohani yang memberi kestabilan kepadanya.

4. Orang yang suka marah

Marah tidak pernah menjadikan dirimu stabil.Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak gampang marah. Kalau Tuhan kita marah, adalah marah yang sesuai dengan keadilan yang tidak mungkin bersalah. Itu yang disebut kemarahan illahi, kemarahan yang kudus. Holy wrath of God, the wrath of God is according to the truth, the wrath of God is based on His righteousness and His holy wrath. 

KemarahanTuhan adalah kemarahan yang suci, kemarahan yang wajar, kemarahan yang adil. Tetapi Dia tidak mudah memuntahkan kemarahan-Nya. Mempelajari filsafat marah adalah hal yang penting sekali. Allah adalah satu-satunya oknum yang berhak untuk marah karena kemarahan-Nya adalah kemarahan yang tidak pernah salah. Karena semua emosi, tindakan, kelakuan, dan perbuatan Allah harus selaras, komprehensif, sinkron, dan harmonis sepenuhnya. Allah yang tidak mungkin salah marah itu jugalah Allah yang tidak mudah marah.

Mengapa seseorang marah? Karena dia sudah terpojok, karena tidak ada jalan lain yang bisa ditemnpuh, maka dia marah. Marah membuktikan dia sudah tidak berdaya. Anak kecil mudah marah, tetapi orang yang banyak pengalaman tidak mudah marah karena dia tahu tidak perlu menggunakan cara marah. Arah hanya bisa membereskan diri sendiri tapi tidak bisa membereskan orang lain. Seorang guru yang agung adalah guru yang tidakgampang marah. Seorang ayah yang berhasil dalam mendidik anak tahu kapan dia harus marah dan kapan dia tidak perlu marah. 

Banyak orang yang tidak mengerti akan prinsip ini gampang diperbudak emosinya sendiri. Kalau dia sudah tidak tahan, maka dia meledakkan amarahnya dan merasa lega. Akhirnya amarah itu hanya menyelesaikan diri sendiri, tidak menyelesaikan orang lain. Kalau seseorang sudah marah, anaknya dipukul setengah mati, benda-benda dirusak. Semua dianggap salah, hanya dirinya yang tidak salah. Akibatnya, bukan saja sang anak tidak memperoleh didikan, ia malah belajar memakai cara yang sama jika sudah besar.

Jadi yang perlu adalah belajar, marah tidak berguna. Marah hanya menyelesaikan kerisauan yang ada di dalam dirimu lalu melemparkannya kepada orang lain. Janganlah marah kecuali marahmu adalah amarah yang berada di dalam pengudusan Roh Kudus, bagi kemuliaan Tuhan Allah.

5. Rasa takut

Perasaan takut adalah suatu perasaan yang membuat seseorang tidak stabil. Rasa takut selalu timbul dari rasa tidak aman, insecure. Orang yang tidak mempunyai pegangan dalam hidupnya tidak tahu arahnya kemana. Waktu kesulitan menimpa, dia tidak tahu harus kemana. Dia selalu kehilangan dasar, kehilangan pegangan, kehilangan pendirian, dan menjadi takut. Setiap orang mempunyai rasa takut. Setiap orang pernah mengalami ketakutan. Setiap orang tahu apa itu ketakutan. Takut didasari oleh perasaan tidak aman. 

Perlukah kita mempunyai rasa takut? Kalau tidak perlu, tentu Tuhan tidak memberikannya di dalam diri kita. Namun takut ada banyak macamnya: waktu naik ke rumah yang tinggi sekali lalu memandang kebawah, engkau menjadi ngeri, takut jatuh. Itu adalah rasa takut yang perlu ada. Orang yang takut jatuh tidak mudah terjatuh. Ketika dia takut terjatuh, berarti dia belum jatuh. Orang yang sudah jatuh dan mati, tidak lagi merasa takut. Jadi ketakutan adalah wajar sejauh ketakutan itu berada pada tempatnya. Misalnya takut yang timbul karena engkau tidak menjalankan kehendak Tuhan, sehingga engkau tersesat dan tidak lagi berpegang kepada Tuhan. Ketakutan itu akan mengenyahkan sejahtera yang berada di dalam hatimu.

