2 HAL YANG DILAKUKAN YESUS PADA USIA 13-29 TAHUN
Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.
Apa yang dilakukan Yesus pada usia 13-29 tahun itu? Sebenarnya Alkitab tidak diam sama sekali. Yang terjadi adalah Alkitab hanya memberikan informasi secara umum dan singkat sekali.
Pada “Silent Period” yang pertama (3-11 tahun) Lukas memberikan keterangan : gadget, bisnis, otomotif |
Lukas 2:40 -Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Pada “Silent Period” yang kedua (13-29 tahun) Lukas memberikan keterangan :
Lukas 2:51-52 : (Lukas 2:51) Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan Besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
Dari ayat-ayat ini terlihat bahwa pada “Silent Period” itu Yesus tidak ke mana-mana. Ia tinggal bersama orang tuanya di Nazaret, Ia dibesarkan di sana sampai Ia berusia 30 tahun dan memulai pekerjaan pelayanan-Nya. Kesimpulan ini didukung juga oleh fakta bahwa Yesus dikenal masyarakat umum sebagai “Orang Nazaret”.
Matius 21:11 -Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea."
Matius 26:71 -Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu."
Markus 10:47 -Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
Lukas 18:36-37 –(Lukas 18:36) Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?" (37) Kata orang kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat.
Coba pikirkan, jika Yesus telah menghilang dari Nazaret pada umur 13 tahun dan baru kembali umur 29 tahun dan langsung terjun ke medan pelayanan, apakah ia akan dikenal sebagai “Orang Nazaret”? Saya kira tidak! Kalau Dia menghabiskan separuh hidup-Nya di India atau Tibet, maka sangat mungkin Ia dikenal sebagai “Yesus Orang India” atau “Yesus Orang Tibet”. Jadi dikenalnya Ia sebagai “Orang Nazaret” memberikan arti bahwa Ia memang tinggal dan besar di Nazaret. Bandingkan :
Lukas 4:16 -Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
Dalam ayat ini secara eksplisit dikatakan bahwa Nazaret adalah tempat Yesus dibesarkan (bukan di India) dan Yesus biasa pergi ke rumah ibadah setiap hari Sabat. Kalimat ini tentu tidak cocok kalau Yesus mengembara dari umur 13 tahun dan baru kembali umur 29 tahun.
Kalau memang Yesus tidak ke mana-mana dan hanya tinggal di Nazaret saja, lalu apa saja yang Ia lakukan sehari-hari? Tentu saja Ia hidup seperti masyarakat pada umumnya, bermain bersama dengan anak-anak sebayanya.
Tetapi ada 2 hal penting yang pasti dilakukan-Yesus Kristus usia 13-29 :
1. Yesus Kristus bersekolah.
Perlu diketahui bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa yang sangat menekankan pendidikan. Tahapan-tahapan pendidikan mereka adalah :
MIQRA untuk anak berumur 5-10 tahun (belajar membaca Taurat). Biasanya kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan di rumah ibadah yang sering disebut sebagai “Beth Hassepher” (Rumah Buku). Ini semacam SD.
1. Yesus Kristus bersekolah.
Perlu diketahui bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa yang sangat menekankan pendidikan. Tahapan-tahapan pendidikan mereka adalah :
MIQRA untuk anak berumur 5-10 tahun (belajar membaca Taurat). Biasanya kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan di rumah ibadah yang sering disebut sebagai “Beth Hassepher” (Rumah Buku). Ini semacam SD.
MISHNA untuk anak berumur 10-12 tahun. Juga dilaksanakan di “Beth Hassepher”. Ini semacam SMP.
TALMUD untuk anak berumur 12-19 tahun (pada abad pertengahan berubah menjadi 13 tahun). Ini juga dilaksanakan di “Beth Hassepher”. Ini semacam SMU / SMA.
