TANDA YANG YESUS BERIKAN: KEBANGKITANNYA (YOHANES 2:19)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali (Yohanes 2:19)
TANDA YANG YESUS BERIKAN: KEBANGKITANNYA (YOHANES 2:19)
gadget, bisnis, otomotif
Tanda yang Yesus berikan: kebangkitanNya.

1) Jawaban Yesus terhadap orang-orang Yahudi.

Yohanes 2:19: “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’”.

a) Arti kata-kata Yesus.

1. ‘Rombak’.

KJV/RSV/NIV/NASB: “Destroy” [= Hancurkanlah].

William Hendriksen: “Thus, ‘break down’ (λύσατε) is a term which is applicable both to the tearing down of a building and the destruction of the human body.” [= Jadi, ‘rombak / hancurkan’ (LUSATE) adalah suatu istilah yang bisa diterapkan baik pada penghancuran / perobohan suatu bangunan dan penghancuran dari tubuh manusia.].

Catatan: λύσατε (LUSATE) adalah bentuk aorist imperative dari kata dasar LUO.

Leon Morris (NICNT): “‘Destroy’ is literally ‘loose.’ The verb is often used of untying and the like. It can refer to the loosing of the component parts from one another and so mean ‘destroy’ (cf. its use for the breaking up of part of a ship, Acts 27:41, and the breaking down of ‘the dividing wall of hostility,’ Eph. 2:14). It can also be used of the dissolution of life, or killing.” [= ‘Rombak / hancurkan’ secara hurufiah adalah ‘melepaskan’. Kata kerjanya sering digunakan untuk ‘melepaskan ikatan’ dan sejenisnya. Itu bisa menunjuk pada tindakan melepaskan bagian-bagian komponen satu dari yang lain dan dengan demikian berarti ‘menghancurkan’ (bdk. penggunaannya untuk penghancuran bagian dari suatu kapal, Kis 27:41, dan tindakan merubuhkan ‘tembok pemisah dari perseteruan’, Efesus 2:14). Itu juga bisa digunakan tentang pembusukan dari kehidupan / kematian atau pembunuhan.].

Kis 27:41 - “Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur (Yunani: ἐλύετο / ELUETO) dipukul oleh gelombang yang hebat.”.

Efesus 2:14 - “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan (Yunani: λύσας / LUSAS) tembok pemisah, yaitu perseteruan,”.

Barnes’ Notes: “‘Destroy this temple.’ The evangelist informs us (John 2:21) that by ‘temple,’ here, he meant his body. It is not improbable that he pointed with his finger to his body as he spoke. The word ‘destroy,’ used here in the ‘imperative,’ has rather the force of the ‘future.’ ... Here was therefore a distinct prediction both of his death and the cause of it.” [= ‘Rombak / hancurkan Bait Allah ini’. Sang Penginjil memberi kita informasi (Yohanes 2:21) bahwa dengan ‘Bait Allah’ di sini, Ia memaksudkan tubuhNya. Bukannya tidak mungkin bahwa Ia menunjuk dengan jariNya kepada tubuhNya pada waktu Ia berbicara. Kata ‘rombak / hancurkan’ digunakan di sini dalam kata perintah, tetapi lebih mempunyai kekuatan / arti dari ‘akan datang’. ... Karena itu, di sini ada suatu ramalan yang jelas tentang kematianNya dan penyebabnya.].

Leon Morris (NICNT): “There is irony in the fact that ultimately the Jews themselves were to be the means of bringing about the sign they asked Jesus to produce, and which they did not recognize when it came. There is further irony in that to put Jesus to death was to offer the one sacrifice that can truly expiate sin, and thus doom the Temple as a place for the offering of sacrifice.” [= Disana ada suatu yang bersifat ironis dalam fakta bahwa akhirnya orang-orang Yahudi sendiri akan menjadi cara dari penyebab terjadinya tanda yang mereka minta Yesus buat, dan yang tidak mereka sadari pada waktu itu datang / terjadi. Disana ada ironi yang lebih jauh bahwa dalam membunuh Yesus akan ada persembahan satu korban yang bisa betul-betul menebus dosa, dan dengan demikian mengakhiri Bait Allah sebagai suatu tempat untuk mempersembahkan korban.].

Bdk. Ibrani 10:11-12 - “(11) Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. (12) Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,”.

2. ‘Bait Allah ini’.

Kata ‘Bait Allah’ dalam ay 19 ini, dan juga dalam Yohanes 2:20,21, berbeda dengan yang ada dalam ay 14,15 (yang menggunakan kata Yunani HIERON) karena di sini digunakan kata NAOS yang menunjuk pada sanctuarynya saja (hanya Ruang Suci dan Ruang Maha Suci).

William Hendriksen: “‘This sanctuary’ (τὸν ναόν τοῦτον) could refer to the sacred shrine (Holy Place and Holy of holies usually, but in verse 20 probably the entire temple, including the courts; otherwise the Jews could not have said forty-six years); but it might also indicate man’s physical frame viewed as a dwelling-place of the Spirit.” [= ‘Bait Allah ini / tempat suci ini’ (TON NAON TOUTON) bisa menunjuk pada tempat suci yang keramat (Ruang Suci dan Ruang Maha Suci biasanya, tetapi dalam ay 20 mungkin menunjuk pada seluruh Bait Allah, mencakup halaman-halaman; kalau tidak, orang-orang Yahudi tidak bisa telah berkata 46 tahun); tetapi itu juga bisa menunjuk / berarti bentuk fisik manusia, dipandang sebagai suatu tempat tinggal dari Roh.].

