EFESUS 4:32 (3 TELADAN YANG BENAR)

Efesus 4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang i terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu
EFESUS 4:32 (3 TELADAN YANG BENAR)
gadget, bisnis, otomotif
Pendahuluan

Jemaat Efesus, belum terlalu memahami arti kehidupan dalam kekristenan yang benar, seperti apa yang telah diharapkan oleh Paulus berdasarkan Firman Tuhan. Mereka percaya tetapi tidak mengikuti kaidah-kaidah yang benar. Kita bisa lihat dari latar belakang kehidupan jemaat, dimana jemaat ini dari agama kafir. Yang ada di Efesus, sehingga kehidupan yang sia-sia masih ada dalam diri jemaat. Kita bisa melihat dari perikop yang diberikan ‘LAI’ bahwa mereka melakukan hal-hal cemar, yang menyesatkan mereka. Sehingga pada ayat 32 Paulus memberikan pemahaman paradigma yang benar menjadi pengikut Kristus yang sejati.

Analisa Teks, konteks.

Ada 3 (tiga) TELADAN YANG BENAR dalam Efesus 4:32

1. Perintah Yang benar

‘Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain,’

Pada Efesus 4:32 bagian (a) ini, dimana Paulus memberikan perintah yang bersifat ajakan kepada jemaatnya, dengan mengatakan demikian. Tetapi hendaklah, ‘jika kita mencermati kata ‘Tetapi’ yang diungkapkan oleh Paulus adalah kata sambung dari kata sebelumnya. Kata ‘Tetapi’ memiliki makna penting bagi jemaat. Dimana Paulus sedang mengarahkan pada paradigma berpikir, tentang kekristenan yang di jalankan oleh jemaat di Efesus.

Kata ‘Tetapi’ memberikan satu arahan yang jelas akan tindakan selanjutnya. Pada bagian sebelumnya dimana Paulus telah memberikan pemaparan yang kongkrit atas apa yang salah yang telah dilakukan oleh jemaat Efesus. Paulus memberikan sesuatu paradigma yang baru kepada jemaat tentang mengikuti Yesus.

Pada bagian selanjutnya kata ‘Hendaklah’ memberikan arahan yang jelas kepada jemaat yang seharusnya mereka lakukan sebagai orang percaya. Kata ‘Hendaklah’ dalam (KBI) diartikan adalah mau; akan; bermaksud akan’ ini menujukan kepada Jemaat, apa yang dimaksudkan Paulus, agar jemaat dapat melakukan yang baik. 

Hal ini bisa kita lihat kata ‘ramah’ aslinya memakai kata χρηστός (chrestos) menujuk kepada ‘baik hati atau penuh belas kasih’ terhadap orang lain. Paulus mengajarkan kembali ajaran Yesus tentang hukum kedua ‘Matius 22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Paulus mengarahkan kasih yang tulus kepada orang lain tanpa imbalan hal ini kita bisa melihat pada bagian poin kedua, yang ditekankan oleh Paulus.

2. Bentuk Perintah Yang Benar

‘ penuh kasih mesra dan saling mengampuni,’

Pada poin yang kedua ini kita bisa melihat dari perintah ajaran yang benar, yang Paulus tekankan pada jemaat. Kita bisa melihat dari kata ‘penuh dan Mengampuni’ dua kata ini menunjuk kepada sebuah tindakan yang seharusnya dilakukan orang yang telah percaya kepada Yesus. Pada bagian pertama, kata penuh kasih mesra. 

Paulus sedang mengajarkan kasih mesra yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya harus sampai penuh atau terus terisi walau sudah ada. Sehingga kasih mesra orang percaya terlihat dan terpancar kepada banyak orang, hal ini sinergi dengan (Matius 5:16).

Selanjutnya adalah kata ‘pengampunan’ kata pengampunan itu ditekankan oleh Paulus dikarenakan jemaat ini, sangat sulit untuk mengampuni hal itu terlihat dari konteks sebelumnya yang dijabarkan oleh paulus pada (Efesus 4: 31). 

Kata pengampunan sendiri menggunakan kata χαρίζομαι charizomai mengampuni atau melepaskan memperlakukan dengan murah hati’ dengan kasus (verb participle present middle or passive deponent nominative masculine plural). Menunjuk kepada sikap yang mau sungguh-sungguh mengampuni kesalahan orang lain. Disinilah kekuatan kasih yang ditunjukkan oleh ajaran kekristenan itu sendiri. 


Paulus menempatkan dua porsi dasar ajaran yang benar, dimana belas kasih itu terlihat yang bisa nampak dari sikap hati yang mau mengampuni kesalahan orang lain. Maka kekristenan sejati akan benar-benar terlihat wujud nyata bagi orang lain dalam konteks tersebut adalah orang-orang kafir yang ada di Efesus.

3. Teladan Yang Benar

‘ sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.’

Pada bagian yang terakhir Paulus mengajarkan landasan yang benar atas apa yang telah diajarkan oleh Paulus. Paulus menujuk kepada subjek tunggal yang sempurna yang telah menjadi teladan yang baik, yaitu Yesus Kristus dalam hal pengampunan dosa kepada umat manusia yang telah merusak gambar dan rupa Allah.

Pengampunan Yesus nyata dan penuh bagi umat manusia yang berdosa, kematian Yesus bukan hanya sekedar memberikan pengampunan yang terbatas, tetapi pengampunan Kristus jauh lebih dalam yaitu memulihkan hubungan yang baik kepada Allah. 

Jika kita meninjau kembali kata yang digunakan oleh Paulus dengan menekankan kata ‘sebagaimana’ hal ini menujukan kepada jemaat bahwa perintah yang diajarkan Paulus telah dilakukan dengan sempurna oleh Yesus, yang menjadi pertanyaan apakah perintah yang diajarkan oleh Paulus tidak terlalu berat bagi Jemaat. Tidak karena pengampunan yang murni akan keluar di mana Roh Kudus itu memampukan setiap orang percaya. Sehingga pengampunan yang digambarkan Paulus melalui diri Allah di dalam Yesus Kristus tidaklah berat untuk dilakukan oleh setiap orang Percaya di mana, setiap orang percaya dikuatkan dan di mampukan oleh Roh Kudus yang Allah sendiri berikan.

Kesimpulan

Bagi kita sebagai orang percaya terkadang kita tidak menyadari bahwa menjadi pengikut Kristus, yang harus kita lakukan adalah menunjukkan terang kebenaran itu pada orang lain. Terang itu sendiri bisa dilihat dari sikap hati yaitu rendah hati dan berbelas kasih kepada orang lain, sehingga dengan demikian orang bisa melihat terang Yesus dalam diri kita. Tetapi ironisnya, kekristenan saat ini malah menjadi batu sandungan bagi orang lain dengan banyak dalih intelektual, kita mencoba menggeser dasar ke teladan diri bagi orang lain. 


Jika kita mau meneliti dengan baik maka sikap ramah dan belas kasih kita lebih dominan kita tunjukan kepada orang yang berbelas kasih kepada kita, dan kita bersikap marah kepada orang yang kita benci. Inilah pergeseran nilai kekristenan sejati dalam diri orang percaya. 

Tetapi melalui karya tulis ini, kita menjadi mengerti bagaimana kekristenan sebenarya harus mampu menjadi teladan dan memberikan gambaran yang jelas tentang keramahan dalam diri kita kepada semua orang karena Kristus di dalam Roh Kudus yang memampukan kita.
Next Post Previous Post