CELAKALAH KOTA-KOTA YANG TIDAK BERTOBAT (LUKAS 10:13-15)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Kita sudah menyelesaikan Lukas 10:1-12. Saya ingin mengingatkan saudara akan pembagian Lukas 10:1-24 sebagaimana yang William Hendriksen lakukan, dan yang saya ikuti.
CELAKALAH KOTA-KOTA YANG TIDAK BERTOBAT (LUKAS 10:13-15)
otomotif, tutorial, gadget
William Hendriksen: “Chapter 10 is clearly divisible into two parts. In Part I (verses 1–24) we are told that Jesus sent out seventy or seventy-two men to announce and prepare the people for his own coming, and with that in view to proclaim the gospel of the kingdom of God (see verse 1b). As shown in the summary on p. 533, these twenty-four verses can be divided into four paragraphs, as follows: (a) the appointment of these men and the charge given to them (verses 1–12); (b) the punishment awaiting those who reject their and/or their Master’s message (verses 13–16); (c) the report of the missionaries upon their return, a report filled with joyful enthusiasm (verses 17–20); and (d) Jesus’ own rejoicing voiced in praise addressed to the Father, and his assurance, given to the returned witnesses, that they had been privileged above ‘many prophets and kings’ (verses 21–24).” [= Pasal 10 secara jelas bisa dibagi menjadi dua bagian. Dalam Bagian I (ay 1-24) kita diberitahu bahwa Yesus mengutus 70 atau 72 orang untuk mengumumkan dan mempersiapkan orang-orang untuk kedatanganNya sendiri, dan dengan memperhatikan hal itu mereka memproklamirkan injil kerajaan Allah (lihat ay 1b). Seperti ditunjukkan dalam ringkasan pada hal 533, ke 24 ayat ini bisa dibagi menjadi 4 paragraf, sebagai berikut: (a) penetapan orang-orang ini dan kewajiban / perintah yang diberikan kepada mereka (ay 1-12); (b) hukuman yang menantikan mereka yang menolak berita / pesan mereka dan / atau berita / pesan Tuan / Guru mereka (ay 13-16); (c) laporan dari para misionaris pada waktu mereka kembali, suatu laporan yang dipenuhi dengan semangat / kegairahan yang penuh sukacita (ay 17-20); dan (d) sukacita Yesus sendiri yang dinyatakan dalam pujian yang ditujukan kepada Bapa, dan keyakinan / jaminanNya, yang diberikan kepada saksi-saksi yang kembali, sehingga mereka diberi hak di atas ‘banyak nabi-nabi dan raja-raja’ (ay 21-24).].

Jadi kita sudah menyelesaikan point (a), dan yang masih tersisa adalah pembahasan Lukas 10:13-24, yang oleh William Hendriksen dibagi menjadi point (b) yaitu ay 13-16, point (c) yaitu ay 17-20, dan point (d) yaitu ay 21-24.

Pengecaman / pengutukan kota-kota yang tidak bertobat.

1) Perbandingan dengan kota-kota yang Yesus layani dengan kota-kota jahat jaman Perjanjian Lama (Lukas 10:13-15).

Ay 13-15: “(13) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (14) Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (15) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!”.

KJV/RSV/NIV/NASB: “sitting in sackcloth and ashes.” [= duduk dalam kain kabung dan abu.].

a) Text paralelnya dalam Injil Matius sedikit lebih panjang, khususnya pada bagian tentang Kapernaum.

Matius 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.

Adam Clarke (tentang Matius 11:21): “‎It is not known precisely where Chorazin was situated; but as Christ joins it in the same censure with Bethsaida, which was in Upper Galilee, beyond the sea, Mark 6:45, it is likely that Chorazin was in the same quarter.” [= Tidak diketahui secara pasti dimana letak dari Khorazim; tetapi karena Kristus menggabungkannya dalam kritikan / kecaman yang sama dengan Betsaida, yang berada di Galilea Utara, di seberang danau, Mark 6:45, adalah mungkin bahwa Khorazim ada di daerah yang sama.].

Markus 6:45 - “Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-muridNya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.”.

