MENGAMBIL KEPUTUSAN PADA MASA KESUKARAN (RUT 1:1-6)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Rut 1:1-6 - “(Rut1:1) Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing. (2) Nama orang itu ialah Elimelekh, nama isterinya Naomi dan nama kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, semuanya orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda; dan setelah sampai ke daerah Moab, diamlah mereka di sana. (3) Kemudian matilah Elimelekh, suami Naomi, sehingga perempuan itu tertinggal dengan kedua anaknya. (4) Keduanya mengambil perempuan Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka diam di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya. (5) Lalu matilah juga keduanya, yakni Mahlon dan Kilyon, sehingga perempuan itu kehilangan kedua anaknya dan suaminya. (Rut 1:6) Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka.”.
MENGAMBIL KEPUTUSAN PADA MASA KESUKARAN (RUT 1:1-6)
Kitab Suci menyebutkan Kanaan sebagai suatu tanah yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

Keluaran 3:8 - “Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.”.

Dan kata Betle­hem yang berarti ‘the house of bread’ [= rumah roti / lumbung], jelas menunjukkan bahwa itu adalah tempat yang subur. Tetapi ternyata tempat itu mengalami kelaparan (ay 1) dan kelaparan itu berlangsung cukup lama (ay 4b).

Rut 1:1,4: “(1) Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing. ... (4) Keduanya mengambil perempuan Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka diam di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya.”.

I) Mengapa ada kelaparan?

1) Karena ada dosa.

a) Dari ayat-ayat seperti Ulangan 11:13-17 dan Imamat 26:3-5,14-16, maka jelaslah bahwa untuk jaman itu ada janji Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan pasti akan mencukupi kebutuhan makanan mereka, asal mereka taat kepada Tuhan. Tetapi sebaliknya, juga ada ancaman, yaitu kalau mereka tidak taat kepada Tuhan, Tuhan akan memberikan kelaparan kepada mereka. Jadi kelihatannya kelaparan di sini merupakan hukuman Tuhan atas dosa mereka.

Ul 11:13-17 - “(13) Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepadaNya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, (14) maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu, (15) dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang. (16) Hati-hatilah, supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya. (17) Jika demikian, maka akan bangkitlah murka TUHAN terhadap kamu dan Ia akan menutup langit, sehingga tidak ada hujan dan tanah tidak mengeluarkan hasil, lalu kamu lenyap dengan cepat dari negeri yang baik yang diberikan TUHAN kepadamu.”.

Im 26:3-5,14-16 - “(3) Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, (4) maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. (5) Lamanya musim mengirik bagimu akan sampai kepada musim memetik buah anggur dan lamanya musim memetik buah anggur akan sampai kepada musim menabur. Kamu akan makan makananmu sampai kenyang dan diam di negerimu dengan aman tenteram. … (14) ‘Tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah itu, (15) jikalau kamu menolak ketetapanKu dan hatimu muak mendengar peraturanKu, sehingga kamu tidak melakukan segala perintahKu dan kamu mengingkari perjanjianKu, (16) maka Akupun akan berbuat begini kepadamu, yakni Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu, batuk kering serta demam, yang membuat mata rusak dan jiwa merana; kamu akan sia-sia menabur benihmu, karena hasilnya akan habis dimakan musuhmu.”.

Catatan: Sekalipun penderitaan bisa / sering disebabkan karena dosa, tetapi penderitaan tidak selalu disebab­kan karena dosa. Contoh: Ayub menderita bukan karena ia berdosa, tetapi karena setan menyerang dia dan Tuhan memakai serangan setan itu untuk menguji Ayub. Karena itu kalau saudara menghadapi orang yang sakit / terkena musibah, jangan sembarangan menuduhnya menyimpan dosa dan menyuruhnya bertobat!

b) Disamping itu, dalam ay 1 dikatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada jaman para hakim memerintah / jaman Hakim-hakim. Kalau saudara membaca kitab Hakim-hakim, maka saudara akan melihat 2 hal yang menonjol:

1. Adanya suatu siklus yang terjadi berulang-ulang: Israel berdosa - Tuhan menghukum - Israel bertobat - Tuhan mengampuni.

2. Pada saat itu Israel tidak mempunyai raja dan setiap orang hidup semaunya sendiri (Hak 17:6 18:1 19:1 21:25).

Habakuk 17:6 - “Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.”.

Jadi, jelaslah bahwa kelaparan saat itu pasti merupa­kan hukuman Tuhan atas dosa mereka.

2) Karena Tuhan sedang bekerja untuk melaksanakan rencana­Nya.

a) Allah pasti sudah merencanakan bahwa Yesus harus dila­hirkan dari keturunan Rut dan Boas (Matius 1:5).

Tetapi bagaimana rencana itu bisa terlaksana? Rut ada di Moab, sedangkan Boas ada di Yehuda. Untuk mempertemukan kedua­nya, maka Tuhan memberikan kelaparan di Yehuda (sekali­gus sebagai hukuman dosa), sehingga Elimelekh dan keluarganya pindah ke Moab.

Lalu pada ay 6 kita melihat bahwa setelah Mahlon dan Kilyon mati, Tuhan lalu memberikan makanan lagi kepada umatNya.

Rut 1: 6: “Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka.”.

Ini menyebabkan Naomi kembali ke Yehuda bersama dengan Rut, sehingga akhirnya Rut bertemu dengan Boas, dan rencana Allah terjadi / tergenapi.

b) Rut jelas adalah orang pilihan, dan karena itu ia harus diselamatkan. Tetapi bagaimana ia bisa ‘mendengar Injil’ dan menjadi percaya? Untuk tujuan inilah maka Tuhan memberikan kelaparan tersebut (sekaligus sebagai hukuman dosa), sehingga Elimelekh dan keluarganya pindah ke Moab, bertemu dengan Rut, ‘memberitakan Injil’ kepadanya dan mempertobatkannya.

