Menjadi Saksi Kebangkitan: Kisah Para Rasul 1:21-22
.jpg)
“Oleh karena itu, seseorang dari mereka yang selalu bersama dengan kita selama Tuhan Yesus masuk dan keluar dari antara kita, mulai dari baptisan Yohanes sampai pada hari ketika Ia diangkat dari antara kita, salah satu dari mereka ini harus menjadi saksi tentang kebangkitan-Nya bersama kita.”— Kisah Para Rasul 1:21–22 (AYT)
Pendahuluan
Kisah Para Rasul 1:21–22 merupakan bagian penting dari narasi awal gereja mula-mula. Dalam konteks ini, para rasul sedang mempersiapkan pengganti Yudas Iskariot, yang telah mengkhianati Yesus dan kemudian meninggal. Ayat ini menyoroti kriteria penting untuk menjadi seorang rasul: menyaksikan seluruh pelayanan Yesus dan khususnya kebangkitan-Nya.
Teologi Reformed memberikan perhatian besar terhadap otoritas kerasulan, fondasi gereja, serta pentingnya saksi kebangkitan sebagai inti dari pemberitaan Injil. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi konteks historis, makna teologis, dan pandangan dari tokoh-tokoh Reformed terkemuka seperti John Calvin, B.B. Warfield, Herman Ridderbos, dan lain-lain.
I. Konteks Historis dan Naratif
Sebelum kenaikan Yesus ke surga (Kisah 1:9), Ia memerintahkan para rasul untuk menantikan janji Bapa, yaitu Roh Kudus (Kisah 1:4-5). Setelah kenaikan, para murid kembali ke Yerusalem dan berkumpul di ruang atas. Di tengah komunitas sekitar 120 orang, Petrus bangkit dan menyampaikan perlunya menggantikan Yudas (Kisah 1:15–20).
Mengapa Perlu Ada Pengganti Yudas?
Menurut ayat 20, Petrus mengutip Mazmur untuk menunjukkan bahwa tempat pelayanan Yudas harus diisi oleh orang lain. Ini menunjukkan pemahaman bahwa peran rasul adalah panggilan ilahi dan memiliki fungsi spesifik sebagai saksi mata pelayanan Yesus.
II. Syarat Menjadi Rasul: Eksposisi Ayat 21–22
Dalam Kisah Para Rasul 1:21–22, dua syarat utama ditetapkan:
-
Telah bersama Yesus sejak baptisan Yohanes sampai kenaikan-Nya.
-
Menjadi saksi kebangkitan Yesus.
John Calvin:
Dalam komentarnya atas Kisah Para Rasul, Calvin menulis:
“Rasul bukan sekadar pewarta Injil, tetapi harus menjadi saksi langsung atas peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Kristus, terutama kebangkitan-Nya, karena inilah dasar dari iman Kristen.”
Bagi Calvin, kerasulan berakar pada otoritas langsung dari Kristus dan pengalaman pribadi dengan-Nya. Saksi kebangkitan tidak dapat diturunkan atau diwariskan seperti jabatan biasa. Ini menegaskan bahwa kerasulan adalah fondasi, bukan posisi yang terus berlanjut.
III. Kebangkitan Kristus Sebagai Inti Injil
Salah satu penekanan besar dalam ayat ini adalah kebangkitan. Kriteria utama bagi rasul adalah menjadi saksi kebangkitan Kristus. Ini berarti:
-
Mereka bukan hanya tahu secara intelektual, tetapi mengalami secara langsung.
-
Mereka akan memberitakan bahwa Yesus hidup, bukan hanya bahwa Ia mati.
B.B. Warfield:
Dalam tulisannya mengenai otoritas Alkitab dan kebangkitan, Warfield menyebut kebangkitan sebagai “segitiga utama dari Injil”, bersama dengan salib dan kelahiran perawan.
“Tanpa kebangkitan, Injil kehilangan kekuatannya. Saksi kebangkitan bukan hanya tugas teologis, tetapi misi eksistensial gereja.”
Herman Ridderbos:
Ridderbos melihat kebangkitan Kristus sebagai titik puncak sejarah penebusan:
“Kebangkitan adalah inaugurasi dari zaman baru. Para rasul adalah saksi zaman eskatologis yang telah dimulai.”
IV. Fungsi Kerasulan dalam Teologi Reformed
Dalam pemahaman Reformed, kerasulan memiliki karakter khusus:
-
Non-transisional: Tidak diturunkan kepada generasi berikutnya.
-
Fondasional: Para rasul menjadi dasar dari gereja, sebagaimana dinyatakan dalam Efesus 2:20.