Leon Morris (Tyndale): “The mention of the towns Chorazin (in the New Testament only here and in the Matthean parallel) and Bethsaida brings home the fact that we know little of Jesus’ life. Nothing at all is known of his ministry in the former town and very little of that in the latter. But these words show that he had worked extensively in both places and done miracles there.” [= Penyebutan tentang kota-kota Khorazim (dalam Perjanjian Baru hanya di sini dan dalam paralelnya di Injil Matius) dan Betsaida memperjelas fakta bahwa kita tahu hanya sedikit tentang kehidupan Yesus. Tak ada apapun yang diketahui tentang pelayananNya di kota yang terdahulu dan sangat sedikit tentang itu di kota yang belakangan. Tetapi kata-kata ini menunjukkan bahwa Ia telah bekerja sangat banyak di kedua tempat dan melakukan mujizat-mujizat di sana.].

William Barclay mengucapkan kata-kata yang kurang lebih sama dengan yang dikatakan oleh Leon Morris. Dan ia menambahkan Yoh 21:25 sebagai ayat pendukung.

Yohanes 21:25 - “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.”.

b) Kata ‘celakalah’.

Adam Clarke (tentang Matius 11:21): “‘Woe unto thee, Chorazin! woe unto thee, Bethsaida!’ It would be better to translate the word ‎OUAI ‎‎SOI‎, ‘alas for thee,’ than ‘woe to thee.’ The former is an exclamation of pity; the latter a denunciation of wrath. It is evident that our Lord used it in the former sense.” [= ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida!’ Adalah lebih baik untuk menterjemahkan kata OUAI SOI, ‘aduh’, dari pada ‘celakalah’. Yang terdahulu adalah suatu teriakan belas kasihan; yang belakangan adalah suatu pencelaan / pengutukan dari kemurkaan. Adalah jelas bahwa Tuhan kita menggunakannya dalam arti yang terdahulu.].

Benarkah tafsiran Adam Clarke ini? Bdk. Matius 23:13 dan seterusnya, dimana kata yang sama ditujukan kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.

Lenski: “Matthew (11:20, etc.) records these words as an independent statement. They were, however, part of the charge to the Seventy. The thought that some of the cities to which Jesus was sending these messengers would reject them and their message reminded him of the small results that all his work had achieved in the cities where he had spent so much effort. The Seventy are to know how these cities will stand ‘in that day.’ To bring this out the more forcefully Jesus states how they will compare with two noted heathen cities. The Seventy will thus realize the gravity of their mission and what it means for any city to refuse their message in unbelief. These woes were not uttered in anger, nor are they a wish. Like the exclamation ‘blessed’ in the Beatitudes, the woes constitute a judicial verdict which is pronounced in advance by the divine Judge. ... They reveal the gentle Jesus as also the mighty and the terrible Jesus.” [= Matius (11:20, dsb.) mencatat kata-kata ini sebagai suatu pernyataan yang berdiri sendiri. Tetapi mereka merupakan bagian dari kewajiban yang diberikan kepada 70 orang itu. Pemikiran bahwa beberapa kota-kota kemana Yesus sedang mengutus utusan-utusan ini akan menolak mereka dan berita mereka mengingatkan Dia tentang hasil yang kecil yang telah dicapai oleh semua pekerjaanNya di kota-kota dimana Ia telah menghabiskan begitu banyak usaha. Ke 70 murid itu harus tahu bagaimana kota-kota ini akan berada ‘pada hari itu’. Untuk membuat hal ini makin jelas Yesus menyatakan bagaimana mereka dibandingkan dengan dua kota kafir yang terkenal. Dengan demikian ke 70 murid itu akan menyadari pentingnya missi mereka dan apa artinya bagi kota manapun untuk menolak berita mereka dalam ketidak-percayaan. Kata-kata celaka ini tidak diucapkan dalam kemarahan, juga mereka bukan suatu keinginan. Seperti ucapan yang kuat / menyenangkan ‘berbahagialah / diberkatilah’ dalam Ucapan Bahagia, kata-kata celakalah ini membentuk suatu keputusan penghakiman yang diucapkan / dinyatakan sebelum waktunya oleh Hakim yang Ilahi. ... Mereka menyatakan Yesus yang lemah lembut juga sebagai Yesus yang berkuasa dan mengerikan.].

