7 AKIBAT DOSA MANUSIA MENURUT ALKITAB

Ada 7 Akibat Dosa bagi Manusia dalam Alkitab yang berakibat parah, yaitu:
7 AKIBAT DOSA BAGI MANUSIA MENURUT ALKITAB
1. Dosa Merusak Hubungan Antara Manusia Dengan Allah.

Dampak yang paling utama berkaitan dengan dosa yang dilakukan oleh manusia adalah dalam hubungannya dengan Allah. Di mata Allah manusia sudah mati dan akan menuju maut (Roma 3:23; 6: 23). 

a. Manusia tidak layak untuk menghadap Allah.

Pengusiran Adam dan Hawa dari Taman Eden ke luar, merupakan ungkapan geografis dari pemisahan spiritual manusia dari Allah, serta ketidaklayakan untuk menghadap Dia dan menikmati keakraban dengan Dia (Kejadian 3: 23). Malaikat dengan pedang yang bernyala-nyala yang menutupi jalan menuju Eden melambangkan kebenaran mengerikan bahwa dalam dosanya, manusia menghadapi pertentangan dan perlawanan dari Allah, yaitu murka Allah (Kejadian 3:24; Matius 3:7; 1 Tesalonika 1:10).

b. Manusia tidak sanggup lagi melakukan kehendak Allah. 

Meskipun Allah memanggil dan memerintahkan manusia dan menawarkan kepadanya untuk jalan kehidupan, kebenaran dan kebebasan, manusia tidak sanggup lagi menjawab panggilan Allah itu sepenuhnya. Manusia tidak bebas dan tidak sanggup untuk menyesuaikan diri dengan rencana Allah karena telah menjadi budak dosa (Yohanes 8:34; Roma 7:21-23).

c. Manusia tidak benar di mata Allah. 

Kegagalan untuk mematuhi hukum dan kehendak Allah membuat manusia berada di bawah kutukan hukum, rasa bersalah dan penghukuman yang makin bertambah bagi pelanggar hukum (Rm. 5:12; Ulangan 27: 26; Galatia 3:10).

d. Manusia tidak peka lagi terhadap Firman Allah. 

Allah berbicara baik melalui firman yang tertulis, yaitu Taurat, Alkitab dan juga lisan melalui nabi-nabi-Nya kepada umat manusia. Akan tetapi dosa telah membuat manusia menjadi bebal dan lebih memilih untuk tidak mentaati Firman Allah. Akhirnya manusia menjadi tidak mengenal Allah dan tidak mengerti hal-hal mengenai Roh.

Hal-hal ini membuat manusia menjadi angkuh dan dalam lingkup keagamaan, keangkuhan ini diungkapkan sebagai pembenaran diri. Manusia menentukan sendiri norma-norma bagi dirinya dan membenarkan dirinya menurut norma-norma itu. Manusia mencari-cari alasan bagi dosa dan merasa yakin di hadapan Allah karena prestasi-prestasi moral dan religiusnya dengan berbagai macam agama dan kepercayaannya. Ada juga yang kemudian menolak eksistensi Allah secara teori (ateisme). Namun itu semua sesungguhnya hanya untuk bersembunyi dari Allah (seperti Adam dam Hawa di Eden) dan untuk menghindari “keseraman” apabila berdiri di hadapan Allah dengan kesalahannya terpampang di depan.

2. Dosa Merusak Hubungan Antara Manusia Dengan Dirinya Sendiri.

Manusia kehilangan arah batin dan hidup dalam sejuta konflik dalam dirinya (Roma7:23). Pengaruh dosa nyata dalam penipuan diri sendiri. Manusia tidak lagi mampu menilai dirinya dengan benar dan tepat. Dosa telah membuat manusia tidak lagi mampu memandang dirinya sebagai ciptaan Allah yang mulia (Mazmur 8:6).

