SUKACITA KARENA NAMA KITA TERDAFTAR DI SURGA (LUKAS 10:20)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Lukas 10:20: “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.
SUKACITA KARENA NAMA KITA TERDAFTAR DI SURGA (LUKAS 10:20)
otomotif, tutorial
Calvin (tentang ay 19): “Christ does not affirm that the gift of which they now boast is not illustrious, but reminds them, that they ought to keep their eye chiefly on something loftier still, and not remain satisfied with outward miracles. He does not altogether condemn their joy, as if it were groundless, but shows it to be faulty in this respect, that they were immoderately delighted with a temporal favor, and did not elevate their minds higher. To this disease even the godly are almost all liable. Though the goodness of God is received by them with gratitude, yet the acts of the Divine kindness do not assist them, as they ought to do, by becoming ladders for ascending to heaven.” [= Kristus tidak menegaskan bahwa karunia yang sekarang mereka banggakan tidak besar / menonjol / mulia, tetapi mengingatkan mereka bahwa mereka seharusnya mengarahkan mata mereka terutama pada sesuatu yang lebih mulia / menonjol lagi, dan tidak tetap puas dengan mujizat-mujizat yang bersifat lahiriah. Ia tidak sepenuhnya mengecam sukacita mereka, seakan-akan itu tidak berdasar, tetapi menunjukkan itu sebagai salah dalam hal ini, bahwa mereka senang secara kelewat batas dengan suatu kebaikan yang bersifat sementara, dan tidak mengangkat pikiran mereka lebih tinggi. Terhadap penyakit ini bahkan orang-orang saleh hampir semuanya terbuka / mudah terkena. Sekalipun kebaikan Allah diterima oleh mereka dengan rasa terima kasih, tetapi tindakan-tindakan dari kebaikan Ilahi tidak membantu mereka, seperti yang seharusnya, dengan menjadi tangga untuk naik ke surga.].

Catatan: dalam buku tafsirannya, Calvin memberikan komentar ini tentang Lukas 10: 19, tetapi kata-katanya ini lebih cocok untuk Lukas 10: 20. Mungkin ia menggabungkan ay 19-20 dalam pemikirannya.

William Barclay: “It was true that they were given all power, but their greatest glory was that their names were written in heaven. It will always remain true that our greatest glory is not what we have done but what God has done for us.” [= Adalah benar bahwa mereka diberi semua kuasa, tetapi kemuliaan / kemegahan terbesar mereka adalah bahwa nama-nama mereka (telah) ditulis di surga. Selalu merupakan kebenaran bahwa kemegahan / kemuliaan terbesar kita bukanlah apa yang telah kita lakukan tetapi apa yang telah Allah lakukan bagi kita.].

The Biblical Illustrator: “We see here the comparative estimate in which miraculous gifts and saving grace should be held. What is the former without the latter? It is possible to possess the one without the other (Matt 7:21-23). To have cast out devils, and to be ourselves at last cast out among devils, will be horrible indeed!” [= Di sini kita melihat penilaian yang bersifat membandingkan dalam mana karunia-karunia yang bersifat mujizat dan kasih karunia yang menyelamatkan harus dipegang / dipertahankan. Apa artinya yang terdahulu tanpa yang belakangan? Adalah mungkin untuk memiliki yang satu tanpa yang lain (Mat 7:21-23). Setelah mengusir setan-setan, dan pada akhirnya diri kita sendiri dibuang di antara setan-setan, akan merupakan sesuatu yang betul-betul mengerikan!].

Bdk. Lukas 10:20 - “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.

Matius 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

J. C. Ryle: “‘Your names are written in heaven.’ This means that ‘you are registered in heaven as citizens of God’s kingdom, and persons who are chosen to salvation through Christ, pardoned, accepted, and saved.’ It is the same as St. Paul’s saying ‘whose names are in the book of life.’ (Phil. 4:3.) ... We find the contrary expression, ‘written in the earth,’ in Jerem. 17:13.” [= ‘Namamu ada tertulis di surga’. Ini berarti bahwa ‘kamu terdaftar di surga sebagai warganegara-warganegara dari kerajaan Allah, dan orang-orang yang dipilih pada keselamatan melalui Kristus, diampuni, diterima, dan diselamatkan’. Itu adalah sama seperti kata-kata Santo Paulus ‘yang nama-namanya ada dalam kitab kehidupan’. (Fil 4:3). ... Kita mendapatkan ungkapan yang bertentangan, ‘ditulis di bumi’, dalam Yeremia 17:13.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).

