4 KEINGINAN DAN KERINDUAN ORANG KRISTEN

Pdt. DR. Stephen Tong.

PENGUDUSAN EMOSI

BAB VII : KEINGINAN ORANG KRISTEN

Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu. (Keluaran 20:17)
KEINGINAN DAN KERINDUAN ORANG KRISTEN
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” (Matius 5:5-6)
-----------------------------------------------------------------------------
Kita telah membahas tema “Iri Hati”. Emosi ini adalah emosi yang sangat aneh. Emosi yang secara logika tidak pernah kita perlukan, tetapi secara fakta tidak mudah kita kalahkan. Melalui iri, perang dunia pertama kali terjadi, yaitu ketika Kain membunuh Habel. Perang dunia pertama bukan 1914 – 1918, perang tersebut hanya mematikan tujuh juta manusia di antara populasi total ratusan juta manusia, sehingga persentasinya hanya kecil sekali. Tetapi saat Kain membunuh Habel, dunia hanya ada empat orang; Adam, Hawa, Kain, dan Habel. Ketika Kain membunuh Habel, persentase yang meninggal adalah 25% dari seluruh populasi manusia.

Itulah perang dunia pertama. Karena apa? Karena iri. Karena iri pula, Tuhan Yesus harus dipakukan di kayu salib. Karena iri, begitu banyak dosa terjadi. Iri dan semua perbuatan yang diakibatkan oleh iri hati tidak pernah mengubah situasi. Itulah sebabnya iri hati secara logika tidak perlu ada, tapi secara fakta, iri hati tidak mudah kita singkirkan dari dalam hati. Itulah sebabnya dosa merupakan realitas yang harus kita terima dan sebagai doktrin yang harus kita pahami. Dosa adalah sebuah fakta sejarah. Demikian juga, kejatuhan Adam adalah fakta sejarah, karena dosa menjadi realitas dalam dunia.

MANUSIA MEMILIKI KEINGINAN DAN KERINDUAN

Kini kita akan memasuki tema yang baru, yaitu “Kerinduan” atau “Keinginan.” Di dalam kedua ayat di atas Yesus berbicara tentang rindu, lapar, dan haus akan kebenaran. Di dalam Perjanjian Lama ditekankan agar jangan mengingini istri orang lain, pegawai orang lain, pembantu orang lain, hewan orang lain, dan segala sesuatu yang dimiliki orang lain. Di sini Alkitab menuliskan bahwa manusia mempunyai keinginan, kerinduan, kemauan, dan kehausan hingga menjadi suatu dorongan di dalam emosi kita sehingga kita mati-matian berusaha mencari dan mendapatkannya. Keinginan, kerinduan, dan kemauan seperti itu adalah emosi yang normal.

Setiap orang mempunyai suatu keinginan yang menjadi fungsi kemauannya. Keinginan itu menjadi semacam kerinduan yang mengakibatkan kita siang malam memikirkan dan bertekad untuk memperolehnya. Siapa yang tidak pernah mempunyai pengalaman ini? Sebelum kamu menikah, kamu jatuh cinta kepada seseorang. Kamu belum mengenal dia, tetapi ketika kamu melihatnya, kamu terpesona, kamu terpengaruh, kamu menginginkannya lalu merindukannya dan terus memikirkannya, selanjutnya munculah keinginan untuk mendapatkannya. Kemudian kamu mulai dengan segala cara cara berusaha mengejar dia. Atau kamu ingin studi di luar negeri dan ingin menjadi mahasiswa di bawah seorang profesor yang baik. Hal ini menyebabkan kamu siang malam mengumpulkan uang, bekerja setengah mati untuk bisa belajar dan mendapatkan pengertian dari profesor itu.

Kamu menginginkan sesuatu kesuksesan yang kamu lihat terdapat pada orang lain, mengapa dia mempunyai rumah dan mobil? Kamu juga ingin memiliki sama seperti yang dimilikinya, maka kamu bekerja mati-matian, membanting tulang tanpa memedulikan waktu, tanpa tahu siang dan malam. Semua ini merupakan suatu ekspresi emosi kemauan yang begitu keras, yang begitu dasyat, yang ada di dalam hidup setiap orang. Sejak masa kanak-kanak orang sudah menginginkan sesuatu, ketika beranjak dewasa menginginkan pernikahan, lalu menginginkan kesuksesan, sampai tua menginginkan kebahagiaan bagi anak cucu dan keturunannya. Hal-hal sedemikian merupakan emosi yang normal dari diri seseorang.

Keinginan-keinginan itulah yang mengakibatkan manusia dapat maju. Tanpa adanya keinginan, manusia akan dipuaskan oleh keadaan yang ada, sehingga dia tidak bisa melepaskan diri dari keterbatasan dan kelemahan yang selama ini mengikat dia. Kalau tidak ada rangsangan keinginan, tidak mungkin manusia memiliki perubahan hidup. Begitu banyak orang yang hanya puas dengan keadaan diri, sehingga dia tidak pernah bisa mencapai hasil yang terbaik dalam hidupnya. Kepuasan memang diperlukan dan Alkitab juga mengatakan bahwa kita harus puas (Contentment). Tetapi dalam hal-hal tertentu, kita tidak boleh puas.