Manusia menjadi malu dengan dirinya sendiri, batinnya senantiasa bergejolak mencari arah kehidupan ini. Bahkan terkadang manusia tidak dapat berdamai dengan dirinya sendiri. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya. Dengan kata lain, mereka sangat mengenal siapa diri mereka, yaitu ciptaan Allah yang mengakibatkan Allah mengatakan ciptaan-Nya sungguh amat baik Kejadian 1:31). Tetapi, dosa merusak segalanya.

Dosa mengakibatkan manusia tidak lagi mengenal pribadinya sendiri, sehingga tidak usah heran, studi psikologi muncul bukan untuk mengembalikan pribadi manusia kepada Sumber yaitu Penciptanya, tetapi menafsirkan ulang pribadi manusia dari perspektif manusia itu sendiri. Mereka ingin meniadakan Allah untuk mengenal manusia, tetapi herannya memakai standar manusia yang sama berdosanya untuk mengenal diri manusia. Sesuatu yang mustahil, apabila manusia yang berdosa samasama dapat mengenal manusia, padahal dosa nantinya mengakibatkan rusaknya hubungan manusia dengan manusia. Peralihan ini membuat manusia menjadi lebih baik.

Selanjutnya, dosa mengakibatkan manusia yang tak mengenal jati dirinya berusaha menonjolkan jati dirinya dengan kelakuan-kelakuan aneh, misalnya homo, lesbian, banci, pergi ke diskotik (dugem: dunia gemerlap). Mereka sudah melupakan esensi jati diri mereka dan menggantinya dengan jati diri palsu untuk mendapatkan penghormatan dari orang lain. Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk mati dan kembali menjadi tanah, tetapi dosa menyebabkan manusia pasti mengalami kematian dan menjadi tanah kembali.

Alkitab mencatat, ”Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah” (Kejadian 3:19). Kehilangan kemuliaan Allah menyebabkan kualitas tubuh manusia menurun drastis. Kematian jasmani merupakan konsekuensi dari keberdosaan manusia, seperti dikatakan oleh Paulus, ”Sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23).

Kehilangan kemuliaan Allah membuat manusia akan hidup tanpa hormat dan kemuliaan, pendidikan akan menolak kebenaran, hak-hak manusia tidak mempunyai kebaikan, pengetahuan tanpa hikmat, pernikahan tanpa kasih, dan ilmu pengetahuan tanpa hati nurani/kesadaran, kebebasan tanpa kontrol. Jadi akibat dosa yang membuat manusia mengalami keadaan bersalah (Inggris: ‘guilt’): “…dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan... dan Engkau mengampuni kesalahan dosaku” (Mazmur 32:5).

Kata bersalah menunjukkan keadaan bersalah itu:”…dengan demikian engkau mendatangkan kesalahan atas kami” (Kejadian 26:10). Barangsiapa melakukan dosa, dia menjadi ”bersalah” baik di hadapan Allah maupun di hadapan suara hatinya sendiri. Kejahatan saudara-saudaranya Yusuf masih mengejar mereka banyak tahun kemudian (Kejadian 42:21). Dalam Taurat Musa orang melakukan pelanggaran diingatkan bahwa mereka dalam keadaan bersalah (Imamat 5:1-6). Hati orang berdosa ”memukulnya” (1 Samuel 24:5; 2 Samuel 24:10), dan suara hati Daud terus menuduh dia sampai mengaku dosanya (Mazmur 32:3-5).

3. Dosa Merusak Hubungan Antara Manusia Dengan Manusia

Terputusnya hubungan manusia dengan Allah langsung mempengaruhi hubungan manusia dengan sesamanya. Adam menuduh Hawa dan menyalahkannya sebagai penyebab dosa (Kejadian 3:12). Kisah kejatuhan manusia segera diikuti dengan peristiwa pembunuhan Habel (Kejadian 4:1-6). Dosa membuat manusia tidak lagi bisa saling mengasihi dengan tulus, yang ada adalah konflik, perpecahan antar bangsa/suku, prasangka rasial, dan terbentuknya blok-blok internasional yang saling bermusuhan.

