3 BENTUK DOSA MANUSIA DI ALKITAB

Paulus menggunakan 3 bentuk penggolongan dosa. Meskipun pemakaian istilah-istilah tersebut tidak secara langsung dipakai oleh Paulus dalam tulisan-tulisannya. Tetapi merupakan gambaran pengertian Paulus mengenai dosa.
BENTUK-BENTUK DOSA MANUSIA DI ALKITAB
I. Dosa Warisan

Menurut Charles, dosa warisan diartikan sebagai pembawaan manusia sejak lahir. (Efesus. 2:3). Lebih lanjut ia menjelaskan tidak ada keberadaan manusia yang tidak dipengaruhi oleh sifat atau tabiat dosa, seperti:

1. Pikiran tercela dan bejat serta pengertiannya yang buta (2 Korintus 4:4; Roma. 1:28).

2. Kehidupannya terpisah dari Allah(Efesus 4:18).

3. Emosinya terkontaminasi, tercela ( Roma 1:21,24,26; Titus 1:15).

4. Keinginan diperbudak oleh dosa, dan selalu bertentangan dengan Allah, (Roma.6:20; 7:20).

Catatan: Dalam bukunya George menggunakan istilah “dosa asal/waris’, yang memiliki arti bahwa Adamlah yang membawa dosa menjalar kepada seluruh umat manusia. Dalam penjelasannya bahwa seluruh umat manusia diwakili oleh Adam, dengan kata lain dosa dan kematian Adampun merupakan dosa dan kematian seluruh umat manusia (Roma. 5:12). Ia memberikan kesimpulan bahwa manusia menjadi orang berdosa bukan karena melakukan perbuatan-perbuatan dosa melainkan karena mereka menjadi berdosa oleh karena Adam.

Sementara Donald Guthrie juga memakai istilah dosa asal untuk menjelaskan kecondongan hati manusia berbuat dosa sebagai warisan turun-temurun (Roma.5:12). Selanjutnya ia menjelaskan bahwa melalui Adam semua orang mewarisi kecenderungan untuk berbuat dosa.

Jadi penulis sependapat dengan pernyataan George dan Charles yang menyatakan bahwa manusia berdosa bukan karena melakukan dosa tetapi oleh karena warisan dosa oleh Adam. Penjelasan Charles akan dosa warisan diwarisi dari orangtua kita sebagaimana yang mereka warisi dari orangtua mereka pula, seperti halnya Adam dan Hawa yang bedosa demikian keturunannyapun berdosa lewat proses kelahiran (Roma 5:12).

II. Dosa Pertalian

Dosa Pertalian Charles memberikan pengertian bahwa dosa pertalian memiliki arti pertautan, pengaitan atau pelimpahan terhadap seseorang. Lebih jauh ia mengatakan istilah “keterhisaban dan bukan hanya sekedar pengaruh. Menurut penjelasan Charles, Paulus menyatakan bahwa dosa-dosa tidak diperhitungkan sebagai pelangaran khusus terhadap suatu peraturan resmi apabila hukum Taurat tidak ada (Roma 5:13). Ia memakai contoh Abraham dan Daud dalam Pasal 4, kebenaran Abraham diperhitungkan karena iman dan sebagaimana Daud juga menyadari dan mengakui dosa-dosanya, bandingkan (2 Korintus 5:19). Dosa-dosa manusia tidak lagi diperhitungkan melalui kematian Kristus.

Henry berpendapat, dosa Adam dan hawalah yang membuat keturunan mereka menjadi pendosa (Roma. 5:19). Selanjutnya dijelaskan bahwa dosa Adam telah diperhtitungkan dan dialamatkan kepada seluruh umat manusia. Oleh sebab dosa Adam tersebutlah kita dilahirkan ke dunia dengan budi pekerti yang rusak dan berada di bawah hukum Taurat (Roma. 5:12; Efesus 2:13). Dengan kata lain dosa Adam dihubungkan dan dipertalikan kepada semua manusia. 