TALMUD untuk anak berumur 12-19 tahun (pada abad pertengahan berubah menjadi 13 tahun). Ini juga dilaksanakan di “Beth Hassepher”. Ini semacam SMU / SMA.
Selanjutnya mereka yang mau melanjutkan sekolah teologia, boleh memasuki pendidikan keimaman / pengajar Taurat yang bernama MIDRASH di“Beth Midrash” (Rumah Belajar).
Note: Dari kata MIDRASH inilah muncul kata MADRASAH.
Usia minimal untuk pendidikan ini adalah 20 tahun dan sudah harus menamatkan pendidikan pada tingkat-tingkatan sebelumnya. Jadi ini semacam kuliah. Lamanya pendidikan ini adalah 10 tahun yang meliputi pendidikan untuk jabatan imam pendamping, imam muda, hingga imam kepala sehingga orang baru bisa tamat dari sana pada umur 30 tahun.
Note: Bandingkan dengan banyak orang yang mau melayani secara fulltime tapi tidak mau sekolah atau mau sekolah kilat saja 6 bulan langsung menjadi pendeta.
Dan setelah itu barulah ia boleh mengajar di muka umum, di rumah ibadah atau bahkan di Bait Allah dan boleh dipanggil Rabi.
Anonim- Tidak semua orang punya hak / akses mengajar di bait suci. Bahkan Yohanes Pembaptis tidak melakukan itu. Karena hanya mereka yang punya latar belakang pendidikan keimaman dan Taurat yang boleh mengajar di Bait Suci…. Para alumni / lulusan sekolah imam itu biasanya dipanggil : Rabbi atau Guru. Sebutan ini Khas karena menunjukkan suatu jabatan. Tidak semua orang boleh dipanggil Rabbi atau Guru. Kecuali mereka yang pernah menempuh Study Teologi di sekolah-sekolah imam. (http://www.sarapanpagi.org).
Jika demikian mari sekarang kita melihat data-data tentang Yesus :
Dia memulai pelayanan-Nya yang meliputi pelayanan pengajaran pada usia 30 tahun. Suatu usia yang cocok dengan aturan agama Yahudi untuk mulai mengajar di muka umum.
Dia diizinkan oleh pengurus / pejabat rumah ibadat untuk mengajar umat di rumah ibadat.
Lukas 4:15-21 –(Lukas 4:15) Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. (Lukas 4:16) Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. (Lukas 4:17) Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: (18) "Roh Tuhan ada pada-Ku, …. (20) Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. (Lukas 4:21) Lalu Ia memulai mengajar mereka,…”
Note: Dari kata MIDRASH inilah muncul kata MADRASAH.
Usia minimal untuk pendidikan ini adalah 20 tahun dan sudah harus menamatkan pendidikan pada tingkat-tingkatan sebelumnya. Jadi ini semacam kuliah. Lamanya pendidikan ini adalah 10 tahun yang meliputi pendidikan untuk jabatan imam pendamping, imam muda, hingga imam kepala sehingga orang baru bisa tamat dari sana pada umur 30 tahun.
Note: Bandingkan dengan banyak orang yang mau melayani secara fulltime tapi tidak mau sekolah atau mau sekolah kilat saja 6 bulan langsung menjadi pendeta.
Dan setelah itu barulah ia boleh mengajar di muka umum, di rumah ibadah atau bahkan di Bait Allah dan boleh dipanggil Rabi.
Anonim- Tidak semua orang punya hak / akses mengajar di bait suci. Bahkan Yohanes Pembaptis tidak melakukan itu. Karena hanya mereka yang punya latar belakang pendidikan keimaman dan Taurat yang boleh mengajar di Bait Suci…. Para alumni / lulusan sekolah imam itu biasanya dipanggil : Rabbi atau Guru. Sebutan ini Khas karena menunjukkan suatu jabatan. Tidak semua orang boleh dipanggil Rabbi atau Guru. Kecuali mereka yang pernah menempuh Study Teologi di sekolah-sekolah imam. (http://www.sarapanpagi.org).
