3 ASPEK DARI KETUHANAN

Oleh: JOHN M. FRAME.

Pertama, “Tuhan” merepresentasikan istilah Ibrani YHWH yang merupakan misteri (pada umumnya dilafalkan “Yahweh,” kadang-kadang ditemukan sebagai “Jehovah” atau “Lord” dalam terjemahan bahasa Inggris). Kata ini dikaitkan dengan kata kerja “to be,” seperti dalam “ I AM” di Keluaran 3:14 (perhatikan kehadiran YHWH di ayat 15). Selain Keluaran 3:12-15, ada beberapa pasal di Kitab Suci yang kelihatannya pada derajat tertentu menjelaskan tentang arti dari nama yang merupakan misteri itu. Lihat Keluaran 6:1-8; 20; 33; 34; Imamat 18-19; Ulangan 6:4 dst.; Yesaya 41:4; 43:10-13; 44:6; 48:12 dst.
3 ASPEK DARI KETUHANAN
otomotif, gadget
Di PB, Yesus memakai nama kurios, sebuah istilah Yunani yang digunakan untuk menerjemahkan YHWH di dalam PL yang berbahasa Yunani. Pada saat Ia memakai nama itu, Ia mengambil peran yang dimiliki oleh Yahweh di PL sebagai Tuhan, kepala dari kovenan. Di dalam pikiran saya, hal itu merupakan salah satu dari bukti yang paling kuat tentang keilahian Kristus. Oleh karena itu, bagian-bagian tertentu di PB, seperti Yohanes 8:31-59; Roma 10:9; 1 Korintus 12:3; Filipi 2:11, juga sama pentingnya bagi pemahaman kita tentang konsep ketuhanan di Alkitab.

Konklusi saya adalah bahwa ketuhanan di kitab suci meliputi 3 (tiga) aspek: kontrol, otoritas dan kehadiran.

1. Pertama, kontrol: Tuhan adalah pribadi yang memiliki kontrol yang total atas dunia ini.

Pada waktu Allah menebus Israel dari Mesir, Ia melakukannya dengan tangan yang kuat dan berkuasa. Ia mengontrol semua kekuatan alam untuk mendatangkan kutuk atas Mesir serta mengalahkan kekuatan-kekuatan dari penguasa terbesar yang totaliter pada saat itu. Lihat Keluaran 3:8, 14, 20; 20:2; 33:19; 34:6; Yesaya 41:4; 43:10-13; 44:6; 48:12 dan seterusnya.

Saya telah menjelaskan tema biblikal ini dalam kaitan dengan doktrin predestinasi. Seharusnya disebutkan juga, bahwa kontrol Allah bukan hanya berkaitan dengan doktrin keselamatan, melainkan atas seluruh alam dan sejarah. Efesus 1:11 dan Roma 11:36 menyatakan kebenaran ini secara khusus, dan banyak bagian lain di Kitab Suci yang berkaitan dengan kejadian-kejadian yang didasarkan pada pengaturan Allah. Hal itu termasuk penjelasan tentang jatuhnya burung pipit dan jumlah rambut di kepala kita.

Dosa dan kejahatan juga bagian dari rencana Allah. Hal itu merupakan misteri, dan kita harus hati-hati dalam pernyataan kita. Namun demikian, Kitab Suci memang mengaitkan keberdosaan manusia dengan tujuan-tujuan Allah. Contohnya lihat Kejadian 45:7; 50:20; 2 Samuel 24:1, 10 (bdk. 1Tawarikh 21:1); 1 Raja-raja 22:19-23; Kisah Para Rasul 2:23; 4:27-28; Roma 1:24, 26, 28; 9:11-23.

Saya tidak percaya bahwa kita bisa sepenuhnya memahami alasan-alasan Allah untuk mengaitkan kejahatan ke dalam rencana-Nya. Dengan jelas, Ia melakukannya supaya suatu tujuan yang berada dalam konteks sejarah secara menyeluruh merupakan suatu tujuan yang baik (Kejadian 50:20).

