SIKAP ORANG KRISTEN MENGHADAPI PENDERITAAN

Bagaimana kita bersikap dalam menghadapi penderitaan? Mengapa Allah mengijinkan kita menderita karena iman kepada Yesus? Apa yang diajarkan oleh Alkitab tentang penderitaan sebagai orang Kristen?
SIKAP ORANG KRISTEN MENGHADAPI PENDERITAAN
PENDERITAAN ORANG KRISTEN

Saya membagi penderitaan dalam tiga kategori yaitu:

1. Penderitaan karena iman kepada Yesus (1 Petrus 4:12-19).

a. Penderitaan adalah kasih karunia Allah (Filipi 1:29)

Penderitaan dan keselamatan adalah kasih karunia Allah, dan untuk mengikut Yesus ada resiko yang perlu dipikul (Kis 5:40-42). Inilah proses memikul salib (Lukas 9:23). Tanpa memikul salib, tak akan ada mahkota.

b. Penderitaan adalah bagian dari kehidupan iman orang percaya (2 Timotius 3:12)

Semua orang percaya di seluruh dunia juga menderita hal yang sama yaitu karena keselamatan di dalam Yesus (1 Ptr 5:9). Penderitaan yang dialami orang Kristen adalah penderitaan karena Kristus dan bersama Kristus serta untuk Kristus (2 Tesalonika 1:4-5), bukan karena kejahatan kita.

c. Penderitaan adalah harta yang berharga bagi orang percaya.

Musa telah membandingkan betapa berharganya penderitaan bersama Yesus dari pada segala harta bendawi di Mesir, sebab Musa tahu jalan hidupnya untuk mencari harta tersebut (Ibrani 11:24-26; Matius 13:44-46). Dengan demikian, semua penderitaan itu ada tujuannya (Yakobus 1:2,12). Tuhan tidak pernah mengijinkan kita menderita tanpa maksud Tuhan di dalamnya. Karena itu, bergumullah dengan Tuhan untuk menemukan maksud-Nya bagi Saudara.

2. Orang Kristen menderita karena dicobai oleh keinginan dirinya sendiri (Yakobus 1:14)

Hal ini biasanya terjadi karena orang Kristen itu sudah tidak lagi mengikuti kehendak Allah, hubungan dengan Allah kendor lalu mulai mengikuti keinginannya sendiri.

Banyak orang Kristen masih dibelenggu oleh berbagai keinginan, sehingga hidup mereka hanya digerakkan oleh berbagai keinginannya sendiri. Jadi, kalau seseorang tidak menghentikan keinginannya pada dasarnya ia membawa kepada pencobaan dan kebinasaan. Sebab kalau seseorang tidak bisa menghentikan keinginannya sendiri seturut kehendak Tuhan, maka ia belum menempatkan Tuhan di tempat teratas dan sepantasnya di dalam hidupnya. 

Baginya, yang ditempatkan di tenpat teratas adalah keinginannya sendiri. Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang tidak menghormati Tuhan. Dengan kata lain, mereka memandang rendah Tuhan. Manusia seperti ini gagal, sebab manusia yang tidak hidup seturut kehendak Penciptanya adalah produk gagal. Mereka akan menjadi sampah abadi di kegelapan abadi.

3. Orang Kristen menderita karena serangan Iblis.

Contoh adalah Ayub seorang yang saleh namun menderita karena serangan iblis. Tetapi dengan ketaatan, Ayub bukannya jatuh ke dalam dosa melainkan menjadi semakin lebih teguh imannya kepada Allah.

TUJUAN TUHAN DI BALIK PENDERITAAN

Kita percaya pada Firman Tuhan bahwa semua penderitaan itu ada tujuan Tuhan di dalamnya (Yakobus 1:2,12). Tuhan tidak pernah mengijinkan kita menderita tanpa maksud di dalamnya. Di antara maksud-Nya adalah:

1. Membuktikan bahwa kita sungguh-sungguh murid Yesus (1 Petrus 2:21).

2. Mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28)

Tuhan pasti mendatangkan kebaikan dalam segala sesuatu, termasuk dalam penderitaan sekalipun Tuhan tetap hadir dan bekerja di dalamnya untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia.

3. Memurnikan iman kita (Yakobus 1:3)

Setiap iman anak-anak Tuhan pasti akan diuji. Bila iman kita tidak pernah diuji, maka keanggotaan kita sebagai warga Kerajaan Allah diragukan. Sebab penderitaan adalah suatu bukti, tanda kelayakan bahwa seseorang adalah anggota Kerajaan Allah (2 Tesalonika 1:4-5).

