3 RESPON NABI YUNUS ATAS PANGGILAN TUHAN

Pendahuluan.

Kitab Yunus menyajikan 3 (tiga) respon nabi terhadap panggilan Tuhan. Respon ini terlihat progresif dalam hal peningkatan kualitas pengertian Yunus akan isi hati Tuhan. Respon pertama Yunus adalah lari dari panggilan; lalu respon kedua adalah taat dan memenuhi panggilan dengan tidak sepenuh hati akibat pertobatan Niniwe. Sedangkan respon ketiga adalah mencuatnya pemahaman Yunus tentang kasih Allah pada Niniwe. Ketiga respon tersebut akan dijelaskan lebih mendalam di bawah ini.
3 RESPON NABI YUNUS ATAS PANGGILAN TUHAN
1. Melarikan Diri Dari Panggilan Tuhan

Nabi Yunus merupakan utusan Tuhan yang berfungsi untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada penduduk kota Niniwe. Dalam hal ini, Yunus diutus untuk menyampaikan kabar penghakiman Tuhan terhadap setiap kejahatan Niniwe dihadapanNya.

Persoalannya, Yunus adalah nabi yang berasal dari suku bangsa Yahudi yang secara geo-politik justru sedang berada di dalam ancaman serbuan orang-orang Niniwe. Unsur keberatan terlihat mendominasi bagian ini. Bagaimana mungkin Yunus sebagai bangsa Yahudi, justru diutus memberitakan kabar hukuman dan pengampunan Allah kepada musuh bangsanya sendiri.

Dapat dimengerti mengapa Yunus keberatan untuk memperingatkan Niniwe. Hal itu berarti dia menolong musuh bangsanya. Sebaliknya, sangat logis jika Yunus justru menghendaki dari dirinya sendiri atas nama solidaritas bangsa untuk melihat kehanduran Niniwe melalui penghakiman Allah. Di dalam pikirannya, datang ke sana untuk memperingatkan dan mempertobatkan Niniwe adalah sebuah kesalahan besar.

Yunus lupa, bahwa kesalahan terbesar jutsru terjadi ketika ia secara sadar mengutamakan keinginan pribadinya untuk melawan perintah Allah. Inilah yang menjadi alasan dibalik tindakan Yunus melarikan diri. Nabi muda ini memutuskan pergi ke arah yang berlawanan dari tujuan yang sudah ditetapkan sebagai tugas baginya. Yunus memutuskan berlayar ke Tarsis.

Kata asli Ibrani untuk melarikan diri menurut Renn adalah ‗barah‘ yang memiliki arti menjauh. Niniwe berada jauh di Timur Laut dari Yerusalem sekitar Irak sedangkan Tarsis berada jauh di Barat Laut dari Yerusalem di Turki dan Yunus pergi ke Yafo untuk mencari kapal ke Tarsis yang sekarang merupakan kota pelabuhan Haifa di Israel. Artinya, Yunus bergerak ke arah yang berlawanan dari tujuan Tuhan.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Yunus melarikan diri menjauh dari tugas panggilan Tuhan atas hidupnya karena Yunus dipanggil untuk memberitakan peringatan dan hukuman Tuhan atas kota Niniwe. Dalam tahapan ini, Yunus dikatakan, belum memiliki pengertian utuh di dalam memahami kehendak Tuhan. Yunus semata-mata membangun pengertian sendiri atas mandat ilahi tersebut.

Cara pandangnya sebagai seorang Israel, lebih melihat Niniwe sebagai musuh yang harus dihancurkan daripada kasih atas atas kota itu dan seluruh penduduknya. Hal ini ditopang oleh konsep supremasi keselamatan di dalam Perjanjian Lama, bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Bukan Niniwe. Yunus tidak dapat memahami mengapa dia harus diutus ke Niniwe memperingatkan kota itu.

Dapat disimpulkan bahwa Yunus menghendaki Niniwe berada di dalam penhukuman Tuhan mengingat segala kejahatan dan ancaman Asyur atas Israel. Sentimennya sebagai bangsa pilihan Tuhan terusik. Apabila Niniwe dihancurkan maka bangsa Israel akan tetap eksis di kawasan.

