OTORITAS ALKITAB DALAM HIDUP KITA (YOHANES 2:17-18)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Reaksi-reaksi yang bertentangan tentang apa yang Yesus lakukan.
OTORITAS ALKITAB DALAM HIDUP KITA (YOHANES 2:17-18)
gadget, bisnis, otomotif
Yohanes 2:17-18 - “(17) Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: ‘Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.’ (18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: ‘Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?’”.

Mengapa ada perbedaan reaksi yang begitu hebat antara para murid di satu pihak, dan orang-orang Yahudi (tokoh-tokoh Yahudi / Mahkamah Agama) di pihak lain? Perbedaan reaksi ini terjadi karena satu pihak teringat (dan percaya / tunduk) pada firman, sedangkan pihak yang lain tidak (atau tidak ingat, atau ingat tetapi tidak peduli).

Ketidak-pedulian terhadap kebenaran / Alkitab seperti ini sering terjadi, seperti:

1) Matius 12:22-32 - “(22) Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. (23) Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini agaknya Anak Daud.’ (24) Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: ‘Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’ (25) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. (26) Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? (27) Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. (28) Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. (29) Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu. (30) Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. (31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.”.

2) Matius 21:23-27 - “(23) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepadaNya, dan bertanya: ‘Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu?’ (24) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepadaKu, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. (25) Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?’ Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: ‘Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? (26) Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.’ (27) Lalu mereka menjawab Yesus: ‘Kami tidak tahu.’ Dan Yesuspun berkata kepada mereka: ‘Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.’”.

a) Para tokoh Yahudi itu mempertanyakan dengan kuasa mana Yesus melakukan ‘hal-hal itu’.

Yang dimaksud dengan ‘hal-hal itu’ mencakup beberapa hal:

1. Masuknya Yesus ke Yerusalem dengan naik keledai (Matius 21:1-11).

2. Ia menerima puji-pujian (Mat 21:9-10,15-16).

3. Ia menyembuhkan orang sakit (Matius 21:14).

4. Ia ‘membersihkan’ Bait Allah (Matius 21:12-13).

5. Ia mengajar Firman Tuhan di dalam Bait Allah (Matius 21:23).

b) Mereka tidak mempedulikan apakah ajaran Yesus itu baik / benar / sesuai Kitab Suci atau tidak. Yang mereka persoalkan adalah: atas otoritas siapa Yesus bertindak / mengajar (karena secara resmi Yesus bukan imam / ahli Taurat). Jadi, dengan kata lain, mereka mau menjalankan organisasi yang strict / ketat tanpa mempedulikan apakah hal itu menghambat kebenaran atau tidak.

Calvin (tentang Matius 21:23): “As the other schemes and open attempts to attack Christ had not succeeded, the priests and scribes now attempt, by indirect methods, if they may possibly cause him to desist from the practice of teaching. They do not debate with him as to the doctrine itself, whether it was true or not - for already had they often enough attacked him in vain on that question - but they raise a dispute as to his calling and commission.” [= Karena rencana-rencana dan usaha-usaha terbuka yang lain untuk menyerang Kristus tidak berhasil, imam-imam dan ahli-ahli Taurat sekarang berusaha, oleh metode yang tidak langsung, jika mereka mungkin bisa menyebabkan Dia untuk berhenti dari praktek pengajaran. Mereka tidak berdebat dengan Dia berkenaan dengan doktrin / ajaran itu sendiri, apakah itu benar atau tidak - karena mereka telah cukup sering menyerang Dia dengan sia-sia tentang hal itu - tetapi mereka memunculkan / mengajukan suatu pertanyaan berkenaan dengan panggilan dan otoritasNya.].

Calvin (tentang Mat 21:23): “But when the divine majesty of Christ had been attested by so many miracles, they act maliciously and wickedly in inquiring whence he came, as if they had been ignorant of all that he had done. For what could be more unreasonable than that, after seeing the hand of God openly displayed in curing the lame and blind, they should doubt if he were a private individual who had rashly assumed this authority?” [= Tetapi pada waktu keagungan ilahi Kristus telah diteguhkan keasliannya oleh begitu banyak mujizat, mereka bertindak dengan maksud buruk dan secara jahat dalam menanyakan dari mana Ia datang, seakan-akan mereka tidak mengetahui tentang semua yang Ia telah lakukan. Karena apa yang bisa lebih tidak masuk akal dari bahwa, setelah melihat tangan Allah secara terbuka ditunjukkan dalam menyembuhkan orang lumpuh dan orang buta, mereka meragukan jika Ia adalah seorang pribadi yang secara gegabah telah mengambil otoritas ini?].

