5 KUALIFIKASI PELAYAN KRISTUS YANG BAIK (1 TIMOTIUS 4:1-16)

Kualifikasi pelayan Kristus yang baik yang harus dilakukan dalam menjalankan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan sebagai pemilik hidup. Sebab melayani Tuhan dalam teks ini juga penting karena hal ini menerangkan pelayan gereja Kristen. Sehingga pelayan gereja harus diisi oleh orang yang memiliki kualifikasi antara lain:
5 KUALIFIKASI PELAYAN KRISTUS YANG BAIK (1 TIMOTIUS 4:1-16)
1. Terdidik dalam Pengajaran

Pelayan Tuhan yang diharapkan adalah pelayan yang tidak menjadi pelayan Tuhan yang murtad dan tidak mengikuti Ajaran Setan serta tidak percaya dengan dongeng (1 Timotius 4:1, 7) Yang dimaksud dengan “pelayan” dalam teks ini adalah diakonos, yaitu seorang yang mengerjakan pelayanannya kepada Kristus dengan tidak bergantung kepada jabatan dan tugas-tugas formal (seperti presbuteros). 

Ia mengerjakan tugas pemberitaan Injil dan juga hal-hal praktis (sederhana) lainnya. Kata baik (kalos) bisa juga berarti indah. Pelayanan Kristus itu indah atau cantik di mata Tuhan dan sesama. Kualifikasi “pelayan Kristus yang baik” ini mesti nampak dalam dua aspek yaitu: terdidik dalam sol-soal pokok iman; terdidik dalam ajaran yang sehat. 

Dengan kata lain seorang pelayan Kristus yang baik dituntut memiliki kualitas kepribadian dan kualitas pengajaran. Karena itu, awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Supaya pelayan Tuhan diharapkan waspada terhadap ajaran sesat rasul Paulus menasihati Timotius untuk tetap mengawasi diri dengan ajarannya agar ia tidak mengajarkan ajaran yang salah kepada orang-orang yang mendengarnya.

Paulus mengharapkan para pelayan Tuhan dan jemaat di Efesus harus dididik dalam ajaran sehat dan menolak ajaran palsu. Injil harus menguasai masalah-masalah dalam kehidupan sehari hari.26 Pelayan Kristus yang baik harus meninggalkan ajaran sesat dan tidak boleh murtad terlebih meninggalkan Yesus sebagai kepala gereja dan pemilik pelayanan. 

Dan yang terlebih penting hidup dalam kebenaran meninggalkan atau tidak percaya kepada takhayul dan dongeng (I Timotius 4:7a). Kemurtadan yang besar terjadi yaitu memberikan perhatian kepada ajaran setan tentang penyembahan berhala, penyembahan kepada ornag-orang kudus dan malaikat-malaikat yang dijadikan sebagai ilah-ilah pengantara antara Allah yang kekal dan manusia yang fana.

Paulus menasihati untuk tetap tinggal dan terdidik dalam pengajaran atau ajaran yang benar. Dengan memohon hikmat yang dari Tuhan sebab hikmat menjadi bagian yang terpenting dalam aktualisasi hidup pelayan yang berhasil. Hikmat dalam melakukan ajaran seharusnya dilakukan oleh orang percaya membawa pengertian bagi orang lain yang melihat. 

Hanya kebenaran Allah yang mampu membawa orang percaya tetap pada ajaran yang sehat dan dapat memberikan pertumbuhan rohani. Paulus juga menasihati untuk meninggalkan perdebatan yang tidak perlu dan berhati-hati kepada mereka yang sibuk dengan dongeng maupun silsilah yang tiada putusnya. Namun yang perlu bagi orang percaya adalah hidup harus memperlihatkan kesaksian atau pengaruh dari injil yang dilayani maupun orang percaya harus dipelihara oleh firman sebagai ialan penuntun kebenaran. 

Sebelum Paulus mengharapkan Timotius untuk tidak percaya kepada takhayul dan dongeng, Tuhan Yesus sudah memerintahkan: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: “Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banya orang” (Matius 24:4-5).

2. Terlatih dalam Beribadah

Latihlah dirimu beribadat (I Timotius 4:7 -8) adalah ungkapan Paulus bahwa kerohanian sangat penting dan membawa dampak yang baik dalam kehidupan rohani. Ibadah hal yang terpenting sebab itu rasul Paulus mengutarakan tentang pentingnya Ibadah bagi kerohanian dan kekekalan maupun untuk hidup saat ini (1 Timotius 4: 8). 