Dalam hal-hal tertentu, kita harus cepat puas, tetapi dalam hal lain kita tidak boleh cepat puas. Ini keseimbangan mengatur diri supaya keinginan kita, emosi kita, tidak meluap keluar jalur. Kemampuan untuk menata keseimbangan ini merupakan tanda kematangan kerohanian seseorang. Jika di dalam hal yang kita seharusnya puas kita tidak pernah puas, atau di dalam hal yang kita tidak seharunya puas kita terlalu cepat puas, maka kita akan menjadi orang tidak seimbang dan tidak pernah maju.

Bangsa-bangsa yang maju adalah bangsa-bangsa yang berkeinginan besar, tidak pernah mau diikat oleh keadaan sebelumnya. Manusia yang sukses adalah manusia yang tidak pernah mau dipuaskan oleh keadaan sebelumnya. Ia menginginkan sesuatu yang melebihi dan melampaui apa yang telah ia capai, sehingga ia dapat menerobos apa yang sudah pernah ia miliki untuk masuk ke dalam sesuatu yang belum ia miliki.

Kita membutuhkan keinginan. Keinginan itu baik karena akan membangun ambisi atau aspirasi. Mungkin lebih baik kita memakai istilah “aspirasi” daripada “ambisi” karena di dalam kata “ambisi” akan muncul konotasi nafsu diri yang berpusat pada kebutuhan diri sendiri saja. Sebenarnya istilah “ambisi” tidak harus mutlak dipersempit dengan pengertian. Aspirasi menjadi keinginan yang menerobos, keluar dari batas untuk mendapatkan yang lebih. Manusia mempunyai keinginan dan Alkitab mencatat bahwa ada keinginan yang baik, ada keinginan yang buruk. Kalau keinginan itu sudah dikaitkan dengan nafsu, dengan berahi, dengan keegoisan diri, akibatnya akan mengacaukan masyarakat. Kalau keinginan itu tidak berhubungan dengan nafsu atau birahi atau ego tetapi berada pada jalur yang baik, maka itu mendorong manusia untuk maju luar biasa.

Semua pemuda pemudi harus belajar untuk tahu membedakan dan mengontrol keinginan, supaya tetap berada di dalam jalur kebenaran. Tidak ada orang yang tidak mempunyai keinginan, dan keinginan itu bisa menjadi jahat luar biasa. Keinginan-keinginan yang baik adalah keinginan-keinginan yang dipimpin oleh Roh Kudus akan menampakan buah Roh Kudus, yaitu penguasaan diri. Di dalam terjemahan bahasa inggris adalah self control (kontrol diri) atau temperance, yang berarti di dalam suatu keterbatasan, kita bisa membatasi diri, sehingga tidak melebihi batasan yang seharusnya. Keinginan juga demikian. Kita sangat memerlukan keinginan yang berada dalam jalur yang benar, berprinsip, berpondasi, dan berpengaturan pimpinan Tuhan.

Alkitab berkata, ada orang yang mempunyai keinginan buruk, sehingga akhirnya jatuh di dalam kesusahan- kesusahan yang besar. Paulus berkata bahwa tamak akan uang adalah akar dari segala kejahatan. Cepat-cepat ingin menjadi kaya membuat orang berani melanggar norma dan etika. Cepat-cepat ingin menjadi kaya membuat dirimu melupakan apa yang menjadi kewajiban diri dalam aspek moral. Inilah keinginan yang merusak (destruktif), keinginan yang menghancurkan masyarakat, karena ada pribadi yang ingin mengambil alih semua hak yang bukan miliknya. Itulah sebabnya, untuk menjaga hak milik sebagai sesuatu yang terjamin dan terproteksi kesejahteraannya, diberikanlah perintah yang kesepuluh.

JANGAN MENGINGINKAN MILIK ORANG LAIN

Perintah ke-sepuluh dari sepuluh Perintah Allah menjadi patokan atau dasar bagi manusia untuk boleh memiliki harta pribadi. Komunisme pasti akan gagal, karena melawan hukum kesepuluh yang diberikan oleh Tuhan ini. Jangan menginginkan harta orang lain, jangan menginginkan istri orang lain, jangan menginginkan budak orang lain, jangan menginginkan pegawai orang lain untuk dimiliki secara tidak sah. Di dalam dunia perdagangan, kadang ada hukum rimba yang tidak tertulis, dimana orang menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang diinginkan.