Filipi 4:3 - “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.”.

Yer 17:13 - “Ya Pengharapan Israel, TUHAN, semua orang yang meninggalkan Engkau akan menjadi malu; orang-orang yang menyimpang dari padaMu akan dilenyapkan di negeri, sebab mereka telah meninggalkan sumber air yang hidup, yakni TUHAN.”.

LAI salah terjemahan.

KJV/RSV: “shall be written in the earth” [= akan dituliskan di bumi].

NIV: “will be written in the dust” [= akan dituliskan dalam debu].

NASB: “on earth will be written down” [= di bumi akan dituliskan].

J. C. Ryle: “We learn ... from these verses, that gifts, and power of working miracles, are very inferior to grace. It is written that our Lord said to the seventy disciples, ‘In this rejoice not, that the spirits are subject unto you, but rather rejoice because your names are written in heaven.’ It was doubtless an honor and a privilege to be allowed to cast out devils. The disciples were right to be thankful. But it was a far higher privilege to be converted and pardoned men, and to have their names written in the register of saved souls.” [= Kita belajar ... dari ayat-ayat ini, bahwa karunia-karunia, dan kuasa untuk mengerjakan mujizat-mujizat, sangat lebih rendah dari pada kasih karunia. Ada tertulis bahwa Tuhan kita berkata kepada 70 murid itu, ‘Dalam hal ini janganlah bersukacita, bahwa roh-roh itu tunduk kepada kamu, tetapi bersukacitalah karena nama-namamu tertulis di surga’. Tak diragukan bahwa merupakan suatu kehormatan dan suatu hak untuk diijinkan mengusir setan-setan. Murid-murid benar untuk bersyukur. Tetapi merupakan suatu hak yang jauh lebih tinggi untuk menjadi orang-orang yang dipertobatkan dan diampuni, dan mempunyai nama-nama mereka tertulis dalam catatan jiwa-jiwa yang diselamatkan.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).

J. C. Ryle: “The distinction here drawn between grace and gifts is one of deep importance, and often and sadly overlooked in the present day. Gifts, such as mental vigor, vast memory, striking eloquence, ability in argument, power in reasoning, are often unduly valued by those who possess them, and unduly admired by those who possess them not. These things ought not so to be. Men forget that gifts without grace save no one’s soul, and are the characteristic of Satan himself. Grace, on the contrary, is an everlasting inheritance, and, lowly and despised as its possessor may be, will land him safe in glory. He that has gifts without grace is dead in sins, however splendid his gifts may be. But he that has grace without gifts is alive to God, however unlearned and ignorant he may appear to man. And ‘a living dog is better than a dead lion.’ (Eccles. 9:4.)” [= Pembedaan yang digambarkan di sini antara kasih karunia dan karunia-karunia adalah sesuatu yang sangat penting, dan sering dan secara menyedihkan diabaikan pada saat ini. Karunia-karunia, seperti kekuatan fisik, ingatan yang sangat besar / luas, kefasihan yang menyolok, kemampuan dalam berargumentasi, kekuatan dalam berbicara secara logis, sering dinilai secara berlebihan oleh mereka yang memilikinya, dan dikagumi secara berlebihan oleh mereka yang tidak memilikinya. Hal-hal ini tidak seharusnya seperti itu. Orang-orang lupa bahwa karunia-karunia tanpa kasih karunia tidak menyelamatkan satu jiwapun, dan merupakan ciri-ciri Iblis sendiri. Sebaliknya, kasih karunia merupakan suatu warisan yang kekal, dan bagaimanapun rendahnya dan hinanya pemiliknya, akan membawanya dengan aman ke dalam kemuliaan. Ia yang mempunyai karunia-karunia tanpa kasih karunia adalah mati dalam dosa, betapapun hebatnya karunia-karunia itu. Tetapi ia yang mempunyai kasih karunia tanpa karunia-karunia adalah hidup bagi Allah, betapapun tidak terpelajarnya dan bodohnya ia terlihat bagi manusia. Dan ‘seekor anjing yang hidup adalah lebih baik dari pada seekor singa yang mati’. (Pkh 9:4).] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).