William Hendriksen: “The ‘woe’ pronounced upon them amounts to a curse.” [= Kata ‘celakalah’ yang diucapkan kepada mereka sama dengan suatu kutuk.].

c) Kata-kata Yesus ini tidak berarti bahwa di kota-kota dimana Ia banyak melakukan mujizatNya itu sama sekali tidak ada orang yang bertobat.

Adam Clarke (tentang Matius 11:21): “‎Though the people in these cities were (generally) impenitent, yet there is little doubt that several received the word of life. Indeed, Bethsaida itself furnished not less than three of the twelve apostles, Philip, Andrew, and Peter. See John 1:44.” [= Sekalipun orang-orang di kota-kota ini pada umumnya tidak bertobat, tetapi hampir pasti bahwa beberapa orang menerima firman kehidupan. Dalam faktanya, Betsaida sendiri memberikan tidak kurang dari tiga dari 12 rasul, Filipus, Andreas, dan Petrus. Lihat Yohanes 1:44.].

Yohanes 1:44 - “Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus.”.

d) Tirus dan Sidon.

1. Ini adalah dua kota kafir dan jahat pada jaman Perjanjian Lama.

Adam Clarke (tentang Mat 11:21): “‘Tyre and Sidon.’ Were two pagan cities, situated on the shore of the Mediterranean Sea, into which it does not appear that Christ ever went, though he was often very near to them; see Matt 15:21.” [= ‘Tirus dan Sidon’ adalah dua kota kafir, terletak di pantai Laut Tengah, yang kelihatannya tidak pernah Kristus datangi, sekalipun Ia sering sangat dekat dengan mereka; lihat Mat 15:21.].

Matius 15:21 - “Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.”.

2. Kejahatan dari Tirus dan Sidon.

William Hendriksen menunjukkan kejahatan dari kota-kota Tirus dan Sidon. Semuanya dibicarakan dalam Yes 23 Yeh 26-28 Amos 1:9 Yoel 3:6.

Amos 1:9 - “Beginilah firman TUHAN: ‘Karena tiga perbuatan jahat Tirus, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusanKu: Oleh karena mereka telah menyerahkan tertawan suatu bangsa seluruhnya kepada Edom dan tidak mengingat perjanjian persaudaraan,”.

Yoel 3:4-6 - “(4) Lagi apakah sangkut pautmu dengan Aku, hai Tirus dan Sidon dan seluruh wilayah Filistin? Apakah kamu ini hendak membalas perbuatanKu? Apabila kamu melakukan sesuatu terhadap Aku, maka dengan cepat, dengan segera Aku akan membalikkan perbuatanmu itu kepadamu sendiri. (5) Oleh karena kamu telah mengambil perakKu dan emasKu dan telah membawa barang-barangKu yang berharga yang indah-indah ke tempat-tempat ibadahmu, (6) dan telah menjual orang-orang Yehuda dan orang-orang Yerusalem kepada orang Yunani dengan maksud menjauhkan mereka dari daerah mereka.”.

3. Seandainya mujizat-mujizat Yesus dilakukan di kedua kota ini sudah lama mereka bertobat dan berkabung.

Matius 11:21 - “‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.”.

KJV: “they would have repented long ago in sackcloth and ashes.” [= mereka sudah betobat sejak dulu dalam kain kabung dan abu.].

Calvin (tentang Mat 11:21): “‘In sackcloth and ashes.’ Repentance is here described by outward signs, the use of which was at that time common in the Church of God: not that Christ attaches importance to that matter, but because he accommodates himself to the capacity of the common people. ... But there is no necessity, in the present day, for being clothed with sackcloth, and sprinkled with ashes;” [= ‘Dalam kain kabung dan abu’. Pertobatan di sini digambarkan oleh tanda-tanda lahiriah, yang penggunaannya pada saat itu merupakan hal yang umum dalam Gereja Allah: bukan berarti bahwa Kristus menganggap penting hal itu, tetapi karena Ia menyesuaikan diriNya sendiri pada kapasitas dari orang-orang biasa. ... Tetapi di sana tidak ada keharusan, pada saat ini, untuk berpakaian dengan kain kabung dan diperciki / ditaburi dengan abu;].