Calvin (tentang Mat 21:23): “We now understand why Christ did not make a direct reply to them. It was because they wickedly and shamelessly interrogated him about a matter which was well known.” [= Sekarang kita mengerti mengapa Kristus tidak membuat jawaban langsung kepada mereka. Itu adalah karena mereka secara jahat dan tidak tahu malu menginterogasi Dia tentang suatu persoalan yang telah diketahui.].

Calvin (tentang Mat 21:25): “We now see that Christ employed no cunning stratagem in order to escape, but fully and perfectly answered the question which had been proposed; for it was impossible to acknowledge that John was a servant of God, without acknowledging that he was Himself the Lord.” [= Sekarang kita melihat bahwa Kristus tidak menggunakan tipu daya yang licik untuk lolos, tetapi secara penuh / lengkap dan secara sempurna menjawab pertanyaan yang telah diajukan; karena adalah mustahil untuk mengakui bahwa Yohanes adalah seorang pelayan Allah, tanpa mengakui bahwa Ia sendiri adalah Tuhan.].

Calvin (tentang Mat 21:25): “‘Baptism’ denotes here not only the sign of washing, but ‘the whole ministry of John;’ for Christ intended to draw out a reply, Was John a true and lawful prophet of God, or an impostor?” [= ‘Baptisan’ di sini bukan hanya menunjuk pada tanda pencucian, tetapi ‘seluruh pelayanan Yohanes’; karena Kristus bermaksud untuk menarik suatu jawaban, ‘Apakah Yohanes adalah seorang nabi Allah yang benar dan sah, atau seorang penipu?’].

c) Pada waktu mereka mau menjawab pertanyaan Yesus, mereka berunding dahulu (Mat 21:25b-27a). Dari perundingan ini jelas bahwa mereka menjawab bukan berdasarkan kebenaran / firman, tetapi berdasarkan politik untung rugi. Ini bukan sikap orang yang menghormati dan tunduk pada firman Tuhan!

Calvin (tentang Matius 21:25): “‘But they thought within themselves.’ Here we perceive the impiety of the priests. They do not inquire what is true, nor do they put the question to their own conscience; and they are so base as to choose rather to shuffle than to acknowledge what they know to be true, that their tyranny may not be impaired. In this manner, all wicked men, though they pretend to be desirous of learning, shut the gate of truth, if they feel it to be opposed to their wicked desires.” [= ‘Tetapi mereka berpikir di antara mereka sendiri’. Di sini kita mengerti ketidak-salehan / kejahatan dari imam-imam. Mereka tidak bertanya apa yang benar, ataupun bertanya pada hati nurani mereka sendiri; dan mereka begitu hina sehingga lebih memilih untuk berbicara untuk menghindar dari pada mengakui apa yang mereka ketahui sebagai benar, supaya otoritas mereka tidak berkurang / menjadi lemah. Dengan cara ini, semua orang-orang jahat, sekalipun mereka berpura-pura untuk ingin belajar, menutup pintu gerbang kebenaran, jika mereka merasa itu bertentangan dengan keinginan-keinginan jahat mereka.].

Barclay (tentang Matius 21:23-27): “The dilemma of the Jewish authorities was this. If they said that the ministry of John was from God, then they had no alternative to admitting that Jesus was the Messiah, for John had borne definite and unmistakable witness to that fact. On the other hand, if they denied that John’s ministry came from God, then they would have to bear the anger of the people, who were convinced that he was the messenger of God.” [= Dilema dari pemimpin-pemimpin Yahudi adalah ini. Jika mereka berkata bahwa pelayanan Yohanes adalah dari Allah, maka mereka tidak mempunyai pilihan selain mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, karena Yohanes telah memberikan kesaksian yang pasti dan tidak bisa salah tentang fakta itu. Di sisi lain, jika mereka menyangkal bahwa pelayanan Yohanes datang dari Allah, maka mereka akan harus memikul / menerima kemarahan umat / bangsa itu, yang yakin bahwa ia adalah utusan Allah.].