Persoalannya, keigninan Yunus tersebut tidak selaras dengan keinginan Tuhan. Justru Tuhan tidak ingin menghancurkan Niniwe jika kota itu menanggapi dengan baik peringatan dari Tuhan melalui Yunus. Buktinya, Tuhan tidak perlu mengutus Yunus pergi ke Niniwe jika IA tidak mengasihi kota itu. Tuhan dapat langsung menghancurkan Niniwe tanpa peringatan.

Tujuan dari peringatan adalah agar pihak kedua sadar dari perbuatannya yang salah dan berbalik dari jalan-jalannya yang jahat. Allah sebagai pihak pertama menyatakan superioritasnya kepada Niniwe sebagai pihak kedua. Dalam hal ini, pihak kedua tidak memiliki pilihan kecuali meresponi peringatan tersebut dengan pertobatan atau bersiap-siap menerima hukuman dan murka Tuhan.

Oleh karena itu, proses pelarian Yunus adalah jelas merupakan usaha menghindari panggilan Allah. Itu merupakan sebuah pelanggaran. Jelas terlihat saat di kapal hampir tenggelam dilanda badai, Yunus dengan sadar mengakui kepada seluruh penumpang, bahwa karena dirinya kapal dan seisinya terancam tenggelam. Dengan rela hati Yunus meminta agar dibuang ke laut agar badai berhenti.

Episode pelarian Yunus dapat diimplementasikan di dalam kehidupan anak-anak Tuhan yang juga terlihat melarikan diri dari panggilan Tuhan. Setiap usaha pelarian itu selalu berbuah kesulitan dan mengarah pada jalan yang berlawanan dari panggilan. Badai menjadi sebuah konsekuensi dari pelarian tersebut. Hal mendasar yang menjadi sebabnya adalah ketidakpahaman anak-anak Tuhan atas makna panggilan dan tujuan Tuhan.

Dampak ketidakpahaman ini adalah menguatnya kepentingan, tujuan dan ambisi pribadi. Oleh sebab itu, badai hanya dapat berhenti jika terjadi pembalikan arah dan kembali memenuhi panggilan Tuhan. Panggilan Tuhan kepada setiap anak Tuhan adalah untuk bersaksi tentang siapa Kristus dan menjadikan semua orang menjadi murid Kristus dengan menaati perintah yang diajarkan Yesus sendiri.

Seperti dikatakan di dalam Yohanes 15:16 bahwa Yesuslah yang memilih kita agar diselamatkan bukan hasil jerih payah manusia, sehingga sebagai ucapan syukur karena telah diselamatkan, seharusnya setiap orang percaya terus bersaksi kepada orang-orang yang belum diselamatkan. Menurut Dever, belajar dari kasus Yunus, bahwa tidak ada seorangpun dapat melarikan diri dari panggilan Tuhan ketika IA menghendaki

2. Taat Namun Setengah Hati

Setelah Yunus dimuntahkan dari mulut ikan besar yang menelannya, Tuhan mengulang lagi perintahNya kepada Yunus untuk segera pergi ke Niniwe. Kali ini Yunus taat. Di kota itu ia menyampaikan peringatan akan datangnya hukuman Tuhan dalam 40 hari ke depan sehiranya kota itu tidak bertobat.

Suatu hal yang menakjubkan terlihat di dalam narasi kitab ini. Seluruh isi kota Niniwe memberikan respon yang sangat bertolak belakang dengan respon Yunus sewaktu pertama kali ditugaskan ke sana. Kota ini dibawah perintah raja melakukan pertobatan masal dengan memakai oakaian kabung dan berpuas hingga pada ternak-ternak mereka. Dampaknya sangat luar biasa. Di dalam Yunus 3:10 dikatakan Allah menyesal dan tidak jadi menghukum Niniwe karena melihat pertobatan yang sungguh-sungguh dari kota itu.

Bagaimana dengan Yunus? Rupanya nabi muda ini masih belum beranjak dari sentimen rasialnya. Di dalam pasal 4:1 dikatakan bahwa kejadian tersebut mengesalkan hati Yunus sehingga Yunus marah. Yunus mengatakan bahwa dia tahu kalau adalah Allah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkanNya.

Dalam hal ini Yunus jelas mengetahui bahwa Allah pasti akan mengampuni Niniwe ketika bertobat. Akan tetapi Yunus tidak ingin hal tersebut terjadi. Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, Yunus lebih suka Niniwe dihancurkan.