Bdk. Yoel 2:13 - “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya.”.

4. Tuhan tahu bahwa kota-kota kuno jaman Perjanjian Lama itu akan bertobat seandainya dilakukan mujizat-mujizat Yesus di sana; lalu mengapa Ia tidak melakukannya?

Adam Clarke (tentang Mat 11:21): “‘They would have repented long ago.’ ‎PALAI‎, formerly, seems here to refer to the time of Ezekiel, who denounced destruction against Tyre and Sidon, Ezek 26-27, and 28. Our Lord, then, intimates that, if Ezekiel had done as many miracles in those cities as himself had in Chorazin and Bethsaida, the inhabitants would have repented in sackcloth and ashes, with the deepest and most genuine sorrow.” [= ‘Sudah lama mereka bertobat’. PALAI, ‘pada masa lalu / sejak dulu’, kelihatannya di sini menunjuk pada jaman dari Yehezkiel, yang mengumumkan kehancuran terhadap Tirus dan Sidon, Yeh 26-27, dan 28. Jadi, Tuhan kita menunjukkan bahwa seandainya Yehezkiel melakukan mujizat-mujizat di kota-kota itu sebanyak yang Ia sendiri lakukan di Khorazim dan Betsaida, penduduknya akan sudah bertobat dalam kain kabung dan abu, dengan kesedihan yang mendalam dan sangat sungguh-sungguh.].

Catatan: Adam Clarke tidak membahas pertanyaan ini: mengapa Tuhan tidak lakukan mujizat-mujizat untuk kota-kota ini kalau Ia tahu bahwa mujizat-mujizat itu akan mempertobatkan mereka? Tetapi Lenski berusaha menjawab pertanyaan ini.

Lenski: “It should be noted that Jesus says nothing about his Word and his preaching. He calls his miracles δυνάμεις, ‘power-deeds,’ and not σημεῖα, ‘signs.’ The latter term is usually combined with his person and his Word as the latter is productive of faith. Jesus is not speaking of saving faith; he remains on the lowest level and deals only with the first and natural impression which his works of power ought to produce in men’s hearts. These works ought at least to check men in their careless course of sin as the men of Nineveh halted in their wickedness when Jonah announced the destruction of their city and brought them nothing but the condemnation of the law without a word of the gospel. The remarkable thing is that Jesus says that these cities ‘would have repented’ if the same works of divine love had occurred in them that did occur in these Jewish cities. ... Jesus is speaking of repentance in the sense of outward desistance from gross sins and crimes, the so-called PECCATA CLAMANTIA, for which Tyre and Sidon were notorious; not of the repentance which consists of spiritual conversion. The passage is darkened when repentance is in this instance understood to be the latter. Power-works cannot and are not intended to produce faith; but they ought to produce contrition and terror at the thought of Almighty God. The case of Tyre and Sidon thus lies in the realm of divine providence and not in that of saving grace. This answers the question as to why such works of power did not occur in Tyre and Sidon.” [= Harus diperhatikan bahwa Yesus tidak berkata apapun tentang firmanNya dan khotbahNya. Ia menyebut mujizat-mujizatNya DUNAMEIS, ‘tindakan-tindakan kuasa’, dan bukannya SEMEIA, ‘tanda-tanda’. Istilah yang belakangan biasanya digabungkan dengan pribadiNya dan firmanNya karena yang belakangan ini mampu menghasilkan iman. Yesus tidak sedang berbicara tentang iman yang menyelamatkan; Ia tetap berada pada tingkat terendah dan hanya menangani kesan pertama dan alamiah yang pekerjaan-pekerjaan dari kuasaNya seharusnya hasilkan dalam hati manusia. Pekerjaan-pekerjaan ini seharusnya sedikitnya menahan manusia dalam jalan berdosa mereka yang ceroboh seperti orang-orang Niniwe berhenti dalam kejahatan mereka pada waktu Yunus mengumumkan penghancuran dari kota mereka dan tidak membawa kepada mereka apapun kecuali teguran / penghakiman dari hukum Taurat tanpa suatu kata / firman dari injil. Hal yang luar biasa / patut diperhatikan adalah bahwa Yesus mengatakan bahwa kota-kota ini akan sudah bertobat jika / seandainya pekerjaan-pekerjaan yang sama dari kasih Ilahi telah terjadi kepada mereka yang memang terjadi di kota-kota Yahudi ini. ... Yesus sedang berbicara tentang pertobatan dalam arti dari penghentian lahiriah dari dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan yang hebat dan menyolok, yang biasanya disebut PECCATA CLAMANTIA {= dosa-dosa yang berteriak}, untuk mana Tirus dan Sidon terkenal buruk; bukan tentang pertobatan yang terdiri dari pertobatan rohani. Text ini menjadi kabur / tidak pasti pada waktu pertobatan dalam peristiwa ini dimengerti sebagai yang belakangan. Pekerjaan-pekerjaan kuasa tidak bisa dan tidak dimaksudkan untuk menghasilkan iman; tetapi mereka seharusnya menghasilkan penyesalan dan ketakutan pada pemikiran tentang Allah yang Mahakuasa. Jadi, kasus dari Tirus dan Sidon terletak pada ruang lingkup dari Providensia Ilahi dan bukan pada ruang lingkup dari kasih karunia yang menyelamatkan. Ini menjawab pertanyaan berkenaan dengan mengapa pekerjaan-pekerjaan dari kuasa seperti itu tidak terjadi di Tirus dan Sidon.].

