MAKANAN HALAL ORANG KRISTEN (LUKAS 10:8)
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Lukas 10:8: “Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,”.
a) Lukas 10:8 membicarakan hal yang berbeda dengan Lukas 10:7!
Kalau Lukas 10:7 melarang para utusan itu untuk bersikap cerewet dalam urusan makanan, maka ay 8 berhubungan dengan larangan makan bagi para utusan itu / orang-orang Yahudi.
Ada dua jenis makanan yang sering dianggap sebagai dilarang bagi orang-orang Yahudi. Mari kita membahasnya satu per satu.
1. Makanan / daging binatang yang dilarang dalam Im 11.
Imamat 11:1-31 - “(1) Lalu TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun, kataNya kepada mereka: (2) ‘Katakanlah kepada orang Israel, begini: Inilah binatang-binatang yang boleh kamu makan dari segala binatang berkaki empat yang ada di atas bumi: (3) setiap binatang yang berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang, dan yang memamah biak boleh kamu makan. (4) Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. (5) Juga pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. (6) Juga kelinci, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu. (7) Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. (8) Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu. (9) Inilah yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air: segala yang bersirip dan bersisik di dalam air, di dalam lautan, dan di dalam sungai, itulah semuanya yang boleh kamu makan. (10) Tetapi segala yang tidak bersirip atau bersisik di dalam lautan dan di dalam sungai, dari segala yang berkeriapan di dalam air dan dari segala makhluk hidup yang ada di dalam air, semuanya itu kejijikan bagimu. (11) Sesungguhnya haruslah semuanya itu kejijikan bagimu; dagingnya janganlah kamu makan, dan bangkainya haruslah kamu jijikkan. (12) Segala yang tidak bersirip dan tidak bersisik di dalam air, adalah kejijikan bagimu. (13) Inilah yang harus kamu jijikkan dari burung-burung, janganlah dimakan, karena semuanya itu adalah kejijikan: burung rajawali, ering janggut dan elang laut; (14) elang merah dan elang hitam menurut jenisnya; (15) setiap burung gagak menurut jenisnya; (16) burung unta, burung hantu, camar dan elang sikap menurut jenisnya; (17) burung pungguk, burung dendang air dan burung hantu besar; (18) burung hantu putih, burung undan, burung ering; (19) burung ranggung, bangau menurut jenisnya, meragai dan kelelawar. (20) Segala binatang yang merayap dan bersayap dan berjalan dengan keempat kakinya adalah kejijikan bagimu. (21) Tetapi inilah yang boleh kamu makan dari segala binatang yang merayap dan bersayap dan yang berjalan dengan keempat kakinya, yaitu yang mempunyai paha di sebelah atas kakinya untuk melompat di atas tanah. (22) Inilah yang boleh kamu makan dari antaranya: belalang-belalang menurut jenisnya, yaitu belalang-belalang gambar menurut jenisnya, belalang-belalang kunyit menurut jenisnya, dan belalang-belalang padi menurut jenisnya. (23) Selainnya segala binatang yang merayap dan bersayap dan yang berkaki empat adalah kejijikan bagimu. (24) Semua yang berikut akan menajiskan kamu--setiap orang yang kena kepada bangkainya, menjadi najis sampai matahari terbenam, (25) dan setiap orang yang ada membawa dari bangkainya haruslah mencuci pakaiannya, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam--, (26) yakni segala binatang yang berkuku belah, tetapi tidak bersela panjang, dan yang tidak memamah biak; haram semuanya itu bagimu dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis. (27) Demikian juga segala yang berjalan dengan telapak kakinya di antara segala binatang yang berjalan dengan keempat kakinya, semuanya itu haram bagimu; setiap orang yang kena kepada bangkainya, menjadi najis sampai matahari terbenam. (28) Dan siapa yang membawa bangkainya, haruslah mencuci pakaiannya dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. Haram semuanya itu bagimu. (29) Inilah yang haram bagimu di antara segala binatang yang merayap dan berkeriapan di atas bumi: tikus buta, tikus, dan katak menurut jenisnya (30) dan landak, biawak, dan bengkarung, siput dan bunglon. (31) Itulah semuanya yang haram bagimu di antara segala binatang yang mengeriap. Setiap orang yang kena kepada binatang-binatang itu sesudah binatang-binatang itu mati, menjadi najis sampai matahari terbenam.”.
Mengapa dalam Im 11 ada larangan makan begitu banyak binatang? Ada banyak alasan yang diberikan oleh para penafsir, tetapi saya hanya mengambil 2 yang agak masuk akal, dan satu pandangan lagi, yang memang merupakan pandangan yang benar.
a. Ada binatang-binatang yang dilarang dimakan karena binatang-binatang itu tidak sehat untuk dimakan. Mungkin yang paling ditekankan adalah babi.
Sekalipun alasan ini diberikan oleh sangat banyak penafsir, saya berpendapat bahwa alasan ini sama sekali tidak mungkin benar, karena kalau memang binatang-binatang ini dilarang dimakan karena bukan merupakan makanan sehat, mengapa dalam jaman Perjanjian Baru lalu diizinkan?