Pkh 9:4 - “Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.”.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Pkh 9:4): “In a sense, it is true, there is hope of repentance and salvation to the living. The vilest, as long as they have life, have hope; the noblest who die unconverted have none.” [= Dalam arti tertentu ini benar, di sana ada pengharapan pertobatan dan keselamatan bagi orang-orang hidup. Orang-orang yang paling jahat / bejat, selama mereka masih mempunyai kehidupan, mempunyai pengharapan; orang-orang yang paling mulia yang mati tanpa / sebelum bertobat tak mempunyai pengharapan apapun.].

Bagaimana dengan Ratu Elizabeth?

J. C. Ryle: “Let the religion which we aim to possess be a religion in which grace is the main thing. Let it not content us to be able to speak eloquently, or preach powerfully, or reason ably, or argue cleverly, or profess loudly, or talk fluently. Let it not satisfy us to know the whole system of Christian doctrines, and to have texts and words at our command. These things are all well in their way. They are not to be undervalued. They have their use. But these things are not the grace of God, and they will not deliver us from hell. Let us never rest until we have the witness of the Spirit within us that we are ‘washed, and sanctified, and justified, in the name of the Lord Jesus and by the Spirit of God.’ (1 Cor. 6:11.) Let us seek to know that ‘our names are written in heaven,’ and that we are really one with Christ and Christ in us. Let us strive to be ‘epistles of Christ known and read of all men,’ and to show by our meekness, and charity, and faith, and spiritual-mindedness, that we are the children of God. This is true religion. These are the real marks of saving Christianity. Without such marks, a man may have abundance of gifts and turn out nothing better than a follower of Judas Iscariot, the false apostle, and go at last to hell. With such marks, a man may be like Lazarus, poor and despised upon earth, and have no gifts at all. But his name is written in heaven, and Christ shall own him as one of His people at the last day.” [= Hendaklah agama yang kita tuju untuk kita miliki adalah suatu agama dalam mana kasih karunia adalah hal yang utama. Hendaklah itu tidak puas dengan mampu untuk berbicara dengan pandai, atau berkhotbah dengan penuh kuasa, atau berbicara secara logis, atau berargumentasi secara pandai, atau menyatakan / menegaskan dengan kuat / keras, atau berbicara dengan fasih. Hendaklah itu tidak memuaskan kita untuk mengetahui seluruh sistim dari doktrin-doktrin Kristen, dan untuk mempunyai text-text dan kata-kata untuk kita gunakan. Hal-hal ini semuanya adalah baik dalam jalan mereka. Mereka tidak boleh dinilai secara rendah. Mereka mempunyai kegunaan mereka. Tetapi hal-hal ini bukanlah kasih karunia Allah, dan mereka tidak akan membebaskan kita dari neraka. Hendaklah kita tidak beristirahat sampai kita mendapatkan kesaksian dari Roh di dalam kita bahwa kita ‘dicuci, dan dikuduskan, dan dibenarkan, dalam nama dari Tuhan Yesus dan oleh Roh Allah’. (1Kor 6:11). Hendaklah kita berusaha untuk mengetahui bahwa ‘nama kita ada tertulis di surga’, dan bahwa kita sungguh-sungguh satu dengan Kristus dan Kristus di dalam kita. Hendaklah kita berjuang untuk menjadi ‘surat-surat dari Kristus yang diketahui dan dibaca oleh semua orang’ (2Kor 3:2-3), dan menunjukkannya dengan kelembutan, dan kasih, dan iman, dan kecondongan pada hal-hal rohani kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Ini adalah agama yang benar. Hal-hal ini adalah tanda-tanda yang benar dari kekristenan yang menyelamatkan. Tanpa tanda-tanda itu, seseorang bisa mempunyai karunia-karunia yang berlimpah-limpah dan terbukti tidak lebih baik dari pada seorang pengikut dari Yudas Iskariot, sang rasul palsu, dan akhirnya masuk neraka. Dengan tanda-tanda seperti itu, seseorang bisa seperti Lazarus, miskin dan dihina di bumi, dan tidak mempunyai karunia-karunia sama sekali. Tetapi namanya ada tertulis di surga, dan Kristus akan mengakui dia sebagai salah satu dari umatNya pada hari terakhir.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).

1Korintus 6:11 - “Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.”.

2Korintus 3:2-3 - “(2) Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. (3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.”.