Di London terdapat sebuah hotel kecil yang di atas pintunya tertulis, “Si takut datang mengetuk pintu untuk mencari kawannya. Iman menjawab, “yang kau cari tak ada di sini.” Iman melawan ketakutan. Di mana ada iman, di situ tidak ada ketakutan. Yang ada hanyalah membuat rencana dan bersiap sedia. Takut berlawanan dengan iman. Iman berlawanan dengan ketakutan. Kadang kita mnerasa takut karena kita tidak mempunyai pegangan. 

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Kita takut akan hal-hal yang berada di luar kemampuan kita untuk menangani dan menguasainya. Mengapa waktu TV menayangkan film yang penuh pertarungan, engkau tetap duduk menyaksikannya? Mengapa engkau tidak merasa takut? Karena meski bertarung dengan serus sekali, engkau bisa menguasainya dengan remote-mu. Pertarungan itu ada di bawah kuasamu. Tapi perkelahian yang nyata tidak ada di bawah kontrol kita. Ini akan membuat kita takut dan gemetar.Jadi bedanya, hal itu di bawah kontrol kita atau tidak.

Jadi rasa takut timbul saat keadaan di luar kontrol kita. Sebenarnya yang penting bukanlah kita mampu mengontrol situasi atau tidak, melainkan bisakah kita mengontrol hati kita. Tak seorang pun bisa mengontrol seluruh dunia, tetapi kita masing-masing bisa mengontrol diri. Tidak seorang pun bisa melarang burung terbang di atas kepalamu, tapi engkau bisa melarang burung bersarang di atas kepalamu. Memang tidak seorang pun dapat mengontrol situasi, bahkan Presiden Soeharto pun tidak tahu apa yang akan terjadi 2 bulan yang akan datang. Jendral mana pun tidak ada yang tahu pesawat mana yang telah dipasang bom dan akan diledakkan. Tidak seorang pun bisa mengontrol situasi dan mengontrol seluruh dunia. Tapi paling sedikit engkau harus bisa menguasai hatimu. Jangan biarkan dirimu dipermainkan oleh ketakutan.

6. Perasaan cemas dan kuatir

Rasa cemas ada 2 macam. Pertama, cemas terhadap hal-hal yang sederhana, misalnya kuatir tidak punya makanan, kuatir mengalami bahaya, dsb. Kedua, kekuatiran yang lebih besar, yaitu kuatir terhadap kematian. Filsuf Eksistensialisme memakai istilah anxious. Anxiety lebih besar daripada worry. Bila saya kuatir hari akan hujan sehingga membawa payung, kuatir ada pencuri sehingga memasang gembok yang besar, itu semua kekuatiran biasa. Tetapi kecemasan yang terjadi karena dari ada menjadi tidak ada, dari hidup menjadi mati, cemas setelah berada di dunia kekekalan harus menuju ke mana, itu adalah kekuatiran total yang jauh lebih besar daripada kekuatiran sehari-hari. Itu membuatmu sama sekali kehilangan pegangan bagaikan layang-layang putus yang sedang terombang-ambing di tengah angin ribut.

7. Rasa gelisah

Gelisah berarti tidak mempunyai pegangan dalam mengatur waktu dan juga segala sesuatu yang melanda jiwa dan perasaanmu yang stabil. Hati, jiwa dan perasaan kita menjadi tegang luar biasa. Kita seperti kehabisan waktu, ingin cepat-cepat menyelesaikan sesuatu, itulah gelisah. Coba perhatikan semut yang berada di atas kuali. Dia terus berputar ke sana ke mari, tidak bisa keluar dari kuali yang panas itu. Itulah yang disebut gelisah. 

Orang yang gelisah tidak bisa memanfaatklan waktu dengan baik. Orang yang gelisah selalu dikejar-kejar oleh waktu. Akhirnya ia menjadi pasif, bukan aktif. Orang yang aktif menggunakan waktu berbeda sekali dengan orang pasif yang hidup di bawah kejaran waktu. Orang yang tidak mempunyai kestabilan jiwa di saat kesulitan tiba hanya bisa berteriak, lari dan menyelesaikannya tanpa prinsip. 

Contohnya, waktu engkau mengemudikan mobil, tiba-tiba menyadari remnya blong padahal sedang di jalan yang menurun, apa yang kau perbuat? Seharusnya engkau berpikir, apa cara yang bisa kupakai untuk memperlambat laju mobil ini, misalnya dengan mengganti persnelling. Tapi kalau waktu itu otakmu tidak berjalan lagi, yang bisa kaulakukan hanya berteriak, “Tuhan! Aku hampir mati.” Maka Tuhan akan jawab, “Oke, kau boleh mati.” Iman di dalam agama bukan untuk melarikan diri dari kewajiban. Memang menyeru nama Tuhan itu tidak salah, tetapi di saat seperti itu kita harus tahu secara rasio apakah tanggung jawab kita. 