Disini terjadi konflik kepentingan Yunus sebagai pribadi nabi dengan kehendak Tuhan yang mengutus nabi tersebut. Yunus taat namun tidak sepenuh hati menjalankan tugas dari Tuhan karena dia memiliki motivasi berbeda di dalam hati dan pikirannya. Walaupun menurut Pfeiffer, Yunus merasa malu ketika nubuatan yang dia sampaikan tidak terjadi dan hukuman dibatalkan secara sepihak oleh Tuhan akibat pertobatan Niniwe.

Kemarahan Yunus memuncak dengan meminta Tuhan mencabut nyawanya. Narasi yang ditonjolkan disini khas dengan seperti sastra hikmat orang Ibrani, yakni penggunaan kalimat yang sarkastik.16 Ini merupakan bentuk perlawanan Yunus terhadap Tuhan, sekalipun Yunus sadar bahwa dirinya tidak mungkin melawan Tuhan. Narasi ini seperti penyerahan diri semu yang membungkus kegundahan hatinya melihat sikap Allah.

Hal yang serupa juga sering diperlihatkan oleh anak-anak Tuhan. Terlihat seperti Yunus, yang taat memenuhi panggilan, tetapi sebenarnya melakukan itu tidka dengan hati yang penuh karena mengalami konflik kepentingan dan perbedaan motivasi. Ketika hasilnya tidak sesuai kehendak hati, muncul perlawanan kepada Tuhan melalui ekspresi verbal. Sikap ini memperlihatkan penyerahan diri yang semu. Perlawanan terhadap kehendak Tuhan tetap timbul di dalam hati.

Mengapa? Kegagalan memahami jalan pikiran Tuhan adalah sebab utamanya. Tuhan sayang pada setiap manusia, sebagai puncak ciptaanNya, tanpa melihat manusia itu berasal dari suku bangsa Israel atau tidak. Yunus gagal melihat keberhargaan manusia sebagaimana Allah melihatnya. Mata Yunus dan anak-anak Tuhan yang seperti ini, seharusnya terbuka menyaksikan ekspresi kasih Tuhan atas semua bangsa.

Hadirnya PB meneruskan PL bukanlah menggantikan posisi Israel sebagai umat pilihan Allah dengan bangsa-bangsa. Karya Allah atas Israel tetap berlanjut tetapi di dalam PB, terjadi perluasan. Keselamatan juga menjadi hak dan bagian bangsabangsa. Kegagalan memahami konsep ini akan membuat anak-anak Tuhan seperti Yunus yang mencoba protes secara verbal. Terlihat taat tetapi tidak sepenuhnya. Maka yang terjadi adalah sikap melawan Tuhan secara rohani

3. Taat dengan Penuh Pengertian

Di dalam Yunus 4:11 sebagai ayat terakhir, seolah masih ada bagian bersambung karena diakhiri dengan bentuk pertanyaan namun tidak memiliki jawaban. Akan tetapi, justru di bagian akhir inilah, terpampang dengan sangat deskripsi isi hati Tuhan yang sesunguhnya. Bagian ini adalah keterusterangan Tuhan kepada Yunus. Tuhan mengasihi Niniwe dengan penduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang karena penduduk kota itu adalah ciptaanNya.

Cara Tuhan menmbentuk pengertian Yunus sangat unik. Sebagaimana nabi muda yang sedang ‗patah semangat‘ ini menyayangi pohon jarak yang tidak ditanamnya, terlebih Tuhan menyayangi manusia sebagai ciptaanNya. Dalam komsep ini terlihat ada sebuah batas teologis yang menyatakan sifat Tuhan sebagai pribadi yang lebih mengasihi dan menyayangi ciptaanNya daripada membinasakannya. Pfeiffer mengatakan, Tuhan sampai bertanya kepada Yunus apakah Yunus layak untuk marah atas pohon jarak tersebut untuk menunjukkan ketidak salehannya sebagai nabi Allah.

Walaupun tidak ada jawaban dari Yunus atas pertanyaan Tuhan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Yunus mengalami transformasi pengertian dan perubahan hati, sehingga tidak ada alasan bagi Yunus untuk marah ketika Niniwe bertobat dan Tuhan tidak jadi membinasakan kota itu. Disini terlihat kesabaran Allah dikontraskan dengan ketidaksabaran manusia (Yunus). Semuanya ini bermula pada satu titik yakni pengenalan akan pribadi Tuhan sendiri. Kedalaman akan pengenalan Tuhan akan mengarahkan siapapun untuk memahami isi hati-Nya.