Yohanes 20: “Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah (NAOS) ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’”.

Barnes’ Notes: “The word ‘temple,’ or ‘dwelling,’ was not unfrequently used by the Jews to denote the ‘body’ as being the residence of the spirit, 2 Cor 5:1. Christians are not unfrequently called the temple of God, as being those in whom the Holy Spirit dwells on earth, 1 Cor 3:16-17; 6:19; 2 Cor 6:16. Our Saviour called his body a temple in accordance with the common use of language, and more particularly because ‘in him the fulness of the Godhead dwelt bodily,’ Col 2:9. The temple at Jerusalem was the appropriate dwelling-place of God. His visible presence was there especially manifested, 2 Chron 36:15; Ps 76:2. As the Lord Jesus was divine - as the fulness of the Godhead dwelt in him - so his body might be called a ‘temple.’” [= Kata ‘Bait’, atau ‘tempat tinggal’, sering digunakan oleh orang-orang Yahudi untuk menunjuk ‘tubuh’ sebagai tempat tinggal dari roh, 2Korintus 5:1. Orang-orang Kristen sering disebut Bait Allah, karena merupakan orang-orang dalam siapa Roh Kudus tinggal di bumi, 1Korintus 3:16-17; 6:19; 2Korintus 6:16. Juruselamat kita menyebut tubuhNya Bait Allah sesuai dengan penggunaan bahasa yang umum, dan secara lebih khusus karena ‘dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan’, Kolose 2:9. Bait Allah di Yerusalem merupakan tempat tinggal yang cocok / tepat dari Allah. KehadiranNya yang bisa terlihat dimanifestasikan di sana secara khusus, 2Tawarikh 36:15; Mazmur 76:2. Karena Tuhan Yesus adalah Ilahi / Allah - karena kepenuhan dari keAllahan tinggal di dalam Dia - maka tubuhNya bisa disebut ‘Bait Allah’.].

2Korintus 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.”.

1Korintus 3:16-17 - “(16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (17) Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.”.

1Korintus 6:19 - “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”.

2Korintus 6:16 - “Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu.”.

Kolose 2:9 - “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan,”.

2Tawarikh 36:15 - “Namun TUHAN, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusanNya, karena Ia sayang kepada umatNya dan tempat kediamanNya.”.

Mazmur 76:3 - “Di Salem sudah ada pondokNya, dan kediamanNya di Sion!”.

3. ‘Aku akan mendirikannya kembali’.

KJV/RSV/NASB: “I will raise it up.” [= Aku akan membangunkan / membangkitkannya.].

NIV: “I will raise it again” [= Aku akan membangunkan / membangkitkannya lagi].

William Hendriksen: “And finally, ‘I will raise up’ (ἐγερῶ) is an expression used with respect to both reconstruction of buildings and resuscitation of individuals.” [= Dan akhirnya, ‘Aku akan mendirikan’ (EGERO) adalah suatu ungkapan yang digunakan berkenaan dengan rekonstruksi dari bangunan-bangunan dan penyadaran / pembangkitan dari individu-individu.].

Sebetulnya 3 kutipan dari William Hendriksen di atas berasal dari satu kesatuan.

William Hendriksen: “We have here another mashal; that is, a paradoxical saying, a veiled and pointed remark, often in the form of a riddle. ... The one now under discussion requires very careful consideration, for it contains several terms which (probably in Aramaic as well as in Greek) lend themselves to twofold interpretation. Thus, ‘break down’ (λύσατε) is a term which is applicable both to the tearing down of a building and the destruction of the human body. ‘This sanctuary’ (τὸν ναόν τοῦτον) could refer to the sacred shrine (Holy Place and Holy of holies usually, but in verse 20 probably the entire temple, including the courts; otherwise the Jews could not have said forty-six years); but it might also indicate man’s physical frame viewed as a dwelling-place of the Spirit. And finally, ‘I will raise up’ (ἐγερῶ) is an expression used with respect to both reconstruction of buildings and resuscitation of individuals.” [= Di sini kita mempunyai sebuah perumpamaan / alegory singkat yang lain; yaitu suatu kata-kata yang bersifat paradox, suatu komentar yang terselubung dan diarahkan pada sesuatu, sering dalam bentuk dari suatu teka teki / sesuatu yang membingungkan. ... Satu yang sekarang sedang didiskusikan membutuhkan pertimbangan yang sangat hati-hati / teliti, karena hal itu mengandung beberapa istilah yang (mungkin dalam bahasa Aram maupun dalam bahasa Yunani) mengizinkan diri mereka sendiri pada penafsiran ganda. Jadi / sebagai contoh, ‘Rombak / hancurkan’ (LUSATE) adalah suatu istilah yang bisa diterapkan baik pada penghancuran / perobohan suatu bangunan dan penghancuran dari tubuh manusia. ‘Bait Allah ini / tempat suci ini’ (TON NAON TOUTON) bisa menunjuk pada tempat suci yang keramat (Ruang Suci dan Ruang Maha Suci biasanya, tetapi dalam ay 20 mungkin menunjuk pada seluruh Bait Allah, mencakup halaman-halaman; kalau tidak, orang-orang Yahudi tidak bisa telah berkata 46 tahun); tetapi itu juga bisa menunjuk / berarti bentuk fisik manusia, dipandang sebagai suatu tempat tinggal dari Roh. Dan akhirnya, ‘Aku akan mendirikan’ (EGERO) adalah suatu ungkapan yang digunakan berkenaan dengan baik rekonstruksi dari bangunan-bangunan dan penyadaran / pembangkitan dari individu-individu.].