Di samping itu, yang terbaik adalah meneladani Ayub yang berdiam diri pada saat berhadapan dengan misteri dari kejahatan (Ayub. 40:4, 5; 42:1-6). Tentu saja kita tidak mengkompromikan kedaulatan Allah dengan menyetujui ide seperti konsep Arminian tentang “kehendak bebas,” yaitu tindakan-tindakan manusia yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh Allah

Kontrol ilahi tentu saja tidak mengimplikasikan penyebab sekunder, contohnya pilihan-pilihan manusia tidaklah penting. Allah umumnya mencapai tujuan-tujuan-Nya yang agung dengan menggunakan alat-alat yang fana. Tujuan-Nya adalah untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia, bukan melalui pernyataan mujizat, tetapi melalui pemberitaan dan pengajaran yang dilakukan oleh manusia (Matius 28:19 dst.).

Tidak ada keselamatan (paling tidak di kalangan orang dewasa) tanpa iman dan pertobatan manusia (Yohanes 3:16; Kisah Para Rasul 2:38). Mereka, yang berargumen atas dasar kedaulatan Allah, para penginjil sama sekali tidak boleh mengajak orang untuk mengambil “keputusan,” tidak memahami keseimbangan biblikal. Kedaulatan Allah tidak mengesampingkan penyebab sekunder; melainkan menguatkan mereka, memberikan mereka signifikansi.

Allah dari Kitab Suci bukan sejenis yang abstrak yang berlawanan dengan dunia, sehingga segala sesuatu yang dikaitkan pada-Nya harus disangkali ada pada manusia demikian pula sebaliknya. Melainkan, Allah adalah pribadi, dan

Ia telah menciptakan dunia sesuai dengan rencana-Nya. Beberapa hak prerogatif tidak ada pada Mahluk ciptaan, seperti hak Allah yang eksklusif untuk disembah dan hak-Nya untuk melakukan sebagaimana yang dikehendaki-Nya dalam kehidupan manusia. Tetapi kebanyakan peristiwa dalam dunia memiliki penyebab-penyebab ilahi dan Mahluk ciptaan; yang satu tidak membatalkan yang lain. Arminian dan Hiper-Calvinis melakukan kesalahan dalam hal ini.

2. Kedua, otoritas: Otoritas adalah hak untuk ditaati. Tuhan memiliki hak tertinggi untuk itu.

Pada waktu Ia berfirman, firman-Nya harus ditaati. Kovenan selalu mencakup firman, sebagaimana yang akan kita lihat dalam studi kita tentang doktrin firman Allah. Tuhan Kovenan berbicara pada umat kovenan-Nya berkaitan dengan Nama-Nya yang kudus, berkat-berkat-Nya di masa lampau bagi mereka, tuntutan-tuntutan-Nya atas perilaku mereka, janji-janji-Nya dan peringatan-peringatan-Nya. Firman yang ditulis dalam sebuah dokumen; dan pelanggaran terhadap firman Tuhan dalam dokumen tertulis itu berarti pelanggaran terhadap kovenan itu sendiri

Pada waktu Allah menemui Musa di Mesir, Ia datang dengan firman yang berotoritas bagi Israel dan Firaun, yaitu suatu firman yang mereka tidak taati atas risiko mereka sendiri. Lihat Keluaran 3:13-18; 20:2 dan seterusnya; Imamat 18:2-5, 30; 19:37; Ulangan 6:4-9; Lukas 6:46 dan seterusnya. Otoritas-Nya mutlak dalam tiga arti:

(a) Ia tidak dapat dipertanyakan (Roma 4:14-20; Ibrani 11; Ayub. 40:1 dst.; Roma 9:20).

(b) Kovenan-Nya melampaui semua kesetiaan pada yang lain (Keluaran 20:3; Ulangan 6:4 dst.; Matius 8:19-22; 10:34-38; Filipi 3:8).

(c) Otoritas Kovenan-Nya meliputi semua area kehidupan manusia (Kel. – Ul.; Roma 14:23; 1Korintus 10:31; 2Korintus 10:5; Kolose 3:17, 23).

