TOKOH-TOKOH YAHUDI MEMINTA TANDA (YOHANES 2:18)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

Reaksi dari para tokoh agama Yahudi (Yohanes 2:18).
TOKOH-TOKOH YAHUDI MEMINTA TANDA (YOHANES 2:18)
gadget, bisnis, otomotif
Yohanes 2:18: “Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: ‘Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?’”.

KJV/NASB: “answered” [= menjawab].

RSV: “said” [= berkata].

NIV: “demanded” [= menuntut].

1) Bagian ini (Yohanes 2:17-22) tidak ada dalam ketiga Injil yang lain.

Leon Morris (NICNT) (tentang Yohanes 2:18-22): “The Synoptics tell of a cleansing of the Temple, but they have nothing equivalent to this section. John records a cryptic saying of Jesus and goes on to give both a Jewish misunderstanding of it and his own interpretation.” [= Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas) menceritakan tentang suatu pembersihan Bait Allah, tetapi mereka tidak mempunyai apapun yang sama dengan bagian ini. Yohanes mencatat suatu kata-kata yang mempunyai arti tersembunyi dari Yesus dan melanjutkan untuk memberikan baik suatu kesalah-mengertian orang-orang Yahudi tentangnya dan penafsiranNya sendiri.].

2) Dalam Injil Yohanes, kalau disebutkan ‘orang-orang Yahudi’, pada umumnya itu menunjuk bukan kepada orang-orang Yahudi biasa / awam, tetapi kepada tokoh-tokoh Yahudi yang memusuhi Yesus (Yohanes 5:10,15,16,18 6:52 7:1,11,13,15,35 8:22,31,48,52,57 9:18,22 10:19,24,31,33 11:8,54 13:33 18:14,31,38 19:7,12,14,31,38 20:19).

Calvin: “When the Evangelist says that THE JEWS asked him, he unquestionably means by that term the multitude who were standing there, and, as it were, the whole body of the Church; as if he had said, that it was not the speech of one or two persons, but of the people.” [= Pada waktu sang Penginjil berkata bahwa ORANG-ORANG YAHUDI bertanya kepadaNya, ia tak diragukan memaksudkan dengan istilah itu orang banyak yang sedang berdiri di sana, dan bisa dikatakan, seluruh tubuh dari Gereja; seakan-akan ia berkata bahwa itu bukanlah ucapan dari satu atau dua orang, tetapi dari bangsa / umat itu.].

Menurut saya Calvin salah dalam hal ini.

Lenski: “John merely calls them ‘the Jews’ as though he cared to give them no higher title; see 1:19, where the term is explained and where its first use by John already has an unpleasant sound. Here the hostile attitude is quite marked. We infer from their formality and from their words as also from the character of Jesus’ reply that these were Sanhedrists who were accompanied by some of the Temple police. They speak as men who have full authority and demand that Jesus show his credentials ‘to them,’ ἡμῖν emphatically at the end.” [= Yohanes semata-mata menyebut mereka ‘orang-orang Yahudi’ seakan-akan Ia tidak ingin memberi mereka sebutan yang lebih tinggi; lihat 1:19, dimana istilah itu dijelaskan dan dimana penggunaannya yang pertama oleh Yohanes telah mempunyai suara yang tidak menyenangkan. Di sini sikap bermusuhan itu cukup jelas. Kami menyimpulkan dari keformilan mereka dan dari kata-kata mereka seperti juga dari karakter dari jawaban Yesus bahwa orang-orang ini adalah anggota-anggota Sanhedrin yang disertai oleh beberapa penjaga Bait Allah. Mereka berbicara seperti orang-orang yang mempunyai otoritas penuh dan menuntut bahwa Yesus menunjukkan otoritas-otoritasNya ‘kepada mereka’, HUMIN {= kami / kepada kami} secara ditekankan pada akhir.].

Yohanes 1:19 - “Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: ‘Siapakah engkau?’”.

Lenski (tentang Yohanes 1:19): “In this first mention ‘the Jews from Jerusalem’ are evidently the Jewish authorities, namely the Sanhedrin, consisting of ἀρχιερεῖς, γραμματεῖς, and πρεσβύτεροι, high priests, scribes, and elders, who had their seat in the Holy City.” [= Dalam penyebutan pertama ini ‘orang-orang Yahudi dari Yerusalem’ jelas adalah otoritas-otoritas Yahudi, yaitu Sanhedrin, terdiri dari ARKHIEREIS, GRAMMATEIS, dan PRESBUTEROI, imam-imam besar, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua, yang mempunyai kedudukan mereka di Kota Kudus.].