Lenski (tentang Lukas 10:20): “‘Nevertheless’ means that, although all this is true as just stated by Jesus, and although all this affords much cause for joy to the Seventy, not in this are they to go on rejoicing, ‘that the demons are submitting to you.’ Why not rejoice in this? Because it would be dangerous. Matt. 7:22 shows that one may even prophesy, cast out devils, and do wonderful things and yet be lost. It is not the exercise of some charism that saves but this fact that our names are written in the book of life. Casting out ever so many devils does not insure our own escape from the devil. This joy may lead to pride, to false notions of merit, and to other dangers to ourselves. ... We are not to rejoice at all over our ability to conquer demons. That is something outside of us, something that is really not done by us but by Jesus, in which we are only his tools. We are to go on rejoicing in something that is, indeed, personal to ourselves and not as having been done by us but as having been done for us. ... Our constant and abiding joy (durative present imperative) is in this ‘that our names have been enrolled in heaven,’ the perfect denoting that they now stand so enrolled. Note well the passive: God enrolled them, this he did for us. The figure may be taken from the genealogical records that were kept by the Jews, in which only their people’s names were entered. To get the force of the expression compare the passages on blotting out (negative) and on being written in (positive): Exod. 32:32; Ps. 69:28; Isa. 4:3; Phil. 4:3; Dan. 12:1; Rev. 3:5; 13:8; 20:12; 21:27. To be enrolled in the heavens means to be justified by God and to be accepted by him as one of his children; and to be permanently so enrolled means that we are among the number of the elect. The book of life is Christ, in whom all are written who are brought to faith by his gospel. ... Our joy over being written in this book is to increase until in heaven itself we see our names written there. To have our names thus written is the greatest victory over Satan.” [= ‘Namun demikian’ berarti bahwa, sekalipun semua ini adalah benar seperti yang baru dinyatakan oleh Yesus, dan sekalipun semua ini menghasilkan / memberikan banyak penyebab untuk sukacita bagi ke 70 murid itu, bukan dalam hal ini mereka harus terus bersukacita, ‘bahwa roh-roh jahat tunduk kepadamu’. Mengapa tidak bersukacita dalam hal ini? Karena itu berbahaya. Mat 7:22 menunjukkan bahwa seseorang bahkan bisa bernubuat, mengusir setan-setan, dan melakukan hal-hal yang ajaib, tetapi tetap terhilang. Bukanlah pelaksanaan dari kharisma / karunia yang menyelamatkan tetapi fakta ini bahwa nama-nama kita ditulis dalam kitab kehidupan. Mengusir begitu banyak setan tidak menjamin kelolosan kita sendiri dari setan. Sukacita ini bisa membimbing pada kesombongan, pada dugaan / pikiran yang salah tentang jasa / kebaikan, dan pada bahaya-bahaya lain bagi diri kita sendiri. ... Kita tidak boleh bersukacita sama sekali atas kemampuan kita untuk mengalahkan roh-roh jahat. Ini adalah sesuatu di luar kita, sesuatu yang sebetulnya bukan dilakukan oleh kita tetapi oleh Yesus, dalam mana kita hanyalah merupakan alat-alatNya. Kita harus terus bersukacita dalam sesuatu yang memang bersifat pribadi bagi kita sendiri, dan bukan telah dilakukan oleh kita tetapi yang telah dilakukan bagi / untuk kita. ... Sukacita kita yang konstan dan menetap (kata perintah bentuk present yang terus menerus) adalah dalam hal ini ‘bahwa nama-nama kita telah terdaftar di surga’, bentuk perfect tense menunjukkan bahwa mereka sekarang tetap terdaftar seperti itu. Perhatikan dengan baik bentuk pasifnya: Allah mendaftar mereka, ini Ia lakukan bagi / untuk kita. Gambaran ini mungkin diambil dari catatan silsilah yang dipelihara oleh orang-orang Yahudi, dalam mana hanya nama-nama bangsa mereka dimasukkan. Untuk mendapatkan kekuatan dari ungkapan ini bandingkan text-text tentang penghapusan (negatif) dan tentang penulisan dalam (positif): Kel 32:32; Mazmur 69:29; Yesaya 4:3; Fil 4:3; Daniel 12:1; Wahyu 3:5; 13:8; 20:12; 21:27. Dicatat di surga berarti dibenarkan oleh Allah dan diterima olehNya sebagai salah satu anak-anakNya; dan didaftarkan seperti itu secara permanen berarti bahwa kita ada di antara jumlah / bilangan dari orang-orang pilihan. Kitab kehidupan adalah Kristus, dalam siapa semua ditulis yang dibawa kepada iman oleh InjilNya. ... Sukacita kita tentang ditulisnya dalam kitab ini harus meningkat sampai di surga sendiri kita melihat nama-nama kita ditulis di sana. Mempunyai nama-nama kita ditulis seperti itu merupakan kemenangan terbesar atas Iblis.].