Juga ada banyak binatang yang dilarang makan dalam Im 11, yang jelas-jelas bukan makanan yang tidak sehat, bahkan makanan yang sehat. Misalnya kelinci (Im 11:6), dan semua yang tidak bersisik / bersirip (Im 11:10-12), semua binatang yang merayap dan bersayap dan berkaki empat, kecuali beberapa jenis belalang (Imamat 11:20-23).
Bahkan babi pada zaman sekarang dianggap sebagai makanan yang sehat (cacing pitapun akan mati asal dimasak secara matang!).
b. Supaya mereka belajar bahwa Allah berhak melarang atau memerintah apapun, dan supaya mereka belajar taat, tidak peduli apapun alasan Allah untuk melarang atau memerintah sesuatu.
Matthew Henry mengatakan bahwa binatang-binatang yang pada jaman Nuh diizinkan untuk dimakan, belakangan dilarang pada jaman Musa. Mengapa? Alasannya adalah karena Tuhan menghendaki demikian. Ia melihatnya sebagai sesuatu yang baik untuk menguji ketaatan bangsa Israel dalam hal ini, supaya mereka sadar bahwa mereka ada di bawah otoritas Allah. Jadi, larangan Tuhanlah menyebabkan binatang-binatang itu menjadi najis. Sama seperti buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Apakah buah ini memang haram? Sebetulnya tidak. Tetapi larangan Allah bagi Adam dan Hawa untuk memakannya, menjadikan buah itu haram.
Dan kalau ditanya: lalu mengapa pada jaman Perjanjian Baru diizinkan untuk memakan binatang-binatang itu? Maka jawabnya adalah: Allah punya hak untuk melarang pada saat itu dan mengizinkan pada saat ini.
Tetapi bagaimanapun, ini bukan alasan utama mengapa bangsa Israel dilarang memakan binatang-binatang itu.
c. Untuk membedakan dan memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain.
Ini merupakan alasan utama mengapa bangsa Israel dilarang untuk memakan binatang-binatang tersebut.
Sebetulnya alasan ini ada dalam Im 11 ini, yaitu dalam ay 44-45.
Imamat 11:44-45 - “(44) Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi. (45) Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.”.
Catatan: Ingat bahwa kata ‘kudus’ arti sebenarnya dan yang terutama bukanlah ‘suci’ tetapi ‘berbeda dengan’ atau ‘terpisah dari’. Misalnya: hari sabat, bangsa Israel, orang Kristen, disebut kudus!
Dengan adanya larangan makan binatang-binatang ini, maka sukar bagi bangsa Israel untuk bisa berbaur dengan bangsa-bangsa lain, yang jelas tidak dilarang makan binatang-binatang tersebut. Ini bukan hanya menyukarkan bangsa Israel untuk berbaur dengan bangsa-bangsa lain, tetapi juga menyukarkan mereka untuk menyebar ke negara-negara lain, karena di sana semua orang memakan binatang-binatang yang bagi mereka dilarang untuk dimakan.
Tujuannya adalah menjaga kemurnian bangsa Israel, sampai Kristus lahir, karena Kristus sudah dinubuatkan akan lahir dari bangsa Israel / suku Yehuda. Kalau mereka kawin campur semua dan bangsa Israel musnah, karena menjadi bangsa blasteran, maka nubuat tentang lahirnya Kristus dari bangsa Israel / suku Yehuda tidak bisa digenapi.
Jadi, sebetulnya memang dengan sudah lahirnya Kristus, maka larangan ini secara praktis sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi resminya memang baru dihapuskan pada waktu Kristus mati tersalib (Ef 2:15 Matius 27:50-51).
Efesus 2:15 - “sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,”.
Matius 27:50-51 - “(50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. (51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,”.
Ini jelas merupakan suatu mujizat yang menunjukkan bahwa dengan matinya Kristus maka Bait Allah dengan semua imam-imam, hari-hari raya, korban-korban dan semua hukum-hukum upacara, termasuk larangan makan, sudah dihapuskan / dibuang!
Bdk. Kis 10:9-16 - “(9) Keesokan harinya ketika ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa. (10) Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi. (11) Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. (12) Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. (13) Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: ‘Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!’ (14) Tetapi Petrus menjawab: ‘Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.’ (15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: ‘Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.’ (16) Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.”.
Bdk. Kisah Para Rasul 10:28-29 - “(28) Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. (29) Itulah sebabnya aku tidak berkeberatan ketika aku dipanggil, lalu datang ke mari. Sekarang aku ingin tahu, apa sebabnya kamu memanggil aku.’”.
Ada yang menggunakan text ini untuk mengatakan bahwa alasan dari penglihatan tadi hanyalah membuang batasan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi. Itu tidak salah, tetapi ingat bahwa pembatasan itu dilakukan dengan memberikan larangan makan dalam Im 11 itu. Jadi, penglihatan itu berhubungan dengan keduanya. Penglihatan itu membuang larangan makan, dan dengan demikian tidak ada lagi tembok pemisah antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang non Yahudi!
