Kristus, Puncak Taurat: Roma 10:4
.png)
“Sebab, Kristus adalah puncak dari Hukum Taurat yang menjadi kebenaran bagi setiap orang yang percaya.”— Roma 10:4 (AYT)
Pendahuluan
Dalam dunia Kekristenan, surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma menjadi salah satu karya teologis paling penting dalam Perjanjian Baru. Pasal 10, khususnya ayat 4, adalah puncak argumen tentang hubungan antara Taurat, iman, dan Kristus. Banyak perdebatan teologis terjadi seputar frasa “Kristus adalah puncak dari Hukum Taurat”. Apakah “puncak” (dalam bahasa Yunani: telos) berarti “akhir”, “tujuan”, atau “pemenuhan”? Artikel ini akan menyelami makna ayat ini dalam terang ajaran Reformed, menggunakan pendapat dari beberapa tokoh besar seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Murray, dan lainnya.
I. Konteks Historis dan Teologis Roma 10:4
Untuk memahami Roma 10:4 dengan tepat, kita perlu melihatnya dalam konteks Roma 9–11. Paulus sedang membahas ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi dalam penerimaan Injil. Banyak orang Yahudi mengejar kebenaran melalui ketaatan pada Hukum Taurat, tetapi gagal memahami bahwa kebenaran sejati hanya diperoleh melalui iman kepada Kristus.
Paulus menulis:
“Sebab mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.” (Roma 10:3)
Ayat 4 lalu menjadi klimaks pemikiran ini: Kristus adalah jawaban dari semua pencarian tersebut.
II. Arti Kata “Telos” dan Implikasinya
Kata Yunani που digunakan di sini adalah telos, yang secara harfiah berarti “akhir”, “tujuan”, atau “pencapaian”. Dalam teologi Reformed, penafsiran yang dominan adalah bahwa Kristus adalah “penggenapan” atau “tujuan akhir” dari Taurat, bukan hanya “penghentian”.
John Calvin:
Dalam Commentary on Romans, Calvin menulis:
“Kristus adalah akhir dari Taurat, karena Dia memenuhi tuntutan hukum dengan sempurna, sehingga kebenaran tersedia bagi semua orang yang percaya, bukan melalui usaha, tetapi melalui iman.”
Bagi Calvin, Kristus bukanlah “menghapus” hukum, tetapi membawa hukum pada pemenuhannya — baik secara moral maupun ritus.
R.C. Sproul:
Dalam The Righteous Shall Live by Faith, Sproul menjelaskan bahwa:
“Taurat membawa kita kepada Kristus. Fungsinya adalah menunjukkan kebutuhan akan Juruselamat. Jadi, ketika Kristus datang, Taurat menemukan tujuan akhirnya.”
III. Kristus Sebagai Pemenuhan Taurat
Kristus tidak hanya sekadar menggantikan Taurat, tetapi memenuhi tiga aspek utama dari hukum:
1. Pemenuhan Hukum Moral
Kristus menjalani kehidupan yang sempurna, tanpa dosa, memenuhi seluruh hukum moral Allah. Dia tidak hanya menghindari pelanggaran hukum, tetapi sepenuhnya taat dalam kasih dan kebenaran.
“Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17)
2. Pemenuhan Hukum Seremonial
Seluruh sistem kurban dan ibadah dalam Imamat menunjuk kepada Kristus. Ibrani 10:1-10 menegaskan bahwa kurban Kristus adalah penggenapan dari semua simbol dan bayangan dalam hukum seremonial.
3. Pemenuhan Hukum Sipil
Hukum sipil Israel bersifat teokratis dan kontekstual. Meskipun tidak lagi berlaku secara literal bagi umat Kristen, prinsip moralnya tetap berlaku dalam terang Kristus.
IV. Kebenaran Bagi Orang yang Percaya
Roma 10:4 juga menyatakan bahwa hasil dari pemenuhan ini adalah “kebenaran bagi setiap orang yang percaya.” Ini adalah pusat dari doktrin pembenaran melalui iman (justification by faith), yang menjadi pilar Reformasi Protestan.
