4 HAK ISTIMEWA SEBAGAI ANAK ALLAH (YOHANES 1:12)

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa (hak) supaya MENJADI ANAK-ANAK ALLAH, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yohanes 1:12).
HAK ISTIMEWA SEBAGAI ANAK ALLAH
PENDAHULUAN

Seorang yang dibenarkan selalu merupakan penerima adopsi sebagai anak. Kita menjadi anak-anak Allah karena diberi hak. Dan itu diberikan hanya kepada mereka yang percaya kepada Kristus. Merek yang mendapatkan hak untuk menjadi anak-anak Allah, adalah mereka yang menurut Yohanes 1:13 dinyatakan sebagai : “orang-orang yang diperanakkan (dilahirkan baru) bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah”.

Ada dua cara seseorang bisa menjadi anggota suatu keluarga, yaitu melalui kelahiran dan adopsi. Yang pertama disebut sebagai melalui keturunan alami, dan yang kedua melalui suatu tindakan hukum. Dan kita dapat masuk ke dalam anggota keluarga Allah, yaitu melalui keduanya : kelahiran dan adopsi. Dan kelahiran baru merupakan prasyarat adopsi.

MENJADI ANAK ALLAH

Orang percaya pertama kali menjadi anak Allah karena pengangkatan (adopsi). Pengangkatan anak ini adalah suatu tindakan menurut hukum, di mana Tuhan menempatkan orang berdosa dalam kedudukan sebagai anak. Karena kebaikan Allah-lah orang percaya diterima menjadi keluarga Allah sendiri, dan pada saat yang sama menjadi ahli waris (pemilik atas seluruh hak sebagai seorang anak). Ketika Allah mengadopsi (mengangkat) kita sebagai anak dan masuk ke dalam keluarga-Nya, Ia menjamin bahwa kita bukan hanya memiliki hak istimewa sebagai anak-anak-Nya, tetapi juga mendapatkan keberadaan dan keadaan yang sesuai dengan status itu.

Dalam Roma 8:15, dikatakan,” ... tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Kata “menjadikan” (adopsi) di sini adalah huiothesia dari kata huios dan tithenai yang secara harfiah berarti “ditempatkan sebagai anak”. Dalam Yoh 1:12 dikatakan,” Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”. Kata “kuasa” dituliskan exousia yang berarti hak. Atau dengan kata lain “memberi hak secara hukum” sebagai anak-anak Allah.

Ketika orang berdosa diangkat menjadi anak Allah, mereka diperlengkapi dengan semua hak sebagai anak dalam keluarga Allah, dan menjadi ahli waris Allah bersama-sama dengan Kristus (Roma 8:17). Dan pada akhirnya akan mewarisi hidup yang kekal.

Istilah “ya Abba, ya Bapa” mula-mula dipergunakan Tuhan Yesus di taman Getsemani. Bila “Roh yang menjadikan kamu anak Allah” itu di dalam kita berseru,”ya Abba, ya Bapa”, itu tidak lain adalah Roh sang Anak yang dilahirkan kembali di dalam kita dan berseru kembali kepada Bapa-Nya. Kehadiran Kristus di dalam kita yang kita terima dengan langkah iman, yang memberikan kita hak untuk menjadi anak Allah. “Maka orang yang mempunyai Anak itu mempunyai hidup, dan orang yang tiada mempunyai Anak Allah itu, tiada mempunyai hidup itu” (1 Yohanes 5:12).

Roh Kudus yang melahirkan baru seseorang adalah juga Roh yang dikirim ke dalam hati orang yang diadopsi, yang berseru: ya Abba, ya Bapa. Roh yang melahirkan baru dan menyucikan kita serta membimbing kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa dengan penuh kesadaran.

Ungkapan ya Abba, ya Bapa merupakan suatu bentuk relasi yang khusus, dan intim yang Allah tetapkan bagi mereka yang percaya kepada nama Yesus. Itulah doa yang diajarkan oleh Yesus kepada para murid-Nya,”Bapa kami yang ada di sorga” (Matius 6:9). Sungguh luar biasa keajaiban kasih karunia-Nya,”Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah...” (1 Yohanes 3:1). Allah telah menetapkan mereka yang percaya di dalam nama Yesus sebagai anak-anak-Nya. Allah adalah Bapa kita dan Yesus sebagai saudara Sulung kita,”Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku." (Ibrani 2:13).