Catatan: silahkan mengecek 3 kata Yunani itu di Bible Works (harus lihat pada kata Yunaninya), maka saudara akan melihat bahwa kata-kata Yunani itu memang punya arti ganda.

Barnes’ Notes: “‘In three days I will raise it up.’ The Jews had asked a ‘miracle’ of him in proof of his authority that is, a proof that he was the Messiah. He tells them that a full and decided proof of that would be his ‘resurrection from the dead.’ Though they would not be satisfied by any other miracle, yet by this they ought to be convinced that he came from heaven, and was the long-expected Messiah. To the same evidence that he was the Christ he refers them on other occasions. See Matt 12:38-39.” [= ‘Dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali’. Orang-orang Yahudi telah meminta suatu ‘mujizat’ dari Dia sebagai bukti dari otoritasNya yaitu suatu bukti bahwa Ia adalah sang Mesias. Ia memberitahu mereka bahwa suatu bukti yang penuh dan tak diragukan dari hal itu adalah ‘kebangkitanNya dari antara orang mati’. Sekalipun mereka tidak akan dipuaskan oleh mujizat lain manapun juga, tetapi oleh mujizat ini mereka seharusnya diyakinkan bahwa Ia datang dari surga, dan adalah Mesias yang sudah lama diharapkan. Ia mengarahkan mereka pada bukti yang sama bahwa Ia adalah Kristus pada peristiwa-peristiwa yang lain. Lihat Mat 12:38-39.].

Matius 12:38-40 - “(38) Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ‘Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu.’ (39) Tetapi jawabNya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”.

Bdk. Matius 16:1-4 - “(1) Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. (2) Tetapi jawab Yesus: ‘Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, (3) dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. (4) Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.’ Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi.”.

Barnes’ Notes: “When Jesus says, ‘I will raise it up,’ it is proof, also, of divine power. A mere ‘man’ could not say this. No deceased ‘man’ can have such power over his body; and there must have been, therefore, in the person of Jesus a nature superior to human to which the term ‘I’ could be applied, and which had power to raise the dead - that is, which was divine.” [= Pada waktu Yesus berkata, ‘Aku akan mendirikannya kembali’, itu juga adalah bukti dari kuasa Ilahi. Semata-mata seorang manusia tidak bisa mengatakan ini. Tak ada orang mati bisa mempunyai kuasa seperti itu atas tubuhnya; dan karena itu di sana harus ada, dalam pribadi Yesus, suatu hakekat yang lebih tinggi dari manusia kepada siapa istilah ‘Aku’ bisa diterapkan, dan yang mempunyai kuasa untuk membangkitkan orang mati - yaitu, yang adalah Ilahi.].

Kata ‘Aku akan mendirikannya / membangkitkannya kembali’ ini juga jelas menunjukkan bahwa bertentangan dengan pandangan banyak orang bahwa Yesus dibangkitkan Allah, dan bukannya bangkit sendiri, ayat ini secara jelas menyatakan bahwa Yesus bangkit sendiri / membangkitkan diriNya sendiri.

Memang sebagai manusia, Ia dibangkitkan, tetapi sebagai Allah Ia bangkit sendiri / membangkitkan diriNya sendiri!

Bdk. Yohanes 10:17-18 - “(17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.

Dalam komentarnya tentang Roma 8:11, Calvin berkata: “‘I have power to lay down my life, and to take it up again.’ (John 10:18.) No doubt Christ arose through his own power;” [= ‘Aku mempunyai kuasa untuk menyerahkan nyawaKu, dan untuk mengambilnya lagi’ (Yoh 10:18). Tak diragukan Kristus bangkit melalui kuasaNya sendiri;].

4. “Dan dalam tiga hari”.

Yesus bangkit pada hari yang ketiga?

Bahkan Matius 12:40 mengatakan Yesus tinggal di dalam rahim bumi 3 hari 3 malam!

Mat 12:40 - “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”.

Ini menyebabkan ada orang yang beranggapan bahwa Yesus mati pada hari Kamis, dan bahkan Rabu (karena Ia bangkit pada hari Minggu). Kelompok Liauw dari GBIA termasuk orang-orang yang percaya pada Rabu Agung!