4. Membuat kita semakin bertumbuh dewasa

Yakinlah bahwa setiap kali Tuhan mengijinkan penderitaan menimpa kita, tentu guna pertumbuhan iman kita semakin kuat dan bagi kemuliaan-Nya. Dan hasilnya akhirnya adalah mahkota (1 Petrus 1:6-7 band Yakobus 1:2-4).

5. Supaya semakin suci dan menjadi serupa dengan Yesus (Roma 8:29).

Injil akan membuka mata pengertian kita sehingga kita dapat mengerti dengan tepat macam apakah manusia yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Rencana Allah sejak semula adalah merancang manusia menjadi umat pilihan yang serupa Anak-Nya sendiri, yaitu Yesus. Jadi, Yesus adalah model manusia yang dikehendaki oleh Bapa. Bapa akan menggarap kita melalui berbagai kejadian hidup supaya kita menemukan “grand design” Allah yang sangat luar biasa.

6. Mengerjakan kemuliaan kekal (Roma 8:17)

Mengikuti Yesus adalah jalan salib dan inilah jalan menuju pada kemuliaan kekal. Firman Tuhan berkata,”…Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu” (1 Petrus 4:12-14).

SIFAT PENDERITAAN

Meskipun penderitaan pada mulanya mendatangkan dukacita, namun ini hanya sementara saja (1 Petrus 1:6-7 ; Yohanes 16:16-22) tetapi pada akhirnya kita akan bersukacita untuk selama-lamanya. Satu hal lagi, yang lebih penting untuk kita ketahui bahwa selalu ada kuasa Tuhan di dalam penderitaan (1 Petrus 4:14). Kuasa Roh Kudus akan memenuhi, mendukung, menguatkan kita untuk membawa kita pada kemenangan-Nya.

SIKAP ORANG KRISTEN MENGHADAPI PENDERITAAN

Bagaimana kita kuat menghadapi penderitaan karena iman kepada Yesus? Berikut sikap yang perlu dimiliki oleh orang percaya:

1. Berdoa (Yakobus 5:13).

Bukan saja pada saat kita mengalami penderitaan kita baru berdoa, tetapi setiap hari kita perlu berdoa agar Allah melindungi kita dari serangan iblis dan tidak jatuh ke dalam pencobaan (Lukas 22:40 band 1 Tesalonika 5:17).

2. Merenungkan dan juga menghafal Firman Allah

Menghafal Firman-Nya bukan hanya sekedar untuk melawan serangan iblis saja, tetapi untuk menguatkan iman (Roma 10:17) dan meneguhkan iman kita bahwa Tuhan tidak membiarkan umat-Nya terus tinggal kesulitan (1 Korintus 10:13), sehingga keinginan daging dapat dikalahkan. Firman-Nya harus sudah menjadi bagian hidup kita, siap sedia sebagai senjata melawan iblis (Lukas 4:1-13).

3. Tunduk dan taat kepada kehendak Allah (Yakobus 4:7)

Artinya kita tetap bersukacita, bersabar dan tidak membalas dengan kejahatan (Yakobus 5:8-11; 1 Petrus 1:6), sebaliknya menyerahkan hidup kita pada kehendak Tuhan (Efesus 5:17, Ibrani 4:9-11) sama seperti Kristus yang taat mutlak pada kehendak Bapa bagi keselamatan kita.

4. Saling menguatkan iman satu sama lain, pada saat mengalami penderitaan (Kolose 3:16-17,Ibrani 10:24-25).

PEGANG JANJI TUHAN

1. Tuhan setia dan menaungi kita (Yohanes 10:29)

2. Tuhan pasti memberi jalan keluar dalam kesulitan kita (1 Korintus 10:13)

3. Tuhan akan menguatkan, meneguhkan dan memelihara kita dari yang jahat (2 Tesalonika 3:3). Tuhan tidak akan pernah membiarkan dan meninggalkan kita bergumul seorang sendiri (Ibrani 13:5)

BELAJARLAH PADA YESUS

Betapa beratnya perjalanan Yesus sebagai Anak Manusia dengan cara berpikir dan gaya hidup yang sangat berbeda dengan apa yang dikenakan manusia pada umumnya. Pada jaman-Nya, Ia menjadi seperti pesakitan di tengah orang-orang yang menolak kehadiran-Nya serta apa yang diajarkan. Tetapi inilah pertaruhan yang tidak bisa dihindari sebagai Anak Allah yang mau melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34).

Jadi, ternyata Yesus sebagai manusia yang dalam segala hal disamakan dengan manusia lain. Yesus bisa berhasil melakukan kehendak Bapa dan melewati segala pencobaan dan tampil sebagai PEMENANG (Ibr 2:17-18). Kalau Ia bisa melewati pencobaan dan menang, maka Ia bisa menolong orang percaya yang bermaksud mengikuti jejak-Nya yang harus melewati pencobaan yang Yesus juga alami. Dari pernyataan Ibrani 2:17-18 tersebut secara tidak langsung Yesus memberikan JAMINAN bahwa orang percaya juga dapat menjalani hidup seperti yang telah dijalani-Nya. Inilah kabar baik.