Menjadi anak bukanlah soal pengalaman tetapi soal kelahiran. Dan kita pun menjadi anak Allah karena proses kelahiran baru. Apa yang diperbuat Allah dalam hal pengangkatan ini sudah terjamin dan pasti. Allah mengutus Roh-Nya ke dalam hati kita,”Roh yang menjadikan kamu anak Allah” (Roma 8:15, Galatia 4:6). Itu merupakan Roh Anak Allah yang terdapat dalam hati yang percaya. Jadi, setiap orang yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi berarti telah menjadi anggota keluarga Allah. Dalam keluarga Allah tidak ada pembedaan bangsa dan ras; kita semua satu di dalam Kristus.

HAK ISTIMEWA SEBAGAI ANAK ALLAH

1. Karena kita adalah anak-Nya, kita dapat memanggil Allah sebagai Bapa

Yesus menyebut murid-murid-Nya sebagai saudara-saudara-Nya,”Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Matius 12:50). Yesus adalah Anak Allah dalam arti yang kekal dan unik. Kita hanyalah anak-anak angkat dalam keluarga Allah sebagai pribadi-pribadi yang ditebus oleh Anak-Nya, Yesus. 

Namun Yesus menyebut kita sebagai saudara laki-laki dan saudara perempuan-Nya. Itulah sebabnya dikatakan di dalam Ibrani 2:11-12,”Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya: "Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku...” Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus berkata kepada orang-orang perempuan ketika Ia bertemu dengan mereka,”Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku” (Matius 28:10).

Hanya mereka yang menerima Roh Anak-Nya dapat masuk ke dalam persekutuan yang INTIM dengan Bapa,”Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan Anak-Nya” (1 Yohanes 1:3). Oleh Roh itu kita dapat menyapa Allah,’ya Abba, ya Bapa” (Galatia 4:6,Roma 8:15). Sapaan atau panggilan ini merupakan hak istimewa bagi anak-anak saja. Budak atau hamba tidak diperbolehkan mempergunakan panggilan,’ya Abba, ya Bapa’.

Ungkapan “ya Abba” adalah cara yang paling INTIM seorang anak kecil pada jaman Yesus berada di bumi untuk dapat menyapa ayahnya. Jadi, kehadiran Yesus yang kita terima dengan iman, yang memberikan kita kuasa (hak) untuk menjadi anak Allah dan kita benar-benar diperlakukan-Nya sebagai anak-anak-Nya.

2. Karena kita adalah anak-Nya, kita dapat melayani Bapa dengan kebebasan sebagai anak

Allah benar-benar adalah Bapa kita. Kita mendekati-Nya sebagai Bapa, meskipun Dia Pencipta, Raja tertinggi, namun hubungan kita dengan Dia adalah hubungan Bapa-anak. Kita diperlakukan sebagai anak.

Karena kita adalah anak, maka kita dapat melayani Bapa dengan kebebasan sebagai anak tanpa rasa takut (Roma 8:15a), dapat dapat bertemu dengan Bapa setiap saat/waktu (Efesus 3:12). Apapun yang kita perlukan dan pikirkan, Bapa selalu siap bagi kita. Dan juga Yesus sepenuhnya menganggap kita sebagai saudara-Nya (Matius 25:40,12:50).

3. Karena kita adalah anak-Nya, kita dididik oleh Bapa

Karena Bapa mengasihi kita sehingga Dia menyisihkan waktu untuk mendidik kita untuk menjadi anak-Nya yang berharga. Bapa bertanggung jawab untuk mendidik kita pada pendewasaan rohani. Secara positif, ini mencakup perintah, bimbingan, dan pengajaran-Nya. Secara negatif, ini mencakup teguran, pengendalian dan disiplin (Ibrani 12:5-8).

4. Karena kita adalah anak-Nya, kita mendapat warisan dari Bapa

Bicara anak juga bicara soal warisan (Roma 8:17). Ada warisan yang diberikan Bapa pada kita sebagai anak angkat yang sah:

a. Kerajaan sorga (Matius 13:38, Kolose 1:13) sebab kita adalah anak Kerajaan dan Bapa membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang terkasih. Kerajaan itu dimulai dengan kelahiran baru (Roma 14:17). Akan tetapi kita akan mewarisi kerajaan sepenuhnya masih dalam waktu yang akan datang (Matius 13:43; 25:34).