Harus saya akui Lenski membuat jawaban yang ‘bagus’. Tetapi ini bukannya tidak bisa dipatahkan. Ini tanggapan balik dari saya:

a. Lenski mengatakan bahwa mujizat tidak dimaksudkan untuk mempertobatkan, sedangkan tanda (SEMEIA) dimaksudkan untuk itu. Menurut saya, itu sama sekali tidak benar. Bagaimana dengan ayat-ayat ini?

Yohanes 6:14 - “Ketika orang-orang itu melihat mujizat (σημεῖον / SEMEION) yang telah diadakanNya, mereka berkata: ‘Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.’”.

Yoh 6:26 - “Yesus menjawab mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda (σημεῖα / SEMEIA), melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.”.

Jadi terlihat bahwa SEMEIA-pun tidak harus mempertobatkan.

Dan Yesus biasanya menggabungkan pemberian mujizat-mujizat dengan pengajaran firman / injil. Jadi, Ia menggunakan istilah ‘mujizat-mujizat’ mungkin dalam gaya bahasa synecdoche. Dan kalau ini artinya seperti itu untuk kota-kota zaman Yesus itu, maka artinya pasti juga sama untuk kota-kota kafir zaman Perjanjian Lama itu.

b. Kalau pertobatan dari Tirus dan Sidon hanya diartikan sebagai pertobatan lahiriah, itu tetap lebih baik dari pada kalau mereka tidak bertobat sama sekali. Kalau tidak, untuk apa Tuhan mengutus Yunus ke Niniwe?

c. Kalau pertobatan dari Tirus dan Sidon hanya diartikan sebagai pertobatan lahiriah, maka pertobatan yang Yesus sedihkan karena tidak terjadi dari Kapernaum, Khorazim, dan Betsaida, juga adalah pertobatan dalam arti yang sama, yaitu pertobatan lahiriah, dan ini sangat tidak masuk akal. Mungkinkah Yesus hanya menginginkan pertobatan lahiriah dari kota-kota Kapernaum, Khorazim dan Betsaida?

Sekarang mari kita lihat pandangan dari Calvin tentang hal itu.

Calvin (tentang Mat 11:21): “And yet we have no right to contend with God, for having passed by others of whom better hopes might have been entertained, and displaying his power before some who were extremely wicked and altogether desperate. Those on whom he does not bestow his mercy are justly appointed to perdition. If he withhold his word from some, and allow them to perish, while, in order to render others more inexcusable, he entreats and exhorts them, in a variety of ways, to repentance, who shall charge him, on this account, with injustice?” [= Tetapi kita tidak mempunyai hak untuk berbantah dengan Allah karena telah melewati / mengabaikan orang-orang yang mempunyai harapan yang lebih baik, dan menunjukkan kuasaNya di depan sebagian orang yang sangat jahat dan sama sekali tidak ada harapan. Mereka kepada siapa Ia tidak memberikan belas kasihanNya secara adil ditetapkan pada kebinasaan / neraka. Jika Ia menahan firmanNya dari sebagian orang, dan mengijinkan mereka untuk binasa, sedangkan untuk membuat orang-orang lain lebih tidak termaafkan, Ia memohon dan mendesak mereka, dengan bermacam-macam cara, pada pertobatan, siapa yang akan menuduh Dia, berdasarkan hal ini, dengan ketidak-adilan?].

e) Kapernaum vs Sodom.