Jika demikian mari sekarang kita melihat data-data tentang Yesus :
Dia memulai pelayanan-Nya yang meliputi pelayanan pengajaran pada usia 30 tahun. Suatu usia yang cocok dengan aturan agama Yahudi untuk mulai mengajar di muka umum.
Dia diizinkan oleh pengurus / pejabat rumah ibadat untuk mengajar umat di rumah ibadat.
Lukas 4:15-21 –(Lukas 4:15) Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. (Lukas 4:16) Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. (Lukas 4:17) Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: (18) "Roh Tuhan ada pada-Ku, …. (20) Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. (Lukas 4:21) Lalu Ia memulai mengajar mereka,…”
Yohanes 8:2 -Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
Tidak mungkin Yesus diizinkan mengajar kalau Dia tidak / belum tamat dari sekolah Midrash / sekolah teologi / sekolah imam.
Ia disapa “Rabi” oleh orang banyak, suatu sebutan yang khusus diberikan kepada mereka yang sudah tamat dari sekolah Midrash saja.
Yohanes 3:2 -Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah;….."
Yohanes 8:4 -Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina
Perhatikan bahwa sebutan “Rabi” yang diberikan pada Yesus dalam 2 ayat ini bukan diucapkan oleh para murid-Nya melainkan dari Nikodemus seorang Farisi dan juga dari ahli-ahli Taurat. Tidak mungkin mereka mau memanggil Yesus dengan sebutan ini kalau Yesus tidak pernah sekolah / menyelesaikan sekolah Midrash-Nya.
Semua data harus membawa kita pada kesimpulan bahwa Yesus pasti telah mengikuti sekolah teologi / sekolah imam di “Beth Midrash” dan menyelesaikan pendidikan-Nya dari sana. Dan ingat, Dia tidak mungkin diterima di sekolah itu jikalau Dia tidak menamatkan pendidikannya pada 3 jenjang yang terbawah. Itu berarti Yesus sudah mulai bersekolah dari umur 5 tahun sampai 30 tahun. Jadi dapat dipastikan bahwa selama
“Silent Period”,
Yesus tetap berada di Nazaret dan mengenyam semua tingkatan pendidikan sebagaimana lazimnya anak-anak Yahudi bahkan sampai menyelesaikan pendidikan teologi-Nya.
2. Yesus Kristus bekerja membantu orang tuanya.
Selain bersekolah, Yesus juga mengisi waktu-Nya selama “Silent Period” itu dengan bekerja membantu orang tuanya. Lukas 2:51 mengatakan :
Luk 2:51 -Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka….”
Kata“ asuhan” dalam ayat ini bisa berarti tunduk / taat kepada mereka. Jadi Yesus kembali ke Nazaret dan hidup taat / tunduk pada orang tua-Nya. Sudah pasti termasuk di dalamnya adalah membantu mereka di dalam bekerja setiap hari. Kita tahu bahwa ayah-Nya Yusuf bekerja sebagai tukang kayu dan karena itu Ia dikenal sebagai anak tukang kayu.
Matius 13:55 -Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
Tetapi di bagian Alkitab lain dikatakan bahwa Ia sendiri adalah tukang kayu.
Markus 6:3 -Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Itu berarti Ia juga bekerja sebagai tukang kayu untuk membantu ayah-Nya mencari nafkah. Tetapi bahwa Ia sendiri dikenal dengan profesi tukang kayu, sangat mungkin seperti diduga banyak penafsir, Yusuf ayah-Nya sudah meninggal lebih awal sehingga lalu mengambil alih pekerjaan tukang kayu itu.
Note: Bahwa Yusuf meninggal lebih awal diduga dari tidak adanya kisah tentang Yusuf lagi di dalam Alkitab setelah Paskah di Yerusalem (saat Yesus berumur 12 tahun) dan bahwa dalam acara pesta keluarga di Kana (Yohanes 2:1-11), Yusuf tidak disebutkan di sana.
