Cara Daud Menghadapi Pergumulan atau Masalah
.jpg)
Pendahuluan: Mengapa Belajar dari Daud?
Dari seluruh tokoh dalam Alkitab, Daud adalah salah satu figur yang paling manusiawi dan paling mendalam dalam ekspresi iman serta pergumulan. Ia bukan hanya raja besar Israel, tetapi juga dikenal sebagai "seorang yang berkenan di hati Tuhan" (1 Samuel 13:14; Kisah Para Rasul 13:22). Namun, kehidupan Daud juga penuh dengan penderitaan, dosa, pengkhianatan, kehilangan, dan konflik batin.
Dalam pandangan teologi Reformed, tokoh Daud menjadi cermin nyata bagaimana iman sejati bergumul di tengah dunia yang berdosa, dan bagaimana anugerah Allah menopang umat-Nya meskipun mereka lemah dan jatuh.
Artikel ini akan menggali cara Daud menghadapi masalah dan pergumulan menurut prinsip-prinsip Alkitabiah, serta bagaimana pemikiran teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, dan Tim Keller melihatnya sebagai contoh pertobatan, penyembahan sejati, dan ketekunan iman.
1. Daud Tidak Asing dengan Penderitaan
a. Daud Menghadapi Penganiayaan
Daud dikejar Saul selama bertahun-tahun tanpa melakukan kesalahan. Ia hidup dalam gua-gua, menghadapi pengkhianatan dari orang terdekat, bahkan dikhianati oleh rakyatnya sendiri (1 Samuel 18–31).
b. Daud Menghadapi Dosa Pribadi
Daud jatuh dalam dosa besar: perzinahan dengan Batsyeba dan pembunuhan Uria (2 Samuel 11). Namun respons Daud bukan membela diri, melainkan bertobat dengan hati hancur (Mazmur 51).
c. Daud Menghadapi Krisis Keluarga dan Pengkhianatan Anak
Putranya, Absalom, memberontak dan ingin membunuhnya (2 Samuel 15). Daud harus melarikan diri dari Yerusalem dan menghadapi pergumulan emosional sebagai ayah dan pemimpin.
2. Respon Daud terhadap Masalah: Perspektif Alkitabiah dan Reformed
a. Daud Selalu Datang kepada Allah dalam Doa
“TUHAN adalah terangku dan keselamatanku; kepada siapa aku harus takut?” (Mazmur 27:1)
Dalam banyak mazmurnya, Daud menunjukkan bahwa reaksi pertamanya terhadap masalah adalah datang kepada Tuhan. Ia tidak mengandalkan kekuatan militer atau kecerdikannya lebih dulu, tetapi berseru kepada Allah.
R.C. Sproul menjelaskan:
*“Doa bukan reaksi terakhir Daud, melainkan refleks pertamanya. Ini adalah tanda kehidupan rohani yang hidup.”
b. Daud Menyuarakan Emosi dengan Jujur dalam Mazmur
Mazmur penuh dengan ratapan, pertanyaan, amarah, dan air mata. Namun semua itu diarahkan kepada Tuhan, bukan menjauh dari-Nya.
Tim Keller mengatakan:
*“Mazmur Daud mengajarkan kita bahwa kejujuran emosional di hadapan Allah adalah jalan menuju penyembuhan.”
Contoh:
-
Mazmur 13: “Berapa lama lagi, Tuhan?”
-
Mazmur 42: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku?”
c. Daud Memegang Teguh Janji Allah
Meski tidak melihat penggenapan janji secara langsung, Daud tetap berpegang pada firman dan janji Allah.
“Engkau adalah tempat perlindunganku dan perisaiku, aku berharap kepada firman-Mu.” (Mazmur 119:114)
John Calvin menekankan:
*“Iman yang benar bukanlah percaya pada keadaan, tetapi percaya pada janji Allah yang tidak berubah meski dunia bergejolak.”
3. Cara Daud Bertobat dan Menghadapi Dosa Sendiri
a. Kesadaran Penuh atas Dosa
“Terhadap Engkau, terhadap Engkaulah aku telah berdosa.” (Mazmur 51:4)
Saat ditegur oleh nabi Natan, Daud tidak menyalahkan orang lain atau mencari pembenaran diri. Ia langsung mengakui dosanya kepada Allah.
b. Pertobatan yang Dalam dan Jujur
Mazmur 51 adalah contoh doa pertobatan sejati: bukan sekadar minta maaf, tapi permohonan akan pembaruan hati dan roh yang teguh.