Sebetulnya perbandingan Kapernaum dengan Sodom dalam ay 15 / Mat 11:23-24 sejalan dengan perbandingan Khorazim dan Betsaida dengan Tirus dan Sidon dalam ay 14.

Lukas 10: 15: “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati (HADES)!”.

Baca Juga: Pengebasan Debu Bagi Kota Yang Menolak (Lukas 10:10-11)

Bdk. Matius 11:23-24 - “(23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.

1. Tetapi Kapernaum ini merupakan klimaxnya, karena di sana Yesus melakukan pelayananNya terbanyak dari semua.

William Hendriksen: “It was in the vicinity of this town that Jesus had called his first disciples (John 1:35–42). ... It was here also that Peter and Andrew, James and John were subsequently invited to become ‘fishers of men’ (Matt. 4:18–22; Luke 5:10). Capernaum became the center of Christ’s activities, his headquarters during The Great Galilean Ministry. It was here that Jesus performed many miracles (Luke 4:23, 31–37; 7:1–10; John 2:12), customarily attended the synagogue, and delivered several messages, including the address on The Bread of Life (John 6:24–65). Matthew even called Capernaum Christ’s ‘own city’ (9:1).” [= Di sekitar kota inilah Yesus telah memanggil murid-muridNya yang pertama (Yohanes 1:35-42). ... Juga di sinilah Petrus dan Andreas, Yakobus dan Yohanes diundang setelah itu untuk menjadi ‘penjala-penjala manusia’ (Matius 4:18-22; Lukas 5:10). Kapernaum menjadi pusat dari aktivitas-aktivitas Kristus, markas besarNya selama Pelayanan Galilea Besar / Agung. Di sinilah Yesus melakukan banyak mujizat (Lukas 4:23,31-37; 7:1-10; Yohanes 2:12), biasanya menghadiri sinagog, dan memberikan / menyampaikan beberapa pesan, termasuk khotbah tentang Roti Hidup (Yohanes 6:24-65). Matius bahkan menyebut Kapernaum kota Kristus sendiri (9:1).].

Matius 9:1 - “Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kotaNya sendiri.”.

Lenski: “‘And thou, Capernaum,’ the worst of all, is the climax. Here Jesus made his home, and here more numerous works of power were wrought - yet here, too, in vain. ... The greater the grace spurned, the more terrible the damnation incurred.” [= ‘Dan engkau Kapernaum’, yang terburuk dari semua, adalah klimaxnya. Di sini Yesus tinggal, dan di sini lebih banyak pekerjaan-pekerjaan dari kuasaNya dilakukan - tetapi juga di sini, semua itu sia-sia. ... Makin besar kasih karunia yang ditolak / dihina, makin mengerikan hukuman yang diakibatkan.].

2. Hades dikontraskan dengan surga.

Ay 15: “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati (HADES)!”.

KJV: “to heaven ... to hell” [= ke surga ... ke neraka].

NIV: “to the skies ... the depths” [= ke langit ... ke tempat-tempat yang dalam].

RSV/NASB: “to heaven ... to Hades” [= ke surga ... ke Hades].