3) Berbeda dengan murid-murid Yesus (Yohanes 2:17), orang-orang Yahudi ini, sekalipun sebetulnya tahu banyak tentang Kitab Suci, tetapi tidak mengingat satu ayatpun. Atau mereka sebetulnya ingat, tetapi tidak mempedulikannya. Akibatnya mereka tidak bisa melihat bahwa tindakan Yesus itu benar, dan karena itu mereka justru menjadi marah.

4) Mereka minta tanda.

Orang Yahudi memang terkenal sering minta tanda (bdk. 1Kor 1:22a).

1Korintus 1:22 - “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,”.

The Bible Exposition Commentary: “It was logical for the religious leaders to ask Him to show the source of His authority. After all, they were the guardians of the Jewish faith, and they had a right to test any new prophet who appeared.” [= Merupakan sesuatu yang logis bagi pemimpin-pemimpin agamawi untuk meminta Dia untuk menunjukkan sumber dari otoritasNya. Bagaimanapun mereka adalah penjaga-penjaga dari iman Yahudi, dan mereka mempunyai suatu hak untuk menguji nabi baru manapun yang muncul.].

Calvin juga setuju bahwa mereka punya dasar untuk bertanya. Tetapi ia melanjutkan dengan mengatakan kata-kata ini.

Calvin: “But they erred on another point, by refusing to admit the calling of Christ, unless he had performed a miracle; for it was not an invariable rule that the Prophets and other ministers of God should perform miracles; and God did not limit himself to this necessity.” [= Tetapi mereka bersalah pada titik / pokok yang lain, dengan menolak untuk mengakui panggilan dari Kristus kecuali Ia telah melakukan suatu mujizat; karena bukanlah merupakan peraturan yang tetap bahwa nabi-nabi dan pelayan-pelayan Allah yang lain harus melakukan mujizat-mujizat; dan Allah tidak membatasi diriNya sendiri pada keharusan ini.].

Memang nabi / utusan Tuhan tidak selalu bisa melakukan mujizat.

Contoh: Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan satu mujizatpun - Yohanes 10:41.

Yoh 10:41 - “Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’”.

Sebaliknya orang yang bisa memberi tanda belum tentu merupakan seorang nabi asli.

Ulangan 13:1-5 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”.

Tetapi jika seorang nabi yang bernubuat, dan nubuat itu tidak terjadi, maka ia adalah seorang nabi palsu!

Ulangan 18:20-22 - “(20) Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati. (21) Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? - (22) apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.

Seharusnya alih-alih dari meminta tanda, mereka seharusnya menanyakan apa dasar Kitab Suci dari tindakan Yesus itu!

Disamping itu, bahwa satu orang bisa mengusir banyak orang dengan binatangnya, sebetulnya sudah merupakan tanda! Mengapa tidak ada dari para penjual binatang dan penukar uang yang melawan Yesus?

Jamieson, Fausset & Brown: “Though the act itself, and the words that accompanied it, when taken together, were sign enough, they are not convinced.” [= Sekalipun tindakan itu sendiri, dan kata-kata yang menyertainya, pada waktu ditafsirkan bersama-sama, merupakan tanda yang cukup, mereka tidak diyakinkan.].