Matius 7:22-23 - “(22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Calvin: “As it was the design of Christ to withdraw his disciples from a transitory joy, that they might glory in eternal life, he leads them to its origin and source, which is, that they were chosen by God and adopted as his children. He might indeed have commanded them to rejoice that they had been regenerated by the Spirit of God, (Titus 3:5,) and become new creatures in Christ, (2 Corinthians 5:17;) that they had been enlightened (Ephesians 1:18) in the hope of salvation, and had received the earnest of the inheritance, (Ephesians 1:14.) But he intended to point out, that the source from which all these benefits had flowed was the free election of God, that they might not claim any thing for themselves. Reasons for praising God are no doubt furnished by those acts of his kindness which we feel within us; but eternal election, which is without us, shows more clearly that our salvation rests on the pure goodness of God. The metaphorical expression, ‘your names are written in heaven,’ means, that they were acknowledged by God as His children and heirs, as if they had been inscribed in a register.” [= Karena merupakan tujuan Kristus untuk menarik murid-muridNya dari suatu sukacita yang durasinya pendek, supaya mereka bisa bermegah dalam hidup yang kekal, Ia membimbing mereka pada asal usul dan sumbernya, yang adalah, bahwa mereka telah dipilih oleh Allah dan diadopsi sebagai anak-anakNya. Ia memang bisa telah memerintahkan mereka untuk bersukacita bahwa mereka telah dilahirbarukan oleh Roh Allah, (Tit 3:5), dan menjadi ciptaan baru dalam Kristus, (2Kor 5:17); bahwa mereka telah diterangi (Ef 1:18) dalam pengharapan keselamatan, dan telah menerima jaminan / uang muka dari warisan, (Ef 1:14). Tetapi Ia bermaksud untuk menunjukkan bahwa sumber dari mana semua keuntungan / manfaat ini telah mengalir adalah pemilihan yang cuma-cuma dari Allah, supaya mereka tidak mengclaim apapun bagi diri mereka sendiri. Alasan-alasan untuk memuji Allah tak diragukan disediakan oleh tindakan-tindakan dari kebaikanNya itu yang kita rasakan dalam diri kita; tetapi pemilihan kekal, yang ada di luar kita, menunjukkan dengan lebih jelas bahwa keselamatan kita berdasarkan pada kebaikan yang murni dari Allah. Ungkapan yang bersifat kiasan, ‘namamu tertulis di surga’ berarti bahwa mereka diakui oleh Allah sebagai anak-anak dan pewaris-pewarisNya, seakan-akan mereka telah dituliskan dalam sebuah catatan.].

Titus 3:5 - “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,”.

2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.

Efesus 1:18 - “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilanNya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukanNya bagi orang-orang kudus,”.

Efesus 1:14 - “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya.”.

William Hendriksen: “Jesus does not mean that these men erred in rejoicing over their God-given power over demons. Did not their ability to cast them out redound to God’s glory? Did it not also result in delivering the enslaved from the powers of darkness? What the Master must have meant was that authority over demons was, after all, insignificant in comparison with having one’s name recorded in heaven’s book of life. Cf. Isa. 4:3; Dan. 12:1; Rev. 3:5; 20:12, 15. Casting out demons ceases when life here on earth ends. But right standing with God, resulting in everlasting salvation to his glory, never ends. Besides, authority over demons does not guarantee salvation. It is entirely possible that even upon Judas had been bestowed the ability to cast out demons. See Luke 9:1. But that did not make him a saved man!” [= Yesus tidak memaksudkan bahwa orang-orang ini bersalah dalam bersukacita atas kuasa mereka yang diberikan oleh Allah atas setan-setan. Tidakkah kemampuan mereka untuk mengusir mereka menghasilkan kemuliaan Allah? Tidakkah itu juga mengakibatkan pembebasan orang-orang yang diperbudak oleh kuasa-kuasa kegelapan? Apa yang sang Tuan / Guru maksudkan adalah bahwa otoritas atas setan-setan, bagaimanapun adalah remeh / tidak penting dalam perbandingan dengan mempunyai nama seseorang tercatat dalam kitab kehidupan di surga. Bdk. Yes 4:3; Dan 12:1; Wah 3:5; 20:12,15. Pengusiran setan-setan berhenti pada waktu hidup di sini di bumi berakhir. Tetapi posisi yang benar dengan Allah, yang menghasilkan keselamatan kekal bagi kemuliaanNya, tidak pernah berakhir. Disamping, otoritas atas setan-setan tidak menjamin keselamatan. Adalah sepenuhnya memungkinkan bahwa bahkan kepada Yudas telah diberikan kemampuan untuk mengusir setan-setan. Lihat Lukas 9:1. Tetapi itu tidak membuat dia seseorang yang diselamatkan!].