Dalam Ibadah ada perjumpaan dengan Tuhan melalui doa, sebab doa merupakan sebuah aktivitas yang erat hubungannya dengan denyut nadi kekristenan; sehingga muncul semacam ungkapan, bahwa doa adalah nafas kehidupan orang percaya. Sejatinya, kegiatan doa bukanlah sebuah rutinitas ibadah belaka, melainkan pusat kehidupan itu sendiri. Sebab dengan ibadah, orang percaya melakukan pekerjaan terbaik dan cara rohani orang percaya terhubung dengan Tuhan.

Sebab penulis Ibrani juga menyatakan: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25). Kita tidak boleh surut dalam melayani Tuhan, melaikan roh kita harus menyala-nyala untuk melayani Tuhan (Rm. 12:11). Dapat dikatakan juga bahwa ibadah merupakan salah satu cara jemaat untuk berhubungan dengan Pencipta secara dramatis-simbolis

Memang benar Ibadah bukan hanya sekedar sebuah liturgi. Lebih dari pada itu, ibadah memiliki hubungan yang erat relasi antara Allah dengan manusia dan manusia dengan sesama. Di dalam beribadatan mengandung dampak bagi kehidupan kekristenan.36 Tetapi ibadah harus memiliki fokus dan harus berpusat pada Yesus Kristus, sebab Ia adalah pusat dari segalanya. Ibadat juga dapat mewujudkan perubahan pada jemaat untuk hidup sesuai dengan tuntunan Firman

3. Terlatih dalam Bersaksi

Rajinlah beritakan Injil dan mengajarkan Firman (I Timotius 4:11). Ungkapan tersebut diharapkan dalam Timotius dan orang percaya masa kini dapat memberikan makna tentang pentingnya hidup menjadi saksi. Seperti Paulus menansihati Jemaat Korintus tentang suratan yang terbuka, (2 Korintus 3:2). Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Dengan tegas bahwa Paulus menginginkan Timotius untuk menjadi saksi kebenaran seperti Yesus yang melayani Tuhan dengan memberitakan kebenaran. 

Pelayanan Tuhan Yesus menurut Injil, Ia memiliki perhatian yang cukup besar terhadap misi kepada dunia bangsa-bangsa bukan Yahudi. Perhatian itu Ia wujudkan tidak hanya dengan memberitakan Injil Kerajaan Allah dan melakukan mujizat bagi orang-orang bukan Yahudi yang datang kepada-Nya, tetapi lebih dari itu Ia menyeberangi daerah Palestina dan memasuki daerah bangsa kafir untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah

Kerinduan terbesar Tuhan adalah banyak orang menerima kehidupan kekal maka itu Tuhan rela memberitakan kebenaran dan menjadi inti kebenaran lewat kematianNya dikayu salib untuk manusia berdosa. Maka itu seorang pelayan Tuhan adalah tidak mempertahankan kepentingan diri sendiri. Mau menuruti teladan Yesus supaya hidupnya hanya diperuntukkan bagi Tuhan. Di sinilah dibutuhkan penyangkalan diri seorang pelayan Tuhan. Tuhan menghendaki murid-murid-Nya rela melepaskan apa pun yang menjadi kesukaan dan kebanggaannya demi melakukan kehendak Tuhan. 

Bersaksi juga harus mengingatkan kepada saudara seiman agar memegang teguh kebenaran. Para pelayan juga harus menjadikan pelaksanaan misi itu ditunjang oleh kekuatan dan kuasa-Nya guna mencapai misi tersebut. Sebab bersaksi juga adalah tugas yang mulia dengan memaparkan tujuan utama sebagai prioritas memenangkan jiwa. Dan hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab yang tidak dapat ditolak oleh semua orang percaya, karena sesuai dengan sifatnya, yakni sebuah amanat yang datangnya dari Allah sendiri. 

Sehingga tujuan final terjadi dengan jiwa-jiwa yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat karena Implikasi dari memberitakan kebanran bagi gereja pada masa kini adalah gereja sebagai institusi maupun sebagai komunitas iman tidak hanya fokus pada kegiatan di dalam melainkan melakukan tugas pewartaan kabar baik untuk membawa shalom dan sukacita keselamatan yang akhirnya setiap orang yang dilayani dapat menjadi bagian dari komunitas

4. Terpandang dalam Kehidupan


Jadilah teladan dalam berkata, bertingkah laku, kasih, kesetian, kekudusan (I Timotius 4:12). Ada bayak peristiwa di mana sebagian orang Kristen tidak dapat menunjukkan jati dirinya sebagai garam dan terang, atau tidak menjadi panutan sehingga kekristenan kadang-kadang menjadi batu sandungan. Dan kekristenan tidak dapat mewujudkan buah bagi Tuhan karena orang Kristen tidak hidup dalam ketaatan terhadap kebenaran Firman Tuhan. 