-
Otoritatif: Mereka memiliki otoritas dalam pewahyuan yang kemudian dibukukan sebagai bagian dari Kitab Suci.
Louis Berkhof:
Dalam Systematic Theology, Berkhof menulis:
“Para rasul memiliki otoritas langsung dari Kristus. Gereja masa kini tidak memiliki rasul dalam pengertian yang sama, karena mereka adalah kelompok unik yang tidak terulang.”
V. Aplikasi Teologis dan Gerejawi
1. Kesaksian Kristus Tidak Didasarkan pada Pengalaman Pribadi Saja
Ayat ini menekankan bahwa rasul harus menjadi saksi, bukan hanya pemikir atau pengkhotbah. Namun, bagi gereja masa kini, kita tidak lagi memiliki saksi mata kebangkitan. Maka kesaksian kita didasarkan pada pewahyuan yang telah diberikan oleh para saksi pertama dalam Kitab Suci.
2. Kesetiaan kepada Pewahyuan Apostolik
Teologi Reformed menekankan pentingnya kembali kepada “ajaran para rasul” (Kisah 2:42). Ini berarti bahwa gereja harus terus-menerus mengukur doktrin dan praktiknya terhadap ajaran Alkitab yang bersumber dari kesaksian para rasul.
3. Kebangkitan sebagai Sentralitas Khotbah
Pengkhotbah Reformed seperti Charles Spurgeon dan Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa khotbah Injil yang sejati harus berpusat pada kematian dan kebangkitan Kristus. Ini bukan hanya fakta sejarah, tetapi dasar eksistensi gereja.
VI. Perspektif Beberapa Tokoh Reformed Tambahan
Charles Hodge:
Hodge menyebut pemilihan rasul baru sebagai bukti bahwa Allah aktif membangun gereja-Nya melalui pemimpin yang setia pada peristiwa Kristus:
“Kristus adalah kepala gereja, dan Dia menunjuk para rasul untuk menjadi perpanjangan otoritas-Nya. Mereka menyaksikan, menulis, dan mengajarkan Injil dengan jaminan kebenaran mutlak.”
D.A. Carson:
Carson menekankan integrasi antara sejarah dan teologi:
“Para rasul tidak hanya melihat, tetapi menginterpretasikan peristiwa kebangkitan dalam terang seluruh rencana penebusan.”
VII. Penegasan Struktur Eklesiologis dalam Reformed
Reformed tidak mengakui adanya suksesi apostolik dalam arti Katolik, tetapi menekankan kesetiaan doktrinal kepada Injil yang disampaikan para rasul. Maka, Kisah 1:21-22 menjadi pengingat bahwa:
-
Gereja berdiri di atas dasar kesaksian historis yang benar.
-
Setiap pengajar atau pemimpin gereja harus mengajarkan kebenaran yang konsisten dengan kesaksian para rasul.
VIII. Relevansi bagi Gereja Masa Kini
A. Panggilan untuk Menjadi Saksi
Meskipun kita bukan saksi mata seperti para rasul, kita tetap dipanggil untuk menjadi saksi atas karya Kristus dalam hidup kita. Panggilan misi, penginjilan, dan pelayanan didasarkan pada mandat saksi ini.
B. Pemilihan Pemimpin yang Berdasarkan Kebenaran
Ayat ini juga berbicara tentang standar kepemimpinan dalam gereja. Tidak cukup hanya dengan karisma atau pengalaman, tetapi harus ada dasar yang kuat dalam Injil dan kesetiaan kepada Kristus.
IX. Konklusi: Kesaksian sebagai Fondasi Gereja
Kisah Para Rasul 1:21–22 mengingatkan kita akan pentingnya fondasi kerasulan dalam iman Kristen. Dalam terang teologi Reformed, ayat ini menunjukkan:
-
Signifikansi kebangkitan Kristus sebagai pusat iman.
-
Uniknya jabatan kerasulan dan otoritas pewahyuan.
-
Pentingnya doktrin apostolik bagi kehidupan dan misi gereja.
Gereja yang berdiri kokoh adalah gereja yang menegakkan kebenaran tentang Kristus yang bangkit — berdasarkan kesaksian para rasul, dituliskan dalam Kitab Suci, dan diteruskan oleh gereja setia.
Penutup
Sebagaimana para rasul dipilih untuk menjadi saksi kebangkitan, setiap orang percaya hari ini dipanggil untuk menyatakan hidup baru dalam Kristus. Kesaksian kita tidak hanya dalam kata, tetapi dalam hidup yang diubahkan oleh Roh Kudus.