3. Ketiga, kehadiran:
Tuhan ialah pribadi yang mengambil suatu umat menjadi milik-Nya.

Ia menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat-Nya. Jadi, Ia “bersama mereka” (Keluaran 3:12). Kehadiran Tuhan bersama umat-Nya merupakan suatu tema yang indah yang tersebar di Kitab Suci: lihat Kejadian 26:3; 28:15; 31:3; 46:4; Keluaran 3:12; 33:14; Ulangan 31:6, 8, 23; Hakim-hakim 6:16; Yeremia 31:33; Yesaya 7:14; Matius 28:20; Yohanes 17:25; 1 Korintus 3:16 dan seterusnya; Wahyu 21:22.

Jadi, Yahweh dekat dengan umat-Nya, tidak seperti ilah-ilah dari bangsa lain (Imamat 10:3; Ulangan 4:7; 30:11-14 [Roma 10:6-8]; Mazmur 148:14; Yeremia 31:33; Yunus 2:7; Efesus 2:17; Kolose 1:27). Ia secara harfiah “mendengar” Israel dalam kemah suci dan bait Allah. Kemudian Ia mendekat di dalam Yesus Kristus, dan dalam Roh Kudus. Dan berdasarkan kemaha-kuasaan-Nya dan kemaha-tahuan-Nya, Ia tidak pernah jauh dari siapa pun (Kisah Para Rasul 17:27-28). Berdasarkan pemahaman ini, seluruh ciptaan terikat dengan Dia oleh kovenan. Lihat Kline, Images of the Spirit.

Kehadiran Allah berarti suatu berkat, tetapi dapat juga berarti suatu kutukan, pada saat umat itu melanggar kovenan. Lihat Keluaran 3:7-14; 6:1-8; 20:5, 7, 12; Mazmur 135:13 dan seterusnya; Yesaya 26:4-8; Hosea 12:4-9; 13:4 dst.; Maleakhi 3:6; Yohanes 8:31-59.

Saya akan merujuk pada tiga kategori ini sebagai “atribut ketuhanan.” Mereka tidak terpisahkan; setiap kategori terkait dengan dua kategori lainnya. Kontrol Tuhan dilaksanakan melalui otoritas perkataan-Nya pada ciptaan (Kejadian 1); oleh karena itu “kontrol” melibatkan otoritas. Kontrol itu komprehensif, jadi

meliputi kehadiran Allah di seluruh ciptaan. Demikian halnya dengan setiap atribut Ketuhanan termasuk dua yang lainnya. Oleh karena itu, setiap atribut hadir, bukan “terpisah” dari ketuhanan Allah, tetapi keseluruhannya, dari satu “perspektif” yang partikular.

Sentralitas dari Ketuhanan di Kitab Suci

“Tuhan” merupakan nama dasar kovenan dari Allah (Keluaran 3:13-15; 6:1-8; Roma 14:9). Ada nama lain dari Allah, tetapi ini merupakan nama yang berarti bahwa Ia adalah kepala dari kovenan dengan umat-Nya. Ini adalah nama, di mana dengan nama itu Ia berharap dikenali oleh umat kovenan-Nya.

Baca Juga: Keluaran 14:1-14 (3 Hal Cara memualiakan Tuhan)

Hal itu dapat ditemukan dalam pengakuan dasar dari iman umat Allah di kitab suci (lih. Ul. 6:4 dst.; Roma 10:9; 1Korintus 12:3; Flp. 2:11). Dasar pengakuan dari Kovenan Lama adalah “Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang esa.” Pengakuan dasar dari Kovenan Baru adalah “Yesus Kristus adalah Tuhan.”12

Semua tindakan Allah yang maha kuasa dalam ciptaan dan sejarah dilakukan “supaya mereka mengetahui bahwa Aku adalah Tuhan” (Keluaran 14:18; 1Raj. 8:43; Mazmur 9:10; dst.). Berulang kali di Yesaya, Tuhan menyatakan bahwa “Akulah Tuhan, Akulah Dia” (mis. Yesaya 41:4; 43:10-13). Kata “Aku adalah” mengingatkan pada Keluaran 3:14.
Next Post Previous Post