Penerapan: kalau dalam kehidupan saudara ada hal-hal aneh yang terjadi (hal-hal yang tidak menyenangkan), pikirkanlah kemungkinan bahwa Allah sedang melaksanakan rencanaNya.

II) Cara / sikap mereka menghadapi kelaparan itu.


1) Ada hal-hal yang benar yang tidak mereka lakukan.

a) Mereka tidak berdoa lebih dulu untuk meminta pimpinan Tuhan (ay 1).

Ay 1: “Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing.”.

Ini adalah sesuatu yang sangat salah! Kalau saudara mau melakukan sesuatu, apalagi itu adalah sesuatu yang penting, apakah saudara berdoa lebih dulu untuk meminta pimpinan Tuhan? Bacalah 1Sam 23:1-13 dan lihatlah bagaimana Daud meminta pimpinan Tuhan dalam setiap langkah yang akan dia lakukan!

1Samuel 23:1-13 - “(1) Diberitahukanlah kepada Daud, begini: ‘Ketahuilah, orang Filistin berperang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan.’ (2) Lalu bertanyalah Daud kepada TUHAN: ‘Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?’ Jawab TUHAN kepada Daud: ‘Pergilah, kalahkanlah orang Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.’ (3) Tetapi orang-orang Daud berkata kepadanya: ‘Ingatlah, sedangkan di sini di Yehuda kita sudah dalam ketakutan, apalagi kalau kita pergi ke Kehila, melawan barisan perang orang Filistin.’ (4) Lalu bertanya pulalah Daud kepada TUHAN, maka TUHAN menjawab dia, firmanNya: ‘Bersiaplah, pergilah ke Kehila, sebab Aku akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu.’ (5) Kemudian pergilah Daud dengan orang-orangnya ke Kehila; ia berperang melawan orang Filistin itu, dihalaunya ternak mereka dan ditimbulkannya kekalahan besar di antara mereka. Demikianlah Daud menyelamatkan penduduk Kehila. (6) Ketika Abyatar bin Ahimelekh melarikan diri kepada Daud ke Kehila, ia turun dengan membawa efod di tangannya. (7) Kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah masuk Kehila. Lalu berkatalah Saul: ‘Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku, sebab dengan masuk ke dalam kota yang berpintu dan berpalang ia telah mengurung dirinya.’ (8) Maka Saul memanggil seluruh rakyat pergi berperang ke Kehila dan mengepung Daud dengan orang-orangnya. (9) Ketika diketahui Daud, bahwa Saul berniat jahat terhadap dia, berkatalah ia kepada imam Abyatar: ‘Bawalah efod itu ke mari.’ (10) Berkatalah Daud: ‘TUHAN, Allah Israel, hambaMu ini telah mendengar kabar pasti, bahwa Saul berikhtiar untuk datang ke Kehila dan memusnahkan kota ini oleh karena aku. (11) Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku ke dalam tangannya? Akan datangkah Saul seperti yang telah didengar oleh hambaMu ini? TUHAN, Allah Israel, beritahukanlah kiranya kepada hambaMu ini.’ Jawab TUHAN: ‘Ia akan datang.’ (12) Kemudian bertanyalah Daud: ‘Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?’ Firman TUHAN: ‘Akan mereka serahkan.’ (13) Lalu bersiaplah Daud dan orang-orangnya, kira-kira enam ratus orang banyaknya, mereka keluar dari Kehila dan pergi ke mana saja mereka dapat pergi. Apabila kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah meluputkan diri dari Kehila, maka tidak jadilah ia maju berperang.”.

“The first century Christians were said to be power conscious. We are problem conscious. What did they believe about prayer? What do we?” [= Dikatakan bahwa orang-orang Kristen abad pertama sadar akan kuasa. Kita sadar akan problem. Apa yang mereka percaya tentang doa? Apa yang kita percaya (tentang doa)?] - ‘Streams in the Desert’, vol III, April 19.

b) Mereka tidak melakukan introspeksi.

Kesukaran bisa disebabkan karena dosa dan karena itu, pada saat kita mengalami kesukaran (apalagi yang berat dan rasanya tak tertahankan), sebaiknya kita mengintrospeksi / memeriksa hidup kita.

Contoh: Dalam Yosua 7, bangsa Israel dikalahkan oleh Ai. Dalam percakapan antara Tuhan dengan Yosua, Tuhan menunjukkan dosa bangsa Israel, yaitu adanya Akhan yang mencuri barang-barang dari Yerikho. Setelah dosa itu dibereskan, maka akhirnya bangsa Israel berhasil mengalahkan Ai.

Tetapi keluarga ini ternyata tidak melakukan introspeksi.

Dari kedua hal di atas ini terlihat bahwa sekalipun nama Elimelekh berarti ‘My God is King’ [= Allahku adalah Raja], tetapi kenyataannya, ia tidak hidup sesuai dengan arti dari namanya sendiri.

2) Ada hal-hal yang salah yang justru mereka lakukan.

a) Mereka pergi ke Moab.

Ay 1: “Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing.”.

1. Moab tidak mengalami kelaparan pada saat Israel mengalaminya.

Matthew Henry: “It seems there was plenty in the country of Moab when there was scarcity of bread in the land of Israel. Common gifts of providence are often bestowed in greater plenty upon those that are strangers to God than upon those that know and worship him. Moab is at ease from his youth, while Israel is emptied from vessel to vessel (Jer 48:11), not because God loves Moabites better, but because they have their portion in this life.” [= Kelihatannya ada kelimpahan di negeri Moab pada waktu ada kekurangan roti di tanah Israel. Pemberian umum dari Providensia sering diberikan dalam kelimpahan yang lebih besar kepada mereka yang adalah orang-orang asing bagi Allah dari pada kepada mereka yang mengenal dan menyembahNya. Moab mengalami kenyamanan dari mudanya, sedangkan Israel dituangkan dari tempayan ke tempayan (Yer 48:11), bukan karena Allah lebih mengasihi Moab, tetapi karena mereka mendapatkan bagian mereka dalam kehidupan ini (Mazmur 17:14).].

