RUT 1:6-22 (NASEHAT YANG BURUK DAN TANGGAPAN TERHADAPNYA)

I) Naomi memutuskan untuk pulang ke negerinya.

1) Keputusan untuk pulang ke Kanaan (Rut 1:6).

The Biblical Illustrator: “Naomi’s crosses and losses she met within Moab made her soul to sit loose from that cursed country, and to long for Canaan - that blessed land of promise. God’s rod hath a voice (Mic 6:9), and now Naomi’s ear was open to hear the instruction of it (Job 36:8-10; Mic 2:10). It is a rich mercy when affliction brings us from worse to better, from Moab to Canaan, further off from sin and nearer to God.” [= Salib-salib dan kehilangan-kehilangan Naomi yang ia temui di Moab membuat jiwanya lepas / bebas dari negeri terkutuk itu, dan merindukan Kanaan - tanah / negeri perjanjian yang diberkati. Tongkat Allah mempunyai suara (Mikha 6:9), dan sekarang telinga Naomi terbuka untuk mendengar instruksi darinya (Ayub 36:8-10; Mikha 2:10). Merupakan suatu belas kasihan yang kaya pada waktu penderitaan membawa kita dari yang lebih buruk ke yang lebih baik, dari Moab ke Kanaan, menjauhi dosa dan mendekat kepada Allah.].
RUT 1:6-22 (NASEHAT YANG BURUK DAN TANGGAPAN TERHADAPNYA)
Mikha 6:9 - “Dengarlah, TUHAN berseru kepada kota: - adalah bijaksana untuk takut kepada namaNya - : ‘Dengarlah, hai suku bangsa dan orang kota!”.

KJV: “The LORD’S voice crieth unto the city, and the man of wisdom shall see thy name: hear ye the rod, and who hath appointed it.” [= Suara TUHAN berteriak kepada kota itu, dan orang yang mempunyai hikmat akan melihat namaMu: dengarlah tongkat, dan yang telah menetapkannya.].

NIV/ASV/NKJV/YLT juga menggunakan kata ‘the rod’ [= tongkat] sedangkan RSV/NASB tidak mempunyai kata itu.

Ayub 36:8-10 - “(8) Jikalau mereka dibelenggu dengan rantai, tertangkap dalam tali kesengsaraan, (9) maka Ia memperingatkan mereka kepada perbuatan mereka, dan kepada pelanggaran mereka, karena mereka berlaku congkak, (10) dan ia membukakan telinga mereka bagi ajaran, dan menyuruh mereka berbalik dari kejahatan.”.

Mikha 2:10 - “Bangkitlah dan pergilah, sebab ini bukan tempat perhentian bagimu! Oleh karena kenajisan maka kamu akan dibinasakan dengan kebinasaan yang tidak terpulihkan.”.

Bdk. Ibrani 12:10-11 - “(10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”.

2) Keputusan / tindakan yang benar dengan motivasi yang salah.

Rut 1:6: “Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, SEBAB di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka.”.

The Bible Exposition Commentary: “Naomi’s decision was right, but her motive was wrong. She was still interested primarily in food, not in fellowship with God. You don’t hear her confessing her sins to God and asking Him to forgive her. She was returning to her land but not to her Lord.” [= Keputusan Naomi benar, tetapi motivasinya salah. Ia tetap memperhatikan / tertarik terutama pada makanan, bukan pada persekutuan dengan Allah. Kamu tidak mendengar ia mengakui dosa-dosanya kepada Allah dan memintaNya untuk mengampuninya. Ia kembali ke negerinya tetapi tidak kepada Tuhannya.].

3) Kelihatannya, mula-mula kedua menantunya ingin mengikutinya.

Rut 1:7a: “Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya.”.

Memang tidak terlalu jelas apakah mereka mengikuti untuk ikut ke Betlehem, atau sekedar mengantarkan Naomi sampai perbatasan Moab - Israel. Tetapi saya lebih condong pada yang pertama.

Bahwa kedua menantunya bisa begitu mengasihinya, menunjukkan bahwa Naomi adalah seorang mertua yang baik, dan merupakan teladan bagi mertua-mertua, khususnya dalam berpikir, bersikap, berkata, dsb, terhadap menantunya.

II) Nasehat Naomi kepada kedua menantunya.

Dalam hidup kita, kita pasti sering menerima nasihat dari orang lain. Kadang-kadang kita menerima nasihat yang baik, tetapi kadang-kadang kita menerima nasihat yang jelek. Dalam text khotbah hari ini kita melihat seseorang yang memberikan nasihat kepada orang lain.

1) Diri orang yang memberikan nasihat (Naomi).

a) Naomi tetap percaya kepada TUHAN (Yahweh), sekalipun ia sudah lebih dari 10 tahun ada di negeri kafir.

Pada jaman itu ada suatu kepercayaan kafir yang mengatakan bahwa setiap dewa mempunyai wilayah kekuasaannya masing-masing (1Raja 20:23,28).