Kisah Para Rasul 10:34-35 - “(34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.”.
Kis 11:2-3 - “(2) Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. (3) Kata mereka: ‘Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.’”.
Baru setelah Petrus menjelaskan semuanya kepada mereka, maka mereka juga mau menerimanya (Kis 11:4-18).
Sebetulnya ada satu lagi argumentasi yang menunjukkan bahwa larangan dalam Im 11 itu sekarang sudah tidak berlaku lagi, yaitu ketidak-pastian tentang nama-nama dari banyak binatang-binatang / burung-burung dalam Im 11 ini.
Dalam pembahasan tentang binatang-binatang atau burung-burung dsb ini memang para penafsir tidak pasti tentang banyak jenis dari binatang-binatang / burung-burung ini. Ini membuktikan bahwa larangan ini memang sudah tidak berlaku lagi pada jaman Perjanjian Baru, dan ini merupakan ‘senjata’ bagi kita menghadapi ajaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh maupun ajaran agama Yahudi / Yudaisme, yang masih memberlakukan larangan ini, yang sebetulnya sudah dihapuskan.
Kalau memang larangan ini masih berlaku, bagaimana tentang binatang-binatang / burung-burung yang tidak diketahui lagi secara pasti?
Calvin (tentang Imamat 11:2): “The proper names, which are recited, are of little service to us now-a-days; because many species which are common in the East, are unknown elsewhere; and it was therefore easy for Jews who were born and had lived in distant countries, to fall into error about them; whilst, on the other hand, the more bold they are in their conjectures, the less are they to be trusted.” [= Nama-nama yang sebenarnya, yang diberikan secara mendetail, sangat sedikit manfaatnya bagi kita sekarang; karena banyak jenis yang umum di Timur, tidak dikenal di tempat lain; dan adalah mudah bagi orang-orang Yahudi yang lahir dan hidup / tinggal di negeri-negeri yang jauh, untuk jatuh dalam kesalahan tentang hal-hal ini; sementara, di sisi lain, makin berani mereka dalam menduga-duga, makin sedikit mereka bisa dipercaya.].
Adam Clarke (tentang Imamat 11:44): “From the great difficulty of ascertaining what animals are meant in this part of the law, we may at once see that the law itself must be considered as abrogated; for there is not a Jew in the universe who knows what the animals are, a very few excepted, which are intended by these Hebrew words; and therefore, he may be repeatedly breaking this law by touching and being touched either by the animals themselves or their produce, such as hair, wool, fur, skin, intestines, differently manufactured, etc., etc.” [= Dari kesukaran yang besar untuk mengetahui dengan pasti binatang-binatang apa yang dimaksudkan dalam bagian hukum Taurat ini, kita bisa segera melihat bahwa hukum ini harus dianggap sebagai dibatalkan; karena tak ada satu orang Yahudipun dalam alam semesta yang tahu apa binatang-binatang itu, kecuali sangat sedikit binatang sebagai perkecualian, yang dimaksudkan oleh kata-kata Ibrani ini; dan karena itu, ia bisa berulang-ulang melanggar hukum ini dengan menyentuh dan disentuh oleh binatang-binatang itu sendiri atau produk dari binatang-binatang itu, seperti rambut, kulit berbulu, wol / bulunya, kulitnya, ususnya, yang diproduksi dengan mesin secara berbeda-beda, dsb, dsb.].
Memang kalau Im 11:2-8 itu mudah, karena ada dua syarat, yaitu harus berkuku belah dan memamah biak. Juga Im 11:9-12 itu mudah karena ada syaratnya yaitu harus bersirip dan bersisik.
Tetapi mulai Im 11:13 dst, kalau kita melihat Bible Works, terlihat bahwa terjemahan-terjemahan dari Alkitab-Alkitab Indonesia dan Inggris berbeda-beda untuk banyak binatang, dan itu membuktikan bahwa nama Ibrani untuk binatang-binatang itu sudah tidak bisa dipastikan lagi.
Kalau saudara mau mempelajari larangan makan dalam Im 11 ini saudara bisa menonton video saya di Youtube, di link ini: https://youtu.be/PjsB8HNtgto.
2. Makanan / daging yang telah dipersembahkan kepada berhala.
Tentang hal ini, belakangan Paulus memberikan petunjuk.
1Korintus 8:1-13 - “(1) Tentang daging persembahan berhala kita tahu: ‘kita semua mempunyai pengetahuan.’ Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun. (2) Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu ‘pengetahuan’, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya. (3) Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah. (4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi--dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian-- (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (7) Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. (8) ‘Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.’ (9) Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. (10) Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai ‘pengetahuan’, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? (11) Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’ mu. (12) Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. (13) Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.”.
1Korintus 10:19-33 - “(19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat. (21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. (22) Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia? (23) ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (24) Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain. (25) Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. (26) Karena: ‘bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan.’ (27) Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. (28) Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: ‘Itu persembahan berhala!’ janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani. (29) Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: ‘Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain? (30) Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap syukur?’ (31) Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (32) Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. (33) Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.”.