Yeremia 48:11 - “Moab hidup aman dari sejak masa mudanya, dia hidup tenang seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan yang satu ke tempayan yang lain, tidak pernah masuk ke dalam pembuangan; sebab itu rasanya tetap padanya, dan baunya tidak berubah.”.

Maz 17:14 - “Luputkanlah aku, ya TUHAN, dengan tanganMu, dari orang-orang dunia ini yang bagiannya adalah dalam hidup ini; biarlah perut mereka dikenyangkan dengan apa yang Engkau simpan, sehingga anak-anak mereka menjadi puas, dan sisanya mereka tinggalkan untuk bayi-bayi mereka.”.

KJV: “which have their portion in this life,” [= yang mempunyai / mendapatkan bagiannya dalam hidup ini,].

2. Kepindahan ke Moab ini merupakan dosa.

Pulpit Commentary (hal 3) tidak setuju untuk mengatakan bahwa tindakan ini merupakan dosa, karena textnya tidak mengatakan bahwa itu adalah dosa. Tetapi saya berpendapat bahwa argumentasi ini lemah sekali. Dalam Kitab Suci ada banyak dosa yang dalam textnya tidak disebutkan secara explicit sebagai dosa, misalnya:

a. Orang-orang / tokoh-tokoh yang melakukan polygamy, misalnya Abraham menikahi Hagar (Kej 16).

b. Abraham, Ishak, Yakub berdusta (Kejadian 12:11-20 Kej 20:1-18 Kej 26:1-11 Kej 27). Demikian juga dengan dustanya Rahab (Yos 2).

c. Rahel yang mencuri terafim ayahnya, dan mendustainya (Kej 31:30-35).

Tetapi dari ayat-ayat lain dalam Kitab Suci kita bisa menyimpulkan bahwa itu merupakan dosa.

Sekarang tentang pindahnya keluarga Elimelekh ini ke Moab. Apa dasarnya untuk mengatakan bahwa hal ini adalah dosa?

a. Kelaparan itu rasanya tidak begitu hebat sehingga keluarga Elimelekh ini terpaksa pindah. Dari mana kita bisa melihat hal itu? Orang-orang lain tidak pindah dan tetap bisa hidup.

b. Pada waktu pindah mereka masih cukup kaya, karena dalam ay 21 Naomi berkata ‘dengan tangan yang penuh aku pergi’.

c. Mereka meninggalkan tanah Kanaan yang adalah tanah perjanjian! Bandingkan dengan Nabot yang berkeras tidak mau menjual tanah milik pusaka nenek moyangnya (1Raja 21:3 bdk. Imamat 25:23).

1Raja 21:3 - “Jawab Nabot kepada Ahab: ‘Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!’”.

Kalau semua orang pindah pada masa kelaparan, maka Israel / Kanaan akan kosong! Kepindahan mereka merupakan teladan buruk bagi orang-orang lain.

Dan ingat bahwa dalam jaman Perjanjian Lama, hukum Taurat / Firman Tuhan hanya ada di Israel! Jadi, dengan pindah ke Moab, mereka tidak bisa berbakti ataupun mendapatkan Firman Tuhan.

The Bible Exposition Commentary: “A husband and father certainly wants to provide for his wife and family, but he must not do it at the expense of losing the blessing of God.” [= Seorang suami dan ayah pasti ingin memberikan persediaan untuk istrinya dan keluarganya, tetapi ia tidak boleh melakukannya dengan mengorbankan berkat Allah.].

The Bible Exposition Commentary: “David’s witness is worth considering: ‘I have been young, and now I am old; yet I have not seen the righteous forsaken, or his descendants begging bread’ (Ps 37:25, NKJV). ... In times of difficulty, if we die to self and put God’s will first (Matt 6:33), we can be sure that He will either take us out of the trouble or bring us through.” [= Kesaksian Daud layak direnungkan / dipertimbangkan: ‘Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti’ (Maz 37:25). ... Pada waktu kesukaran, jika kita mati bagi diri kita sendiri dan mendahulukan kehendak Allah (Mat 6:33), kita bisa yakin / pasti bahwa Ia akan, atau mengeluarkan kita dari kesukaran, atau membawa kita melaluinya.].

Matius 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.

Bdk. Amsal 10:3 - “TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan, tetapi keinginan orang fasik ditolakNya.”.

Dari ay 19,21 kelihatannya mereka adalah orang yang terpandang dan kaya. Mungkin ini menyebabkan mereka tidak tahan penderitaan dan mereka lalu pindah.

Rut 1:19,21 - “(19) Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: ‘Naomikah itu?’ … (21) Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.’”.

Catatan: kalau mereka bukan orang terpandang / kaya, waktu Naomi kembali tak akan ada orang yang peduli, tetapi yang terjadi adalah seluruh kota menjadi gempar.

Matthew Henry: “It is an evidence of a discontented, distrustful, unstable spirit, to be weary of the place in which God hath set us, and to be for leaving it immediately whenever we meet with any uneasiness or inconvenience in it. It is folly to think of escaping that cross which, being laid in our way, we ought to take up. It is our wisdom to make the best of that which is, for it is seldom that changing our place is mending it.” [= Merupakan bukti dari suatu roh yang tidak puas, tidak percaya, dan tidak stabil, untuk bosan dengan tempat dimana Allah meletakkan kita, dan untuk segera meninggalkannya kapanpun kita bertemu dengan ketidak-nyamanan dan kesukaran / ketidak-enakan di dalamnya. Adalah bodoh untuk berpikir tentang meloloskan diri dari salib, yang karena diberikan di jalan kita, harus kita pikul. Merupakan hikmat kita untuk membuat yang terbaik dari apa yang ada, karena adalah jarang bahwa perpindahan tempat kita bisa memperbaikinya.].