Sebetulnya merupakan sesuatu yang bodoh untuk mengatakan Yesus bangkit pada hari Rabu atau Kamis, dengan pemikiran 3 hari 3 malam sama dengan 72 jam. Mengapa? Karena jelas Alkitab mengatakan Ia bangkit pada hari Minggu dini hari (Yoh 20:1-dst), dan Ia mati pada sekitar pk 3 siang (Matius 27:45-46 Markus 15:33-34 Lukas 23:44). Jadi hari kematian Yesus mau diubah jadi hari apapun tak bakal cocok dengan bilangan 72 jam itu.

Selain itu, Markus 15:42 jelas menunjukkan bahwa Yesus mati pada hari Jum’at (Sabat = Sabtu; jadi ‘menjelang Sabat’ = Jum’at).

Mark 15:42 - “Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat.”.

Tetapi kalau Yesus mati pada hari Jum’at pk 3 siang dan bangkit pada hari Minggu dini hari (sekitar pk 4-5 pagi), maka itu berarti bahwa Ia mati / ada dalam kubur hanya sekitar 37-38 jam. Lalu bagaimana menafsirkan Mat 12:40 yang berkata ‘3 hari 3 malam’?

Jawab: ingat bahwa dalam menghitung hari, orang Yahudi menganggap ‘sebagian hari’ sebagai satu hari penuh!

Contoh:

a. Ester 4:16-5:1 - “(4:16) ‘Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.’ (4:17) Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya. (5:1) Pada hari yang ketiga Ester mengenakan pakaian ratu, lalu berdirilah ia di pelataran dalam istana raja, tepat di depan istana raja. Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu.”.

Perhatikan bahwa Ester 4:16 mengatakan bahwa orang-orang Yahudi itu diminta untuk berpuasa 3 hari penuh, kemudian Ester akan menghadap raja. Tetapi Ester 5:1 mengatakan ‘pada hari yang ketiga’ (bukan ‘setelah hari ketiga’), Ester sudah menghadap raja. Ini menunjukkan bahwa pada hari ke 3 mereka hanya berpuasa dalam sebagian dari hari itu, tetapi toh dianggap sebagai satu hari penuh.

b. Kejadian 42:17-18 - “(17) Dan dimasukkannyalah mereka bersama-sama ke dalam tahanan tiga hari lamanya. (18) Pada hari yang ketiga berkatalah Yusuf kepada mereka: ‘Buatlah begini, maka kamu akan tetap hidup, aku takut akan Allah.”.

Penjelasannya sama dengan tentang Ester di atas.

c. Matius 27:63-64 - “(63) dan mereka berkata: ‘Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. (64) Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-muridNya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama.’”.

Penjelasannya sama dengan yang di atas.

d. 2Tawarikh 10:5,12 - “(5) Tetapi ia menjawab mereka: ‘Datanglah kembali kepadaku lusa.’ Lalu pergilah rakyat itu. ... (12) Lusanya datanglah Yerobeam dengan segenap rakyat kepada Rehabeam, seperti yang dikatakan raja: ‘Kembalilah kepadaku lusa.’”.

KJV: ‘after three days ... on the third day ... on the third day’ [= setelah 3 hari ... pada hari yang ke 3 ... pada hari yang ke 3].

RSV: ‘in three days ... the third day ... the third day’ [= dalam 3 hari ... hari yang ke 3 ... hari yang ke 3].

NIV: ‘in three days ... three days later ... in three days’ [= dalam 3 hari ... 3 hari lagi ... dalam 3 hari].

NASB: ‘in three days ... on the third day ... on the third day’ [= dalam 3 hari ... pada hari ke 3 ... pada hari ke 3].

Yesus mati hari Jum’at. Biarpun Ia mati hari Jum’at pada 15.00, tetapi Jum’at pk 15.00-18.00 (hanya 3 jam) dianggap / dihitung sebagai satu hari. Seluruh hari Sabtu Ia ada dalam kubur, dan itu dianggap / dihitung sebagai hari kedua. Lalu sebagian dari hari Minggu (pk 18.00 - pk 4 atau 5 pagi, ini hanya kira-kira 10 atau 11 jam) Ia masih ada dalam kubur dan itu dianggap sebagai hari ketiga. Jadi, kata-kata Yesus dalam Matius 12:40 cocok dengan apa yang Ia alami.

Catatan: Ingat bahwa orang-orang Yahudi mempunyai pergantian hari pada pk 6 sore, bukan seperti kita yang pergantian harinya terjadi pada pk 12 malam.

Satu hal yang harus diperhatikan adalah: orang-orang Yahudi tidak menganggap bahwa kata-kata Yesus dalam Mat 12:40 ini tidak cocok dengan fakta bahwa Yesus mati / ada dalam kubur hanya sekitar 37-38 jam. Kalau mereka menganggap tidak cocok, pasti mereka akan menuduh Yesus sebagai pendusta / nabi palsu karena nubuat / kata-kataNya salah.