Alkitab mengatakan, jangan menginginkan milik orang lain. Mengapa kamu masih merindukan perempuan yang sudah dimiliki laki-laki lain? Mengapa siang malam kamu memikirkan dia, memikirkan alangkah baiknya jika bisa memeluk atau bersetubuh dengannya? Jangan menginginkan istri sesamamu. Jangan menginginkan budak-budak laki-laki atau perempuan dari tetanggamu. Jangan menginginkan rumah, ladang, atau hewan yang dimilikinya. Semua itu dijamin sebagai hak pribadi. Hak pribadi dijaga dan dilindungi oleh hukum, sehingga setiap orang berhak mempunyai milik pribadi. Kalau sesuatu sudah sah menjadi milik seseorang, maka orang lain harus berhenti menginginkannya. Tidak lagi memikirkannya, tidak lagi merindukannya, tidak lagi berusaha untuk memperolehnya.

Tetapi di dalam hal lain, Alkitab berkata, dahagalah, hauslah, laparlah dalam mengejar kebenaran, maka kamu akan dipuaskan. Di sini ada suatu dalil, kalau kita mengarahkan keinginan kita kepada hal-hal yang penting, yang baik, maka itu bukan saja diperbolehkan, tapi juga didorong oleh Tuhan dan diberikan janji bahwa hal itu akan diberikan kepada kita. Inilah kebenaran yang dinyatakan Kitab Suci. Sepintas Alkitab terlihat sederhana, sepertinya ayat-ayat yang kita baca tidak membuat kita sampai harus membuka kamus, karena begitu sederhana. Tapi di sini tersimpan rahasia bijaksana tertinggi untuk mengatur kehidupan manusia, baik pribadi maupun kolektif masyarakat. Kalau setiap pribadi manusia seluruh masyarakat menjalankan apa yang diperintahkan oleh Alkitab, maka pasti manusia akan berbahagia dan masyarakat akan mengalami sejahtera.

Kita menginginkan sesuatu sampai kita begitu rindu, dahaga, haus, siang dan malam memikirkannya. Emosi semacam ini bukan hanya ada pada orang biasa, tetapi juga pada orang yang suci. Paulus berkata, “Aku siang malam ingin bertemu denganmu, mendoakanmu, aku rindu kepadamu,” karena dia begitu sayang kepada Timotius. Di situ Paulus menyatakan suatu semangat, emosi yang sangat mengasihi seorang hamba Tuhan yang masih muda yang akan dijadikan penerusnya. Untuk keinginan dan kerinduan ini, kita melihat, Alkitab mengajak kita mempunyai arah yang benar. Ketika keinginan itu mengandung unsur dosa, khususnya dalam hubungan manusia dengan manusia, kerinduan itu akhirnya bisa menjadi hubungan berahi atau seks, menjadi sesuatu yang keji dan sangat merusak kerukunan masyarakat.

Emosi untuk menginginkan sesuatu dapat dibagi menjadi dua : (1) menginginkan sesuatu yang tidak mengganggu orang lain, menginginkan sesuatu yang sama-sama boleh dimiliki semua orang, ini diperbolehkan; (2) menginginkan sesuatu yang bukan hak kita, karena sudah menjadi milik orang lain, Ini tidak diperbolehkan.

Maksudnya, ketika kamu menginginkan kebenaran, hal ini tidak menyebabkan orang lain tidak dimungkinkan lagi untuk memiliki kebenaran. Atau ketika kamu menginginkan kebajikan, maka tidak mungkin kebajikan itu kamu monopoli dan orang lain tidak mendapatkan kebajikan itu. Keinginan yang demikian diizinkan oleh Alkitab. Karena kebenaran tidak terbatas. Kebajikan tidak terbatas. Keadilan tidak terbatas. Maka untuk hal-hal ini Alkitab dengan jelas berkata “Mari kita mengejar.” Mari kita dengan haus, lapar, dan dahaga mengejar semua itu dengan sekuat tenaga. Keinginan dan semangat seperti ini tidak salah, karena hal-hal yang tidak terbatas ini memang dibagikan Tuhan, diberikan Tuhan, dikaruniakan Tuhan, menjadi miliki seluruh umat manusia.

Semua orang boleh memiliki kasih yang tidak terbatas. Semua orang boleh memiliki kebenaran secara tidak terbatas. Yang tidak terbatas itu berasal dari Tuhan Allah sendiri, karena Allah tidak terbatas. Maka kita tidak mungkin kehabisan keadilan karena dimiliki oleh sekelompok orang. Kita tidak mungkin kehabisan cinta kasih karena hanya dimiliki oleh sekelompok orang. Allah itu tidak terbatas, maka Dia mau kita menuntut sesuatu yang boleh dimiliki oleh seluruh umat manusia. Dia mau kita mencari dan mengejarnya dengan sekuat tenaga.

Berbahagialah orang yang haus dan lapar akan kebenaran. Istilah “kebenaran” di sini adalah “dikaiosume,” yaitu keadilan (righteousness); kebenaran di dalam bentuk yang bukan hanya pengertian statis, tapi di dalam kelakuan. Kebenaran yang kita mengerti di dalam pengertian kognitif, teori dan sebagainya itu adalah “aletheia.” Tapi keadilan berarti di dalam kelakuan, di dalam menghadapi orang, di dalam cara yang benar.