THE CROSS [= SALIB]

“God laid upon my back a grievous load, [= Allah meletakkan di punggungku suatu beban yang menyedihkan,]

A heavy cross to bear along the road. [= Suatu salib yang berat untuk dipikul di sepanjang jalan.]

I staggered on, and lo! one weary day, [= Aku terhuyung-huyung, dan lihatlah! suatu hari yang melelahkan / membosankan,]

An angry lion sprang across my way. [= Seekor singa yang marah meloncat di jalanku.]

I prayed to God, and swift at His command [= Aku berdoa kepada Allah, dan segera atas perintahNya]

The cross became a weapon in my hand [= Salib itu menjadi sebuah senjata di tanganku]

It slew my raging enemy, and then [= Itu membunuh musuhku yang marah / mengamuk, dan lalu]

Became a cross upon my back again. [= Menjadi sebuah salib di punggungku lagi.]

I reached a desert. O’er the burning track [= Aku mencapai suatu padang gurun. Di atas jalan yang membakar]

I persevered, the cross upon my back. [= Aku bertekun, salib pada punggungku.]

No shade was there, and in the cruel sun [= Tidak ada bayang-bayang di sana, dan di terik matahari yang kejam]

I sank at last, and thought my days were done. [= Akhirnya aku jatuh / ambruk, dan berpikir hari-hariku sudah berakhir.]

But lo! the Lord works many a blest surprise - [= Tetapi lihatlah! Tuhan mengerjakan banyak kejutan yang menyenangkan - ]

The cross became a tree before my eyes! [= Salib itu menjadi sebuah pohon di depan mataku!]

I slept; I woke, to feel the strength of ten. [= Aku tidur; aku bangun, merasa kekuatan dari sepuluh orang.]

I found the cross upon my back again. [= Aku mendapati salib itu di punggungku lagi.]

And thus through all my days from then to this, [= Dan demikianlah di sepanjang hari-hariku sejak saat itu sampai sekarang,]

The cross, my burden, has become my bliss. [= Salib, bebanku, telah menjadi kebahagiaanku.]

Nor ever shall I lay the burden down, [= Tidak pernah lagi aku meletakkan / menurunkan bebanku,]

For God some day will make the cross a crown!” [= Karena suatu hari Allah akan membuat / menjadikan salib itu sebuah makhkota!] - ‘Streams in the Desert’, vol 3, February 22.

3. Kepindahan ke Moab mungkin merupakan dosa yang lebih besar dari pada kalau ia pindah ke tempat kafir yang lain.

Bible Knowledge Commentary: “The inhabitants of Moab were excluded from the congregation of the Lord (Deut 23:3-6).” [= Penduduk Moab dikeluarkan dari jemaat Tuhan (Ul 23:3-6).].

Ulangan 23:3-6 - “(3) Seorang Amon atau seorang Moab janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN sampai selama-lamanya, (4) karena mereka tidak menyongsong kamu dengan roti dan air pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir, dan karena mereka mengupah Bileam bin Beor dari Petor di Aram-Mesopotamia melawan engkau, supaya dikutukinya engkau. (5) Tetapi TUHAN, Allahmu, tidak mau mendengarkan Bileam dan TUHAN, Allahmu, telah mengubah kutuk itu menjadi berkat bagimu, karena TUHAN, Allahmu, mengasihi engkau. (6) Selama engkau hidup, janganlah engkau mengikhtiarkan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka sampai selama-lamanya.”.

b) Mahlon dan Kilyon kawin dengan orang Moab yaitu Rut dan Orpa.

Rut 1: 4: “Keduanya mengambil perempuan Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka diam di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya.”.

Di sini belum terlihat siapa yang menikah dengan yang mana. Baru dalam Rut 4:10 terlihat bahwa Mahlon yang menikahi Rut, dan dengan demikian, maka Kilyon yang menikahi Orpa.

Rut 4:10 - “juga Rut, perempuan Moab itu, isteri Mahlon, aku peroleh menjadi isteriku untuk menegakkan nama orang yang telah mati itu di atas milik pusakanya. Demikianlah nama orang itu tidak akan lenyap dari antara saudara-saudaranya dan dari antara warga kota. Kamulah pada hari ini menjadi saksi.’”.

Mahlon mengambil Rut sebagai istrinya, dan Kilyon mengambil Orpa sebagai istrinya, padahal kedua perempuan ini adalah orang-orang Moab. Salahkah tindakan kawin campur seperti ini?

1. Dalam hal ini lagi-lagi Pulpit Commentary mengatakan (hal 3) bahwa kita tidak bisa menganggap tindakan mereka ini sebagai dosa, karena text Kitab Sucinya tidak menyatakan sebagai dosa. Ini lagi-lagi merupakan suatu komentar / argumentasi yang bodoh dan salah, karena dalam banyak kasus dosa, Alkitab tidak menyatakan secara explicit bahwa itu dosa.

Kalau dalam jaman Perjanjian Baru Tuhan melarang orang kristen menikah dengan orang non kristen (2Korintus 6:14), maka pada jaman Perjanjian Lama, orang Israel dilarang menikah dengan orang kafir (Ul 7:1-6).

2Korintus 6:14-17 - “(14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu. (17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.”.

Ulangan 7:1-6 - “(1) ‘Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, (2) dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. (3) Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; (4) sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari padaKu, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera. (5) Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis. (6) Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayanganNya.”.