Setidaknya ada tiga pertalian dasar yang dipahami oleh para Teolog, seperti:

a. Perhubungan dosa Adam kepada semua orang (Roma. 5:12-21)

b. Pertautan dosa manusia kepada Kristus ( 2 Korintus 5:19, 1 Petrus 2:24)

c. Korespondensi kebenaran Kristus kepada setiap orang percaya (2 Korintus 5:21).

Dalam bagian pertanyaan ini ada pertanyaan yang sering sekali timbul, bagaimana kita menjadi penanggungjawab atas perbuatan ataupun perangai yang rusak yang bukan berasal dari diri kita sendiri dan apa hubungan Adam dengan semua manusia?

Ada dua pandangan secara historis untuk menjawab pertanyaan ini, antara lain.

1. Pandangan Perwakilan (representative). Yang mengartikan Adam adalah perwakilan seluruh umat manusia, sehingga keberdosaan Adam sebagai dasar untuk menghukum semua keturunannya.

2. Pandangan realistis (seminal). Menempatkan manusia secara alami dan secara hakiki berada di dalam Adam ketika berbuat dosa. Artinya penghisapan seluruh umat manusia dari sejak permulaan kepada Adam.

III. Dosa Pribadi

Dosa pribadi merupakan tindakan yang dilakukan secara pribadi (Roma 3:9-18, Penjelasan Paulus akan penghukuman atas setiap orang yang karena dosa yang dilakukan oleh mereka sendiri. Dalam penjelasan Charles semua orang melakukan dosa kecuali bayi. Dosa ini bukan semata-mata adalah bentuk perbuatan secara teranga-trangan namun juga pemikiran. Ia kemudia memberikan beberapa contoh dosa pribadi seperti, ketamakan, pebuatan asusila, penyembahan berhala (2 Korintus 10:5; Kolose 3:5-6 bandingkan dengan Matius 5:27-28). 

Jadi dengan demikian jelaslah bahwa selain dosa warisan yang dipertalikan dari Adam kepada kita juga ada dosa lain yang dilakukan secara pribadi. Dosa yang merupakan oleh karena pilihan dan keputusan pribadi yang tidak didasari oleh perbuatan orang lain kepada kita. Atau dapat disimpulkan sebagai perbuatan yang melanggar pedoman yang sudah diketahui.

Baca Juga: 3 Aspek Dosa (Status, Habitus Dan Actus)

Jadi dengan meminjam pernyataan Charles dapat disimpulkan bahwa dosa Adam dipertalikan kepada setiap anggota manusia yang pada dasarnya telah berdosa di dalam Adam ketika Adam berbuat dosa. Pertalian dosa Adam dengan semua keturunan manusia dapat digambarkan dengan adanya pertalian antara kebenaran Kristus dengan penebusan bagi dosa semua keturunan Adam.

Didalam Roma 5 :12, Paulus juga sedang menunjukkan keterlibatan semua di dalam satu (Adam dan Kristus). Tetapi hal ini jelas tidak mengubah fakta bahwa masuknya situasi menjadi berubah sejak masuknya dosa ke dalam dunia. Dosa telah memulai kekuasaannya yang mendatangkan petaka. Menjadi orang berdosa berarti berada di bawah kuasa dosa dan maut. Tetapi di ayat 19, Paulus tidak memaksudkan hal ini sebagai kerusakan pribadi atau bathin, atau sebagai keberdosaan pribadi dari semua orang, tetapi sebagai ditundukkannya manusia kepada penghukuman yang mendasari situasi dosa dan maut.

Kesimpulan dari Roma 5 : 12 – 21 tidak banyak membicarakan universalitas dosa sebagai kerusakan moral, tetapi dengan jelas mengindikasikan keberbagian semua orang dalam dosa Adam, yang membuat mereka dibawah kuasa dosa dan maut. Bagian ini sekali lagi menunjukkan bahwa struktur dasar teologi Paulus tidak bersifat individual, tetapi korporat dan sejarah penebusan. Teologi Paulus berkenaan dengan dua modus eksistensi yang berbeda, manusia lama dan manusia baru, yang ditentukan oleh aeon yang berbeda, dan terkait dengan keputusan yang diambil oleh Adam dan Kristus.
Next Post Previous Post