KEINGINAN DAN KERINDUAN ORANG KRISTEN

Kita perlu melihat dan mengklasifikasikan beberapa hal yang baik dan positif yang bisa kita kejar didalam kehidupan kita.

1. Mencari Kerajaan Dan Kebenaran Allah

Pertama, Alkitab mengatakan, carilah dahulu Kerajaan dan Kebenaran Allah. Kerinduan untuk mendapatkan sesuatu membuat orang mencarinya. Kamu mencari dan hal itu diwujudkan dengan kamu berdoa. Apa yang kamu doakan. Itu yang kamu cari. Doa merupakan suatu fokus yang konkret dari keinginan yang paling dalam di dalam jiwa seseorang. Apa yang kita katakan dengan mulut kita sebagai sesuatu doa realigius kita merupakan cetusan keinginan yang sedalam-dalamnya dari dalam batin kita. 

Agama yang rendah membawa pemeluk agama itu berdoa untuk mencari hal-hal duniawi yang fana dan hina. Agama yang tinggi membawa manusia yang beriman di dalamnya mencari hal-hal yang agung, yang abadi, kekal, dan yang tidak terbatas yang berasal dari Tuhan Allah. Jadi orang yang mencari uang, keselematan duniawi, harta di dunia, berbeda dengan seseorang yang mencari kebenaran, keadilan, kesucian dari Tuhan Allah. Kalau diri Allah menjadi sasaran akhir permohonan doa kita, maka kita berada di jalur yang benar. Kalau yang diciptakan Allah untuk melayani kita menjadi sasaran akhir dari permohonan doa kita, maka kita mulai rusak.

Oleh karena itu dalam katekismus singkat westminster, sebuah katekismus yang penting dari Gereja Reformed mengatakan, apakah yang menjadi tujuan terbesar dalam hidup manusia? Tujuan ultimat manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia senantiasa. Artinya kita hidup dalam sukacita karena menjadikan Tuhan sebagai tujuan ultimat hidup kita. Itulah Ajaran Reformed.

Apakah kamu senang kalau banyak uang? Apakah kamu senang kalau mendapatkan banyak kesuksesan di dunia? Apakah kamu senang kalau semua orang takluk kepadamu? Apakah kamu senang kalau bisa berkuasa? Jika kamu senang ketika berlimpah materi, dan ketika tidak ada materi kamu tidak senang, maka kamu tidak berbeda dengan para pengikut agama lain. Ketika kamu sehat, kamu memuji Tuhan, tetapi ketika sakit, kamu mulai mencela Tuhan, itu menunjukan kamu sama dengan penganut agama lain. Tetapi orang Kristen sejati adalah orang-orang yang langsung berkata kepada Tuhan, “Engkaulah tujuan tertinggi hidupku, Engkaulah permohonanku dan hidupku. Engkaulah fokus dari semua yang aku inginkan didalam doa. Aku akan mengejar, menuntut diri untuk mencari Tuhan, mencari Kerajaan Allah serta kebenarannya.” Inilah ajaran Yesus Kristus.

Pertama-tama kita harus mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka yang lain ditambahkan (bukan diberikan) kepada kita. Ditambahkan, berarti lebih daripada yang kita perlukan. Sebenarnya yang kita perlukan tidak banyak. Dalam hal pakaian, kita cukup hanya memiliki 5 potong saja. Kalau lemari kita berisi lebih dari5 potong, berarti sudah ditambah. Kita memerlukan uang cukup untuk sebulan, kalau lebih dari itu berarti sudah ditambah. Apakah ketika sudah ditambah, kita memerlukan uang cukup untuk sebulan, kalau lebih dari itu berarti sudah ditambah. Apakah ketika sudah ditambah bahkan lebih dari cukup, kita masih tidak puas? Apakah kita masih mau menggerutu kepada Tuhan hanya karena kita merasa kurang kaya dari orang lain? Kalau kamu masih seperti itu, kamu sudah berdosa. Apakah itu berarti kamu tidak perlu memajukan perusahaan kamu? Silahkan memajukan perusahaan atau usahamu, tetapi maju dengan sinkronisasi keinginanmu dengan Kerajaan Allah dan kebenarannya. Bukan maju karena keinginan yang menggebu-gebu dari dirimu yang tamak, yang akhirnya membuat Tuhan tidak berkenan kepadamu.