Dosa membuat perpecahan, pemisahan dan pertikaian antara manusia dan sesamanya baik di dalam kelompok masyarakat, agama, sosial, keluarga bahkan gereja. Dosa membuat manusia ”mengeksploitasi” sesamanya. Eksploitasi ini dapat dengan jelas kita lihat dalam hubungan antara pria dan wanita. Sejarah mencatat kaum pria telah mendominasi wanita dengan kekerasannya. Wanita digunakan bagi kepentingan egois pria, penolakan pria memberikan persamaan hak dan martabat kepada wanita merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.

Dalam surat Roma 3:10-18, Paulus menjabarkan tentang akibat dosa di dalam wilayah pikiran, perkataan dan tindakan lalu berakhir dengan suatu kesimpulan bahwa sebenarnya akibat dosa berdasar pada esensi dosa yaitu tidak takut akan Allah (Roma 3:18). Akibat dosa inilah yang disebut mempengaruhi terputusnya atau rusaknya hubungan manusia dengan manusia. Manusia dengan manusia tidak lagi seperti manusia pertama ketika sebelum berdosa, saling bersahabat, tetapi mulai bermusuhan dan saling menyalahkan.

Ketika Adam ditanya oleh Tuhan tentang alasannya telah memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, Adam bukan mempertanggungjawabkan perbuatannya, malahan menuduh Hawa. Itulah akibat dosa pada hubungan interpersonal atau pribadi dengan pribadi yaitu saling menyalahkan. Tidak heran, di abad postmodern ini, istilah ”mengkambinghitamkan” menjadi populer. Dirinya yang bersalah tetapi tidak berani mempertanggungjawabkan kesalahannya, malahan menuduh orang lain bahkan sahabat yang terdekat sekalipun yang bersalah agar dapat lolos dari pertanggungjawaban itu.

Disamping itu, adalah rahasia umum, bahwa untuk menutupi realita dosa, orang rela menyuap para pejabat pemerintah (misalnya hakim, dll). Betapa memprihatinkan, bahkan akibat dosa manusia, orang tidak lagi mempercayai orang lain bahkan sahabatnya sendiri

Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Ungkapan ini ada benarnya karena berdasarkan fakta manusia bisa saling merugikan dan saling mencelakakan di dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengejar kesenangan hidup. Hubungan antar manusia tidak lagi harmonis sejak fakta kejatuhan dalam dosa. Sejarah umat manusia berikutnya melengkapi daftar kejahatan (Kejadian 4:8, 19, 23, 24; 6:2, 3, 5).

Dan timbunan kejahatan yang merajalela itu mencapai kesudahannya dalam pemusnahan umat manusia, kecuali 8 orang (Kejadian 6:7, 13; 7:21-24). Kejatuhan ke dalam dosa berakibat tetap dan menyeluruh, tidak hanya menimpa Adam dan Hawa, tapi juga menimpa segenap keturunan mereka; dalam ihwal dosa dan kejahatan terkandung solidaritas insani, yakni sama-sama langsung terhisab dalam perbuatan dosa itu dan menanggung segala akibatnya. Manusia saling mempersalahkan (Kejadian 3:12-13).

Peristiwa Kain membunuh Habel merupakan bukti selanjutnya. Sejak saat itu manusia selalu harus berhati-hati dalam berhubungan dengan sesamanya. Kalau mau jujur, orang-orang yang berselisih tajam, saling membenci, saling mengecewakan, bahkan saling membunuh, umumnya adalah orang-orang yang saling kenal, bahkan tidak jarang mereka mempunyai kedekatan secara emosional. Manusia menjadi makhluk yang tinggi egosentrisnya, dan itu sebabnya mengapa manusia menjadi sulit bersekutu dengan sesamanya. Semuanya hanya menuruti hawa nafsunya sendiri. Keadaan ini sebenarnya bersumber dari rusaknya hubungan manusia dengan Allah sehingga manusia tidak tahu membedakan manakah kehendak Allah dan yang bukan.