Barclay (tentang Mat 21:23-27): “For a moment, the Jewish chief priests and elders were silent. Then they gave the lamest of all lame answers. They said: ‘We do not know.’ If ever anyone stood self-condemned, these men did. They ought to have known; it was part of the duty of the Sanhedrin, of which they were members, to distinguish between true and false prophets; and they were saying that they were unable to make that distinction. Their dilemma drove them into a shameful self-humiliation.” [= Sejenak imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi diam. Lalu mereka memberikan yang paling lemah dari semua jawaban-jawaban yang lemah. Mereka berkata: ‘Kami tidak tahu’. Jika siapapun pernah berada dalam suatu keadaan menghukum / mengecam diri sendiri, merekalah orangnya. Mereka seharusnya tahu; itu merupakan bagian dari kewajiban dari Sanhedrin, dari mana mereka adalah anggota-anggotanya, untuk membedakan antara nabi-nabi yang benar dan yang palsu; dan mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan pembedaan itu. Dilema mereka mendorong mereka ke dalam suatu tindakan memalukan yang mempermalukan diri sendiri.].

Barclay (tentang Mat 21:23-27): “There is a grim warning here. There is such a thing as the deliberately assumed ignorance of cowardice. If we consult ‘expediency’ rather than ‘principle,’ our first question will be not ‘What is the truth?’ but ‘What is it safe to say?’ Again and again, the worship of expediency will drive us to a cowardly silence. We will lamely say: ‘I do not know the answer,’ when we know perfectly well the answer, but are afraid to give it. The true question is not ‘What is it safe to say?’ but ‘What is it right to say?’ The deliberately assumed ignorance of fear and the cowardly silence of expediency are shameful things. If we know the truth, we are under obligation to tell it, though the heavens should fall.” [= Ada suatu peringatan yang keras di sini. Di sana ada sikap pengecut yang secara sengaja berpura-pura tidak tahu. Jika kita lebih mempedulikan ‘kebergunaan / keuntungan’ dari pada ‘prinsip / kebenaran’, pertanyaan pertama kita bukanlah ‘Apakah kebenaran itu?’ tetapi ‘Apakah yang aman untuk dikatakan?’ Berulang-ulang penyembahan / penghormatan terhadap kebergunaan / keuntungan akan mendorong kita pada ke-diam-an yang bersifat pengecut. Kita akan secara lemah berkata: ‘Saya tidak tahu jawabannya’, pada waktu kita tahu dengan sangat baik jawabannya, tetapi takut untuk memberikannya. Pertanyaan yang benar bukanlah ‘Apa yang aman untuk dikatakan?’ tetapi ‘Apa yang benar untuk dikatakan?’ Kepura-puraan tidak tahu yang disengaja karena rasa takut dan ke-diam-an yang bersifat pengecut dari kebergunaan / keuntungan adalah hal-hal yang memalukan. Jika kita tahu kebenaran, kita wajib untuk memberitahukannya, sekalipun langit harus runtuh.].

3) Markus 3:1-5 - “(1) Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. (2) Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. (3) Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: ‘Mari, berdirilah di tengah!’ (4) Kemudian kataNya kepada mereka: ‘Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?’ Tetapi mereka itu diam saja.”.

4) Matius 22:41-46 - “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya (Tuhan), ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku (Tuhanku): duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya (Tuhan), bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’ (46) Tidak ada seorangpun yang dapat menjawabNya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepadaNya.”.

Tujuan Yesus dengan pembicaraan ini ialah: supaya mereka sadar / mengerti bahwa sekalipun Yesus / Mesias adalah anak / keturunan Daud, yang menunjukkan bahwa Ia adalah manu­sia, tetapi Ia juga disebut Tuan (Inggris: Lord / Tuhan) oleh Daud (ay 44a Maz 110:1), yang menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri!

Bdk. Mazmur 110:1 - “Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku (Tuhanku): ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.