Di ayat terakhir kitab Yunus, terkandung makna rohani yang sangat kuat tentang keinginan Allah atas keselamatan Niniwe. Inilah yang menjadi sebuah tipologi yang muncul di Perjanjian Baru, bahwa Tuhan memiliki agenda keselamatan terhadap semua bangsa melalui Kristus. Zaluchu mengatakan, kitab Yunus ini ditutup dengan perbedaan perspektif antara Yunus dan Tuhan.

Jadi dapat dikatakan bahwa isi hati Tuhan adalah keselamatan bagi semua bangsa yang ada di bumi, dan Tuhan menghendaki setiap anak Tuhan memahami isi hatiNya. Hal ini tidak terbantahkan bahwa Tuhan menghendaki setiap orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus, diutus menjadi saksiNya dan memuridkan jemaat. Kualitas ketaatan di dalam pengertian penuh akan panggilan-Nya menjadi syarat mutlak.

Setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, memberitakan Injil dan memuridkan sesamanya. Maka, dapat dinyatakan bawah tidak ada satupun orang percaya Yesus Kristus yang luput dari panggilan untuk menjadi saksiNya, sebagaimana dicirikan oleh jemaat mula-mula di Yerusalem. Lari seperti Yunus hanya akan mencederai panggilan itu sendiri. Jemaat mula-mula di Yerusalem adalah contoh terbaik pemenuhan terhadap panggilan Allah ditengah kesulitan dan aniaya.

Berdasarkan penelitian dan analisa di atas, maka dapat dikatakan bahwa di dalam pelayanan, hendaknya setiap anak Tuhan memahami isi hati Tuhan terlebih dahulu sebelum meresponi panggilan Tuhan di dalam hidupnya. Hal ini diperlukan agar respon tersebut tepat dan selaras dengan kehendak Tuhan sendiri. Pelayanan adalah sebuah tugas yang dimandatkan. Karena tindakan yang didasari atas pengertian dan pemahaman yang salah, akan menghasilkan respon yang tidak sesuai dengan mandat yang diterima. Ini yang disebut sebagai lari dari panggilan.

Jalan keselamatan yang ditawarkan Yunus kepada Niniwe melalui pertobatan, selaras dengan maksud kedatangan Yesus di dunia ini. Tujuan Yesus datang ke dunia adalah menjadi jalan keselamatan kepada setiap orang yang percaya. Yesus mengajar tentang kebenaran absolut tentang Kerajaan Allah sehingga diharapkan setiap anak Tuhan dapat dengan sungguh-sungguh taat kepada perintahNya dan menjadi warga kerajaan Allah yang bertanggung-jawab. Ciri utamanya adalah ketaatan sepenuhnya.

Pengenalan terhadap isi hati Tuhan akan mendorong pelayanan, dan pelayan yang diutus, berada di dalam track panggilan Tuhan. Haisl dari pelayanan seperti ini akan maksimal dan dapat dipertanggungjawabkan secara teologis.

Baca Juga: Yunus 3:1-10 (Kasih Allah, Kedaulatan Allah Dan Tanggung Jawab Manusia)

Pendapat Pfeiffer patut direnungkan. Serangkaian tindakan Allah terhadap Yunus jelas-jelas memiliki suatu tujuan untuk menunjukkan kebodohan dari ketidapedulian spiritual Yunus terhadap kesejahteraan manusia, dengan membandingkannya dengan perhatian besar Yunus atas kesejahteraan fisiknya sendiri. Yunus akhirnya memahami isi hati Tuhan dan dapat menerima keputusan Tuhan atas Niniwe. Cukup Yunus yang memiliki pengalaman ditelan ikan besar atas ketidaktaatannya.

KESIMPULAN

Respon Yunus memberikan tiga dimensi pembelajaran terhadap panggilan Tuhan yakni: meresponi tidak taat dengan melarikan diri dari panggilan, taat namun tidak sepenuh hati, dan taat sepenuh hati karena memiliki pengertian yang penuh. Tentu saja dalam hal ini, respon Yunus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya pengertian Yunus akan isi hati Tuhan. Dengan bertambahnya pengertian akan isi hati Tuhan, maka anak Tuhan akan memberikan respon yang tepat terhadap panggilannya. -Yimmy Iskandar
Next Post Previous Post