TAURAT VS INJIL

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

Sejak semula hukum Taurat tidak pernah ditetapkan sebagai jalan keselamatan. Namun seiring berjalannya waktu Yudaisme telah bergeser fokus dan menganggap hukum Taurat sebagai jalan keselamatan yang menekankan pada kemampuan dan usaha manusia, bukan lagi pada anugerah Allah oleh iman. Hasilnya adalah agama keselamatan karena amal jasa.
TAURAT VS INJIL
gadget, bisnis, otomotif
Sebaliknya, penekanan Alkitab adalah keselamatan orang percaya dari awal sampai akhir baik dalam PL maupun PB selalu karena anugerah oleh iman, bukan karena menaati hukum Taurat atau pun amal-jasa. 

Namun sayangnya bukan hanya Yudaisme yang salah paham tentang fungsi hukum Taurat juga ada banyak orang Kristen yang kurang paham sehingga menganggap perbuatan baik dan amal jasa sebagai jalan keselamatan, bukan sekedar karena anugerah oleh iman. Ini adalah Legalisme: sebuah pergeseran dari Injil!

Pergeseran dari Injil segera terjadi ketika kecukupan Injil bagi keselamatan diganti dengan jasa, usaha dan perbuatan kita. Keempat hal ini, (legalisme, moralisme, performanisme dan perfeksionisme) walau berbeda dalam istilah tetapi merujuk pada hal yang satu, akan muncul ketika kewajiban-kewajiban perilaku terpisah dari deklarasi Injil (kasih karunia), ketika keharusan terputus dari indikasi Injil, ketika apa yang perlu kita lakukan menjadi tujuan akhir, bukan apa yang Yesus telah lakukan dan genapi bagi kita.

Kita harus kembali kepada esensi Injil yang benar (1 Korintus 15:3-4), walaupun hal itu tampak sederhana, tidak menarik dan tidak relevan dengan tuntutan zaman. Ingatlah ini, Allah telah mengubah kita dengan penuh kuasa hanya melalui Injil. Kita menerima warisan rohani kita dalam Yesus Kristus ketika kita percaya pada pemberitaan Injil dan berpegang teguh pada Injil itu. 

Di dalam Injil kita diselamatkan, dibenarkan, dikuduskan, didewasakan, dan disempurnakan. Di dalam Injil kita mendapatkan kekayaan, hikmat, dan kuasa Allah. Hanya Injil yang menjadi jaminan bagi keselamatan kita dari awal hingga akhir, di dunia dan di kehidupan yang akan datang.

Dengan demikian, Injil bukan sekedar kabar baik tetapi Injil adalah satu-satunya kabar baik yang dunia dan kita butuh. Injil adalah hidup kita, jalan hidup kita, cara hidup kita, teologi kita dan pandangan hidup kita terhadap dunia. Injil adalah Jangkar kita dan pengharapan kita yang menguatkan kita. 

Karena itu, jangan pernah mau digeser sedikit pun dari Injil yang telah menyelamatkan kita dan memelihara kita dari awal hingga akhirnya (Kolose 1:23). Milikilah keyakinan yang kokoh terhadap Injil! (Roma 1:16a)”
Next Post Previous Post