Jadi selain bersandar kepada Tuhan kita juga harus tahu bagaimana menanggulangi hal itu. Gelisah tidak bisa menghasilkan apa-apa. Perbedaan orang rasionil dan yang emosioniol, antara orang yang berpengalamandan yang tidak berpengalaman, adalah orang yang emosionil akan histeris dan gelisah dan di tengah-tengah kegelisahan itu akhirnya bertindak salah. Sebab itu janganlah tergesa-gesa, janganlah gelisah. Berlakulah stabil dan tenang.

Inilah empat dasar untuk menenangkan hati kita:

1. Hati kita tenang karena kita mengerti kedaulatan Allah

Inilah sumbangsih dari teologi Reformed, the sovereignty of God, the absolute powerof God. Allah bukan hanya menciptakan langit dan bumi. Dia juga adalah penguasa sejarah, pengatur semua orang yang berkuasa. Dia adalah sumber dari semua pemerintahan. Siapakah raja? Siapakah presiden? Mereka hanyalah manusia yang Tuhan letakkan di atas pemerintahan untuk seketika saja. 

Raja menjadi raja, presiden menjadi presiden, menteri menjadi menteri, pejabat menjadi pejabat, semua karena Tuhan memberikan kepercayaan yang sementara kepada mereka. Jika mereka melakukan keadilan, jika mereka berbuat yang sesuai di dalam jangka waktu dan batas toleransi Tuhan, mereka masih diperbolehkan memerintah. Tetapi kalau mereka sudah melampaui batas yang telah Tuhan tetapkan, jika mereka telah merebut kemuliaan Allah, maka Tuhan akan berkata, “Your time is up, now get down!” Jangan lupa ada kedaulatan Allah.

Ingatkah Anda, ada negara di atas negara, ada kuasa di atas kuasa, ada hukum di atas hukum, ada kemuliaan di atas kemuliaan, ada pemerintah yang lebih tinggi dari pemerintah, yaitu Tuhan Allah sendiri.

Apakah yang membuat kita stabil? Yaitu kita percaya bahwa prinsip yang ada di dalam kitab suci dan dibuktikan di dalam sejarah: God is the supreme authority. God is God of sovereignty. Allah yang mempunyai kuasa yang tertinggi, Allah yang berdaulat yang menetapkan sejarah dan segala sesuatu bisa terjadi atau tidak. Karena itulah yang menjadi keyakinan kita maka kita tidak mudah terombang-ambingkan, tidak gampang menjadi gelisah, tidak gampang kehilangan sejahtera, karena Allah kita Allah yang berdaulat.

Keyakinan ini harus menjadi butir iman yang tidak boleh kita buang. Keyakinan ini harus menjadi pegangan kita di dalam menanggulangi segala sesuatu. The understanding and the submission to the sovereignty of God is the foundation of your spiritual stability. Kerohanian kita stabil, iman kita tidak mudah digoncangkan karena kita tahu dengan sungguh-sungguh bahwa Allah kita berdaulat. Bagaimana kerohanian kita bisa menjadi berkuasa dan stabil? Bagaimana kita bisa memiliki hati yang tenang? Karena Allah kita berdaulat. Mazmur 29:10 mengatakan, “Tuhan bersemayam di atas air bah.” Saat air bah memenuhi seluruh bumi, Allah tetap ada di takhta-Nya.

Dua tahun yang lalu rumah saya kebanjiran setinggi 22 cm. Waktu itu saya ada di Taipei. Isteri saya gelisah sekali karena banjir, merusakkan barang-barang. Maka ia memanggil orang untuk mengangkat piano ke tempat yang lebih tinggi. Kulkas juga diangkat. Lemari yang beberapa meter tidak bisa diangkat dan terendam sehingga lapuk.