4. Dosa Merusak Hubungan Manusia Dengan Alam

Sejak manusia jatuh dalam dosa, manusia telah kehilangan keharmonisannya dengan alam ini. Manusia yang seharusnya memelihara dan mengusahakan bumi bagi kemuliaan Tuhan (Kejadian 2:15) malah mengeksploitasi secara sembarangan sehingga mengakibatkan kerusakan alam ini (hutan menjadi gundul, banjir dsb). Udara, air, dan tanah menjadi kotor oleh polusi yang disebabkan keserakahan manusia.

Penyataan Allah yang pertama dan orisinal adalah alam. Segenap alam dan semua kehidupan menjadi tempat kudus dimana manusia menghormati Allah. Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta dalam suatu keadaan yang harmonis dan sungguh amat baik. Alkitab mencatat, ”Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik” (Kejadian 1:31). Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam membutuhkan manusia untuk memelihara dan menatanya. Manusia dan alam memiliki hubungan interdependensi yang kuat dan erat.

Namun, dosa menyebabkan manusia tidak mampu memelihara dan mengusahakan alam, tetapi justru semena-mena karena keserakahannya. Akibatakibat dari kejatuhan ke dalam dosa meluas sampai ke alam semesta. ’Terkutuklah tanah ini karena engkau’ (Kejadian 3:17; Roma 8:20). Manusia adalah mahkota seluruh ciptaan, dijadikan menurut gambar Allah, dan karena itu merupakan wakil Allah, diberi kuasa untuk memelihara (Kejadian 1:26).

Bencana kejatuhan manusia ke dalam dosa mendatangkan bencana kutuk atas alam semesta, yang tadinya atasnya manusia telah dikaruniai kuasa. Dosa adalah peristiwa dalam kawasan rohani manusia, tapi akibatnya menimpa seluruh alam semesta. Semak duri dan belukar yang tidak ada dalam Kejadian 1-2, akhirnya muncul di bumi yang amat sangat baik setelah kejatuhan manusia.

Penampakannya pada zaman sekarang ini adalah teknologi yang dibuat manusia cenderung ditujukan untuk merusak alam sehingga dunia sekarang dihantui oleh krisis lingkungan hidup seperti bocornya ozon, banjir karena gundulnya hutan, efek rumah kaca, dan sebagainya yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, kesengsaraan bahkan kepunahan makhluk hidup, terkikisnya kekayaan, krisis air bersih, dan sebagainya.

Persoalan utama bukanlah karena alam pada dasarnya tidak baik, tetapi karena manusia yang menyebabkan alam tidak lagi harmonis dan seimbang. Makin lama tanah semakin berkurang kesuburannya, semakin berkurang hasilnya. Bukan hanya itu, pelaksanaan mandat mengelola alam dilakukan manusia secara tidak bertanggung jawab telah mengakibatkan banyak bencana. Padahal, tugas mengelola dan memelihara bumi ada pada pundak manusia (Kejadian 1:28; 2:15). Krisis lingkungan diciptakan oleh manusia dan membawa ancaman bagi manusia sendiri. Bumi sedang menuju kehancuran dan kemusnahan

5. Dosa Merusak Manusia Dalam Hubungannya Dengan Waktu

Manusia yang jatuh ke dalam dosa, hidup dalam waktu yang dibatasi karena dosa itu. Dosa membuat manusia kehilangan kekekalan (Kejadian 2:17; 3:19), hari-hari manusia menjadi terbatas (Mazmur 90:9-10). Manusia harus menghadapi kematian sebagai akhir hidupnya.

6. Dosa Membuat Manusia Menderita

Pada waktu manusia jatuh dalam dosa, maka Allah berfirman, ”Susah payahmu waktu mengandung akan Ku buat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu,… maka terkutuklah tanah karena engkau, dengan bersusah payah engkau akan mencari rejekimu,... dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu sampai engkau kembali lagi menjadi tanah” (Kejadian 3:16-19).

Karena keberdosaannya, manusia jadinya akrab dengan penderitaan fisik dan psikis seumur hidupnya. Bukan berarti bahwa orang percaya sejak bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus manusia tidak lagi akan sakit dan menderita. Keputusan untuk mengikut Tuhan juga diiringi dengan penderitaan yang harus dipikul. Namun, penderitaan bersama Kristus justru mendatangkan kemuliaan surgawi, sementara penderitaan karena dosa akan mendatangkan kesengsaraan kekal.