Jonathan Edwards berkata:
*“Pertobatan sejati tidak hanya ingin diampuni, tetapi ingin diperbarui.”
c. Bersandar pada Kasih Karunia, Bukan Kebaikan Sendiri
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu.” (Mazmur 51:1)
Daud tidak meminta berdasarkan perbuatan baiknya di masa lalu, tetapi berdasarkan anugerah Allah yang besar. Ini adalah prinsip utama dari teologi Reformed: sola gratia (hanya karena anugerah).
4. Cara Daud Menghadapi Ketakutan dan Tekanan
a. Ia Melihat Allah Lebih Besar dari Musuhnya
“Sekalipun tentara berkemah melawan aku, hatiku tidak akan takut.” (Mazmur 27:3)
Daud tidak menyangkal ancaman nyata di sekelilingnya, tetapi memusatkan pikirannya pada kebesaran Allah.
b. Ia Menyembah di Tengah Krisis
“Aku akan mempersembahkan korban di kemah-Nya dengan sorak-sorai.” (Mazmur 27:6)
Daud tidak menunggu masalah selesai untuk menyembah. Penyembahan adalah senjata dalam peperangan rohaninya.
c. Ia Mengingat Karya Tuhan di Masa Lalu
“Jiwaku teringat kepada-Mu ketika aku di tempat tidur, aku merenungkan Engkau sepanjang waktu malam.” (Mazmur 63:6)
Mengingat kesetiaan Allah di masa lalu memberinya iman untuk menghadapi masa kini.
5. Kerendahan Hati Daud: Ciri Pemimpin yang Tunduk pada Tuhan
Daud adalah raja, tetapi tidak pernah memposisikan dirinya di atas Tuhan atau firman-Nya. Bahkan ketika memiliki kuasa, ia tetap tunduk.
Contoh:
-
Ia menolak membunuh Saul meski punya kesempatan (1 Samuel 24)
-
Ia menolak membalas Simei yang mengutuknya (2 Samuel 16)
John Calvin menulis:
*“Kebesaran sejati dari seorang pemimpin bukan terletak pada kekuasaan, tetapi dalam kerendahan hatinya di hadapan Allah.”
6. Prinsip-Prinsip Reformed dalam Cara Daud Menghadapi Masalah
a. Soli Deo Gloria – Semua Kembali kepada Kemuliaan Allah
Daud sering berkata: “Bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mu berikan kemuliaan.” (Mazmur 115:1)
b. Sola Gratia – Segalanya karena Anugerah
Pertobatan Daud dalam Mazmur 51 mencerminkan bahwa keselamatan dan pemulihan hanya mungkin karena kasih karunia.
c. Sola Scriptura – Firman Sebagai Dasar Pengharapan
Mazmur 119 menunjukkan betapa Daud mencintai dan menggantungkan hidupnya pada firman Tuhan.
7. Aplikasi Praktis: Bagaimana Kita Meneladani Daud dalam Menghadapi Masalah
a. Belajar Mencari Tuhan dalam Doa Sebagai Respons Pertama
Bukan merancang strategi atau mengeluh ke orang lain lebih dulu, tetapi datang kepada Tuhan dalam kerendahan hati.
b. Jujur dalam Emosi, Tapi Tetap Berserah
Mazmur mengajarkan bahwa kita boleh menangis, berkeluh kesah, bahkan bertanya “mengapa”—selama semua itu diarahkan kepada Tuhan, bukan menjauh dari-Nya.
c. Menjaga Penyembahan dan Pengharapan di Tengah Krisis
Seperti Daud, kita bisa tetap menyembah, meski belum melihat solusi.
d. Bertobat Secara Mendalam Saat Kita Jatuh
Mazmur 51 menjadi pola bagaimana seharusnya kita bertobat: mengakui, merendahkan diri, dan mohon pemulihan hati.
Kesimpulan: Daud, Model Orang Percaya yang Bertumbuh dalam Masalah
Kisah hidup Daud memperlihatkan bahwa iman sejati tidak berarti hidup tanpa masalah, tetapi memiliki Allah sebagai benteng dan penolong dalam semua masalah. Teologi Reformed menegaskan bahwa semua pergumulan hidup adalah alat dalam tangan Allah yang Mahabijaksana untuk membentuk kita serupa dengan Kristus.
Melalui air mata, doa, pujian, dan pertobatan, Daud menunjukkan kepada kita cara seorang hamba Tuhan menjadi dewasa secara rohani melalui pergumulan hidup.
“Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.” (Mazmur 16:8)