Ibrani 5:5-10 mengatakan,”Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya”, yang menjadikan-Nya sempurna melalui penderitaan-Nya, dan “sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya”.

Tuhan Yesus adalah sungguh-sungguh menjadi manusia sama seperti kita. Sebagai manusia, Tuhan Yesus pun belajar taat kepada Bapa. Ketaatan sejati hanya bisa lahir dari kehendak individu manusia sendiri. Ketaatan tanpa kehendak bebas dan kerelaan serta potensi bisa gagal adalah ketaatan yang palsu dan tidak berkualitas secara etis. Jelas dikatakan Ibrani 5:8-10 di atas bahwa kematian Yesus dihasilkan dari kerelaan dan ketaatan-Nya pada Bapa.

Seperti Tuhan Yesus taat pada Bapa atas kehendak-Nya sendiri, demikian juga seharusnya orang Kristen taat pada Bapa atas kehendaknya sendiri dengan sadar dan sengaja dengan niat serta usaha yang sungguh-sungguh.

Tuhan Yesus sungguh-sungguh menderita baik fisik maupun mental demi ketaatan-Nya tanpa syarat kepada Bapa supaya kita beroleh keselamatan. Jadi, penderitaan yang dialami Tuhan Yesus adalah nyata, bukan sandiwara.

Marilah kita mempelajari pergumulan yang dialami Tuhan Yesus dari Matius 26:36-46. Pergumulan Tuhan Yesus sebelum disalibkan dimulai di Taman Getsemani. Tuhan Yesus membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka:”Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mata rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga dengan Aku” (ayat 37-38). Tuhan Yesus menjadi sedih dan tergoncang serta ketakutan. Ini menunjukkan bahwa Dia benar-benar manusia sama seperti kita. Paulus mengatakan dalam Filipi 2:7,”...melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Karena itu, dalam menghadapi penderitaan, orang percaya dituntut belajar pada Yesus yang taat pada Bapa-Nya. Yesus belajar menjadi taat, dan Ia mempelajari ketaatan ini melalui penderitaan yang Ia alami. Ketaatan Yesus pada Bapa bukan ketaatan yang pura-pura atau abstrak tetapi nyata/riil. John Murray mengatakan :

“Adalah suatu keharusan untuk Ia dijadikan sempurna melalui penderitaan-Nya dan menjadi pembuat keselamatan melalui penyempurnaan itu. Tentu saja, kesempurnaan ini bukannya kesempurnaan yang dituntut dari dosa kepada kesucian. Ia memang selamanya suci, tidak bercela, tidak ada cacatnya dan terpisah dari orang berdosa. Tetapi kesempurnaan ini adalah pengembangan dan pertumbuhan melalui latihan dan jalur ketaatan-Nya – Ia belajar menjadi taat ”.

Baca Juga: Yakobus 5:7-11 (Sikap Benar Menghadapi Penderitaan)

Ketaatan yang dipelajari-Nya melalui penderitaan, dan yang disempurnakan di dalam penderitaan kematian-Nya di kayu salib, merupakan ketaatan yang menetapkan karya dan penggenapan-Nya sebagai pokok/pembuat keselamatan. Melalui kataatan itulah Ia menjamin keselamatan kita.

PENUTUP

a. Penderitaan orang Kristen bisa disebabkan karena serangan iblis, mengikuti keinginan daging, juga bisa karena kehendak Allah. Jika penderitaan itu datang dari iblis, lawanlah dengan doa, firman dan iman yang teguh. Jika pernderitaan itu datang karena mengikuti keinginan daging, bertobatlah dan berbaliklah kepada Allah, mohon pengampunan-Nya dan lakukan Firman-Nya serta minta dipimpin oleh Roh Kudus untuk taat kepada-Nya (Galatia 5:16,25). Jika karena kehendak Allah, taatlah. Tentu ada kasih karunia Tuhan bagi kita.

b. Dalam penderitaan ingatlah bahwa Allah akan memberi jalan keluar dan meteraikanlah segala janji-janji-Nya sehingga dapat meneguhkan iman kita.

”Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa” (Ibrani 12:3-4)

“ Sebab penderitaan ringan sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami” (2 Korintus 4:17).

Kelak Allah tidak akan menguji kepandaian kita, tetapi Ia menguji hati kita : mungkin pula terjadi seseorang mengetahui banyak teologi, tetapi akhirnya binasa!

Allah tidak dapat dicapai oleh Ilmu Pengetahuan (Teologi), melainkan oleh perjumpaan pribadi dengan Dia dalam doa dan firman.
Next Post Previous Post