Catatan: dalam kedua text di atas, bagian yang saya beri warna merah menunjukkan larangannya, dan bagian yang saya beri warna biru menunjukkan alasan dari larangan itu.

Matthew Henry (tentang Ulangan 7:1-11): “A very strict caution against all friendship and fellowship with idols and idolaters. Those that are taken into communion with God must have no communication with the unfruitful works of darkness. ... The people of these abominations must not be mingled with the holy seed, lest they corrupt them. Better that all these lives should be lost from the earth than that religion and the true worship of God should be lost in Israel. ... They must make no marriages with those of them that escaped the sword, v. 3,4. ... To intermarry with them was therefore unlawful, because it was dangerous; this very thing had proved of fatal consequence to the old world (Gen 6:2), and thousands in the world that now is have been undone by irreligious ungodly marriages; for there is more ground of fear in mixed marriages that the good will be perverted than of hope that the bad will be converted. The event proved the reasonableness of this warning: They will turn away thy son from following me. Solomon paid dearly for his folly herein. We find a national repentance for this sin of marrying strange wives, and care taken to reform (Ezra 9; 10, and Neh 13), and a New-Testament caution not to be unequally yoked with unbelievers, 2 Cor 6:14. Those that in choosing yokefellows keep not at least within the bounds of a justifiable profession of religion cannot promise themselves helps meet for them. One of the Chaldee paraphrases adds here, as a reason of this command (v. 3), ‘For he that marries with idolaters does in effect marry with their idols.’” [= Suatu peringatan yang sangat ketat terhadap / menentang semua persahabatan dan persekutuan dengan berhala-berhala dan penyembah-penyembah berhala. Mereka yang dibawa ke dalam persekutuan dengan Allah tidak boleh mempunyai persekutuan dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak berbuah dari kegelapan. ... Orang-orang dari kejijikan ini tidak boleh bercampur dengan benih yang kudus, supaya mereka jangan merusak mereka. Lebih baik kalau semua kehidupan ini harus hilang dari bumi dari pada bahwa agama dan penyembahan yang benar terhadap Allah hilang di Israel. ... Mereka tidak boleh membuat pernikahan dengan mereka yang lolos dari pedang, ay 3,4. ... Pernikahan campuran dengan mereka tidak diijinkan, karena itu membahayakan; hal ini telah terbukti mempunyai konsekwensi yang fatal bagi dunia kuno (Kej 6:2), dan ribuan pernikahan dalam dunia yang sekarang ada telah dirusak oleh pernikahan yang jahat dan tak sesuai agama; karena ada lebih banyak dasar dari ketakutan dalam pernikahan campuran bahwa orang baik / saleh akan disesatkan dari pada pengharapan bahwa orang yang jahat akan dipertobatkan. Peristiwanya membuktikan masuk akalnya peringatan ini: ‘Mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari padaKu’. Salomo membayar mahal untuk kebodohannya dalam hal ini. Kita mendapati suatu pertobatan nasional dari dosa pernikahan dengan istri-istri asing, dan diambil perhatian untuk mereformasi (Ezra 9,10, dan Neh 13), dan ada suatu peringatan Perjanjian Baru untuk tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya, 2Kor 6:14. Mereka yang dalam memilih pasangan tidak menjaga untuk sedikitnya ada dalam batasan dari suatu pengakuan agama yang bisa dibenarkan, tidak bisa menjanjikan kepada diri mereka sendiri penolong-penolong yang cocok bagi mereka. Salah satu dari penterjemahan-penterjemahan dengan kata-kata sendiri (paraphrase) dari bahasa Kasdim menambahkan di sini, sebagai alasan dari perintah ini (ay 3), ‘Karena ia yang menikah dengan penyembah berhala sebetulnya melakukan pernikahan dengan berhala-berhala mereka’.].

Adam Clarke (tentang Ulangan 7:3): “The heart being naturally inclined to evil there is more likelihood that the idolatrous wife should draw aside the believing husband, than that the believing husband should be able to bring over his idolatrous wife to the true faith.” [= Karena hati secara alamiah cenderung pada kejahatan, ada lebih banyak kemungkinan bahwa istri yang menyembah berhala akan menyimpangkan suami yang percaya, dari pada bahwa suami yang percaya akan bisa membawa istrinya yang menyembah berhala kepada iman yang benar.].

Bible Knowledge Commentary (tentang Ul 7:1-2): “the Canaanites constituted a moral cancer (cf. 20:17-18; Num 33:55; Josh 23:12-13) and even one of them - even a child left alive - had the potential of introducing an idolatry and immorality which would spread rapidly among the Israelites and bring about the destruction of God’s own people.” [= orang-orang Kanaan membentuk suatu kanker moral (bdk. 20:17-18; Bilangan 33:55; Yosua 23:12-13) dan bahkan satu dari mereka - bahkan seorang anak yang dibiarkan hidup - mempunyai potensi untuk memperkenalkan penyembahan berhala dan ketidak-bermoralan yang akan menyebar dengan cepat di antara orang-orang Israel dan membawa kehancuran dari umat Allah sendiri.].

Bible Knowledge Commentary (tentang Ul 7:3-5): “Paul stated the principle well: ‘Don’t you know that a little yeast works through the whole batch of dough?’ (1 Cor 5:6). Marriage to an unbelieving Canaanite meant disaster for an Israelite’s faith.” [= Paulus menyatakan prinsip itu dengan baik: ‘Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan?’ (1Kor 5:6). Pernikahan dengan orang Kanaan yang tidak percaya berarti bencana bagi iman seorang Israel.].