Waktu banjir, apa yang kita cari? Tempat yang lebih tinggi, bukan? Meski air bah melanda, tempat yang tinggi tidak terkena air. Alkitab berkata, ketika seluruh bumi dilanda air bah, Tuhan duduk di atas takhta. Alangkah indahnya hal itu. Itulah Tuhan kita. Tuhan kita tidak pernah terendam banjir. Yang bisa terendam banjir adalah patung berhala, bukan Tuhan. Tuhan berada di atas takhta-Nya sewaktu air bah memenuhi bumi. Percayalah dengan penuh bahwa Allah berdaulat. Kalau Allah berdaulat, mengapa Dia membiarkan air bah melanda, membiarkan kesulitan tiba, membiarkan kita mengalami segala kemiskinan dan kerugian yang begitu besar? Karena Tuhan sedang memberikan program baru untuk melatih hidupmu karena Tuhan tahu itu yang kaubutuhkan untuk membentukmu.

Kita sudah sulit dididik orang lain, karena merasa sudah dewasa. Banyak orang, saat orang tuanya masih hidup pun sudah tidak mau mendengar nasehat mereka, apalagi setelah mereka tiada, bukankah demikian? Kita sudah menjadi orang-orang liar yang tidak bisa mendengar nasehat lagi. Cara satu-satunya adalah Tuhan memukul kita dsengan kesulitan-kesulitan. 

Waktu kesulitan datang dari Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya bisa berkata, “Tuhan, apa yang Kau inginkan?” Tuhan mengatakan, “Di dalam kesulitan, Aku membuka telingamu untuk mendengar suara-Ku.” Waktu engkau kaya dan lancar, engkau tidak mudah mendengar firman Tuhan. Waktu engkau sakit, waktu engkau menderita dalam kesulitan mungkin engkau mulai mendengar-Ku, itu pun kalau kau masih rendah hati. Ada semacam orang ketika berada di dalam kesulitan bukannya mendengar,malah ia lebih marah kepada Tuhan. Maka Tuhan menutup telinganya supaya dia tidak bisa mendengar firman.

Mengapa Tuhan memberikan kesulitan kepadakita? Karena Tuhan ingin mempersiapkan kerohanian kita ke tingkat yang lebih tinggi. Kalau terus menerus diberi hal yang gampang, bukankah menunjukkan engkau belum naik kelas? Bukankah pelajarandi universitas lebih sulit daripada di SMA? Bukankah pelajaran di SMA lebih sulit daripada di SMP? Jika engkau mengatakan sudah tahu semua isi Alkitab,tetapi otak dan hatimu belum memahami dengan sungguh-sungguh, maka Tuhan akan melatih dan mengolah kita. Sebab itu bersyukurlah kepada-Nya.

2. Hati bisa tenang karena mengerti penyertaan Tuhan

Allah menyertai kita pada waktu kita mengalami kesulitan. Allah tidak pernah memungkiri janji-Nya terutama kepada mereka yang berjalan di dalam kehendak dan pimpinan Roh Kudus. Mengapa di Ibrani 13:5-6, setelah Tuhan mengingatkan agar kita tidak tamak uang, disambung dengan pernyataan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita? Karena sebenarnya apa yang kita butuhkan di dalam dunia ini tidak terlalu banyak, tetapi yang kita ingini jauh lebih banyak. Untuk itu kadang-kadang Tuhan mengambil sebagian darinya. Biarkan Dia mengambilnya karena yang kauperlukan tidak terlalu banyak. Waktu Tuhan mengambil bagian yang lebih dari keinginanmu yang liar itu, apakah kau kira Tuhan meninggalkanmu? Tidak. Tuhan tidak meninggalkanmu dan tidak membuangmu.

Bulan Juli tahun lalu, kemenangan Golkar telah memberi angin bagi orang-orang tamak karena kemenangan itu menyebabkan mereka bisa meminjam uang sebanyak mungkin untuk mengembangkan usaha mereka sehingga mereka bukan saja kaya tetapi kaya-raya. Akibatnya karena meminjam banyak maka bangkrutnya juga terlalu banyak. Bila kita mempunyai keinginan liar jauh melampaui apa yang seharusnya, kita telah menjebak diri di dalam berbagai macam kesedihan, kesusahan dan kepicikan. 

Sebab itu Tuhan mengatakan, Aku tidak akan meninggalkan engkau, jangan tamak dan jangan menjadi hamba uang. Jika engkau memang berbakat mengelola perusahaan yang besar sekali, jangan lupa bahwa itu adalah mandat kultural yang Tuhan berikan kepadamu karena talenta dan potensi besar yang ada padamu untuk menggarapnya. Tetapi jangan lupa apa pun yang kaugarap harus sesuai dengan prinsip Alkitab dan pimpinan Tuhan. Bila tidak,semua itu akan menjadi jerat, penjara, kesedihan dan kepicikan yang akan melilitmu. Sayangnya banyak orang yang menyadari hal ini saat segalanya sudah terlambat.