5. Arti kata-kata Yesus secara menyeluruh.

William Hendriksen: “What, then, did the Lord really mean? The first part of the saying must not be interpreted as a direct command, as if Jesus were actually ordering them to break down or destroy. The meaning of the entire saying may be paraphrased as follows: ‘Even though you, Jews, by your wickedness, are clearly breaking down the sanctuary of my body (see explanation of verse 17) - and even though, as a result, you are also destroying your own temple of stone and the entire system of religious practices connected with it -; nevertheless, in three days I will raise up that sanctuary (referring to his resurrection from the dead) - and, as a result, I will establish a new temple with a new cult: the Church, with its worship of the Father in spirit and in truth.’” [= Jadi, apa yang Tuhan sungguh-sungguh maksudkan? Bagian pertama dari kata-kata itu tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu perintah langsung, seakan-akan Yesus sungguh-sungguh memerintahkan mereka untuk merombak atau menghancurkan. Arti dari seluruh kata-kata bisa dinyatakan dengan kata-kata yang berbeda sebagai berikut: ‘Bahkan sekalipun kamu, orang-orang Yahudi, oleh kejahatanmu, secara jelas sedang menghancurkan tempat suci / Bait Allah dari tubuhKu (lihat penjelasan dari ay 17) - dan sekalipun, sebagai akibatnya, kamu juga sedang merobohkan Bait Allahmu sendiri yang terbuat dari batu dan seluruh sistim dari praktek-praktek agamawi dengannya -; sekalipun demikian, dalam tiga hari Aku akan membangkitkan tempat suci itu (menunjuk pada kebangkitanNya dari orang mati) - dan sebagai akibatnya, Aku akan menegakkan suatu bait yang baru dengan suatu sistim agamawi yang baru, Gereja, dengan penyembahannya terhadap Bapa dalam roh dan kebenaran.].

Barnes’ Notes: “Thus early did he foretell his death and resurrection, for at the beginning of his work he had a clear foresight of all that was to take place. This knowledge shows clearly that he came from heaven, and it evinces, also, the extent of his love that he was ‘willing’ to come to save us, knowing clearly what it would cost him. Had he come ‘without’ such an expectation of suffering, his love might have been far less; but when he fully knew all that was before him, when he saw that it would involve him in contempt and death, it shows compassion ‘worthy of a God’ that he was willing to endure the load of all our sorrows, and die to save us from death everlasting.” [= Begitu awal Ia meramalkan kematian dan kebangkitanNya, karena pada awal dari pekerjaanNya Ia telah mempunyai suatu pandangan lebih dulu tentang semua yang akan terjadi. Pengetahuan ini menunjukkan secara jelas bahwa Ia datang dari surga, dan itu membuktikan juga tingkat dari kasihNya bahwa Ia mau / rela datang untuk menyelamatkan kita, dengan tahu secara jelas apa yang harus Ia bayar / derita untuk itu. Seandainya Ia datang ‘tanpa’ pengharapan penderitaan seperti itu, kasihNya mungkin jauh lebih kecil; tetapi pada waktu Ia telah tahu sepenuhnya semua yang ada di depanNya, pada waktu Ia melihat bahwa itu akan melibatkanNya dalam kehinaan dan kematian, itu menunjukkan belas kasihan ‘yang mempunyai nilai dari Allah / yang layak dari Allah’ bahwa Ia mau untuk menanggung beban dari semua kesedihan kita, dan mati untuk menyelamatkan kita dari kematian kekal.].

William Hendriksen: “The type and the Antitype cannot be separated. Israel’s physical temple (or tabernacle) was the place in which God dwelt. Hence, it was the type of Christ’s body, which also, and in a far superior sense, was the dwelling-place of God. If anyone destroys the second, Christ’s body, he also pulls down the first, the temple of stone at Jerusalem. This is true for two reasons: a. when Christ is crucified, the physical temple and its entire cult cease to have any meaning (when Jesus died, the veil was rent!); also b. the terrible crime of nailing him to the cross results in the destruction of Jerusalem with its physical temple. Similarly, the raising again of the body of Christ (cf. 10:18), so that the resurrected Lord now sends forth his Spirit, implies the establishment of the new temple which is his Church (the sanctuary made without hands, cf. Mark 14:58).” [= TYPE dan Anti TYPEnya tidak bisa dipisahkan. Bait Allah fisik dari Israel (atau Kemah Suci) adalah tempat dalam mana Allah tinggal. Jadi, itu adalah TYPE dari tubuh Kristus, yang juga, dan dalam arti yang jauh lebih tinggi, adalah tempat tinggal Allah. Jika siapapun menghancurkan yang kedua, tubuh Kristus, ia juga mengancurkan yang pertama, Bait Allah dari batu di Yerusalem. Ini benar karena dua alasan: a. pada waktu Kristus disalibkan, Bait Allah fisik dan seluruh sistim agamawi berhenti mempunyai arti apapun (pada waktu Yesus mati, tirai itu sobek!); juga b. kejahatan yang hebat dengan memakukan Dia pada salib mengakibatkan / menghasilkan penghancuran dari Yerusalem dengan Bait Allah fisiknya. Secara mirip / sama, pembangkitan kembali tubuh Kristus (bdk. 10:18), sehingga Tuhan yang bangkit sekarang mengutus RohNya, secara implicit berarti penegakkan dari bait yang baru yang adalah GerejaNya (tempat suci yang tidak dibuat dengan tangan, bdk. Markus 14:58).].