Jadi Yesus menghabiskan waktu-Nya bertahun-tahun juga untuk bekerja membantu ayah-Nya sebagai tukang kayu dan setelah ayahnya mati, Ia yang berdiri sebagai tulang punggung keluarga dan bekerja sebagai tukang kayu untuk menafkahi ibu-Nya dan juga saudara-saudara-Nya (anak dari perkawinan Yusuf dan Maria setelah Ia lahir) sebagaimana disinggung dalam Mat 13:55.
Tadi sudah dijelaskan bahwa selama “Silent Period” itu Yesus tidak berhenti sekolah. Itu berarti sambil bekerja Yesus bersekolah, sambil bersekolah, Ia bekerja mencari nafkah. Demikianlah 2 hal yang pasti dilakukan Yesus dalam masa
“Silent Period”itu.
. APLIKASI BAGI KITA.
Setelah mengetahui apa yang dilakukan Yesus di Nazaret pada
“Silent Period”di mana Ia bersekolah dan juga bekerja membantu orang tua-Nya dan mencari nafkah untuk menghidupi ibu dan saudara-saudaranya maka, maka kita menemukan beberapa teladan indah di sini :
a. Yesus adalah orang yang giat belajar.
Dari penjelasan saya tadi terlihat bahwa Yesus menghabiskan sebagian besar hidup-Nya untuk belajar. Bayangkan, jika Dia mulai bersekolah dari usia 5 tahun dan selesai pada usia 30 tahun, berarti Dia belajar selama 25 tahun. Ia nanti melayani selama 3,5 tahun dan pelayanan yang paling banyak Ia lakukan adalah mengajar. Tetapi untuk itu Ia perlu sekolah teologia selama 10 tahun. Jadi sekolah 10 tahun untuk melayani 3 tahun.
Ya, Yesus adalah seorang yang sangat giat belajar dan itulah sebabnya pelayanan pengajaran-Nya menjadi berkat bagi banyak orang. Ini harus menjadi teladan bagi kita dalam hal kegigihan dan ketekunan di dalam belajar terutama belajar Firman Tuhan. Apakah saudara sudah giat belajar Firman Tuhan? Secara khusus hamba-hamba Tuhan, pendeta, penginjil dan semua orang yang mau terjun di dalam pelayanan untuk sungguh-sungguh belajar. Banyak orang suka melayani (berkhotbah dan mengajar) tetapi tidak suka belajar. Lalu apa yang mau mereka berikan di dalam pelayanan mereka? Omong kosong dan lelucon-lelucon saja? Ada banyak orang juga yang selesai sekolah teologi lalu menjadi pensiun di dalam belajar. Akibatnya pelayanan mereka tidak dapat menjawab kebutuhan umat. Saya justru belajar lebih giat dan lebih keras setelah selesai kuliah teologi dibandingkan waktu masih sekolah teologi. Mengapa? Karena saya mau menjadi berkat bagi saudara sekalian!
Belajar dari Yesus harus membuat kita semua menjadi orang-orang yang giat belajar. Ini harap juga diperhatikan oleh semua anak yang masih sekolah. Jangan malas sekolah, jangan suka bolos, jangan keluyuran ke sembarang tepat pada jam sekolah. Pergunakan waktu yang ada untuk sungguh-sungguh belajar dan mengisi diri dengan segala macam pengetahuan yang berguna. Demikian juga dalam hal belajar Firman Tuhan, kita harus giat sebagaimana Yesus giat di dalam sekolah-Nya.
b. Yesus rela melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil sebelum Ia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar.
Tujuan Yesus datang ke dalam dunia ini adalah untuk menebus dosa manusia. Ia baru akan memulai pekerjaan-Nya yang besar itu saat Ia berumur 30 tahun. Dan sebelum masa itu datang, Ia dengan rela melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kecil dan rendah seperti tukang kayu, atau mungkin membantu ibu-Nya memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengambil air, menyiram bunga, menjaga adik, dll.