b. Hidup kekal

Istilah “kekal” menunjuk secara awal dan utama pada mutu hidup, bukan pada lamanya. Karena kita tetap hidup benar bagi Tuhan, kehidupan itu terus sampai pada kekekalan. Karena itu hidup kekal mulai pada saat orang berdosa yang bertobat itu percaya (Yohanes 5:24). Namun dalam arti yang lain, hidup kekal itu masih dalam waktu yang akan datang, ketika Kristus kembali (Matius 25:46).

c. Berkat-berkat Allah

Kita dipanggil untuk mewarisi berkat dari Bapa kita (1 Petrus 3:9,Efesus 1:3). Bapa memberi kita kasih karunia demi kasih karunia (Yohanes 1:16); berkat rohani (Ef 1:3); damai sejahtera, sukacita oleh Roh Kudus (Rm 14:17).

d. Kemuliaan (Roma 8:17-18, 2 Korintus 2:18) di mana kita akan diubah menjadi serupa Kristus dengan kemuliaan yang terus bertambah oleh kuasa Roh.

TAHAPAN PENGANGKATAN MENJADI ANAK ALLAH

Mengenai tahapan pengangkatan ini jarang disampaikan di mimbar gereja bahkan luput dari pembahasan banyak para pengajar Kristen. Sebab selama ini dikesankan kuat bahwa menjadi anak-anak Allah adalah peristiwa yang terjadi secara otomatis dapat membuat seseorang berkeadaan sebagai anak-anak Allah.

Berikut adalah tahapan pengangkatan yang dibagi dalam tiga tahapan: masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

1. Tahapan pengangkatan yang sudah lampau

Alkitab berkata “sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya” (Efesus 1:4-5).

Perhatikanlah bahwa rencana Allah mengenai pengangkatan kita sudah sejak masa lampau, “sebelum dunia dijadikan”. Perhatikan juga bahwa pengangkatan diikuti bukan hanya oleh hak tetapi juga oleh suatu tanggung jawab. Sebagai anak-anak kita diharuskan agar menjadi suci serta mewakili Bapa kita dengan memperlihatkan karakter-Nya,”agar kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya”.

Keluarga Allah disebut orang suci-suci (Roma 1:7). Kita adalah orang-orang berdosa yang diampuni dan diangkat oleh Allah sebagai anak-Nya. Di sorga tidak ada tempat bagi anak-anak yang tidak suci, dan anak-anak yang tidak suci tidak dapat mengharumkan nama Allah di dunia ini

Baca Juga: Pengangkatan Sebagai Anak Allah

Mengakui Dia sebagai Bapa berarti bahwa Dia tidak malu untuk mengakui kita sebagai anak-anak-Nya. Menjadi anak Allah lebih daripada sekedar memiliki surat jalan ke sorga. Menjadi anak Allah juga berarti mempunyai Roh kesucian yang menjadi teladan ilahi baik di dalam kita maupun melalui kita, dan memang tabiat ilahi inilah yang ditanamkan Allah sejak dilahirkan baru,”Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita … supaya olehnya kamu beroleh bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari nafsu duniawi yang membinasakan dunia” (2 Petrus 1:3-4).

2. Tahapan pengangkatan pada masa sekarang ini.

Firman Tuhan berkata,”Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah” (1 Yohanes 3:2). Paulus juga mengatakan di dalam Galatia 4:6,”Karena kamu adalah anak” maksudnya pada masa sekarang ini. Ya, sekarang ini – di dunia ini, kita telah mengetahui bahwa kita adalah anak-anak Allah. Kenyataan ini seharusnya mendorong kita untuk hidup di dunia sekarang ini sebagai anak-anak Allah,”supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini” (Titus 2:12).

3. Tahapan pengangkatan yang masih akan jadi kelak – di masa akan datang.

Pengalaman kita di dalam hal pengangkatan belum sampai pada puncaknya. Kita masih mengalami kebinasaan tubuh, kesakitan dan kematian. Seperti juga makhluk ciptaan yang lain, kita berada di dalam belenggu kesakitan yang menuju kebinasaan. “Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Roma 8:23).

Bila pengangkatan kita sudah genap maka tubuh kita akan diubahkan di dalam kemuliaan. Mereka yang mati akan bangkit pula dengan tubuh yang sudah dipermuliakan (1 Korintus 15:43-49). Mereka yang masih hidup sampai kedatangan Kristus akan diubah sekejap tanpa mengalami kematian (1 Korintus 15:51-52).
Next Post Previous Post