Lenski: “‘Hades,’ ... is here beyond question the opposite of heaven and thus must mean hell. ... ‘hades’ cannot mean ... the realm of the dead, into which some say all the dead descend. If it is a place that is different from heaven and from hell, a receptacle for all dead men which really existed, it would be for Jesus to declare that obdurate Capernaum shall be cast thither - where else would dead men go? No; hades is the place of the damned.” [= ‘HADES’ ... di sini tak diragukan adalah lawan kata dari ‘surga’ dan karena itu harus berarti ‘neraka’. ... ‘HADES’ tidak bisa berarti ... daerah / alam orang mati, ke dalam mana sebagian orang berkata semua orang mati akan turun. Jika itu adalah suatu tempat yang berbeda dengan surga dan dengan neraka, suatu tempat penampungan untuk semua orang mati yang sungguh-sungguh ada, maka tak ada artinya / tak masuk akal bagi Yesus untuk menyatakan bahwa Kapernaum yang dikeraskan dalam dosa akan dibuang ke sana - kemana lagi orang-orang mati akan pergi? Tidak; HADES adalah tempat dari orang-orang terkutuk / neraka.].

William Hendriksen: “By and large the population of Capernaum had remained impenitent in spite of all the labor of love which Jesus had bestowed upon it. ... In a question full of dramatic emphasis Jesus, accordingly, asks, ‘And you Capernaum, will you be exalted to heaven?’ ... Swift as an arrow from a bow comes the answer, ‘To Hades you shall be thrust down!’ ... Here (and in the parallel, Matt. 11:23), as probably everywhere in the Gospels, but not everywhere in the entire New Testament, Hades means ‘hell.’ Note how sharply it is contrasted with ‘heaven.’ Hades is here the place of torments and of the flame (Luke 16:23, 24).” [= Secara umum / pada umumnya penduduk dari Kapernaum tetap tidak bertobat sekalipun ada semua jerih payah dari kasih yang Yesus telah berikan kepadanya. ... Karena itu, dengan suatu pertanyaan yang dramatis Yesus bertanya, ‘Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan / ditinggikan ke surga? ... Dengan cepat datang jawabannya, ‘Ke HADES engkau akan diturunkan!’ ... Di sini (dan dalam ayat paralelnya, Mat 11:23), seperti mungkin dimana-mana dalam kitab-kitab Injil, tetapi tidak dimana-mana dalam seluruh Perjanjian Baru, HADES berarti ‘neraka’. Perhatikan betapa dengan tajamnya itu dikontraskan dengan ‘surga’. HADES di sini adalah tempat dari penyiksaan dan dari api (Luk 16:23,24).].

Lukas 16:23-24 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut (Yunani: HADES) ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.”.

f) Makin banyak terang yang Tuhan berikan, makin besar tanggung jawab yang Ia tuntut.

Adam Clarke (tentang Mat 11:20): “The more God has done to draw men unto himself, the less excusable are they if they continue in iniquity. If our blessed Lord had not done every thing that was necessary for the salvation of these people, he could not have reproached them for their impenitence.” [= Makin banyak yang Allah telah lakukan untuk menarik orang-orang kepada diriNya sendiri, makin tidak termaafkan mereka jika mereka terus dalam kejahatan. Jika Tuhan kita yang terpuji tidak melakukan segala sesuatu yang perlu untuk keselamatan orang-orang ini, Ia tidak bisa mencela mereka untuk penolakan mereka untuk bertobat.].

William Hendriksen: “The assertion, therefore, that had Tyre and Sidon been favored in a manner similar to Chorazin and Bethsaida, the people of these Phoenician cities would have repented long ago shows with what revulsion the Lord views those who were far more highly privileged but had remained impenitent. The ‘woe’ pronounced upon them amounts to a curse.” [= Karena itu, pernyataan bahwa seandainya Tirus dan Sidon telah diperlakukan dengan kebaikan yang mirip / sama seperti Khorazim dan Betsaida, orang-orang dari kota-kota Fenisia ini sudah bertobat dari dulu, menunjukkan bagaimana menjijikkannya Tuhan memandang mereka yang diberi hak yang jauh lebih besar tetapi tetap tidak bertobat. Kata ‘celakalah’ yang diucapkan terhadap mereka sama dengan suatu kutuk.].

Bdk. Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.

Pulpit Commentary: “This is one of the passages in the New Testament where the doctrine of degrees in punishment is plainly set forth, and in words which fell from the lips of the Redeemer himself!” [= Ini adalah salah satu dari text-text dalam Perjanjian Baru dimana doktrin tentang tingkat-tingkat dalam penghukuman dinyatakan dengan jelas, dan dalam kata-kata yang keluar dari bibir dari sang Penebus sendiri!].

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

Next Post Previous Post