William Barclay– Meskipun dunia yang lebih besar dan luas memanggil-Nya, namun Yesus pertama-tama menunaikan tugas-Nya untuk ibu, saudara-saudara kandung dan rumah tempat tinggal-Nya sendiri. Tugas itu mungkin tampak kecil dan sederhana, tetapi sangat membahagiakan. Dan dunia ini dapat dibangun dengan baik, kalau setiap orang bersedia dan tulus ikhlas menerima tugas-tugas yang kecil serta sederhana, yang berupa apa saja. Yesus adalah contoh dan teladan yang besar bagi setiap orang yang mau menerima tugas-tugas yang sederhana di rumah. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10,hal. 66).
Kebanyakan kita akan merasa terhina jika diberi tugas-tugas yang rendah dan remeh karena kita merasa bahwa kita adalah orang yang besar. Tetapi belajar dari Yesus, yang sekalipun adalah orang besar dengan misi yang besar tetapi dengan rendah hati mau melakukan tugas-tugas yang kecil, remeh / rendah. Apakah saudara juga mau / bersedia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang rendah / remeh baik di dalam pelayanan maupun di dalam tugas-tugas keseharian saudara?
William Barclay– Yesus melakukan tugas-tugas yang lebih kecil dengan setia sebelum Ia melakukan tugas-tugasnya yang lebih besar yang akan diberikan kepada-Nya. Dalam hal ini ada satu hal yang sangat penting yaitu bahwa apabila Yesus gagal di dalam tugas-tugas-Nya yang kecil itu, maka mungkin Ia tidak akan dapat menunaikan tugas-Nya yang lebih besar…. Namun Yesus ternyata sangat tekun dan setia di dalam hal-hal kecil, sehingga kelak kemudian Ia menguasai banyak persoalan dan masalah. Untuk itu kita pun tidak boleh lupa, bahwa tugas-tugas yang kita lakukan sehari-hari, akan sangat menentukan tanggung jawab kita di kelak kemudian. Dengan mengerjakan tugas kita sehari-hari, kita diperhadapkan dengan dua kemungkinan. Pertama, kalau kita berhasil maka kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Kedua, kalau kita gagal, maka kita pun tidak akan mendapatkan apa-apa yang kelak kemudian. (
Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10,hal. 66-67).
Bandingkan :
Matius 25:21 -Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Maukah saudara melakukan tugas-tugas keseharian saudara dengan penuh tanggung jawab baik sebagai suami, isteri, anak-anak, pembantu, pegawai, karyawan, dll? Maukah juga saudara melakukan tugas-tugas pelayanan saudara sebagai koster, pendeta, penginjil, majelis ? Ingat, Tuhan juga memperhatikan pekerjaan saudara sehari-hari.
c. Sebagai seorang anak, Yesus menunjukkan kasih dan tanggung jawab yang besar pada orang tua-Nya.
Di atas sudah saya jelaskan bahwa kemungkinan besar Yusuf mati pada waktu yang lebih awal. Dan sebagai akibatnya adalah Yesuslah yang mengambil alih pekerjaannya untuk mencari nafkah bagi ibu dan saudara-saudara-Nya. Di sini kita dapat melihat satu sikap kasih dan tanggung jawab yang besar dari Yesus terhadap orang tua-Nya. Kedudukan-Nya sebagai Anak Allah tidak membuat-Nya mengabaikan orang tua-Nya secara jasmani. Bahkan setelah Ia terjun ke medan pelayanan sampai saat ketika Ia hendak mati pun, Ia masih memperdulikan ibu-Nya sehingga Ia menitipkannya pada Yohanes.
