Seni Menjala Manusia

Seni Menjala Manusia

Pendahuluan: Apa Itu "The Art of Man-Fishing"?

Istilah "The Art of Man-Fishing" pertama kali dipopulerkan oleh Thomas Boston, seorang pendeta dan teolog Reformed dari Skotlandia pada abad ke-18. Frasa ini berasal dari Matius 4:19, ketika Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (TB)

Seni menjala manusia adalah panggilan untuk mengabarkan Injil dan membawa orang berdosa kepada keselamatan dalam Kristus. Dalam teologi Reformed, seni ini tidak bersandar pada teknik duniawi atau persuasi psikologis, melainkan pada kuasa Injil dan pekerjaan Roh Kudus. Artikel ini akan menggali bagaimana para tokoh Reformed melihat konsep ini, serta bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan modern.

I. Fondasi Alkitabiah: Matius 4:19 dan Panggilan Kristus

Makna Penjala Manusia dalam Konteks Alkitab

Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk meninggalkan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan mengikuti Dia sebagai "penjala manusia." Frasa ini menggambarkan transformasi dari pekerjaan duniawi menjadi misi rohani.

Dalam Lukas 5:10, Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Penekanan di sini adalah pada inisiatif ilahi. Ini bukan usaha manusia semata, tapi pekerjaan Allah melalui manusia yang telah dipanggil.

"Pekerjaan memberitakan Injil bukan hanya aktivitas manusia; itu adalah instrumen pilihan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya." — John Calvin

II. Thomas Boston dan Warisan “The Art of Man-Fishing”

Ringkasan Buku Thomas Boston

Buku The Art of Man-Fishing adalah refleksi mendalam dari seorang gembala jiwa yang merindukan pertobatan sejati di tengah jemaatnya. Boston menyampaikan bahwa seni menjala manusia berakar pada:

  • Pemahaman akan kedalaman dosa manusia.

  • Keyakinan terhadap kedaulatan Allah dalam keselamatan.

  • Ketergantungan penuh kepada Roh Kudus.

Tiga Prinsip Utama Boston:

  1. Kesadaran Diri yang Mendalam: Penginjil harus mengenal dirinya sebagai orang berdosa yang telah ditebus, agar bisa berbicara dengan kejujuran dan belas kasih.

  2. Khotbah yang Penuh Kuasa: Firman harus diberitakan dengan jelas, tidak dikurangi, dan penuh urgensi.

  3. Doa dan Ketekunan: Menjala manusia memerlukan doa yang tak putus dan keinginan mendalam untuk melihat jiwa diselamatkan.

III. Teologi Reformed tentang Panggilan dan Penginjilan

John Calvin: Panggilan Efektual

Dalam sistem teologi Calvin, dikenal istilah "effectual calling" atau panggilan yang efektif. Ini berarti ketika Allah memanggil seseorang kepada keselamatan, panggilan itu akan membuahkan hasil karena berasal dari kasih karunia yang tak dapat ditolak.

“Roh Kudus adalah satu-satunya yang mampu menundukkan hati manusia yang keras.” — John Calvin

Penginjil dalam pandangan Reformed tidak bergantung pada metode, tetapi pada kuasa Roh Kudus. Itulah sebabnya Boston menekankan doa dan pemberitaan yang setia, bukan retorika yang menarik perhatian.

IV. R.C. Sproul: Kedaulatan Allah dalam Misi

Allah yang Berdaulat dan Tugas Manusia

R.C. Sproul, salah satu teolog Reformed modern paling berpengaruh, menegaskan bahwa:

“Kita dipanggil untuk memberitakan Injil bukan karena kita tahu siapa yang akan diselamatkan, tetapi karena Allah memerintahkannya.”

Sproul menolak gagasan bahwa kedaulatan Allah meniadakan penginjilan. Sebaliknya, justru karena Allah berdaulat, maka penginjilan menjadi usaha yang pasti berhasil—karena Allah sudah menetapkan siapa yang akan percaya.

V. John Piper: Kemuliaan Allah sebagai Tujuan Penginjilan

Misi sebagai Ekspresi Penyembahan

John Piper dikenal dengan moto teologisnya yang terkenal:

“Misi ada karena penyembahan tidak ada.”