Terkadang, sebelum kita doakan, hal yang kita perlukan tersebut sudah diberikan oleh Tuhan. Sebelum kita merasa perlu , hal itu sudah disediakan Tuhan. Banyak hal materi yang Tuhan sudah berikan sebelum kita memohon kepada-Nya, karena Tuhan begitu mengasihi kita. Dia mau menambahkan semua itu untuk kita. Kalau kita masih tidak puas, itu tidak benar. Sebelum itu, mari kita belajar mencari terlebih dahulu kerajaan dan kebenaran Tuhan. Itu sebuah keinginan. Keinginan utama manusia yang seharusnya adalah bahwa Kerajaan Allah terwujud, kebenaran Allah nyata di dunia ini. Maka yang lain ditambahkan oleh Tuhan kepada kita. Berapa banyak waktu yang kamu pakai untuk berdoa bagi penginjilan? Berapa banyak kamu mengutarakan keinginanmu supaya orang lain menerima Tuhan? Berapa banyak usahamu untuk bersama-sama di dalam melebarkan Kerajaan Allah? Atau apakah hal-hal yang kamu inginkan, yang kamu doakan, yang kamu kerjakan, hanyalah hal-hal di dunia ini saja?

Berapa banyak usaha, berapa banyak pengorbanan yang kamu berikan bagi kerajaan Tuhan? Untuk melebarkan kerajaan Tuhan? Untuk membawa manusia kepada Tuhan? Apakah keinginanmu yang paling dalam? Apakah yang kamu utarakan dalam doamu? Ada orang yang doanya mulai 1 Januari sampai 31 Desember isinya sama. Doanya tetap tidak berubah. Itu-itu terus kalimatnya. Mari kita memeriksa diri kita. Apa yang kita doakan sebelum kita makan? Apa isi doa kita sebelum tidur? Ada orang, bolak balik yang didoakan adalah tokoku, anakku, cucuku, usahaku, tubuhku, dan semua “ku” yang lain. 

Besok dia berdoa seperti itu lagi. Kalau bicara, hanya tentang dirinya, usahanya, keluarganya, anaknya, yang lain dia tidak mau membicarakannya. Jangan mengatakan tentang kerajaan Tuhan, atau penginjilan, atau bagaimana membawa orang lain kepada Tuhan Yesus, atau bagaimana bisa memperkuat iman orang lain, bagaimana mementingkan moral, dan bagaimana perdamaian boleh berada di seluruh dunia. Orang-orang seperti ini hanya sibuk dengan dirinya dan kepentingannya, dan tidak pernah peduli kepentingan Kerajaan Allah dan kebenarannya. Keinginan utama ini harus menjadi fokus doa kita yang paling puncak.

Kerajaan Allah lebih tinggi dan lebih besar dari pada seluruh kerajaan di dunia. Kebenaran Allah lebih penting dari pada semua hukum yang berlaku di semua negara. Kalau hukum negara tidak sesuai dengan kebenaran Allah, maka pemerintahan itutidak akan diperboleh kan bertahan lama di dunia ini. Manusia yang memperalat Tuhan dan mementingkan kerajaan dunia ini harus mengetahui bahwa kerajaan di dunia diizinkan Allah berdiri untuk masa yang hanya sementara saja. Satu per satu rezim pemerintahan akan disingkirkan dari panggung sejarah dunia; kehendak Tuhanlah yang terus bertahan sampai selama-lamanya.

2. Mencari Kebenaran Firman yang Diwahyukan

Hal kedua yang boleh kita kejar dan kita inginkan adalah kebenaran dari firman Allah yang telah diwahyukan kepada kita. Aku merindukan, aku menginginkan. Didalam Mazmur 119, banyak sekali muncul ayat, “Aku merindukan Firman-Mu : Aku memikirkan dan merenung kan Taurat-Mu: aku haus, lapar, dan mencari kehendak-Mu. Segala perintah-Mu, pengajaran-Mu, tuturan-Mu, Taurat-Mu, hukum-Mu, perkataan-Mu, itulah yang membuat hatiku hancur.” Kadang-kadang saya tidak mengerti, bagaimana penulis Mazmur bias merindukan kebenaran sampai muncul emosi sedemikian besar? Berbahagialah mereka yang memikirkan taurat Tuhan siang dan malam, mereka akan berbuah tidak habis-habisnya. Mazmur 1 berkata,“ Tetapi yang kesukaannya Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Dia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. “

Terkadang saya merasa diri miskin, karena merasa kurangnya kebenaran yang dapat saya khotbahkan. Itulah sebabnya saya harus terus bersandar pada Tuhan, merenungkan firman Tuhan, sehingga setiap minggu saya boleh membagikan kebenara Tuhan kepada jemaat saya. Setiap minggu, setiap hari, saya memberikan supply rohani kepada mereka yang mencari kebenaran. Kalau saya berdiri mencari kebenaran, tidak merindukan firman, tidak memikirkan perintah Tuhan, dan tidak diisi cukup, bagaimana saya dapat mengisi orang lain? Kira-kira sejak saya usia 20 tahun, saya menetapkan diri untuk tidak berkhotbah dengan cara mengutip isi buku. Saya menutup semua buku terlebih dahulu, mengambil sebuah ayat, berdoa meminta pengertian dari Tuhan, memikirkan ayat tersebut dan menuliskan khotbah. Setelah selesai, barulah saya melihat buku-buku tafsiran untuk mengetahui apa yang tafsiran-tafsiran itu katakan. Saya menemukan bahwa ada yang mereka pikirkan yang saya tidak pernah pikirkan, dan ada juga hal yang tidak mereka pikirkan, tetepi telah saya pikirkan.