H. P. Liddon: “David’s Son is David’s Lord. ... David describes his great descendant Messiah as his ‘Lord’ (Psa. 110:1). ... He is David’s descendant; the Pharisees knew that truth. But He is also David’s Lord. How could He both if He was merely human? The belief of Christendom can alone answer the question which our Lord addressed to the Pharisees. The Son of David is David’s Lord because He is God; the Lord of David is David’s Son because He is God incarnate.” [= ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’. ... Daud menggambarkan keturunannya yang agung, Mesias, sebagai ‘Tuhan’nya (Maz 110:1). ... Ia adalah keturunan dari Daud; orang-orang Farisi mengetahui kebenaran itu. Tetapi Ia juga adalah ‘Tuhan dari Daud’. Bagaimana Ia bisa adalah keduanya jika Ia hanya manusia semata-mata? Hanya kepercayaan dari orang-orang kristen yang bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Tuhan kita kepada orang-orang Farisi. ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’ karena Ia adalah Allah; ‘Tuhan dari Daud’ adalah ‘Anak dari Daud’ karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi / menjadi manusia.] - ‘The Divinity of the Lord and Saviour Jesus Christ’, hal 43.

5) Kis 17:1-13 - “(1) Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. (2) Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. (3) Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’ (4) Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka. (5) Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat. (6) Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: ‘Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke mari, (7) dan Yason menerima mereka menumpang di rumahnya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.’ (8) Ketika orang banyak dan pembesar-pembesar kota mendengar semuanya itu, mereka menjadi gelisah. (9) Tetapi setelah mereka mendapat jaminan dari Yason dan dari saudara-saudara lain, merekapun dilepaskan. (10) Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi. (11) Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. (12) Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani. (13) Tetapi ketika orang-orang Yahudi dari Tesalonika tahu, bahwa juga di Berea telah diberitakan firman Allah oleh Paulus, datang jugalah mereka ke sana menghasut dan menggelisahkan hati orang banyak.”.

Di Berea Paulus melakukan hal yang sama seperti di Tesalonika, yaitu ia memberitakan Injil (Kis 17:10). Tetapi tanggapan yang ia dapatkan betul-betul berbeda! (Kis 17:11).

Kis 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”.

a) Orang-orang Yahudi di Berea terbuka terhadap Firman Tuhan dan mau mendengar Firman Tuhan (Kis 17:11).

Mereka tidak seperti banyak orang kristen pada jaman ini yang sekalipun pergi ke gereja, tetapi tidak senang mendengar Firman Tuhan.

b) Mereka menyelidiki Kitab Suci (Kis 17:11).

Ini menunjukkan bahwa mereka mau membuang waktu, tenaga dan pikiran untuk belajar Kitab Suci.

c) Mereka menyelidiki Kitab Suci tiap hari (Kis 17:11).

Ini menunjukkan suatu ketekunan dalam belajar Kitab Suci! Apakah hal ini ada pada saudara dalam hal belajar Kitab Suci / Firman Tuhan?

d) Mereka mengecheck khotbah Paulus dengan Kitab Suci (Kis 17:11).

1. Ini bertentangan dengan 2 sikap yang extrim:

a. Menolak semua ajaran baru / asing.

b. Menerima seadanya ajaran.

Jangan mempunyai sikap extrim seperti ini. Dalam mendengar setiap ajaran dari siapapun, perhatikanlah apakah ajaran itu sesuai dengan Kitab Suci atau tidak. Kalau sesuai, tidak peduli itu bertentangan dengan pendapat saudara selama ini, saudara harus menerimanya. Sebaliknya, kalau tidak sesuai dengan Kitab Suci, maka sekalipun yang memberitakan adalah ‘orang top’, saudara harus menolaknya!

2. Tindakan mereka ini bukan menghakimi! Kis 17:11 ini justru jelas sekali memuji tindakan tersebut!

3. Kalau jemaat wajib mengecheck khotbah dengan Kitab Suci, maka jelas bahwa pengkhotbahnyapun wajib berkhotbah / mengajar dengan menunjukkan dasar Kitab Sucinya!

e) Mereka percaya kepada Yesus / bertobat (Kis 17:12).

Orang yang betul-betul menghargai otoritas Kitab Suci, sukar untuk tidak menjadi orang kristen!

Kesimpulan: Orang-orang Yahudi di Berea menghargai / menghormati dan meninggikan otoritas Kitab Suci!