6. Mengapa Yesus tidak berbicara dengan lebih jelas, atau memberi tanda yang sesuai dengan tuntutan mereka?

Bible Knowledge Commentary: “As with His parables in the Synoptics, one purpose of an enigmatic saying was to puzzle the hearers who opposed Him. He desired that His hearers ponder the saying in order to perceive its significance.” [= Seperti dengan perumpamaan-perumpamaanNya dalam Injil-injil Sinoptik, satu tujuan dari kata-kata yang kabur / tidak jelas adalah untuk membingungkan pendengar-pendengar yang menentangNya. Ia ingin bahwa pendengar-pendengarNya memikirkan tentang kata-kata itu untuk mengerti artinya.].

Calvin: “‘Destroy this temple.’ This is an allegorical mode of expression; and Christ intentionally spoke with that degree of obscurity, because he reckoned them unworthy of a direct reply; as he elsewhere declares that ‘he speaks to them in parables,’ because they are unable to comprehend the mysteries of the heavenly kingdom, (Matthew 13:13.)” [= ‘Rombak / hancurkan Bait Allah ini’. Ini merupakan suatu cara menyatakan yang bersifat alegoris; dan Kristus secara sengaja berbicara dengan tingkat kekaburan itu, karena Ia menganggap mereka tidak layak mendapatkan suatu jawaban langsung; seperti di tempat lain Ia menyatakan bahwa ‘Ia berbicara kepada mereka dalam perumpamaan’, karena mereka tidak bisa mengerti misteri-misteri dari kerajaan surga, (Matius 13:13).].

Calvin: “But first he refuses to them the sign which they demanded, either because it would have been of no advantage, or because he knew that it was not the proper time. ... But he conveys this information figuratively, because he does not reckon them worthy of an explicit promise. In short, he treats unbelievers as they deserve, and at the same time protects himself against all contempt. It was not yet made evident, indeed, that they were obstinate, but Christ knew well what was the state of their feelings.” [= Tetapi pertama-tama Ia menolak untuk memberi mereka tanda yang mereka tuntut, atau karena itu tidak akan ada gunanya, atau karena Ia tahu bahwa itu bukan saat yang tepat. ... Tetapi Ia menyatakan informasi ini secara simbolis, karena Ia tidak menganggap mereka layak untuk suatu janji yang explicit / jelas. Singkatnya, Ia memperlakukan orang-orang yang tidak percaya seperti yang layak mereka dapatkan, dan pada saat yang sama melindungi diriNya sendiri terhadap semua hinaan. Memang belum terlihat jelas bahwa mereka tegar tengkuk / keras kepala, tetapi Kristus tahu dengan baik keadaan dari perasaan-perasaan mereka.].

Bdk. Matius 13:10-15 - “(10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.

Bandingkan juga dengan 2Petrus 3:15-16 - “(15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.”.

Calvin: “But it may be asked, since he performed so many miracles, and of various kinds, why does he now mention but one? I answer, he said nothing about all the other miracles, First, because his resurrection alone was sufficient to shut their mouth: Secondly, he was unwilling to expose the power of God to their ridicule; for even respecting the glory of his resurrection he spoke allegorically: Thirdly, I say that he produced what was appropriate to the case in hand; for, by these words, he shows that all authority over the Temple belongs to him, since his power is so great in building the true Temple of God.” [= Tetapi bisa dipertanyakan, karena Ia melakukan begitu banyak mujizat, dan dari bermacam-macam jenis, mengapa sekarang Ia menyebutkan hanya yang satu ini? Saya menjawab, Ia tidak berkata-kata tentang semua mujizat-mujizat yang lain, Pertama, karena kebangkitanNya saja cukup untuk membungkam mereka: Kedua, Ia tidak mau membuka kuasa Allah terhadap ejekan mereka; karena bahkan berkenaan kemuliaan dari kebangkitanNya Ia berbicara secara alegoris: Ketiga, saya berkata bahwa Ia memunculkan apa yang cocok dengan kasus yang sedang dipersoalkan; karena dengan kata-kata ini Ia menunjukkan bahwa semua otoritas atas Bait Allah adalah milikNya, karena kuasaNya adalah begitu besar dalam membangun Bait Allah yang sejati dari Allah.].

Kalau Yesus memang sengaja menjawab dengan suatu jawaban yang tidak bisa mereka mengerti, maka rasanya Ia tidak mungkin berbicara sambil menunjuk kepada tubuhNya sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Albert Barnes.

Barnes’ Notes: “‘Destroy this temple.’ The evangelist informs us (John 2:21) that by ‘temple,’ here, he meant his body. It is not improbable that he pointed with his finger to his body as he spoke.” [= ‘Rombak / hancurkan Bait Allah ini’. Sang Penginjil memberi kita informasi (Yohanes 2:21) bahwa dengan ‘Bait Allah’ di sini, Ia memaksudkan tubuhNya. Bukannya tidak mungkin bahwa Ia menunjuk dengan jariNya kepada tubuhNya pada waktu Ia berbicara.].