Bagi Piper, tujuan utama dari seni menjala manusia adalah membawa orang untuk menyembah Allah yang sejati. Penginjilan bukan semata menyelamatkan dari neraka, tetapi membawa manusia kepada sukacita dalam kemuliaan Allah.

Menjala Manusia = Mengundang ke Sukacita

Dalam pandangan Piper, menjala manusia adalah mengundang mereka untuk menikmati Allah, bukan sekadar mengubah perilaku atau membawa mereka ke dalam organisasi gereja.

VI. Martyn Lloyd-Jones: Kuasa Injil yang Mengubahkan

Khotbah sebagai Sarana Man-Fishing

Dr. Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa hanya pemberitaan Firman Allah yang murni dan berkuasa yang mampu menjangkau manusia berdosa.

“Injil bukan nasihat moral, melainkan kabar baik tentang apa yang telah Allah lakukan dalam Kristus.”

Ia menolak penginjilan yang menekankan pengalaman pribadi atau manipulasi emosional. Baginya, seni menjala manusia adalah seni menyampaikan realitas dosa, kemuliaan Kristus, dan urgensi pertobatan.

VII. Man-Fishing dalam Konteks Modern

Tantangan Zaman Ini

Kita hidup di dunia yang anti-kebenaran, relativistik, dan sering menolak konsep dosa. Bagaimana menjala manusia di tengah budaya seperti ini?

  1. Tetap setia pada Firman.

  2. Berdoa meminta hikmat dan keberanian.

  3. Menjadi saksi yang otentik melalui hidup yang kudus.

Teknologi dan Media Sosial

Meski metode bisa berubah, isi pemberitaan tidak boleh berubah. Media sosial bisa digunakan sebagai alat untuk menjala manusia, namun harus tetap mengandalkan kuasa Firman, bukan sensasi.

VIII. Prinsip Reformed dalam Praktik Penginjilan

PrinsipAplikasi Praktis
Kedaulatan AllahBerdoa dan percaya bahwa hasil ada di tangan Tuhan
Total depravity (kejatuhan total manusia)Jangan andalkan argumen manusiawi saja
Anugerah tak bersyaratTawarkan Injil kepada semua tanpa memaksa
Penebusan terbatasFokus pada salib sebagai pusat pesan
Panggilan efektifBerharaplah dengan iman bahwa Allah bekerja

IX. Contoh Tokoh Reformed yang Menjala Manusia

  • George Whitefield: Berkhotbah dengan penuh kuasa kepada ribuan orang.

  • Charles Spurgeon: Menggabungkan doktrin Reformed dengan evangelisasi yang luas.

  • David Brainerd: Misionaris Reformed yang menjangkau suku-suku pribumi Amerika.

X. Kesimpulan: Menjadi Penjala Manusia Hari Ini

Seni menjala manusia bukan sekadar keterampilan, tapi panggilan rohani yang mendalam. Dalam teologi Reformed, menjala manusia berarti:

  • Setia kepada Injil.

  • Mengandalkan Roh Kudus.

  • Menyerahkan hasil kepada Allah.

Ketika kita memberitakan Injil dengan penuh kasih, kebenaran, dan ketekunan, kita menjadi alat di tangan Tuhan untuk membawa jiwa kepada keselamatan.

FAQ: Pertanyaan Umum Seputar The Art of Man-Fishing

1. Apakah menjala manusia hanya tugas pendeta?
Tidak. Semua orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi Kristus (Kis. 1:8).

2. Bagaimana jika saya takut atau tidak pandai berbicara?
Tuhan memakai kelemahan kita untuk menyatakan kuasa-Nya (2 Kor. 12:9).

3. Apakah saya harus punya pengetahuan teologis mendalam dulu?
Pengetahuan itu penting, tapi kasih kepada jiwa-jiwa dan ketekunan jauh lebih utama.

Call to Action: Mari Terlibat dalam The Art of Man-Fishing

Apakah Anda sudah menjawab panggilan Tuhan untuk menjadi penjala manusia? Jangan menunggu menjadi sempurna. Mulailah dengan:

  • Berdoa bagi orang-orang di sekitar Anda.

  • Pelajari Firman setiap hari.

  • Bersaksi dengan hidup dan kata-kata Anda.

“Dia yang menjala manusia adalah mereka yang telah ditangkap oleh kasih Kristus.” — Thomas Boston

Next Post Previous Post