Ini sebabnya dalam Kis 17:11, Kitab Suci / Tuhan mengatakan bahwa mereka ‘lebih baik hatinya’ dari pada orang Yahudi di Tesaloni­ka! Kata-kata ‘lebih baik hatinya’ diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris:

KJV/RSV: ‘more noble’ [= lebih mulia].

NIV: ‘more noble character’ [= karakter yang lebih mulia].

NASB: ‘more noble-minded’ [= mempunyai pikiran yang lebih mulia].

Jadi, semua Kitab Suci bahasa Inggris mengandung kata ‘noble’ yang bisa berarti ‘mulia’ atau ‘ningrat’.

Jadi, Kitab Suci / Tuhan menganggap bahwa orang-orang Yahudi di Berea lebih mulia / lebih ningrat (secara rohani) / lebih baik dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika. Karena apa? Karena orang-orang Yahudi di Berea mempunyai sikap dan tanggapan terhadap Firman Tuhan yang jauh lebih baik dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika.

Inilah kriteria yang digunakan oleh Kitab Suci / Tuhan dalam menentukan apakah seseorang itu baik atau tidak! Tuhan menghargai orang yang menghargai FirmanNya!

Ezra 9:4 - “Lalu berkumpullah kepadaku semua orang yang gemetar karena firman Allah Israel, oleh sebab perbuatan tidak setia orang-orang buangan itu, tetapi aku tetap duduk tertegun sampai korban petang.”.

Wycliffe Bible Commentary (tentang Ezra 9:4): “‘Every one that trembled at the words of the God of Israel.’ Cf. Ezra 10:3; Isa 66:2,5; Ps 119:120,161. A man’s attitude toward God’s Word is one of the ultimate criteria of his spirituality.” [= ‘Semua orang yang gemetar karena firman Allah Israel’. Bdk. Ezra 10:3; Yesaya 66:2,5; Mazmur 119:120,161. Sikap seseorang terhadap Firman Allah merupakan salah satu kriteria yang terutama dari kerohaniannya.].

Contoh yang sangat buruk dalam ketidak-pedulian dan sikap tidak hormat terhadap Alkitab.

Saksi-Saksi Yehuwa mengubah terjemahan Alkitab mereka, khususnya ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus. Sekalipun ada juga yang tidak ada hubungannya dengan keilahian Kristus, seperti Lukas 23:43 (NWT).

Gereja Roma Katolik mengajarkan ajaran-ajaran yang bukan hanya tidak ada dasar Alkitabnya, tetapi bahkan bertentangan dengan Alkitab!

China mengharuskan untuk merevisi Alkitab!

https://www.dailystar.co.uk/news/china-orders-christians-rewrite-bible-21152113

As the world prepares to celebrate Christmas, Chinese Communists have announced plans to rewrite the Bible so that it falls in line with the Party ideology. [= Pada waktu dunia bersiap-siap untuk merayakan Natal, orang-orang komunis China telah mengumumkan rencana-rencana untuk menulis ulang Alkitab sehingga itu (Alkitab) tunduk / sesuai dengan ideologi dari Partai.].

The bizarre requirement was reported by respected French newspaper Le Figaro yesterday evening, quoting their correspondent in Beijing, and it apparently extends to all major religions, including Christianity, Islam and Buddhism. [= Tuntutan yang sangat aneh itu dilaporkan oleh surat kabar Perancis yang terhormat / dihargai Le Figaro kemarin malam, mengutip wartawan mereka di Beijing, dan itu kelihatannya / jelas meluas pada semua agama-agama besar, termasuk Kristen, Islam dan Buddha.].

Apparently, China wants all the major religions to review their holy texts and to adapt them to the ‘era of president Xi Jinping’. [= Kelihatannya / jelas, China menghendaki semua agama-agama besar untuk meninjau ulang text-text kudus mereka dan untuk menyesuaikan mereka dengan ‘zaman dari presiden Xi Jinping’.].

As well as being president, Xi Jinping is also general secretary of the Communist Party of China (CPC). [= Selain menjadi Presiden, Xi Jinping juga adalah sekretaris Jendral dari Partai Komunis China (PKC).].

https://www.thesun.co.uk/news/10616254/china-rewrite-bible-quran-xi-socialist/

Beijing highlights that ‘Jesus Christ’s parables’ will have to fall ‘in line with the Communist Party, failing which they run the risk of being purged from the bibles available to the faithful.’ [= Beijing menekankan bahwa ‘perumpamaan-perumpamaan Yesus Kristus’ akan harus sesuai dengan Partai Komunis, kesalahan yang beresiko untuk disingkirkan dari Alkitab-Alkitab yang tersedia bagi orang-orang percaya / setia.].