1Raja 20:23,28 - “(23) Pegawai-pegawai raja Aram berkata kepadanya: ‘Allah mereka ialah allah gunung; itulah sebabnya mereka lebih kuat dari pada kita. Tetapi apabila kita berperang melawan mereka di tanah rata, pastilah kita lebih kuat dari pada mereka. … (28) Maka tampillah abdi Allah dan berkata kepada raja Israel: ‘Beginilah firman TUHAN: Oleh karena orang Aram itu telah berkata: TUHAN ialah allah gunung dan bukan allah dataran, maka Aku akan menyerahkan seluruh tentara yang besar itu ke dalam tanganmu, supaya kamu tahu, bahwa Akulah TUHAN.’”.

Berdasarkan kepercayaan ini, seharusnya Moab adalah wilayah dari dewa yang bernama Kamos. Tetapi Naomi, yang sudah tinggal cukup lama (10 tahun) di wilayah Moab, tetap percaya bahwa TUHAN (Yahweh) berkuasa dimana-mana, termasuk di wilayah Moab (ay 8-9).

Rut 1: 8-9: “(8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: ‘Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’ Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras”.

Pulpit Commentary: “She assumes that her own Yahveh reigned in Moab as in Judah, and that all blessing descended from him. … He was the God not of the Hebrews only, but of the Gentiles likewise, and ruled and overruled in Moab.” [= Ia menganggap bahwa Yahwehnya bertakhta di Moab sama seperti di Yehuda, dan bahwa semua berkat turun dari Dia. … Ia adalah Allah, bukan dari orang Ibrani saja, tetapi juga dari orang-orang non Israel, dan memerintah dan berkuasa di Moab.] - hal 11.

b) Naomi tetap berani menggunakan nama ‘TUHAN’ (Yahweh) di tengah-tengah orang kafir (ay 8-9). Ia tidak menyebut ‘Kamos’ atau dengan sebutan umum ELOHIM [= Allah]. Ia menyebut YAHWEH, sebutan khusus bagi Allah Israel, karena itu merupakan nama pribadi dari Allah Israel.

Catatan: dalam Perjanjian Lama, kata ‘TUHAN’ (semua huruf menggunakan huruf besar), berasal dari kata bahasa Ibrani YAHWEH / YEHOVAH. Sedangkan kata ‘Tuhan’ (hanya huruf ‘T’nya yang huruf besar, huruf-huruf yang lain huruf kecil), berasal dari kata bahasa Ibrani ADONAY.

Penerapan: kalau saudara ada dalam kalangan kristen, saudara menggunakan nama Yesus, Tuhan Yesus, Tuhan Yesus Kristus dsb. Tetapi bagaimana kalau saudara ada dalam kalangan orang beragama lain? Bagaimana kalau saudara disuruh memimpin doa pada saat saudara berada dalam kumpulan orang-orang beragama lain? Beranikah saudara tetap menyebut ‘Tuhan Yesus Kris­tus’? Atau saudara menggantinya dengan sebutan umum ‘Allah’ atau seke­dar ‘Tuhan’?

Bdk. Matius 10:32-33 - “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.

c) Naomi percaya bahwa segala sesuatu terjadi karena tangan Tuhan!

Rut 1:8: “TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu,”.

Rut 1:9: “kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’”.

Rut 1:13: “... tangan TUHAN teracung terhadap aku?’”.

Rut 1:20: “... Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.”.

Rut 1:21: “... dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku ... TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.’”.

Jadi, ia tahu bahwa peristiwa dimana ia kematian suami dan kedua anaknya, lalu menjadi miskin dsb, pasti bukan terjadi secara kebetulan, tetapi dilakukan oleh Tuhan.

Dari sini jelas bahwa Naomi adalah ‘orang Reformed’! Ia percaya bahwa Tuhan adalah ‘First Cause’ [= Penyebab Pertama] dari segala sesuatu, dan tidak ada sesuatupun yang bisa terjadi di luar kehendak Tuhan.

Ini memang merupakan pandangan yang benar. Bandingkan dengan ay 6: “TUHAN telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka.”.

Pulpit Commentary: “It is assumed in the tidings that the seasons and their products, and all beneficent influences in nature, belong to Yahveh.” [= Diasumsikan dalam kabar / berita itu bahwa musim-musim dan hasilnya, dan semua pengaruh-pengaruh alam yang menguntungkan, adalah milik Yahweh.] - hal 10.

Seorang penafsir lain dari Pulpit Commentary justru memberikan komentar yang salah tentang kata-kata Naomi dalam ay 20: “Naomi’s theology, as indicated in the expression, ‘the Almighty hath caused bitterness to me exceedingly,’ need not be to its minutest jot endorsed. God was not the only agent with whom she had had to do. Much of the bitterness of her lot may have been attributable to her husband or to herself, and perhaps to forefathers and foremothers. It is not fair to ascribe all the embittering element of things to God.” [= Theologia Naomi, seperti yang ditunjukkan dalam pernyataan ‘Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku / telah menyebabkan kepahitan yang sangat banyak kepadaku’, tidak perlu didukung / disetujui sampai hal yang terkecil. Allah bukan satu-satunya agen dengan siapa ia berurusan. Banyak kepahitan nasibnya yang bisa diakibatkan oleh suaminya atau oleh dirinya sendiri, dan mungkin oleh nenek moyangnya. Tidak adil untuk menganggap bahwa semua elemen yang pahit berasal dari Allah.] - hal 20.