John Murray:
Dalam The Epistle to the Romans, John Murray menulis:
“Kebenaran yang dimaksudkan adalah status benar di hadapan Allah, yang bukan hasil ketaatan kita pada hukum, melainkan karena iman dalam Kristus.”
Kebenaran ini bukan hasil usaha manusia, melainkan karunia yang diperoleh melalui iman (lih. Filipi 3:9). Paulus sangat konsisten dalam hal ini di seluruh suratnya (Galatia 2:16, Roma 3:21-26).
V. Implikasi Teologi Reformed dari Roma 10:4
1. Penekanan pada Sola Fide (Hanya oleh Iman)
Roma 10:4 adalah salah satu dasar utama dari doktrin sola fide, bahwa keselamatan tidak dapat diperoleh melalui perbuatan hukum, tetapi hanya oleh iman kepada Kristus.
2. Kesatuan Perjanjian Lama dan Baru
Dalam pandangan Reformed, tidak ada dikotomi antara Perjanjian Lama dan Baru. Kristus adalah pusat dari kedua perjanjian. Apa yang dijanjikan dalam PL digenapi dalam PB. Kristus bukan alternatif dari Taurat, tetapi realisasi dari janji-janji Taurat.
3. Hukum dan Injil dalam Relasi yang Sehat
Teologi Reformed menjaga keseimbangan antara hukum dan Injil. Taurat tetap berguna:
-
Mengungkapkan dosa (fungsi pedagogis)
-
Menjadi panduan hidup kudus (fungsi normatif)
Namun, hanya Injil yang menyelamatkan. Roma 10:4 menjadi batas antara kegunaan hukum dan supremasi Injil.
VI. Kesaksian Tokoh Reformed Lainnya
Martyn Lloyd-Jones:
“Kristus mengakhiri semua usaha manusia untuk mencapai keselamatan melalui hukum. Sekarang, hanya iman kepada-Nya yang menyelamatkan.”
Herman Bavinck:
Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck menyebut Kristus sebagai “kunci” yang membuka seluruh makna Taurat. Ia menekankan kontinuitas antara hukum dan Injil di dalam Kristus.
VII. Aplikasi Praktis
1. Kita Tidak Diselamatkan oleh Perbuatan
Roma 10:4 mematahkan semua bentuk legalisme. Kita tidak perlu dan tidak bisa memperoleh kebenaran melalui hukum. Keselamatan adalah kasih karunia Allah semata.
2. Menghargai Peran Taurat
Walaupun hukum tidak menyelamatkan, itu tetap baik. Hukum menuntun kita kepada Kristus dan menunjukkan kehidupan yang Allah kehendaki. Orang percaya taat bukan untuk diselamatkan, tetapi sebagai ungkapan syukur.
3. Memberitakan Kristus sebagai Penggenapan Taurat
Evangelisasi harus menyampaikan bahwa Kristus bukan sekadar guru moral, tetapi Sang Pemenuh hukum Allah. Hanya melalui iman kepada-Nya, manusia dibenarkan.
VIII. Tantangan dan Kesalahpahaman
Beberapa interpretasi modern mencoba memisahkan Kristus dari hukum, atau menyatakan bahwa hukum tidak relevan lagi. Ini bertentangan dengan pemahaman Reformed yang melihat hukum sebagai tetap relevan dalam hidup orang percaya, meski bukan sebagai dasar pembenaran.
Kesimpulan
Roma 10:4 adalah salah satu pernyataan paling padat dan bermakna dalam seluruh Alkitab. Dalam satu kalimat, Paulus merangkum seluruh narasi Alkitab: bahwa Kristus adalah tujuan akhir dari hukum, dan bahwa hanya melalui iman kepada-Nya, seseorang dapat memperoleh kebenaran.
Dalam terang ajaran Reformed, ayat ini menegaskan bahwa:
-
Keselamatan adalah anugerah,
-
Kristus adalah pusat segala hukum dan janji,
-
Iman adalah satu-satunya sarana untuk memperoleh kebenaran.