Maka itu Paulus meminta Timotius untuk menjadi teladan yang hidupnya berdasarkan atas Firman kata teladan dalam bahasa Yunani adalah tupos (teladan, contoh, pola, patokan) pola bagi istilah ini sangat disukai Paulus (Rm. 5:14; 6:17; 1 Korintus 10:6; Filipi 3:17; 1 Tesalonika 1:7; 2 Tes. 3:9; Titus 2:7). Dalam surat-suratnya itu, Paulus meminta agar keteladanan itu menjadi ciri khusus dan karakter yang kuat sebagai kepribadian dalam kehidupan berjemaat maupun menjadi contoh bagi orang dunia dan teladan bagi orang-orang yang berada di sekitar mereka. 

Dengan demikian, keteladanan yang Paulus minta dari jemaat adalah sebagai sarana atau alat untuk mengomunikasikan kesaksian yang hidup terhadap Injil Kristus kepada orang-orang di sekelilingnya.

Orang percaya masa kini dalam surat tulisan Paulus untuk Timotius diperintahkan untuk menjadi teladan dalam perkataan, baik yang di sampaikan secara verbal pribadi lepas pribadi maupun disampaikan secara verbal secara komunal yang berkaitan dengan tempat dan waktu secara umum. Perkataan yang perlu menjadi teladan adalah perkataan yang berkaitan dengan membangun dan berhubungan erat dengan pengajaran dan nilai tentang iman Kristen sebagai upaya pengajaran sesuai dengan Firman Allah. 

Kata en logoi dalam bentuk tunggal maka yang diartikan secara khusus bahwa perkataan yang verbal keluar dari mulut dalam setiap pengajaran maupun mendidik orang harus menjadi teladan dan membawa kebaikan bagi pendengar dan memicu orang percaya untuk menjadi pelaku Firman Tuhan. 

Dan menjadi teladan juga dalam bertingkah laku sebagai bagian dari Orang yang memiliki integritas yang dapat disebut orang yang dianggap baik, dapat menjadi panutan, yang dapat dipercaya, orang yang setia, jujur, jauh dari kepalsuan dan kepura-puraan, menjadi teladan dalam cara hidup anastrofh, anastrophe dalam banyak hal. 

Paulus juga meminta Timotius untuk memiliki Kasih agape yang tak mengenal pamrih. Dan juga keteladan dalam iman atau pistiv pistis. Serta terhadap hidup dalam kesucian agneia atau hagneia. Karena keteladan adalah bagian terpenting dalam menjadi terang dan garam dunia seperti yang Yesus inginkan bagi orang percaya (Matius 5:13-16).

Pelayan yang baik juga diharapkan memiliki kasih yang melatarbelakangi pelayananya, kasih yang tidak memandang bulu orang, kasih yang mengerjakan dengan setia dan jujur dalam kegiatan pelayann maupun kasih terhadap Tuhan sebagai pemilik pelayanan. Walaupun dalam Lukas 22:27 Kristus menempatkan diri di tengah-tengah murid-Nya sebagai ho diakonon, yang melayani mereka yang duduk makan. 

Perkataan Yesus ini memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang dilayani di meja makan lebih besar daripada diakonos yang melayani. Dalam pandangan manusia namun Yesus mengajarkan bahwa melayani Tuhan adalah sebagai keharusan tanpa memikirkan upah. Yesus memberikan teladan dalam melayani, Iamelayani dengan membasuh kaki para muridNya. 

Teladan Yesus mengingatkan bahwa kita perlu memiliki hati dan sikap melayani yang tulus dan sunguh-sungguh sehingga orang yang kita layani dapat merasakan kebaikan Tuhan melalui pelayanan kita. Pelayanan yang terlihat kecil di mata manusia, apabila dilakukan dengan hati yang tulus, akan menjadi hal yang sangat menyenangkan hati Tuhan

Ingatlah bahwa yang terbesar adalah hati yang selalu melayani dengan sungguh-sungguh dengan kerendahan hati seorang hamba. Seperti Yesus Kristus menempatkan diri sebagai doulos. Ketika membasuh kaki murid-murid-Nya, Ia menunjukkan bahwa itu adalah pelayanan yang dikerjakan dengan tidak memandang jabatan-Nya, dan memberikan esensi penting untuk menunjukkan bahwa keberadaan-Nya adalah melayani, bukan untuk mencari kekuasaan atau kemuliaan, karena mencuci kaki adalah tugas yang berat (Yohanes 13:1). 