Sekarang setelah kita tahu larangan makan dalam kalangan orang-orang Yahudi, kita harus mempelajari apa hubungan hal itu dengan ay 8 ini?
Lukas 10: 8: “Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,”.
Lenski: “When Jesus now speaks of whatever city they may come to and tells his disciples to eat whatever is set before them (the present participle to indicate repetition), we see at once that he is not repeating the injunction given in v. 7 in regard to food. In v. 7 he refers to whatever the people can afford even when they are poor; here to whatever is placed before them in such a city. Most of the cities on their itinerary had a heavily mixed population, Jews and Gentiles lived together. In these places there might often enough be doubt as to the Levitical cleanness of the food even in Jewish houses. The messengers are not to hesitate in regard to eating the food that is served them, much less to refuse it. Any rabbinical scruples on that score are to be completely set aside. Their work is not to be hindered by anything that is so worthless.” [= Pada waktu Yesus sekarang berbicara tentang kota apapun yang bisa mereka datangi dan memberitahu murid-muridNya untuk makan apapun yang dihidangkan kepada mereka (participle bentuk present untuk menunjukkan pengulangan), kita segera melihat bahwa Ia tidak sedang mengulang perintah dalam ay 7 berkenaan dengan makanan. Dalam ay 7 Ia menunjuk pada apapun yang orang-orang mampu berikan bahkan kalau mereka adalah orang-orang miskin; di sini Ia menunjuk pada apapun yang dihidangkan bagi mereka di kota seperti itu. Kebanyakan kota-kota di jalur mereka mempunyai penduduk yang sangat campuran, orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi yang hidup bersama-sama. Di tempat-tempat ini bisa sering ada cukup keraguan berkenaan dengan ketahiran dari makanan BAHKAN DI RUMAH-RUMAH YAHUDI. Para utusan tidak boleh ragu-ragu untuk memakan makanan yang dihidangkan kepada mereka, apalagi menolaknya. Perasaan hati nurani yang tidak enak apapun yang berhubungan dengan rabi-rabi berdasarkan hal itu harus disingkirkan sepenuhnya. Pekerjaan mereka tidak boleh dihalangi oleh apapun yang adalah begitu tidak berharga.].
Leon Morris (Tyndale): “When the preachers are welcomed they are to accept hospitality, eating what is put in front of them. In the area beyond Jordan to which they were apparently going there were many Gentiles and the food offered might not always satisfy the rigorist for ceremonial purity. They were not to be sidetracked into fussiness about food and food laws.” [= Pada waktu pengkhotbah-pengkhotbah itu diterima, mereka harus menerima keramahan penerimaan tamu itu, dengan makan apa yang dihidangkan kepada mereka. Di daerah di seberang Yordan kemana mereka kelihatannya sedang pergi di sana ada banyak orang-orang non Yahudi dan makanan yang ditawarkan tidak selalu memuaskan orang-orang yang ketat dalam kemurnian yang bersifat upacara. Mereka tidak boleh dibelokkan dari jalur ke dalam kecerewetan tentang makanan dan hukum-hukum tentang makanan.].
William Hendriksen: “It must be borne in mind that the men who were being sent out on this mission - at least most of them, we may well assume - were Jews. But, as has been stated previously, as heralds of Jesus they were entering Trans-Jordan, a region where many Gentiles lived. That might create a problem with respect to food. So the Master tells these seventy-two men to go right ahead and eat whatever is placed before them, without asking any questions. Cf. I Cor. 10:25, 27. This directive was entirely in line with the rest of Christ’s teaching about matters clean and unclean. See Mark 7:14, 15, 19, and N. T. C. on these passages.” [= Harus diingat bahwa orang-orang yang sedang diutus pada missi ini - sedikitnya kebanyakan dari mereka, kita boleh menganggap - adalah orang-orang Yahudi. Tetapi, seperti telah dinyatakan sebelumnya, sebagai utusan-utusan Yesus mereka sedang memasuki Yordan, suatu daerah dimana banyak orang-orang non Yahudi tinggal. Itu bisa menciptakan suatu problem berkenaan dengan makanan. Jadi sang Tuan / Guru memberitahu ke 72 orang itu untuk pergi dan makan apapun yang dihidangkan kepada mereka, tanpa menanyakan pertanyaan-pertanyaan apapun. Bdk. 1Korintus 10:25,27. Pengarahan ini sepenuhnya sejalan dengan sisa dari ajaran Kristus tentang persoalan-persoalan tahir dan najis / tidak tahir. Lihat Markus 7:14,15,19, dan N. T. C. tentang text-text ini.].
Baca Juga: Ajaran Tentang Makanan Halal dan Haram Menurut Pandangan Alkitab
Lukas 10:8: “Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,”.
otomotif, tutorial, gadget |
Kalau Lukas 10:7 melarang para utusan itu untuk bersikap cerewet dalam urusan makanan, maka ay 8 berhubungan dengan larangan makan bagi para utusan itu / orang-orang Yahudi.