Pulpit Commentary (tentang Ul 7:3): “Brought into intimate relations with idolaters, they might be seduced into idolatry; and where marriage was contracted with an idolater, the children might be brought up in idolatry. Such unions were forbidden.” [= Dibawa ke dalam hubungan intim / dekat dengan penyembah-penyembah berhala, mereka bisa dibujuk ke dalam penyembahan berhala; dan dimana pernikahan dilakukan dengan seorang penyembah berhala, anak-anak bisa dibesarkan dalam penyembahan berhala. Persatuan seperti itu dilarang.].

2. Ada penafsir-penafsir yang mengatakan bahwa dalam Ul 7:1-6 ini orang Israel hanya dilarang menikah dengan perempuan Kanaan (Ul 7:1), dan Moab tidak termasuk di dalam kategori tersebut, dan karena itu tindakan Mahlon dan Kilyon ini tidak salah.

Tetapi menurut saya ini berarti bahwa mereka memandang Ul 7:1-6 hanya menurut hurufnya, bukan menurut artinya, karena sebetulnya larangan menikah dengan orang Kanaan itu bukan karena alasan kebangsaan yang berbeda tetapi karena agama yang berbeda (Ul 7:4-5). Kalau orang Israel menikah dengan orang Kanaan, yang Tuhan kuatirkan akan terjadi adalah bahwa penyembahan berhala orang Kanaan itu menular kepada bangsa Israel (Ul 7:4a). Jadi, apa bedanya menikah dengan orang Kanaan atau dengan orang non Kanaan, kalau keduanya sama-sama menyembah berhala?

Karena itu baik Ezra maupun Nehemia secara tepat menafsirkan bahwa larangan itu juga berlaku untuk pernikahan orang Israel dengan orang Moab dan bangsa-bangsa lain yang bukan termasuk orang Kanaan.

Ezra 9:1-2 - “(1) Sesudah semuanya itu terlaksana datanglah para pemuka mendekati aku dan berkata: ‘Orang-orang Israel awam, para imam dan orang-orang Lewi tidak memisahkan diri dari penduduk negeri dengan segala kekejiannya, yakni dari orang Kanaan, orang Het, orang Feris, orang Yebus, orang Amon, orang Moab, orang Mesir dan orang Amori. (2) Karena mereka telah mengambil isteri dari antara anak perempuan orang-orang itu untuk diri sendiri dan untuk anak-anak mereka, sehingga bercampurlah benih yang kudus dengan penduduk negeri, bahkan para pemuka dan penguasalah yang lebih dahulu melakukan perbuatan tidak setia itu.’”.

Nehemia 13:23-27 - “(23) Pada masa itu juga kulihat bahwa beberapa orang Yahudi memperisteri perempuan-perempuan Asdod, perempuan-perempuan Amon atau perempuan-perempuan Moab. (24) Sebagian dari anak-anak mereka berbicara bahasa Asdod atau bahasa bangsa lain itu dan tidak tahu berbicara bahasa Yahudi. (25) Aku menyesali mereka, kukutuki mereka, dan beberapa orang di antara mereka kupukuli dan kucabut rambutnya dan kusuruh mereka bersumpah demi Allah, demikian: ‘Jangan sekali-kali kamu serahkan anak-anak perempuanmu kepada anak-anak lelaki mereka, atau mengambil anak-anak perempuan mereka sebagai isteri untuk anak-anak lelakimu atau untuk dirimu sendiri! (26) Bukankah Salomo, raja Israel, telah berbuat dosa karena hal semacam itu? Walaupun di antara begitu banyak bangsa tidak ada seorang raja seperti dia, yang dikasihi Allahnya dan diangkat oleh Allah itu menjadi raja seluruh Israel, namun diapun terbawa ke dalam dosa oleh perempuan-perempuan asing itu. (27) Apakah orang harus mendengar bahwa juga kamu berbuat segala kejahatan yang besar itu, yakni berubah setia terhadap Allah kita karena memperisteri perempuan-perempuan asing?’”.

Catatan: ada seorang penafsir dari Pulpit Commentary (hal 7) yang justru mengecam tindakan Nehemia, dan menganggapnya sebagai kekerasan yang tidak benar. Tetapi saya berpendapat kata-kata ini salah.

3. Penafsir yang sama juga berusaha membenarkan tindakan dari Mahlon dan Kilyon dengan mengatakan bahwa kedua perempuan Moab itu toh sudah bertobat dan menjadi penyembah Yahweh (Pulpit Commentary, hal 7).

Terhadap hal ini perlu diperhatikan bahwa:

a. Rasanya tidak mungkin bahwa kedua perempuan itu menjadi penyembah Yahweh sebelum mereka menikah dengan Mahlon dan Kilyon. Hampir pasti mereka pindah agama demi pernikahan tersebut / demi suami mereka. Dan orang yang mau pindah agama demi pernikahan / pasangan hidup, biasanya justru adalah orang yang tidak peduli pada agama!

b. Salah satu dari kedua perempuan tersebut, yaitu Orpa, akhirnya murtad (Rut 1:14-15), dan jelas menunjukkan bahwa tadinya ia hanya menjadi ‘orang kristen KTP’, dan ia menjadi penyembah Yahweh hanya demi suaminya.

Rut 1:14-15 - “(14) Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya. (15) Berkatalah Naomi: ‘Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu.’”.

c. Kalaupun Rut menjadi ‘orang kristen yang sejati’ melalui pernikahan tersebut, itu tidak membenarkan tindakan Mahlon yang mengawininya pada saat ia masih kafir.

Jadi jelas bahwa Mahlon dan Kilyon berdosa dengan melanggar larangan itu. Dan memang biasanya dosa yang satu membawa kepada dosa yang lain. Pertama-tama mereka berdosa dengan meninggalkan tanah Perjanjian, dan pindah ke negara kafir, yaitu Moab, dan lalu mereka menikah dengan orang-orang Moab.