Orang yang siang malam merindukan firman Tuhan, yang memikirkan hukum Tuhan, akan berbahagia luar biasa. Sekarang saya berusia 63 tahun, dan setiap tahun kira-kira naik mimbar 700 kali untuk berkhotbah dan mengajar, ternyata Tuhan terus memberikan apa yang saya bisa bagikan kepada pendengar tanpa habis habisnya. Ini janji Tuhan, bahwa kita harus mencari kerajaan Allah, mencari kebenaran Allah, dan mencari pengertian firman –Nya dengan memikirkan firman siang dan malam. Berbahagialah orang yang seperti demikian.

3. Menginginkan kelakuan yang Baik

Setelah kita merindukan kerajaan Allah, kebenaran keadilan (Yun.: dikaiosune) dan kebenaran firman (Yun.: aletheia), maka kita juga harus merindukan segala kebajikan. Paulus berkata, “ Rindulah segala perbuatan kebajikan. Segala perbuatan dan kelakuan yang baik, rindukan dan inginkanlah itu.” Kalau ada orang berbuat sesuatu yang baik, mari kita juga berkeinginan untuk bisa melakukannya. Jika kita melihat seseorang telah banyak membantu orang lain, lalu berpikir,” Kapan giliran saya dibantu?”, itu menunjukan bahawa pemikiran dan hidup kita sudah rusak. Ada seseorang pendeta datang ke seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) pada saat saya masih menjadi dosen di situ. Pendeta itu mengatakan telah membantu banyak sekolah, telah menyumbangkan banyak buku, dan sebagainya. 

Pada saat mendengar Kesaksianya, saya mengatakan dalam hati, “Luar biasa! Saya ingin seperti dia.” Selesai dia berkhotbah, pada saat makan, seorang rekan dosen berkata kepadanya,”Kamu telah membantu banyak sekolah dengan mengirimi mereka banyak buku, kapan mengirim buku ke sekolah kami?” Saya kaget dengan pertanyaan rekan saya tersebut. Ketika pendeta itu berkata telah membantu. Tapi rekan saya malah bertanya kapan dibantu. 

Jadi, ada dua macam sikap dalam menanggapi suatu tindak kebajikan. Yang satu ingin belajar melakukan kebaikan yang dilakukan orang lain. Yang satu lagi ingin mendapatkan kebaikan yang dilakukan orang lain. Lalu saya berfikir, sikap mana yang lebih sesuai dengan kebenaran Alkitab? Saya menemukan dalam perkataan Tuhan Yesus, “Berbahagialah orang yang lebih suka memberi daripada yang menerima.’ Jikalau ada rekan yang mengatakan di sini ada beasiswa, di sana ada uang, maka saya tahu rekan ini selalu diberi, selalu mau menerima, dan tidak berjiwa memberi.

Milikilah keinginan untuk berkelakuan yang baik. Milikilah keinginan untuk melakukan pekerjaan yang baik. Keinginan adalah suatu kerinduan tentang kapan kita boleh melakukan kebajikan yang sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Salah satu karya sastra yang paling membangkitkan semangat umat manusia adalah tulisan mengenai riwayat hidup orang-orang agung. Ketika kamu membaca riwayat hidup orang-orang yang agung, petiklah pelajaran bagaimana dia bisa menjadi orang agung, bukan sekedar membaca untuk mengetahui riwayat hidupnya. Setelah kita mengerti rahasia yang membuat orang itu menjadi agung, lalu kita mulai bertanya kepada diri kita, bagaimana kita bisa meneladaninya dan menjadi seperti dia. Mari kita merindukan keagungan orang lain, dan juga merindukan apa yang benar yang dijalankan orang lain. Jangan iri akan kebaikan orang, tetapi inginlah untuk bisa melakukan seperti yang sudah orang lain lakukan. Ini suatu kerinduan yang agung. Jangan membenci karena dia lebih sukses daripada kita, tapi teladanilah dia, lalu belajarlah untuk merindukan pekerjaan yang baik.

4. Menginginkan Pelayanan Bagi Tuhan

Terakhir, Alkitab mengatakan, rindukanlah pelayanan. Rindukanlah jabatan yang baik. Saya ingin menjadi majelis. Saya ingin menjadi tua-tua. Saya ingin menjadi pendeta. Silahkan, itu tidak salah. Alkitab mengatakan, rindukanlah pelayanan, rindukanlah semua pekerjaan yang baik. Kalau seorang anak kecil mengatakan, “Kalau besar nanti saya ingin menjadi pendeta, saya ingin menjadi penginjil pergi ke tempat yang jauh dan mengabarkan injil, ingin menjadi majelis menolong orang lain,“ itu cita-cita yang baik. Tapi jangan merindukan kemuliaan dari posisi itu. Yang penting adalah bagaimana kita merindukan bisa menuntaskan kewajiban dan melakukan pengorbanan yang seharusnya karena kita berada di posisi itu.