Ada dua jenis makanan yang sering dianggap sebagai dilarang bagi orang-orang Yahudi. Mari kita membahasnya satu per satu.
1. Makanan / daging binatang yang dilarang dalam Im 11.
Imamat 11:1-31 - “(1) Lalu TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun, kataNya kepada mereka: (2) ‘Katakanlah kepada orang Israel, begini: Inilah binatang-binatang yang boleh kamu makan dari segala binatang berkaki empat yang ada di atas bumi: (3) setiap binatang yang berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang, dan yang memamah biak boleh kamu makan. (4) Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. (5) Juga pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. (6) Juga kelinci, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu. (7) Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. (8) Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu. (9) Inilah yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air: segala yang bersirip dan bersisik di dalam air, di dalam lautan, dan di dalam sungai, itulah semuanya yang boleh kamu makan. (10) Tetapi segala yang tidak bersirip atau bersisik di dalam lautan dan di dalam sungai, dari segala yang berkeriapan di dalam air dan dari segala makhluk hidup yang ada di dalam air, semuanya itu kejijikan bagimu. (11) Sesungguhnya haruslah semuanya itu kejijikan bagimu; dagingnya janganlah kamu makan, dan bangkainya haruslah kamu jijikkan. (12) Segala yang tidak bersirip dan tidak bersisik di dalam air, adalah kejijikan bagimu. (13) Inilah yang harus kamu jijikkan dari burung-burung, janganlah dimakan, karena semuanya itu adalah kejijikan: burung rajawali, ering janggut dan elang laut; (14) elang merah dan elang hitam menurut jenisnya; (15) setiap burung gagak menurut jenisnya; (16) burung unta, burung hantu, camar dan elang sikap menurut jenisnya; (17) burung pungguk, burung dendang air dan burung hantu besar; (18) burung hantu putih, burung undan, burung ering; (19) burung ranggung, bangau menurut jenisnya, meragai dan kelelawar. (20) Segala binatang yang merayap dan bersayap dan berjalan dengan keempat kakinya adalah kejijikan bagimu. (21) Tetapi inilah yang boleh kamu makan dari segala binatang yang merayap dan bersayap dan yang berjalan dengan keempat kakinya, yaitu yang mempunyai paha di sebelah atas kakinya untuk melompat di atas tanah. (22) Inilah yang boleh kamu makan dari antaranya: belalang-belalang menurut jenisnya, yaitu belalang-belalang gambar menurut jenisnya, belalang-belalang kunyit menurut jenisnya, dan belalang-belalang padi menurut jenisnya. (23) Selainnya segala binatang yang merayap dan bersayap dan yang berkaki empat adalah kejijikan bagimu. (24) Semua yang berikut akan menajiskan kamu--setiap orang yang kena kepada bangkainya, menjadi najis sampai matahari terbenam, (25) dan setiap orang yang ada membawa dari bangkainya haruslah mencuci pakaiannya, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam--, (26) yakni segala binatang yang berkuku belah, tetapi tidak bersela panjang, dan yang tidak memamah biak; haram semuanya itu bagimu dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis. (27) Demikian juga segala yang berjalan dengan telapak kakinya di antara segala binatang yang berjalan dengan keempat kakinya, semuanya itu haram bagimu; setiap orang yang kena kepada bangkainya, menjadi najis sampai matahari terbenam. (28) Dan siapa yang membawa bangkainya, haruslah mencuci pakaiannya dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. Haram semuanya itu bagimu. (29) Inilah yang haram bagimu di antara segala binatang yang merayap dan berkeriapan di atas bumi: tikus buta, tikus, dan katak menurut jenisnya (30) dan landak, biawak, dan bengkarung, siput dan bunglon. (31) Itulah semuanya yang haram bagimu di antara segala binatang yang mengeriap. Setiap orang yang kena kepada binatang-binatang itu sesudah binatang-binatang itu mati, menjadi najis sampai matahari terbenam.”.
Mengapa dalam Im 11 ada larangan makan begitu banyak binatang? Ada banyak alasan yang diberikan oleh para penafsir, tetapi saya hanya mengambil 2 yang agak masuk akal, dan satu pandangan lagi, yang memang merupakan pandangan yang benar.
a. Ada binatang-binatang yang dilarang dimakan karena binatang-binatang itu tidak sehat untuk dimakan. Mungkin yang paling ditekankan adalah babi.
Sekalipun alasan ini diberikan oleh sangat banyak penafsir, saya berpendapat bahwa alasan ini sama sekali tidak mungkin benar, karena kalau memang binatang-binatang ini dilarang dimakan karena bukan merupakan makanan sehat, mengapa dalam jaman Perjanjian Baru lalu diizinkan?
Juga ada banyak binatang yang dilarang makan dalam Im 11, yang jelas-jelas bukan makanan yang tidak sehat, bahkan makanan yang sehat. Misalnya kelinci (Im 11:6), dan semua yang tidak bersisik / bersirip (Im 11:10-12), semua binatang yang merayap dan bersayap dan berkaki empat, kecuali beberapa jenis belalang (Imamat 11:20-23).