Sebab pelayanan dan kepemimpinan Yesus adalah model yang menemukan dan mengembangkan potensi yang ada di dalam diri orang lain, supaya maju dan mengikuti teladan Yesus. Tentu saja Yesus juga menunjukkan apa yang akan menjadi titik kehidupan para murid sendiri sebagai rasul-rasulnya, karena doulos tidak lebih besar dari pada kurios (tuannya), atau apostolos tidak lebih besar dari pada yang mengirimnya (Yohanes 13:16). Yesus datang memberikan contoh keteladan supaya setiap orang percaya masa kini dapat menerapkan kerendahan hati gaya hidup melayani di masa kini

5. Terpercaya dalam Pelayanan


Pelayanan yang dimulai dengan hubungan Pribadi dengan Tuhan dan ketekunan akan membaca Kitab Suci, (I Timotius 4:13) terlebih sebagai pengajar firman patut memiliki hati yang dimotivasi oleh karena kasih kepada Tuhan. Sebab Pada umumnya dalam pandangan orang percaya tentang aktivitas seorang pelayan Tuhan adalah melakukan pekerjaan gerejawi, seperti berkhotbah memimpin puji-pujian, mengajar Sekolah Minggu, mengorganisasi kegiatan pemuda remaja, bermain musik dan aktivitas lain yang ada di lingkungan gereja atau yang juga sering disebut sebagai kegiatan rohani. 

Maka itu motivasi menjadi urat nadi dalam pelayanan. Terlebih dalam pelayanan juga diwajibkan untuk mengandalkan Roh Kudus yang telah memberikan Karunia dalam melayani (I Timotius 4:14). Sehingga dapat menunjukkan ada kemajuan dalam pelayanan Timotius (I Timotius 4:15) meneladani Yesus Kristus menderita dan mati bagi semua orang berdosa, menjadi Juru selamat bagi orang-orang yang percaya kepada karya-Nya di kayu Salib.

Orang percaya juga diharap mencapai karyanya bagi Tuhan dalam melayani. Walaupun ada rintangan dan masalah, tidak menghalangi pelayan Tuhan yang baik untuk tetap terpercaya dalam pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan. Maka dengan itu pelayan Kritus yang baik harus mengawasi dirinya dengan ajaran yang sehat agar tetap sesuai dengan Firman Tuhan dan tekunlah menjadi pelayan Kristus (I Timotius 4:16). 

Untuk itu pelayan Kristus harus menjadi teolog-pelayan, yaitu seorang yang piawai dalam berteologi, namun berhati pelayan Tuhan yang setia. Pelayan seperti itu tidak hanya menjadi seorang yang menguasai teologi (teoretis) di kepala sedang hatinya ‘jauh’ dari Tuhan. Sebaliknya pada saat yang sama pelayan Kristus juga harus menjadi pelayan-teolog yaitu hamba Tuhan yang melayani dengan panggilan dan visi, kesetiaan dan ketaatan yang jelas, tetapi juga memiliki dasar teologi yang jelas dan benar. 

Dan juga seorang pelayan Tuhan harus berubah dari cara hidup yang lama yang dilakukannya di luar Kristus, namun ia harus terus hidup mengalami pembaharuan pikiran. Serta pelayanan Tuhan yang baik wajib mengerjakan dengan tekun dan motivasi yang benar, sehingga ia tidak lagi melakukan perbuatan sia-sia bukan karena terpaksa, melainkan karena telah mengerti kehendak Allah. Yang lebih penting ia memiliki kesadaran untuk hidup dalam kebenaran karena mata hati yang telah diterangi. 


Seperti yang dikerjakan Paulus dalam memberikan pengertian bahwa karena mereka dipanggil untuk kebebasan, mereka harus melayani (douleuein) satu sama lain dalam kasih (Galatia 5:13) dan orang percaya diharuskan untuk belajar dari Yesus yang membawa perubahan mengubah paradigma dan pengajaran untuk saling mengasihi. Karena pelayan Tuhan yang baik adalah terpercaya dalam pelayanan dengan dasar kasih.

KESIMPULAN

Dari semua uraian diatas dapat dipahami dan ditarik kesimpulan bahwa pelayan Kristus yang baik adalah sebuah tujuan Paulus kepada Timotius dan juga kepada orang percaya masa kini. Maka untuk memberikan hasil yang berkualitas dalam pelayan, maka seharusnya pelayan kristus yang baik harus memenuhi kualifikasi antar lain: terdidik dalam pengajaran, lalu terlatih dalam beribadah, serta terlatih dalam bersaksi selanjutnya terpandang dalam kehidupan dan akhirnya terpercaya dalam pelayanan. 

Hal ini diperlukan motivasi yang benar yang didasari oleh Kasih Allah dalam melayani dan hikmat yang datang dari Tuhan. Pelayan yang baik diharap juga dapat memahami dan mengerti tujuan pelayanan Yesus dengan segala kerendahan hati dan full heart untuk membawa jiwa dan memulihkan orang yang terhilang. Keteladan Yesus harusnya memampukan para pelayan Kristus yang baik menjadi panutan dalam setiap kehidupan yang dijalaninya. Sehingga pelayan yang baik menjadi berkat dimanapun berada
Next Post Previous Post