J. C. Ryle: “The complete success of our Lord on this occasion, and the absence of the slightest opposition on the part of the Jews, deserve notice. It is a fact that induced some of the Fathers to call this the greatest miracle Christ ever worked. There are however three things to be remembered in considering this matter. For one thing, the conscience of the Jews was on our Lord’s side. They knew that He was right and they were wrong. For another thing, as a nation familiar with the history of the Old Testament Prophets, they would not be surprised at an individual apparently under a divine impulse suddenly doing what our Lord did. - Above all there can be little doubt that a divine influence was brought to bear on all present, as it was when out Lord rode into Jerusalem on an ass, and when He caused His enemies in the garden to ‘go backward and fall to the ground.’ (Matt. 21:9, 10; John 18:6.) Here, as on other occasions, our Lord showed His disciples that He had complete power over all wills and minds, when He thought fit to exercise it; and that when He was rejected and disobeyed by the Jews, it was not because He had no power to compel obedience. They had no power against Him except when He permitted.” [= Sukses yang sempurna dari Tuhan kita pada peristiwa ini, dan tidak adanya perlawanan sedikitpun dari pihak orang-orang Yahudi, layak diperhatikan. Itu merupakan suatu fakta yang membimbing beberapa dari Bapa-bapa (Gereja) untuk menyebut ini mujizat terbesar yang Kristus pernah kerjakan. Tetapi di sana ada 3 hal yang harus diingat dalam mempertimbangkan hal ini. Alasan pertama, hati nurani dari orang-orang Yahudi ada di pihak Tuhan kita. Mereka tahu bahwa Ia benar dan mereka salah. Alasan yang lain, sebagai suatu bangsa yang akrab dengan sejarah dari nabi-nabi Perjanjian Lama, mereka tidak heran terhadap seseorang yang jelas ada di bawah dorongan Ilahi tiba-tiba melakukan apa yang Tuhan kita lakukan. - Khususnya / di atas semua di sana tak ada keraguan bahwa suatu pengaruh Ilahi dibawa untuk menekan semua yang hadir, seperti ketika Tuhan kita naik keledai memasuki Yerusalem, dan pada waktu Ia menyebabkan musuh-musuhNya di Taman ‘mundur dan jatuh ke tanah’. (Matius 21:9,10; Yohanes 18:6). Di sini, seperti pada peristiwa-peristiwa yang lain, Tuhan kita menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa Ia mempunyai kuasa penuh atas semua kehendak dan pikiran, pada waktu Ia menganggap cocok untuk menggunakannya; dan bahwa pada waktu Ia ditolak dan tidak ditaati oleh orang-orang Yahudi, itu bukanlah karena Ia tidak mempunyai kuasa untuk memaksa ketaatan. Mereka tidak mempunyai kuasa terhadap Dia kecuali pada waktu Ia mengizinkan.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).

Bdk. Yohanes 18:6 - “Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”.

Lenski menolak alasan pertama tentang hati nurani mereka.

Lenski: “The answer is not to be found in their moral cowardice, in the inherent weakness of a sinful course, and on Jesus’ part in the conviction of the righteousness of his cause. Sin is not always cowardly but is often bold and presumptuous. When money is at stake, wrong is often arrogant. ... One explanation alone is adequate to account for this: the Son of man wielded his divine authority.” [= Jawabannya tidak ditemukan dalam kepengecutan moral mereka, dalam kelemahan bawaan dari jalan hidup yang berdosa, dan pada pihak Yesus dalam keyakinan tentang kebenaran dari perkaraNya. Dosa tidak selalu menunjukkan sifat pengecut tetapi sering berani dan arogan. Pada waktu uang yang dipersoalkan, yang salah seringkali arogan. ... Hanya satu penjelasan yang cukup untuk menyediakan penjelasan untuk ini: Anak Manusia menggunakan otoritas IlahiNya.].

The Biblical Illustrator: “It startled the Sanhedrin, who recognized the Messianic character of the action, but wanted to know whether He was Messiah. Secretly they must have dreaded this. But because He was different from what they expected, they declined to receive Him. They trifled with their consciences by asking for a sign. They preferred the darkness, although the light had now conspicuously dawned.” [= Itu mengejutkan Sanhedrin, yang mengenali karakter Mesianik dari tindakan itu, tetapi ingin tahu apakah Ia adalah Mesias. Secara diam-diam mereka pasti takut akan hal ini. Tetapi karena Ia berbeda dari yang mereka harapkan, mereka menolak untuk menerima Dia. Mereka bermain-main dengan hati nurani mereka dengan meminta suatu tanda. Mereka memilih kegelapan, sekalipun terang sekarang telah mulai muncul secara jelas.].

Bdk. Yohanes 3:19-21 - “(19) Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. (20) Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; (21) tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.’”.

William Hendriksen: “this request was stupid. The temple-cleansing was itself a sign. It was a definite anticipatory fulfilment of Mal. 3:1–3 (‘The Lord whom ye seek will suddenly come to his temple … he will purify the sons of Levi’) and also - as was shown under verse 17 - of Ps. 69. The majestic manner in which Jesus performed this task, so that none, seeing him, even dared to resist, was proof sufficient that the Messiah had entered the temple and was purging it, as had been predicted. What additional sign could one ask for?” [= permintaan ini bodoh. Pembersihan Bait Allah itu sendiri adalah suatu tanda. Itu merupakan suatu penggenapan pendahuluan yang nyata dari Mal 3:1-3 (‘Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari akan masuk ke BaitNya ... Ia akan memurnikan orang-orang Lewi’) dan juga - seperti ditunjukkan dalam ay 17 - tentang Mazmur 69. Cara yang agung dalam mana Yesus melakukan tugas ini, sehingga tak seorangpun, yang melihatNya, berani menolak / menahan, adalah bukti yang cukup bahwa sang Mesias telah memasuki Bait Allah dan memurnikannya, seperti yang telah diramalkan. Tanda tambahan apa yang orang bisa minta?].