Janganlah kita ingin menjadi majelis agar kita bisa dimuliakan oleh orang lain atau supaya kita bisa berkuasa besar di gereja. Janganlah kita ingin menjadi diaken supaya dihargai orang lain! Kalau kamu ingin menjadi diaken, kamu harus mempelajari bagaimana syarat dan kewajiban untuk menjadi diaken yang baik. Kriteria diaken seturut Alkitab adalah dia harus mempunyai kesaksian yang baik, memiliki keluarga yang tertib, mempunyai reputasi yang baik, dan memiliki jiwa berkorban. Itu yang seharusnya diinginkan. Yang diinginkan bukan reputasi atau kemuliaan. Inginkan suatu bobot sesuai dengan pelayanan yang terkait dengan jabatan itu.

Mari kita memutar dan mengubah arah kita seturut jalur yang dikatakan Alkitab. Boleh saja jika kamu ingin jadi seorang hamba Tuhan yang besar. Boleh. Di dalam Alkitab, tidak ada ayat yang membunuh ambisi. Banyak orang berpikirkan dangkal, menganggap rendah hati sama artinya dengan tidak perlu maju. Tidak maju-maju itu bukan rendah hati. Tidak maju-maju ya artinya tidak maju-maju. Rendah hati adalah terus maju tetapi tidak pernah merebut kemuliaan Allah. Itulah rendah hati. Rendah hati terus mengejar, tetapi tidak pernah merasa diri sudah cukup didalam kebenaran. Itulah rendah hati, yang dibahas dalam topik lain.

Merindukan sesuatu bukan berarti sombong. Ingin sukses itu tidak salah. Ingin menjadi besar pun tidak salah. Dalam Perjanjian Lama, seorang nabi senior berkata kepada “sekertarisnya” yang masih muda, “Jangan merencanakan hal yang besar bagi dirimu sendiri.” Ini dikatakan nabi Yeremia kepada Barukh. Dalam Perjanjian Baru dikatakan, “Jikalau kamu ingin menjadi besar, jikalau kamu ingin merencanakan hal yang besar….” Kalau begini, Apakah kita tidak boleh merencanakan hal yang besar? Tidak! Jangan merencanakan hal yang besar bagi dirimu. Boleh tidak merencanakan hal yang besar bagi Tuhan? Justru Harus!

Inilah salah satu prinsip yang paling penting dari Wiliam Carey, seorang misionaris yang ke India, “Mintalah hal-hal besar dari Allah dan kerjakanlah hal-hal besar bagi Allah.” Kalau dari Tuhan untuk Tuhan, silahkan kerjakan sebesar mungkin ambisimu, sebesar mungkin aspirasimu, sebesar mungkin doamu. Tidak salah kita berdoa dan meminta, “Tuhan, saya minta yang besar.” Tetapi semua permintaan yang besar itu harus sesuai dengan kehendak Tuhan, dan mengerjakan bagi Tuhan, itu sangat diperlukan. Justru kalau di Indonesiaada satu orang yang dapat berkhotbah terus kepada ratusan ribu orang, dia akan membawa banyak jiwa kepada Tuhan, tapi kita hanya puas dengan yang kecil saja. 

Yesus memang mulai dari kelompok kecil hanya dua belas murid. Tetapi apakah Yesus berkata kepada mereka, pergilah ke kampung kecil saja? Apakah demikian? Tidak! Yesus berkata, “Pergilah ke seluruh dunia, jadikanlah segala bangsa murid-Ku.” Pendeta yang salah mengerti Alkitab jangan mengajar orang lain. Kalau dia sendiri hanya mengerti separuh-separuh, lalu mengajar muridnya untuk menjadi orang orang yang kerdil, yang tidak berambisi, itu mencelakakan Kekristenan. Saya harap besok murid murid saya lebih besar dari pada saya. Kalau mungkin, mintalah sebesar mungkin dari Tuhan, bekerjalah sebesar mungkin bagi Tuhan, asal menurut perintah dan pimpinan Roh Kudus yang jelas supaya lebih banyak orang boleh diberkati.

Yesus memilih kedua belas murid, itu namanya kualitas (quality). Yesus menyuruh mereka pergi keseluruh dunia menjadikan segala bangsa murid-Nya, itu namanya kuantitas (quantity). Jika kamu menjaga kualitas lalu kehilangan kuantitas, maka kamu salah. Sebaliknya, jika kamu mengejar kuantitas lalu mengorbankan kualitas, kamu juga salah. Perkataan Nabi Yeremia adalah, “Janganlah merencanakan yang besar bagi dirimu.” Di situ ada kata “jangan.” Sedangkan Yesus yang merendahkan diri menjadi manusia berkata, “Jikalau ingin menjadi besar.” Yesus tidak mengatakan jangan ingin menjadi besar, atau jangan mimpi besar. Lalu sambung-Nya, “Hendaklah kamu menjadi budak (pelayan) bagi orang-orang lain.” Itu prinsip Yesus. Jadi, berambisi besar itu tidak salah, tetapi ada jalannya. Jalannya itu apa? Rendah hati, melayani orang lain, mengorbankan diri, menyerahkan diri, dan rela menjadi budak orang lain. Jikalau kamu ingin menjadi besar, jadilah budak yang melayani orang lain. Di sinilah kita melihat keistimewaan dan kekuatan ajaran Kekristenan.