Bahkan babi pada zaman sekarang dianggap sebagai makanan yang sehat (cacing pitapun akan mati asal dimasak secara matang!).
b. Supaya mereka belajar bahwa Allah berhak melarang atau memerintah apapun, dan supaya mereka belajar taat, tidak peduli apapun alasan Allah untuk melarang atau memerintah sesuatu.
Matthew Henry mengatakan bahwa binatang-binatang yang pada jaman Nuh diizinkan untuk dimakan, belakangan dilarang pada jaman Musa. Mengapa? Alasannya adalah karena Tuhan menghendaki demikian. Ia melihatnya sebagai sesuatu yang baik untuk menguji ketaatan bangsa Israel dalam hal ini, supaya mereka sadar bahwa mereka ada di bawah otoritas Allah. Jadi, larangan Tuhanlah menyebabkan binatang-binatang itu menjadi najis. Sama seperti buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Apakah buah ini memang haram? Sebetulnya tidak. Tetapi larangan Allah bagi Adam dan Hawa untuk memakannya, menjadikan buah itu haram.
Dan kalau ditanya: lalu mengapa pada jaman Perjanjian Baru diizinkan untuk memakan binatang-binatang itu? Maka jawabnya adalah: Allah punya hak untuk melarang pada saat itu dan mengizinkan pada saat ini.
Tetapi bagaimanapun, ini bukan alasan utama mengapa bangsa Israel dilarang memakan binatang-binatang itu.
c. Untuk membedakan dan memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain.
Ini merupakan alasan utama mengapa bangsa Israel dilarang untuk memakan binatang-binatang tersebut.
Sebetulnya alasan ini ada dalam Im 11 ini, yaitu dalam ay 44-45.
Imamat 11:44-45 - “(44) Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi. (45) Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.”.
Catatan: Ingat bahwa kata ‘kudus’ arti sebenarnya dan yang terutama bukanlah ‘suci’ tetapi ‘berbeda dengan’ atau ‘terpisah dari’. Misalnya: hari sabat, bangsa Israel, orang Kristen, disebut kudus!
Dengan adanya larangan makan binatang-binatang ini, maka sukar bagi bangsa Israel untuk bisa berbaur dengan bangsa-bangsa lain, yang jelas tidak dilarang makan binatang-binatang tersebut. Ini bukan hanya menyukarkan bangsa Israel untuk berbaur dengan bangsa-bangsa lain, tetapi juga menyukarkan mereka untuk menyebar ke negara-negara lain, karena di sana semua orang memakan binatang-binatang yang bagi mereka dilarang untuk dimakan.
Tujuannya adalah menjaga kemurnian bangsa Israel, sampai Kristus lahir, karena Kristus sudah dinubuatkan akan lahir dari bangsa Israel / suku Yehuda. Kalau mereka kawin campur semua dan bangsa Israel musnah, karena menjadi bangsa blasteran, maka nubuat tentang lahirnya Kristus dari bangsa Israel / suku Yehuda tidak bisa digenapi.
Jadi, sebetulnya memang dengan sudah lahirnya Kristus, maka larangan ini secara praktis sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi resminya memang baru dihapuskan pada waktu Kristus mati tersalib (Ef 2:15 Matius 27:50-51).
Efesus 2:15 - “sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,”.
Matius 27:50-51 - “(50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. (51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,”.
Ini jelas merupakan suatu mujizat yang menunjukkan bahwa dengan matinya Kristus maka Bait Allah dengan semua imam-imam, hari-hari raya, korban-korban dan semua hukum-hukum upacara, termasuk larangan makan, sudah dihapuskan / dibuang!
Bdk. Kis 10:9-16 - “(9) Keesokan harinya ketika ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa. (10) Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi. (11) Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. (12) Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. (13) Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: ‘Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!’ (14) Tetapi Petrus menjawab: ‘Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.’ (15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: ‘Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.’ (16) Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.”.
Bdk. Kisah Para Rasul 10:28-29 - “(28) Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. (29) Itulah sebabnya aku tidak berkeberatan ketika aku dipanggil, lalu datang ke mari. Sekarang aku ingin tahu, apa sebabnya kamu memanggil aku.’”.
Ada yang menggunakan text ini untuk mengatakan bahwa alasan dari penglihatan tadi hanyalah membuang batasan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi. Itu tidak salah, tetapi ingat bahwa pembatasan itu dilakukan dengan memberikan larangan makan dalam Im 11 itu. Jadi, penglihatan itu berhubungan dengan keduanya. Penglihatan itu membuang larangan makan, dan dengan demikian tidak ada lagi tembok pemisah antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang non Yahudi!
Kisah Para Rasul 10:34-35 - “(34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.”.
Kis 11:2-3 - “(2) Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. (3) Kata mereka: ‘Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.’”.
Baru setelah Petrus menjelaskan semuanya kepada mereka, maka mereka juga mau menerimanya (Kis 11:4-18).
Sebetulnya ada satu lagi argumentasi yang menunjukkan bahwa larangan dalam Im 11 itu sekarang sudah tidak berlaku lagi, yaitu ketidak-pastian tentang nama-nama dari banyak binatang-binatang / burung-burung dalam Im 11 ini.