Barnes’ Notes: “They were in the temple; the conversation was about the temple; and though he probably pointed to his body, or designated it in some plain way, yet they CHOSE to understand him as referring to the temple itself; and as it appeared so improbable that he could raise up that in three days, they sought to pervert his words and pour ridicule on his pretensions.” [= Mereka berada di dalam Bait Allah; pembicaraan adalah tentang Bait Allah; dan sekalipun Ia mungkin menunjuk kepada tubuhNya, atau menunjukkannya dengan cara tertentu yang jelas, tetapi mereka MEMILIH untuk mengerti Dia sebagai menunjuk pada Bait Allah itu sendiri; dan karena kelihatannya begitu mustahil bahwa Ia bisa mendirikan itu dalam 3 hari, mereka berusaha untuk membengkokkan kata-kataNya dan mengejek claimNya.].

Lenski: “The word ναός refers to the Sanctuary proper, comprising the Holy Place and the Holy of Holies, as distinct from ἱερόν which included the entire Temple area with its various extensive courts and structures. What follows shows that ‘this Sanctuary’ could not have been spoken by Jesus accompanied by a gesture pointing to his own body.” [= Kata NAOS menunjuk pada Tempat Kudus saja, terdiri dari Ruang Suci dan Ruang Maha Suci, dan berbeda dari HIERON yang mencakup seluruh daerah Bait Allah dengan bermacam-macam halaman dan strukturnya. Kalimat berikutnya menunjukkan bahwa ‘Tempat Kudus ini’ tidak mungkin telah diucapkan oleh Yesus disertai dengan suatu gerakan yang menunjuk kepada tubuhNya sendiri.].

Yohanes 2:19-22 - “(19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ (20) Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’ (21) Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri. (22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.”.

Catatan: Kelihatannya maksud Lenski adalah: kalau murid-muridNya saja baru mengerti kata-kata Yesus dalam ay 19 setelah Ia bangkit, tidak mungkin Ia mengucapkan kata-kata itu sambil menunjuk kepada tubuhNya.

a) Terjadinya kata-kata / nubuat / tanda yang Yesus berikan ini.

1. Akhirnya / belakangan, mereka memang membunuh Yesus, dan Yesus memang bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan nubuatNya.

J. C. Ryle: “‘In three days I will raise it up.’ This is a prophecy of our Lord’s resurrection. But it is a very remarkable one, from the fact that our Lord distinctly asserts His own power to raise Himself up. It is like the expression, ‘I have power to lay down my life, and I have power to take it again.’ (John 10:18.) Both the expressions deserve particular notice, because many now-a-days assert that our Lord’s resurrection was owing to the operation of God the Father and of God the Holy Ghost, and that He did not rise by His own power. This is a dangerous heresy. That the Father and the Holy Ghost co-operated in the resurrection of our Lord’s body there can be no doubt. It is clearly taught in many places. But to say that our Lord did not raise his own body, is to contradict the text before us, and the other which has been already quoted.” [= ‘Dalam 3 hari Aku akan mendirikanNya kembali’. Ini merupakan suatu nubuat tentang kebangkitan Tuhan kita. Tetapi itu adalah sesuatu yang sangat menarik perhatian, dari fakta bahwa Tuhan kita secara jelas menegaskan kuasaNya sendiri untuk membangkitkan diriNya sendiri. Itu adalah seperti ungkapan ‘Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.’ (Yoh 10:18). Kedua ungkapan itu layak mendapatkan perhatian khusus, karena banyak orang pada zaman sekarang menegaskan bahwa kebangkitan Tuhan kita disebabkan oleh pekerjaan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus, dan bahwa Ia tidak bangkit oleh kuasaNya sendiri. Ini merupakan suatu ajaran sesat yang berbahaya. Bahwa Bapa dan Roh Kudus bekerja sama dalam kebangkitan dari tubuh Tuhan kita disana tidak ada keraguan. Itu secara jelas diajarkan di banyak tempat. Tetapi mengatakan bahwa Tuhan kita tidak membangkitkan tubuhNya sendiri, adalah menentang / menabrak text di depan kita, dan text yang lain yang telah dikutip.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).

J. C. Ryle: “Hurrion, quoted by Ford, observes, ‘The efficient cause of Christ’s resurrection was the infinite power of God, which being common to all the Persons in the blessed Trinity, the resurrection is sometimes ascribed to the Father, sometimes to the Son, and sometimes to the Holy Ghost. Christ’s being raised by the Father and the Spirit is not inconsistent with His raising Himself; for ‘what things soever the Father doeth, these also doeth the Son,’ (John 5:19,) for being one in nature, they are also one in operation.’” [= Hurrion, dikutip oleh Ford, mengatakan, ‘Penyebab efektif dari kebangkitan Kristus adalah kuasa yang tak terbatas dari Allah, yang merupakan milik secara umum dari semua Pribadi dalam Tritunggal yang terpuji, kebangkitan kadang-kadang dianggap berasal dari Bapa, kadang-kadang dari Anak, dan kadang-kadang dari Roh Kudus. Kristus dibangkitkan oleh Bapa dan Roh tidak bertentangan dengan pembangkitan oleh diriNya sendiri; karena ‘apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak’, (Yoh 5:19), karena satu dalam hakekat, Mereka juga satu dalam tindakan / pekerjaan’.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).