If some texts are found not to confirm, they will have to be ‘modified and translated again.’ [= Jika beberapa text didapati tidak sesuai, mereka harus ‘dimodifikasi dan diterjemahkan lagi / ulang’.].

The representatives of the various religions practised in China were reportedly recently summoned to a meeting to discuss the plan. [= Wakil-wakil dari berbagai-bagai agama yang dipraktekkan di China baru-baru ini kabarnya dipanggil untuk suatu pertemuan untuk mendiskusikan rencana itu.].

https://www.christianheadlines.com/contributors/michael-foust/china-changes-bible-story-says-jesus-killed-woman-caught-in-adultery-i-too-am-a-sinner.html

The biblical story of Jesus saving the woman caught in adultery has been twisted and given a new ending in a Chinese textbook, with Jesus killing the woman and telling her that He, too, is a sinner, according to a new report. [= Cerita Alkitab tentang Yesus menyelamatkan perempuan yang ditangkap dalam perzinahan telah dipuntir / diubah dan diberikan suatu akhiran yang baru dalam suatu buku standar China, dengan Yesus membunuh perempuan itu dan sambil berkata kepadanya bahwa Ia, juga, adalah seorang berdosa, menurut suatu laporan yang baru.].

In the original biblical story in John 8, Jesus goes to the temple courts, where the teachers of the law and the Pharisees bring him a woman caught in adultery and ask Christ if she should be stoned. Jesus writes on the ground and then tells them, ‘Let anyone of you who is without sin be the first to throw a stone at her.’ After the woman’s accusers leave, Jesus tells her, ‘Go now and leave your life of sin.’ [= Dalam cerita Alkitab asli dalam Yoh 8, Yesus pergi ke halaman-halaman Bait Allah, dimana ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepadaNya seorang perempuan yang tertangkap dalam perzinahan dan bertanya kepada Kristus apakah ia harus dirajam. Yesus menulis di tanah dan lalu berkata kepada mereka, ‘Hendaklah siapapun dari kamu yang tidak berdosa menjadi yang pertama melemparkan batu kepada dia’. Setelah penuduh-penuduh perempuan itu pergi, Yesus berkata kepadanya, ‘Pergilah sekarang dan tinggalkanlah kehidupanmu yang berdosa’.].

It’s a story of grace and mercy. [= Itu merupakan suatu cerita tentang kasih karunia dan belas kasihan.].

The Chinese textbook, though, changes the ending, according to UCA News. The textbook says, "When the crowd disappeared, Jesus stoned the sinner to death saying, ‘I, too, am a sinner. But if the law could only be executed by men without blemish, the law would be dead.’" [= Tetapi buku standar China mengubah akhirannya, menurut UCA News. Buku standar berbunyi: "Pada waktu orang banyak itu hilang / pergi, Yesus merajam orang berdosa itu sampai mati sambil berkata, ‘Aku, juga, adalah seorang berdosa. Tetapi jika hukum hanya bisa dilaksanakan oleh orang-orang tanpa cacat, hukum itu akan mati.’"].

Baca Juga: Tanda Yang Yesus Berikan: Kebangkitannya (Yohanes 2:19)

Some Christians said China changed the story ‘to prove that the rule of law is supreme in China, and such respect for law is essential for a smooth transfer to socialism with Chinese characteristics,’ UCA News reported. [= Beberapa orang Kristen berkata China mengubah cerita itu ‘untuk membuktikan bahwa peraturan hukum adalah tertinggi di China, dan rasa hormat seperti itu untuk hukum adalah mutlak perlu untuk suatu perubahan yang mulus ke sosialisme dengan karakteristik China’, UCA News melaporkan.].

Pada peringatan hari Reformasi ke 504 ini mari kita mengambil keputusan untuk betul-betul menjadikan Alkitab sebagai satu-satunya standard dalam kepercayaan, ajaran, kehidupan kita!
Next Post Previous Post