Pengertian penderitaan di sini adalah sejak manusia jatuh dalam dosa, Allah membiarkan manusia mengalami banyak penderitaan sehingga penderitaan menjadi akrab dengan manusia seumur hidupnya. Akibat dosa ialah hukuman dan penderitaan. Penderitaan yang meliputi kenyataan kehilangan persekutuan dengan Allah, (Kejadian 3:8; 3:24) serta berada dibawa murka dan kutukan Allah (Efesus 2:3; Galatia 3:10) yang melahirkan kehampaan serta ketidakberdayaan dan masih harus ditambah dengan penderitaan hidup (Ratapan 3:29) yang tak mungkin dihindari oleh siapa pun dan kuasa maut (Roma 6:23) yang berlaku universal, dan mengalami siksaan kekal di Neraka (Matius 25:41).

7. Dosa Membuat Manusia Menerima Hukuman

Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Secara umum, hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk setiap kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang. Diharapkan bahwa hukuman itu sendiri akan mengajarkan tentang apa yang tidak boleh dilakukan.

a. Hukuman Sebagai Akibat Langsung Dari Dosa

Alkitab secara tegas mengatakan bahwa setiap dosa yang dilakukan oleh seseorang pasti disusul dengan hukumannya, sebagaimana dikatakan bahwa: ”... kamu akan mengalami bahwa dosamu itu akan menimpa kamu”(Bilangan 32:23), dan ”mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung” (Hosea 8:7). Dengan demikian, dosa seseorang sering secara langsung mengakibatkan hukumannya: ”sesungguhnya, bukan Aku yang mereka sakiti, melainkan diri mereka sendiri sehingga mereka malu” (Yeremia 7:19).

b. Hukuman Yang Diberikan Oleh Allah, Yaitu Hukuman Kekal

Mengingat bahwa dosa adalah pelanggaran terhadap Allah maka hukuman dosa ialah bahwa pada dasarnya manusia dipisahkan dari pencipta-Nya (Yesaya 59:2). Terlebih pada hukuman terakhir, mengingat bumi adalah milik Tuhan, maka orang berdosa harus dihapus dari bumi ini (Mazmur 104:35). Hal ini sesuai dengan perintah yang Tuhan berikan kepada Adam, bahwa dia akan pasti mati kalau dia melanggar ketetapan Tuhan (Kejadian 2:17).

Baca Juga: Definisi Dosa Dan Istilah Dosa Dalam Alkitab

Melalui Yehezkiel Tuhan menegaskan sekali lagi: ”Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati”(Yehezkiel 18:4). Hukuman atas dosa tidak hanya sekedar kematian fisik; orang yang berbuat dosa terhadap Tuhan dan tidak bertobat, orang itu tidak akan mewarisi kehidupan kekal, sebab namanya “dihapuskan dari kitab kehidupan” (Mazmur 69:28) dan mereka akan tinggal di neraka (Mazmur 49:14), sama sekali terpisah dari Allah dan kehidupan. Dosa mendatangkan maut dan kebinasaan bagi manusia (Roma 6:23).

Allah telah menyiapkan hukuman kekal sebagai tempat kekal manusia yang tidak kembali kepada-Nya, yaitu neraka. Di dalam neraka, manusia mengalami keterpisahan dari Allah. Tempat ini merupakan tempat yang mengerikan di mana manusia tidak akan pernah mati lagi secara fisik. Ia akan menderita karena ada api yang tak terpadamkan, ratap tangis dan kertakan gigi, ada kegelapan yang mengerikan (Matius 25:30) serta ada ulat yang terus-menerus menggerogoti tubuh manusia berdosa (Markus 9:43-48). Jika manusia sudah masuk dalam neraka, ia tidak mungkin dapat keluar lagi, tidak mungkin ada kesempatan untuk bertobat.
Next Post Previous Post