Sun Yat Sen mengatakan ada 3 macam orang,yaitu xian zhi xian jue (sudah sadar dan tahu sebelumnya), hou zhi hou jue (sudah gagal barulah sadar), dan pu zhipu jue (baik sebelum maupun sesudahnya tidak pernah sadar kegagalan).

Kong Hu Cu juga mengatakan ada orang yang sejak lahir sudah pintar sekali. Ada orang yang sudah belajar baru tahu. Tapi ada yang sudah belajar pun masih belum tahu, celakalah dia. Kong Hu Cu juga mengatakan seseorang yang sejak mudanya malas, tidak mau bekerja, tidak mau berpikir, maka dia akan menjadi pencuri. Karena dia tidak mau bekerja, hanya duduk dan makan hasil kerja orang lain, bukankah secara halus ia sudah menjadi pencuri?

Tuhan beserta, tapi siapakah yang Tuhan sertai? Tuhan menyertai mereka yang berjalan bersama-Nya. Kalau engkau telah menyimpang dan minta Tuhan menyertai, Tuhan akan mengatakan padamu, “Kalau mau Aku sertai, engkau harus kembali. Mengapa mengajak Aku untuk menyimpang bersamamu?” Tuhan tidak bisa menyimpang. Jika kita berjalan sejalur dengan jalan Tuhan maka Dia akan menyertai. Tidak ada prinsip lain, kecuali bertobat dan kembali kepada Tuhan, sungguh-sungguh taat pada prinsip-prinsip kebenaran yang diwahyukan, engkau tidak akan menikmati presence of God. You never enjoy His presence if you are going astray according to your will.

3. Hati menjadi tenang karena mengetahui ada rencana Allah untuk melatih kita melalui kesulitan

Mensius mengatakan tian jiang da ren yu si ren ye, bi xian lao qi jing gu, ku qi xin zhi,ji qi fu. Kalau sorga member tugas kepada seseorang, maka pertama-tama niat perjuangannya akan dibuat susah sekali, membuatnya patuh akan segala kesengsaraan secara badaniah dan membuat perutnya merasa lapar, akhirnya memupuk sifat dan temperamen di dalam dirinya. Maka Mensius menyambungnya, wu yang wu zhi hao ran zhi qi, aku memupuk temperamen, jiwa dan kelapangan hatiku menjadi begitu agung dan besar. Itu semacam dipenuhi Roh Kudus yang dimengerti dalam wahyu umum oleh orang-orang yang tidak mengerti Alkitab. 


Namun ironisnya, orang yang mempunyai wahyu khusus dari Alkitab justru tidak mengerti hal ini sehingga dibandingdengan banyak orang non Kristen, orang Kristen masih kalah di dalam semangat berjuangnya. Banyak pendeta lebih malas daripada mereka yang berbisnis. Coba perhatikan orang yang bekerja di kantor atau di bank, mereka lebih rajin dibanding pendeta. Kesulitan dan latihan ketat justru dipakai oleh Tuhan untuk membentukmereka yang bisa dipakai oleh-Nya.

Kita perlu tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana atas diri kita. Tuhan mempunyai program latihan untuk kita. Tuhan mempunyai cara untuk mengolah kita sehingga kita bisa menjadi seorang yang berguna di dalam tangan-Nya. Sebagai seorang ayah, saya merencanakan bagaimana mendiodik anak-anak saya dengan prinsip-prinsip yang ketat. 

Kalau saya saja tahu prinsip mendidik, masakah Tuhan tidak mempunyai rencana untuk melatih kita? Masakah Tuhan akan membiarkan kita berbuat sewenang-wenang? Tidak. Dia mempunyai rencana yang ketat supaya kita jadi. Bukan hanya jadi secara lahiriah melainkan seluruh hidup kita terbentuk menjadi satu watak yang sulit digoncangkan oleh Iblis. Kalau engkau tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana untuk mengolah dirimu, itulah yang membuat engkau tetap stabil di tengah-tengah kesulitan. Amin.

SUMBER :
Nama buku : Iman Dalam Masa Krisis
Sub Judul : Bab IV : Istirahat Di Dalam Tuhan
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2010
Halaman : 57 – 77
Next Post Previous Post