Matthew Henry: “Little did Elimelech think, when he went to sojourn in Moab, that ever his sons would thus join in affinity with Moabites. But those that bring young people into bad acquaintance, and take them out of the way of public ordinances, though they may think them well-principled and armed against temptation, know not what they do, nor what will be the end thereof.” [= Elimelekh tidak memikirkan bahwa pada waktu ia pergi untuk tinggal sementara di Moab, anak-anaknya akan menikah dengan orang-orang Moab. Tetapi mereka yang membawa orang-orang muda ke dalam hubungan / pergaulan yang buruk, dan mengeluarkan mereka dari upacara agama umum, sekalipun mereka mungkin berpikir bahwa orang-orang muda itu mempunyai prinsip yang baik dan dipersenjatai terhadap pencobaan, tidak tahu apa yang mereka lakukan, ataupun bagaimana akhir dari hal itu.].

Penerapan: hati-hati dalam menjaga pergaulan anak-anak saudara! Pergaulan disebut buruk bukan hanya berupa pergaulan dengan orang-orang yang bejat seperti pembunuh, penjual / pengguna narkoba, pezinah, pemerkosa, dsb, tetapi juga pergaulan dengan orang-orang yang beragama lain. Contoh lain dalam hal ini adalah Lot yang tinggal di Sodom, yang menghancurkan moral dari kedua anak perempuannya. Mereka ini juga sudah hampir menikah dengan orang-orang kafir dari Sodom.

1Korintus 15:33 - “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”.

Ul 7:1-3 - “(1) ‘Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, (2) dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. (3) Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki;”.

Catatan: Bagian yang saya garis-bawahi jelas tujuannya adalah supaya mereka tidak bergaul dengan orang-orang kafir itu.

Pulpit Commentary: “Marriage should only be entered upon after serious and prayerful deliberation, and with a conviction of its acceptableness to God. Sensible and Christian people should discountenance the practice of treating marriage with levity. Consideration should be given to time, to circumstances, and, above all, to character. Confidence and esteem must be, with affection, the basis of wedded happiness; and these cannot exist in their completeness where there is dissimilarity of conviction and aim - where one party is living to the world, and the other would live unto the Lord. Error here involves misery, and perhaps disaster and ruin.” [= Pernikahan hanya boleh dimasuki setelah pertimbangan yang serius dan banyak doa, dan dengan suatu keyakinan bahwa hal itu diterima oleh Allah. Orang-orang yang bijaksana / berpikiran sehat dan orang-orang Kristen tidak boleh memperlakukan pernikahan dengan sembrono. Kita harus mempertimbangkan waktu, keadaan, dan di atas segala-galanya, karakter. Keyakinan dan penghargaan, yang disertai dengan kasih, harus merupakan dasar dari kebahagiaan pernikahan; dan hal-hal ini tidak bisa ada secara sempurna jika ada perbedaan keyakinan dan tujuan - dimana salah satu hidup bagi dunia, dan yang lain hidup bagi Tuhan. Kesalahan di sini menyangkut kesengsaraan, dan mungkin bencana dan kehancuran.] - hal 7-8.

Sekalipun tindakan Mahlon dan Kilyon ini salah, tetapi ternyata Allah menggunakannya untuk mewujudkan rencanaNya, yaitu untuk mempertemukan Rut dengan Boas. Jadi di sini kita melihat kemahakuasaan Tuhan, yang bisa menggunakan segala sesuatu, termasuk penderitaan dan dosa, untuk melaksanakan rencanaNya!

Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”.

Tetapi awas, ini sama sekali tidak berarti bahwa kita boleh sengaja berbuat dosa, dengan alasan bahwa Tuhan toh bisa menggunakannya untuk menimbulkan kebaikan.

c) Mungkin sekali mereka mau menetap di Moab.

Memang mula-mula mereka hanya ingin tinggal di Moab untuk sementara.

Ay 1 memang mengatakan: ‘untuk menetap di sana sebagai orang asing’.

Tetapi terjemahan ini tidak benar! Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris di bawah ini:

NIV: ‘to live for a while’ [= hidup / tinggal untuk sementara].

KJV/RSV/NASB: ‘sojourn’ [= tinggal untuk sementara].

Pulpit Commentary mengatakan (hal 2) bahwa arti yang benar dari kata kerja yang digunakan di sini adalah ‘tinggal (bukan menetap) sebagai orang asing’.

Jadi, mereka pindah ke Moab bukan dengan tujuan untuk menetap di sana, tetapi hanya untuk tinggal di sana untuk sementara waktu saja. Tetapi setelah mereka tinggal lama sekali di sana (ay 4: ‘mereka diam di situ kira-kira 10 tahun lamanya’), apalagi Mahlon dan Kilyon sudah menikah dengan orang-orang Moab, maka mungkin sekali mereka sudah krasan di sana dan merasa segan untuk kembali ke Kanaan.

Kesimpulannya: pada waktu menghadapi kesukaran, mereka tidak berdoa, tidak meminta pimpinan Tuhan, tidak melaku­kan introspeksi, tetapi mereka berusaha mengatasi kesukaran itu dengan kekuatan dan cara mereka sendiri.

Renungkan! Kalau saudara mengalami kesukaran / problem, apakah saudara menghadapi kesukaran / problem itu dengan cara seperti ini?

III) Berhasilkah usaha mereka?

Mula-mula mereka kelihatannya berhasil. Mereka diterima dengan baik oleh orang Moab. Bahkan Mahlon dan Kilyon kawin dengan perempuan Moab! Rasanya semua baik-baik saja!

Tetapi apa yang lalu terjadi? Ay 3 menunjukkan bahwa Elimelekh mati. Dan lalu ay 5 menunjukkan bahwa Mahlon dan Kilyon juga mati. Ada yang mengatakan bahwa mungkin mereka ini mati karena hukuman Tuhan karena mereka pindah ke Moab dan menikah dengan perempuan Moab. Sekalipun ini memungkinkan tetapi textnya tidak mengatakan hal itu.