Yohanes 19:27 –Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Budi Asali- Pada saat Ia sedang melakukan hal yang merupakan tujuan utama-Nya untuk datang ke dalam dunia, yaitu menebus dosa-dosa kita, Ia tetap tidak melupakan tanggung jawab-Nya kepada ibu-Nya. (Pembahasan 7 Kalimat Dari Kayu Salib,hal.65).
Menarik bahwa Yesus sampai saat-Nya untuk mati pun Ia masih peduli pada orang tua-Nya. Tetapi ada banyak kita yang sampai saat orang tua mau mati pun kita tidak peduli. Bahkan dititipkan di panti jompo. Itu salah dan kurang ajar!
Baca Juga: Mana Ajaran Yesus Ketika Berumur 13-29 Tahun
Belajar dari teladan Yesus ini seharusnya mendorong setiap anak untuk peduli dan memperhatikan orang tua mereka. Orang tua harus ditolong / dibantu, orang tua harus diperhatikan, orang tua harus dikasihi. Ada banyak kita yang sama sekali tidak peduli dengan kesulitan / pekerjaan orang tua. Kita hanya tahu makan dan tidur saja dan menyusahkan mereka. Yang seperti itu harus bertobat! Selagi orang tua masih hidup, berilah pertolongan / bantuan / kasih / perhatian dan kepedulian kepada mereka karena tidak ada gunanya semua pemberianmu jikalau mereka sudah tidak ada. Apabila mereka sudah terbaring kaku di peti mati, apalah artinya pakaian bagus / jas baru maupun sepatu mengkilap untuk menutupi tubuh mereka padahal sewaktu mereka hidup kita tidak memberikan mereka sehelai baju pun? Apabila mereka sudah membisu dalam peti mati, apalah artinya semua kata-kata kita padahal sewaktu mereka hidup kita tidak pernah peduli kata-kata dan nasihat mereka? Apabila peti mati mereka sudah ditutup, apalah artinya semua tangisan kita padahal sewaktu mereka hidup kita tidak pernah memperdulikan air mata mereka? Apabila acara penguburan mereka berlangsung, apalah artinya lagu-lagu kita
“Ayah….dalam hening hati kurindu…”
jikalau semasa mereka hidup kita tak pernah merindukan mereka? Apalah artinya lagu kita
“Beta belum balas mama… mama pun cape sii dulu e…”
Tetapi selagi ada kesempatan kita tidak pernah mencoba membalas kasih sayang mereka? Apabila mereka sudah dikuburkan, apalah artinya doa-doa kita untuk mereka padahal sewaktu mereka hidup kita tidak pernah mendoakan mereka atau berdoa bersama mereka? Apabila mereka sudah berdiam di dalam keabadian, apalah artinya waktu-waktu kita untuk mengenang mereka jikalau pada saat mereka masih hidup kita jarang sekali memberikan waktu bersama mereka?
“Ayah….dalam hening hati kurindu…”
jikalau semasa mereka hidup kita tak pernah merindukan mereka? Apalah artinya lagu kita
“Beta belum balas mama… mama pun cape sii dulu e…”
Tetapi selagi ada kesempatan kita tidak pernah mencoba membalas kasih sayang mereka? Apabila mereka sudah dikuburkan, apalah artinya doa-doa kita untuk mereka padahal sewaktu mereka hidup kita tidak pernah mendoakan mereka atau berdoa bersama mereka? Apabila mereka sudah berdiam di dalam keabadian, apalah artinya waktu-waktu kita untuk mengenang mereka jikalau pada saat mereka masih hidup kita jarang sekali memberikan waktu bersama mereka?
Karena itu selagi masih ada kesempatan untuk berbakti, mengabdi, peduli, menunjukkan kasih sayang pada mereka, lakukan itu. Itulah teladan Yesus bagi kita, tugas-Nya yang besar bagi dunia tidak membuat Dia mengabaikan tanggung jawab terhadap orang-tua-Nya.