Calvin: “‘I will raise it up again.’ Here Christ claims for himself the glory of his resurrection, though, in many passages of Scripture, it is declared to be the work of God the Father. But these two statements perfectly agree with each other; for, in order to give us exalted conceptions of the power of God, Scripture expressly ascribes to the Father that he raised up his Son from the dead; but here, Christ in a special manner asserts his own Divinity. And Paul reconciles both. ‘If THE SPIRIT OF HIM, that raised up Jesus from the dead dwell in you, he that raised up Christ from the dead shall also quicken your mortal bodies by HIS SPIRIT that dwelleth in you,’ (Romans 8:11.) While he makes the Spirit the Author of the resurrection, he calls Him indiscriminately sometimes ‘the Spirit of Christ,’ and sometimes ‘the Spirit of the Father.’” [= ‘Aku akan mendirikannya / membangunkannya kembali’. Di sini Kristus mengclaim untuk diriNya sendiri kemuliaan dari kebangkitan, sekalipun, dalam banyak text-text Kitab Suci, itu dinyatakan sebagai pekerjaan dari Allah Bapa. Tetapi kedua pernyataan ini sesuai secara sempurna satu dengan yang lain; karena, untuk memberi kita pengertian tentang kuasa Allah, Kitab Suci secara explicit menganggap berasal dari Bapa bahwa Ia membangkitkan AnakNya dari antara orang mati; tetapi di sini, Kristus dengan cara yang khusus menyatakan keilahianNya sendiri. Dan Paulus mendamaikan keduanya. ‘Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati diam di dalam kamu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati juga akan menghidupkan tubuhmu yang fana oleh RohNya yang diam di dalam kamu’. (Ro 8:11). Sekalipun ia membuat Roh sebagai Sumber dari kebangkitan, ia menyebut Dia tanpa pembedaan kadang-kadang ‘Roh Kristus’, dan kadang-kadang ‘Roh Bapa’.].

Roma 8:11 - “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu.”.

John Murray (tentang Ro 8:11): “He that ‘raised up Jesus from the dead’ is without question the Father (cf. 4:25, 26; 6:4; Gal. 1:1; Eph. 1:17, 20). The Father is the specific agent in the resurrection of Christ.” [= Ia yang ‘telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati’ tak diragukan adalah sang Bapa (bdk. 4:24,25; 6:4; Galatia 1:1; Efesus 1:17,20). Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan Kristus.] - ‘The Epistle to the Romans’ (NICNT), hal 291.

Baca Juga: Tokoh-Tokoh Yahudi Meminta Tanda (Yohanes 2:18)

Catatan: kata ‘Roh’ memang tidak mungkin merupakan subyek dari kata ‘membangkitkan’ karena kata ‘Roh’ berjenis kelamin netral (neuter), sedangkan kata ‘membangkitkan’ berjenis kelamin laki-laki (masculine).

b) Tetapi bagaimana dengan kata-kata bagian akhir dari ayat itu?

John Murray (tentang Roma 8:11): “The text followed by the version expressly indicates that the Holy Spirit will be active in the resurrection - ‘through his Spirit that dwelleth in you’. Though the Father is the specific agent in the resurrection of believers as in that of Christ, this does not exclude the agency of the Holy Spirit. The persons of the Godhead are co-active in the acts of redemption and will be also in the consummating act. If we follow this textual variant, there is the further implication that the Holy Spirit was also active in the resurrection of Christ from the dead. The Father’s raising up of Christ is represented in this text as the guarantee that believers will be raised up, too. There is also the suggestion that the pattern provided by the resurrection of Christ is followed in the resurrection of believers (cf. Eph. 1:17ff.). Hence if the Holy Spirit is active in the resurrection of believers, it would follow that he was also active in the resurrection of Christ. For the latter supplies the basis and the pattern for the former.” [= Text yang diikuti oleh versi ini secara explicit menunjukkan bahwa Roh Kudus akan aktif dalam kebangkitan - ‘melalui RohNya yang tinggal / diam di dalam kamu’. Sekalipun Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan orang-orang percaya seperti dalam kebangkitan Kristus, ini tidak mengeluarkan keagenan dari Roh Kudus. Pribadi-pribadi dari Allah bersama-sama aktif dalam tindakan-tindakan penebusan dan juga demikian dalam tindakan yang menyelesaikan / terakhir. Jika kita mengikuti perbedaan text ini, di sana ada petunjuk implicit yang lebih jauh bahwa Roh Kudus juga aktif dalam kebangkitan Kristus dari orang mati. Pembangkitan Kristus oleh Bapa digambarkan dalam text ini sebagai jaminan bahwa orang-orang percaya akan dibangkitkan juga. Disana juga ada suatu petunjuk bahwa pola yang disediakan oleh kebangkitan Kristus diikuti dalam kebangkitan orang-orang percaya (bdk. Efesus 1:17-dst). Jadi, jika Roh Kudus aktif dalam kebangkitan orang-orang percaya, akibatnya Ia juga aktif dalam kebangkitan Kristus. Karena yang belakangan menyuplai dasar dan pola untuk yang terdahulu.] - ‘The Epistle to the Romans’ (NICNT), hal 292.

Jadi, sebetulnya kebangkitan Kristus merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi dari Tritunggal.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post