Keinginan itu tidak salah. Alkitab memberitahukan beberapa keinginan yang salah, dan mengapa suatu keinginan diperbolehkan. Tetapi Alkitab juga memberitahukan bahwa keinginan itu harus dibatasi, misalnya, janganlah kamu menginginkan hal yang sudah dimiliki orang lain. Di sini harus ada batas. Jika kamu belum menikah lalu mencintai seseorang dan orang itu belum menikah, silahkan kejar. Seorang laki-laki yang berkata,” Saya cinta kamu. Saya mau menikah denganmu,” tidak usah malu, karena itu berarti dia bakal bertanggung jawab selama berpuluh -puluh tahun untuk melindungi dan menjamin keamanan perempuan itu. Dia memiliki kewajiban sebagai suami yang bertanggung jawab atas istrinya. Itu tidak salah. Tapi jika kamu sudah mempunyai istri, dan orang itu sudah mempunyai suami, lalu kamu berkata kepada istri orang tersebut, “Aku cinta kamu,” itu berarti kamu gila. Itu keinginan yang tidak beres, yang menjadi pendahuluan perzinahan, pendahuluan perusakan masyarakat, pendahuluan pembunuhan. Keinginan itu boleh, asal di dalam keadaan yang wajar, di dalam hak yang terbatas. Kamu yang belum menikah, berhak untuk menginginkan seorang wanita yang secantik apapun. Itu hakmu. Tetapi kalau dia tak mau, itu juga hak dia. Tidak bisa seenak diri saja.

Alkitab mengatakan kepada kita, jangan tamak uang. Orang yang tamak uang akan menusuk hatinya sendiri dengan segala kesusahan. Tamak harta, adalah akar segala kejahatan. Orang yang ingin mendapatkan uang dengan banyak cara yang tidak beres selalu berpikir dirinya lebih pintar dari pada orang lain. Tetapi sepertinya ada hukum yang akan menangkapnya sehingga dia tidak dapat lolos. Perasaan enak yang pada mulanya ia rasakan, akhirnya menjerat dirinya sendiri. Ketika di mati-matian mau melepaskan diri, sudah tidak bisa, Untuk menangis pun, air mata tidak cukup. Jangan main-main. 

Uang yang diterima secara wajar, uang yang diterima dari kerja keras dan menguras keringat, uang yang diterima secara benar, itu uang yang sehat dan mempunyai bangunan di atasnya yang tidak mudah roboh. Uang yang terlalu cepat diterima dari perjudian, yang diperoleh dari kelicikan, dan dari kepintaranmu sehingga kamu dapat memasang jerat bagi orang lain, sampai dia jatuh kedalam jeratmu dan uangnya kamu sita dan kamu ambil, besok kamu menurunkan pedang bagi anak-anakmu, saling berperang, saling membunuh. Jangan main-main. Tamak harta, adalah akar segala kejahatan.

Baca Juga: Sikap Orang Kristen Melawan Iri Hati

Jangan menginginkan milik orang lain, jangan menginginkan lebih dari apa yang sudah diberikan Tuhan di dalam jalur yang benar. Tidak hanya itu, jangan kamu menginginkan hal-hal yang bersangkut paut dengan rencana iblis dan berlawanan dengan kehendak Tuhan. Alkitab dengan jelas memberikan banyak contoh. Salah satu contoh yang paling nyata adalah Raja Ahab yang menginginkan sebidang tanah milik Nabot. Lalu dengan cara yang keji Nabot dibunuh dan tanahnya di sita. Apakah Ahab mendapatkan tanah tersebut? Ya! Tapi Ahab harus mati. Menurut Alkitab, darahnya dijilat anjing. Jangan tamak. Jangan main-main.

Contoh yang lain ialah, Daud, seorang yang berkenan di hati Tuhan. Dia menginginkan istri orang lain yang cantik, Batsyeba. Daud melihat Batsyeba, lalu dia ingin bersetubuh dengannya. Keinginan itu menjadi sebuah kejahatan membuat suami Batsyeba dikirim ke garis depan peperangan yang paling berbahaya supaya terbunuh. Karena hal ini, maka 4 anak Daud, anak-anak yang dilahirkan dalam istana, harus mati sebagai hukuman dari Tuhan.

Kiranya Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita, memelihara kita, dan menjaga kita, sehingga keinginan, kerinduan, ambisi, kedahagaan, kehausan, kelaparan jiwa kita dibatasi, sehingga tidak jatuh kedalam jerat iblis. Amin.
Next Post Previous Post