Yesaya 4:3 - “Dan orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup,”.

Dan 12:1 - “‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.”.

Wahyu 3:5 - “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan BapaKu dan di hadapan para malaikatNya.”.

Wah 20:12,15 - “(12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. ... (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”.

Matthew Henry: “Note, Power to become the children of God is to be valued more than a power to work miracles; for we read of those who did ‘in Christ’s name cast out devils,’ as Judas did, and yet will be disowned by Christ in the great day. But they whose ‘names are written in heaven’ shall never perish; they are Christ’s sheep, to whom he will give eternal life. Saving graces are more to be rejoiced in than spiritual gifts;” [= Perhatikan, kuasa untuk menjadi anak-anak Allah harus dinilai lebih dari suatu kuasa untuk mengerjakan mujizat-mujizat; karena kita membaca tentang mereka yang ‘dalam nama Kristus mengusir setan-setan’, seperti yang Yudas lakukan, tetapi tidak diakui oleh Kristus pada hari yang besar itu. Tetapi mereka yang ‘nama-namanya tertulis di surga’ tidak akan pernah binasa; mereka adalah domba-domba Kristus, kepada siapa Ia akan memberikan hidup yang kekal. Kita harus lebih bersukacita tentang kasih karunia yang menyelamatkan dari pada tentang karunia-karunia;].

Adam Clarke: “‘Because your names are written in heaven.’ This form of speech is taken from the ancient custom of writing the names of all the citizens in a public register, that the several families might be known, and the inheritances properly preserved. This custom is still observed even in these kingdoms, though not particularly noticed. Every child that is born in the land is ordered to be registered, with the names of its parents, and the time when born, baptized, or registered; and this register is generally kept in the parish church, or in some public place of safety. Such a register as this is called in Phil 4:3; Rev 3:5, etc., the book of life, i.e. the book or register where the persons were enrolled as they came into life. It appears also probable, that when any person died, or behaved improperly, his name was sought out and erased from the book, to prevent any confusion that might happen in consequence of improper persons laying claim to an estate, and to cut off the unworthy from the rights and privileges of the peaceable, upright citizens. To this custom of blotting the names of deceased and disorderly persons out of the public registers, there appear to be allusions, Ex 32:32, where see the note; and Rev 3:5; Deut 9:14; 25:19; 29:20; 2 Kings 14:27; Ps 69:28; 109:13, and in other places.” [= ‘Karena namamu ada terdaftar di sorga’. Bentuk ucapan ini diambil dari kebiasaan kuno tentang penulisan nama dari semua warga negara dalam suatu catatan umum, supaya berapa keluarga bisa diketahui, dan warisan-warisan dijaga / dipelihara dengan benar. Kebiasaan ini tetap dijalankan bahkan dalam kerajaan-kerajaan ini, sekalipun tidak diperhatikan secara khusus. Setiap anak yang dilahirkan dalam negeri itu diperintahkan untuk dicatat, bersama dengan nama dari orang tuanya, dan saat dilahirkan, dibaptis, atau dicatat; dan catatan ini biasanya disimpan di gereja wilayah, atau di suatu tempat umum yang aman. Catatan seperti ini disebut / dinamakan dalam Fil 4:3; Wah 3:5, dsb, ‘kitab kehidupan’, yaitu kitab atau catatan dimana orang-orang didaftarkan pada waktu mereka lahir. Kelihatannya juga memungkinkan, bahwa pada waktu siapapun mati, atau berkelakuan secara tidak benar, namanya dicari dan dihapuskan dari kitab itu, untuk mencegah kebingungan yang bisa / mungkin terjadi sebagai akibat dari adanya orang-orang yang tidak benar yang mengclaim suatu tanah milik, dan untuk membuang orang-orang yang tidak layak dari hak-hak dari warga negara yang suka damai dan jujur. Terhadap kebiasaan penghapusan nama dari orang-orang mati dan melanggar peraturan dari catatan umum inilah muncul kiasan-kiasan, Kel 32:32, dimana lihat catatan; dan Wah 3:5; Ul 9:14; 25:19; 29:20; 2Raja 14:27; Maz 69:29; 109:13, dan di tempat-tempat lain.].