Dalam pembahasan tentang binatang-binatang atau burung-burung dsb ini memang para penafsir tidak pasti tentang banyak jenis dari binatang-binatang / burung-burung ini. Ini membuktikan bahwa larangan ini memang sudah tidak berlaku lagi pada jaman Perjanjian Baru, dan ini merupakan ‘senjata’ bagi kita menghadapi ajaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh maupun ajaran agama Yahudi / Yudaisme, yang masih memberlakukan larangan ini, yang sebetulnya sudah dihapuskan.
Kalau memang larangan ini masih berlaku, bagaimana tentang binatang-binatang / burung-burung yang tidak diketahui lagi secara pasti?
Calvin (tentang Imamat 11:2): “The proper names, which are recited, are of little service to us now-a-days; because many species which are common in the East, are unknown elsewhere; and it was therefore easy for Jews who were born and had lived in distant countries, to fall into error about them; whilst, on the other hand, the more bold they are in their conjectures, the less are they to be trusted.” [= Nama-nama yang sebenarnya, yang diberikan secara mendetail, sangat sedikit manfaatnya bagi kita sekarang; karena banyak jenis yang umum di Timur, tidak dikenal di tempat lain; dan adalah mudah bagi orang-orang Yahudi yang lahir dan hidup / tinggal di negeri-negeri yang jauh, untuk jatuh dalam kesalahan tentang hal-hal ini; sementara, di sisi lain, makin berani mereka dalam menduga-duga, makin sedikit mereka bisa dipercaya.].
Adam Clarke (tentang Imamat 11:44): “From the great difficulty of ascertaining what animals are meant in this part of the law, we may at once see that the law itself must be considered as abrogated; for there is not a Jew in the universe who knows what the animals are, a very few excepted, which are intended by these Hebrew words; and therefore, he may be repeatedly breaking this law by touching and being touched either by the animals themselves or their produce, such as hair, wool, fur, skin, intestines, differently manufactured, etc., etc.” [= Dari kesukaran yang besar untuk mengetahui dengan pasti binatang-binatang apa yang dimaksudkan dalam bagian hukum Taurat ini, kita bisa segera melihat bahwa hukum ini harus dianggap sebagai dibatalkan; karena tak ada satu orang Yahudipun dalam alam semesta yang tahu apa binatang-binatang itu, kecuali sangat sedikit binatang sebagai perkecualian, yang dimaksudkan oleh kata-kata Ibrani ini; dan karena itu, ia bisa berulang-ulang melanggar hukum ini dengan menyentuh dan disentuh oleh binatang-binatang itu sendiri atau produk dari binatang-binatang itu, seperti rambut, kulit berbulu, wol / bulunya, kulitnya, ususnya, yang diproduksi dengan mesin secara berbeda-beda, dsb, dsb.].
Memang kalau Im 11:2-8 itu mudah, karena ada dua syarat, yaitu harus berkuku belah dan memamah biak. Juga Im 11:9-12 itu mudah karena ada syaratnya yaitu harus bersirip dan bersisik.
Tetapi mulai Im 11:13 dst, kalau kita melihat Bible Works, terlihat bahwa terjemahan-terjemahan dari Alkitab-Alkitab Indonesia dan Inggris berbeda-beda untuk banyak binatang, dan itu membuktikan bahwa nama Ibrani untuk binatang-binatang itu sudah tidak bisa dipastikan lagi.
Kalau saudara mau mempelajari larangan makan dalam Im 11 ini saudara bisa menonton video saya di Youtube, di link ini: https://youtu.be/PjsB8HNtgto.
2. Makanan / daging yang telah dipersembahkan kepada berhala.
Tentang hal ini, belakangan Paulus memberikan petunjuk.
1Korintus 8:1-13 - “(1) Tentang daging persembahan berhala kita tahu: ‘kita semua mempunyai pengetahuan.’ Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun. (2) Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu ‘pengetahuan’, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya. (3) Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah. (4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi--dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian-- (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (7) Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. (8) ‘Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.’ (9) Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. (10) Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai ‘pengetahuan’, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? (11) Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’ mu. (12) Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. (13) Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.”.
1Korintus 10:19-33 - “(19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat. (21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. (22) Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia? (23) ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (24) Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain. (25) Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. (26) Karena: ‘bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan.’ (27) Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. (28) Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: ‘Itu persembahan berhala!’ janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani. (29) Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: ‘Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain? (30) Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap syukur?’ (31) Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (32) Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. (33) Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.”.
Sekarang setelah kita tahu larangan makan dalam kalangan orang-orang Yahudi, kita harus mempelajari apa hubungan hal itu dengan ay 8 ini?
Lukas 10: 8: “Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,”.