William Hendriksen: “The request for a sign was not only stupid, however; it was also wicked. It was the result of unwillingness to admit guilt. The authorities should have been ashamed of all this graft and greed within the temple-court. Instead of asking Jesus by what right he had cleansed the temple, they should have confessed their sins and thanked him.” [= Tetapi, permintaan untuk suatu tanda itu bukan hanya bodoh, itu juga adalah jahat. Itu merupakan akibat dari ketidak-mauan untuk mengakui kesalahan. Otoritas-otoritas seharusnya sudah merasa malu tentang semua penggunaan kedudukan untuk menipu / mendapat keuntungan dan ketamakan di dalam halaman Bait Allah. Alih-alih dari menanyai Yesus dengan hak apa Ia telah membersihkan Bait Allah, mereka harus sudah mengakui dosa-dosa mereka dan berterima kasih kepadaNya.].

Amsal 27:5-6 - “(5) Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. (6) Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.”.

Baca Juga: Manifestasi Dari Semangat Yang Berkobar-Kobar (Yohanes 2:17)

Calvin: “‘What sign showest thou to us?’ When in so large an assembly no man laid hands on Christ, and none of the dealers in cattle or of the moneychangers repelled him by violence, we may conclude that they were all stunned and struck with astonishment by the hand of God. And, therefore, if they had not been utterly blinded, this would have been a sufficiently evident miracle, that one man against a great multitude, an unarmed man against strong men, an unknown man against so great rulers, attempted so great an achievement. For since they were far stronger, why did they not oppose him, but because their hands were loosened and - as it were - broken?” [= ‘Tanda apa Engkau tunjukkan kepada kami?’ Pada waktu dalam perkumpulan dengan begitu banyak orang tak seorangpun menyakiti / melukai Kristus, dan tidak ada dari penjual-penjual ternak atau dari penukar-penukar uang melawan Dia dengan kekerasan, kita bisa menyimpulkan bahwa mereka semua tertegun dan dipukul dengan keheranan oleh tangan Allah. Dan karena itu, seandainya mereka tidak sepenuhnya dibutakan, ini sudah merupakan suatu bukti mujizat yang cukup, bahwa satu orang melawan suatu kumpulan banyak orang, seorang yang tak bersenjata melawan orang-orang yang kuat, seorang yang tidak dikenal melawan pemimpin-pemimpin yang begitu besar, mencapai suatu pencapaian yang begitu besar. Karena mereka jauh lebih kuat, mengapa mereka tidak melawan Dia, kecuali karena tangan mereka dilonggarkan (?) dan - seakan-akan - patah?].

5) Sikap menentang dan marah dari orang-orang Yahudi ini menunjuk­kan bahwa mayoritas manusia selalu menentang orang yang melaku­kan reformasi, karena orang salah pada umumnya tidak mau dire­formasi! Karena itu kalau saudara bertekad melakukan reformasi, bersiap-sedialah menghadapi tantangan!

Matthew Henry: “Note, Those who apply themselves in good earnest to the work of reformation must expect to meet with opposition. When they could object nothing against the thing itself, they questioned his authority to do it: ‘What sign showest thou unto us, to prove thyself authorized and commissioned to do these things?’ It was indeed a good work to purge the temple; but what had he to do to undertake it, who was in no office there?” [= Perhatikan, Mereka yang membaktikan diri mereka sendiri dengan ketulusan yang baik pada pekerjaan dari reformasi harus mengharapkan untuk bertemu dengan oposisi. Pada waktu mereka tidak bisa mengajukan keberatan apapun terhadap hal itu sendiri, mereka mempertanyakan otoritasNya untuk melakukan hal itu: ‘Tanda apa yang Engkau tunjukkan kepada kami, untuk membuktikan diriMu sendiri diberi izin resmi dan diberi kuasa / otoritas untuk melakukan hal-hal ini?’ Itu memang merupakan suatu pekerjaan yang baik untuk membersihkan Bait Allah; tetapi apa urusanNya untuk melakukannya, yang tidak mempunyai jabatan disana?].

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post