Pulpit Commentary: “Many commentators here cautiously point out that even this legitimate Joy should be tempered with fear and trembling, for even this true title to honour might be blotted out of that golden book of heaven (see Exod. 32:33; Jer. 17:13; Ps. 69:28; Rev. 22:19).” [= Banyak penafsir di sini dengan hati-hati menunjukkan bahwa bahkan sukacita yang sah ini harus dimodifikasi / dijadikan moderat dengan rasa takut dan gemetar, karena bahkan gelar yang benar pada kehormatan ini bisa dihapuskan dari kitab emas dari surga itu (lihat Kel 32:33; Yer 17:13; Maz 69:28; Wah 22:19).].

Kel 32:33 - “Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitabKu.”.

Yeremia 17:13 - “Ya Pengharapan Israel, TUHAN, semua orang yang meninggalkan Engkau akan menjadi malu; orang-orang yang menyimpang dari padaMu akan dilenyapkan di negeri, sebab mereka telah meninggalkan sumber air yang hidup, yakni TUHAN.”.

KJV: “shall be written in the earth” [= akan ditulis di bumi].

Mazmur 69:29 - “Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan orang-orang yang benar!”.

Wahyu 22:19 - “Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.’”.

KJV/NKJV: “the book of life” [= kitab kehidupan].

RSV/NIV/NASB/ASV/YLT: “the tree of life” [= pohon kehidupan].

Kata Yunaninya artinya ‘tree’, bukan ‘book’. Lihat Bible Works 8.

Jadi ayat ini sebetulnya tidak ada hubungannya dengan kitab kehidupan.

The Bible Exposition Commentary: “The Lord cautioned them not to ‘go on rejoicing’ over their victories but to rejoice because their names had been written in heaven. (The verb means ‘they have been written and they stand written.’ It is a statement of assurance. See Phil 4:3; Rev 20:12-15.) ... The Greek word translated ‘written’ means ‘to inscribe formally and solemnly.’ It was used for the signing of a will, a marriage document or a peace treaty, and also for the enrolling of a citizen. The perfect tense in the Greek means ‘it stands written.’” [= Tuhan memperingatkan mereka untuk tidak ‘terus bersukacita’ atas kemenangan-kemenangan mereka tetapi untuk bersukacita karena nama mereka telah ditulis di surga. (Kata kerjanya berarti ‘mereka telah ditulis dan mereka tetap tertulis’. Itu merupakan suatu pernyataan tentang kepastian / garansi. Lihat Fil 4:3; Wahyu 20:12-15). ... Kata Yunani yang diterjemahkan ‘ditulis’ berarti ‘menulis / mengukir secara formil dan khidmat’. Itu digunakan untuk menandatangani suatu surat warisan, suatu dokumen pernikahan atau suatu perjanjian damai, dan juga untuk pendaftaran dari seorang warga negara. Perfect tense dalam bahasa Yunani berarti ‘itu TETAP tertulis’.].

Filipi 4:3 - “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.”.

Wah 20:12-15 - “(12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”.

A. T. Robertson: “‘Are written.’ ‎ENGEGRAPTAI‎. Perfect passive indicative, state of completion, stand written, enrolled or engraved,” [= ‘Ditulis’. ENGEGRAPTAI. Perfect, pasif, indikatif, keadaan selesai, tetap tertulis, terdaftar atau terukir,].

Baca Juga: Menginjak Ular Dan Kalajengking (Lukas 10:19)