Lenski: “When Jesus now speaks of whatever city they may come to and tells his disciples to eat whatever is set before them (the present participle to indicate repetition), we see at once that he is not repeating the injunction given in v. 7 in regard to food. In v. 7 he refers to whatever the people can afford even when they are poor; here to whatever is placed before them in such a city. Most of the cities on their itinerary had a heavily mixed population, Jews and Gentiles lived together. In these places there might often enough be doubt as to the Levitical cleanness of the food even in Jewish houses. The messengers are not to hesitate in regard to eating the food that is served them, much less to refuse it. Any rabbinical scruples on that score are to be completely set aside. Their work is not to be hindered by anything that is so worthless.” [= Pada waktu Yesus sekarang berbicara tentang kota apapun yang bisa mereka datangi dan memberitahu murid-muridNya untuk makan apapun yang dihidangkan kepada mereka (participle bentuk present untuk menunjukkan pengulangan), kita segera melihat bahwa Ia tidak sedang mengulang perintah dalam ay 7 berkenaan dengan makanan. Dalam ay 7 Ia menunjuk pada apapun yang orang-orang mampu berikan bahkan kalau mereka adalah orang-orang miskin; di sini Ia menunjuk pada apapun yang dihidangkan bagi mereka di kota seperti itu. Kebanyakan kota-kota di jalur mereka mempunyai penduduk yang sangat campuran, orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi yang hidup bersama-sama. Di tempat-tempat ini bisa sering ada cukup keraguan berkenaan dengan ketahiran dari makanan BAHKAN DI RUMAH-RUMAH YAHUDI. Para utusan tidak boleh ragu-ragu untuk memakan makanan yang dihidangkan kepada mereka, apalagi menolaknya. Perasaan hati nurani yang tidak enak apapun yang berhubungan dengan rabi-rabi berdasarkan hal itu harus disingkirkan sepenuhnya. Pekerjaan mereka tidak boleh dihalangi oleh apapun yang adalah begitu tidak berharga.].
Leon Morris (Tyndale): “When the preachers are welcomed they are to accept hospitality, eating what is put in front of them. In the area beyond Jordan to which they were apparently going there were many Gentiles and the food offered might not always satisfy the rigorist for ceremonial purity. They were not to be sidetracked into fussiness about food and food laws.” [= Pada waktu pengkhotbah-pengkhotbah itu diterima, mereka harus menerima keramahan penerimaan tamu itu, dengan makan apa yang dihidangkan kepada mereka. Di daerah di seberang Yordan kemana mereka kelihatannya sedang pergi di sana ada banyak orang-orang non Yahudi dan makanan yang ditawarkan tidak selalu memuaskan orang-orang yang ketat dalam kemurnian yang bersifat upacara. Mereka tidak boleh dibelokkan dari jalur ke dalam kecerewetan tentang makanan dan hukum-hukum tentang makanan.].
William Hendriksen: “It must be borne in mind that the men who were being sent out on this mission - at least most of them, we may well assume - were Jews. But, as has been stated previously, as heralds of Jesus they were entering Trans-Jordan, a region where many Gentiles lived. That might create a problem with respect to food. So the Master tells these seventy-two men to go right ahead and eat whatever is placed before them, without asking any questions. Cf. I Cor. 10:25, 27. This directive was entirely in line with the rest of Christ’s teaching about matters clean and unclean. See Mark 7:14, 15, 19, and N. T. C. on these passages.” [= Harus diingat bahwa orang-orang yang sedang diutus pada missi ini - sedikitnya kebanyakan dari mereka, kita boleh menganggap - adalah orang-orang Yahudi. Tetapi, seperti telah dinyatakan sebelumnya, sebagai utusan-utusan Yesus mereka sedang memasuki Yordan, suatu daerah dimana banyak orang-orang non Yahudi tinggal. Itu bisa menciptakan suatu problem berkenaan dengan makanan. Jadi sang Tuan / Guru memberitahu ke 72 orang itu untuk pergi dan makan apapun yang dihidangkan kepada mereka, tanpa menanyakan pertanyaan-pertanyaan apapun. Bdk. 1Korintus 10:25,27. Pengarahan ini sepenuhnya sejalan dengan sisa dari ajaran Kristus tentang persoalan-persoalan tahir dan najis / tidak tahir. Lihat Markus 7:14,15,19, dan N. T. C. tentang text-text ini.].
Baca Juga: Ajaran Tentang Makanan Halal dan Haram Menurut Pandangan Alkitab
1Korintus 10:25,27 - “(25) Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. ... (27) Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.”.
Markus 7:14-15,18b-19 - “(14) Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: ‘Kamu semua, dengarlah kepadaKu dan camkanlah. (15) Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.’ ... (18b) Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, (19) karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?’ Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.”.
Penerapan: Bagaimana orang Advent bisa jadi misionaris dan mentaati kata-kata Yesus ini? Mereka masih memegang teguh larangan makan dalam Im 11!
Markus 7:14-15,18b-19 - “(14) Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: ‘Kamu semua, dengarlah kepadaKu dan camkanlah. (15) Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.’ ... (18b) Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, (19) karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?’ Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.”.
Penerapan: Bagaimana orang Advent bisa jadi misionaris dan mentaati kata-kata Yesus ini? Mereka masih memegang teguh larangan makan dalam Im 11!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America