Matthew Henry: “See here, 1. That wherever we go we cannot out-run death, whose fatal arrows fly in all places. 2. That we cannot expect to prosper when we go out of the way of our duty. He that will save his life by any indirect course shall lose it.” [= Lihatlah di sini, 1. Bahwa kemanapun kita pergi kita tidak bisa berlari lebih cepat dari kematian, yang anak-anak panahnya yang fatal terbang di semua tempat. 2. Bahwa kita tidak bisa mengharapkan untuk menjadi makmur / berhasil dengan baik pada waktu kita keluar dari jalan kewajiban kita. Ia yang mau menyelamatkan nyawanya dengan jalan tidak langsung manapun akan kehilangan nyawanya.].

Matthew Henry: “So uncertain and transient are all our enjoyments here. It is therefore our wisdom to make sure of those comforts that will be made sure and of which death cannot rob us.” [= Begitu tidak pasti dan sementara semua penikmatan kita di sini. Karena itu merupakan hikmat kita untuk memastikan kesenangan / penghiburan yang akan dipastikan dan yang tidak bisa dirampok dari kita oleh kematian.].

The Bible Exposition Commentary: “At the end of that decade of disobedience, all that remained were three lonely widows and three Jewish graves in a heathen land. Everything else was gone (v. 21). Such is the sad consequence of unbelief.” [= Pada akhir dari 10 tahun ketidak-taatan itu, semua yang tersisa / tertinggal adalah 3 janda yang kesepian dan 3 kuburan Yahudi di negeri kafir. Segala sesuatu yang lain hilang (ay 21). Demikianlah konsekwensi dari ketidak-percayaan.].

Ay 21: “Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.’”.

Jadi sekarang, dari keluarga yang pindah ke Moab itu, hanya Naomi yang tersisa. Ia adalah seorang perempuan, sudah tua, janda, hidup di negara asing, dan ia miskin.

Pulpit Commentary (mengutip kata-kata Fuller): “Of the two sexes, the woman is the weaker; of women, old women are most feeble; of old women, widows most woeful; of widows, those that are poor, their plight most pitiful; of poor widows, those who want children, their case most doleful; of widows that want children, those that once had them, and after lost them, their estate most desolate; of widows that have had children, those that are strangers in a foreign country, their condition most comfortless. Yet all these met together in Naomi, as in the centre of sorrow, to make the measure of her misery pressed down, shaken together, running over. I conclude, therefore, many men have had affliction - none like Job; many women have had tribulation - none like Naomi.” [= Dari dua jenis kelamin, perempuan adalah yang lebih lemah; dari perempuan, perempuan tua adalah yang paling lemah; dari perempuan tua, janda adalah yang paling sedih / sengsara; dari janda, mereka yang miskin, keadaan mereka paling perlu dikasihani; dari janda yang miskin, mereka yang tidak mempunyai anak, kasus mereka adalah yang paling sedih; dari janda yang tidak mempunyai anak, mereka yang pernah mempunyainya, dan setelah itu kehilangan anak-anak itu, keadaan mereka paling kesepian / sedih; dari janda yang pernah mempunyai anak, mereka yang merupakan orang-orang asing di negara asing, keadaan mereka paling menyedihkan. Tetapi semua ini bertemu dalam diri Naomi, seperti di pusat kesedihan, menyebabkan takaran kesedihannya begitu penuh dan melimpah-limpah. Karena itu saya menyimpulkan, banyak orang laki-laki yang mengalami penderitaan, tetapi tidak ada yang seperti Ayub; dan banyak perempuan yang mengalami kesengsaraan, tetapi tidak ada yang seperti Naomi.] - hal 4.

Penerapan: Kalau saudara menghadapi kesukaran dengan usaha dan cara saudara sendiri, bisa saja mula-mula saudara kelihatan­nya berhasil, tetapi akhirnya saudara pasti akan mengalami kehancuran / bencana yang lebih besar.

The Bible Exposition Commentary: “Abraham made the same mistake when he encountered a famine in the land of promise (Gen 12:10ff). Instead of waiting for God to tell him what to do next, he fled to Egypt and got into trouble. No matter how difficult our circumstances may be, the safest and best place is in the will of God.” [= Abraham membuat kesalahan yang sama pada waktu ia menghadapi suatu kelaparan di tanah perjanjian (Kej 12:10-dst). Bukannya menunggu Allah memberitahunya apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia lari ke Mesir dan masuk ke dalam kesukaran. Tak peduli betapa sukarnya keadaan kita, tempat yang teraman dan terbaik adalah dalam kehendak Allah.].

Kesimpulan: mereka gagal total! Hanya Allah yang bisa menolong!

Bdk. Mazmur 127:1 - “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”.

Lihat juga ay 6: “TUHAN telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka.”.

Apakah ini berarti bahwa pada waktu mengalami kesukaran, kita harus bersikap apatis / acuh tak acuh, atau berdoa saja tanpa melakukan apa-apa? Tentu saja tidak! Kita harus:

1) Melakukan introspeksi, dan kalau kita menemukan adanya dosa dalam kehidupan kita, kita harus bertobat!

2) Berdoa meminta pimpinan Tuhan.

Ia adalah Gembala kita! Ia pasti mau memimpin kita asal kita mau meminta pimpinanNya!

3) Berusahalah sesuai dengan pimpinan Tuhan itu, tetapi bagaimanapun, harapan kita haruslah diletakkan pada Tuhan dan bukan pada usaha kita!

Bdk. Yesaya 40:29-31 - “(29) Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. (30) Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka (31) seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”.

Maukah saudara berharap kepada Tuhan dalam menghadapi kesu­karan?

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post