Gresham Machen: “The Greek perfect tense denote the present state resultant upon a past action. Examples: (1) Suppose someone asks an official, ‘What is your relation to that prisoner?’, and he replies, ‘I have released him,’ the verb in this answer of the official would be LELUKA. The perfect would express the present state of the official (with reference to the prisoner) resultant upon his past action of releasing. But if, on the other hand, someone should ask an official, What is the history of your dealings with that prisoner?’ and he should answer, ‘I have released the prisoner three times and imprisoned him again three times,’ the first verb of this answer of the official would be ELUSA, not LELUKA, because there is here no thought of the present state resultant upon the past action. Indeed the act of releasing had no result continuing into the present. But even if it had a permanent result the verb referring to it would be aorist, not perfect, unless the present result rather than merely the past action were specially in view. Thus even if, after the question, ‘What have you done?’ the official said merely, ‘I have released the prisoner,’ and even if as a matter of fact the releasing had a permanent result, still the aorist tense ELUSA might very well be used; for the point under consideration might be the history of the official’s dealings with the prisoner and not the official’s present relation to him. The distinction is often a fine one. But the perfect should not be used in the exercise unless we can see some clear reason for deserting the aorist. (2) The perfect passive is often much easier to translate into English than the perfect active. Thus GEGRAPTAI means ‘it is written’ (in the Scriptures). Here the English ‘it is written’ is not a present tense at all, but reproduces the Greek perfect very well; the meaning is ‘it stands written.’ Both English and Greek here refer to a present state resultant upon an act of writing which took place long ago.” [= Perfect tense dalam bahasa Yunani menunjukkan keadaan sekarang merupakan akibat dari suatu tindakan di masa lampau. Contoh-contoh: (1) Andaikan seseorang menanyai seorang pejabat, ‘Apa hubunganmu dengan orang tahanan itu?’, dan ia menjawab ‘Saya telah membebaskan dia’, kata kerja dalam jawaban dari pejabat ini adalah LELUKA. Bentuk perfect menyatakan keadaan sekarang dari pejabat itu (berkenaan dengan orang tahanan itu) sebagai akibat dari tindakannya pada masa lampau dalam membebaskan. Tetapi sebaliknya, jika seseorang menanyai seorang pejabat, ‘Apa sejarah dari penangananmu terhadap orang tahanan itu?’ dan ia menjawab, ‘Saya telah membebaskan orang tahanan itu tiga kali dan memenjarakannya lagi tiga kali’, kata kerja pertama dari jawaban dari pejabat ini adalah ELUSA, bukan LELUKA, karena di sini tidak ada pemikiran tentang keadaan sekarang sebagai akibat dari tindakan pada masa lampau. Memang tindakan membebaskan tidak mempunyai akibat yang berlanjut sampai sekarang. Tetapi bahkan seandainya itu mempunyai suatu akibat permanen, kata kerja yang menunjuk padanya adalah aorist, bukan perfect, kecuali akibat sekarang dan bukannya semata-mata tindakan pada masa lampau yang secara khusus diperhatikan. Jadi bahkan jika, setelah pertanyaan, ‘Apa yang telah engkau lakukan?’ pejabat itu semata-mata berkata, ‘Saya telah membebaskan orang tahanan itu’, dan bahkan jika dalam faktanya pembebasan itu mempunyai akibat yang permanen, tetap aorist tense ELUSA bisa dengan sangat baik digunakan; karena pokok yang dipertimbangkan adalah sejarah dari penanganan pejabat itu terhadap orang tahanan itu dan bukan hubungan pejabat itu dengan dia sekarang. Perbedaannya seringkali merupakan perbedaan yang halus. Tetapi bentuk perfect tidak boleh digunakan dalam aktivitas itu kecuali kita bisa melihat beberapa alasan yang jelas untuk meninggalkan bentuk aorist. (2) Bentuk perfect pasif seringkali jauh lebih mudah untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dari pada bentuk perfect aktif. Jadi, GEGRAPTAI berarti ‘it is written / itu ditulis’ (dalam Kitab Suci). Di sini kata-kata bahasa Inggris ‘it is written / itu ditulis’ bukanlah present tense sama sekali, tetapi meniru bentuk perfect dalam bahasa Yunani dengan sangat baik; artinya adalah ‘itu tetap tertulis’. Baik Inggris maupun Yunani di sini menunjuk pada suatu tindakan menulis yang terjadi jauh pada masa lampau.] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 187-188.

The Biblical Illustrator: “I. If your names are written in heaven, this is the greatest cause of joy you can possibly have; a joy that may swallow up every other joy. II. If your names are not written in heaven, you can have no cause of solid, rational, and lasting joy in any thing.” [= I. Jika namamu tertulis / tercatat di surga, ini adalah penyebab sukacita yang terbesar yang memungkinkan kamu miliki; suatu sukacita yang bisa menelan setiap sukacita yang lain. II. Jika namamu tidak tertulis / tercatat di surga, kamu tidak bisa mempunyai penyebab dari sukacita yang sehat / bisa dipercaya, rasionil, dan terus menerus dalam hal apapun.].
Next Post Previous Post