Penafsir ini pasti tidak termasuk orang Reformed. Orang Reformed mengakui bahwa Allah menetapkan segala sesuatu, sampai hal-hal yang paling kecil / remeh, dan mengatur supaya semua rencanaNya terlaksana. Allah memang juga menggunakan ‘second causes’ [= penyebab-penyebab kedua] untuk melaksanakan rencanaNya, tetapi bagaimanapun juga, Allah adalah ‘First Cause’ [= Penyebab Pertama] dari segala sesuatu.

Pulpit Commentary: “Her recognition of God’s providence was right; was a sign of piety. She attributes all to the Almighty, to the Lord. … In a world over which God rules we should acknowledge his presence and reign in all human experiences. If trouble comes to us by means of natural laws, those laws are ordered by his wisdom. If by human agency, that agency is the result of the constitution with which he has endowed man. If as the result of our own action, he connects actions with their consequences. Therefore, let us reverently recognise his hand in all that happens to us!” [= Pengenalannya tentang providensia Allah adalah benar; dan ini merupakan tanda kesalehan. Ia menghubungkan semua dengan Yang Mahakuasa, dengan Tuhan. … Dalam dunia di atas mana Allah memerintah, kita harus mengakui kehadiran dan pemerintahanNya dalam semua pengalaman manusia. Jika kesukaran datang kepada kita melalui hukum-hukum alam, hukum-hukum itu diatur oleh hikmatNya. Jika itu datang melalui agen manusia, maka ke-agen-an itu merupakan akibat dari sistim / pembentukan dengan mana Ia telah memperlengkapi manusia. Jika itu datang sebagai akibat dari tindakan kita sendiri, Ia menghubungkan tindakan-tindakan dengan konsekwensi-konsekwensinya. Karena itu, marilah kita dengan hormat mengenali tanganNya dalam semua yang terjadi pada kita!] - hal 23.

Catatan: jangan merasa heran kalau kata-kata Pulpit Commentary saling bertentangan. Tadi ada komentar Arminian, sekarang ada komentar Reformed! Pulpit Commentary memang adalah suatu buku tafsiran yang ditulis oleh banyak penafsir.

Pulpit Commentary: “We talk of Providence when all goes well with us, when the harvest are ripened, and the fruits hang on the wall. But we must not limit Providence to the pleasant. The Lord ‘takes away’ as well as gives.” [= Kita berbicara tentang Providensia pada waktu semua berjalan baik dengan kita, pada waktu panen matang dan buah-buah bergantung di dinding. Tetapi kita tidak boleh membatasi Providensia pada hal-hal yang menyenangkan. Tuhan ‘mengambil’ maupun ‘memberi’.] - hal 28.

Ada banyak ayat Kitab Suci yang mendukung pandangan Reformed ini, seperti:

1. Ayub 1:21 - “katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.

Waktu semua harta Ayub habis dirampok dan kena sambaran petir, dan semua anak-anaknya mati karena badai yang merobohkan rumah mereka, Ayub berkata ‘TUHAN yang mengambil’!

2. Kejadian 45:5-9 - “(5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. (9) Segeralah kamu kembali kepada bapa dan katakanlah kepadanya: Beginilah kata Yusuf, anakmu: Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas seluruh Mesir; datanglah mendapatkan aku, janganlah tunggu-tunggu.”.

Kejadian 50:20 - “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”.

Saudara-saudara Yusuf menjual Yusuf sehingga Yusuf menjadi budak di Mesir. Tetapi Yusuf menganggap bahwa Allahlah yang melakukan semua itu.

3. Yohanes 18:11 - “Kata Yesus kepada Petrus: ‘Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?’”.

Yesus menderita karena tindakan manusia, tetapi Ia menyebut semua itu sebagai cawan yang diberikan oleh Bapa kepadaNya.

Jadi, kesalahan Naomi bukanlah karena ia mempercayai bahwa Allah adalah ‘First Cause’ [= Penyebab Pertama] dari segala sesuatu, tetapi karena ia tidak percaya bahwa Tuhan melakukan semua itu untuk kebaikannya (Bdk. Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”).

Ketidak-percayaannya ini terlihat dari ay 13,20,21 dimana ia berkata bahwa:

a. Hidupnya pahit dan karena itu ia tidak mau disebut ‘NAOMI’, yang artinya adalah ‘menyenangkan’, dan ia minta disebut ‘MARA’, yang artinya adalah ‘pahit’.

The Bible Exposition Commentary: “Instead of making her better, the trials of life had made her bitter, which is the meaning of the word ‎MARA.‎” [= Bukannya membuatnya lebih baik, pencobaan-pencobaan dari kehidupan telah membuat ia menjadi pahit, yang merupakan arti dari kata MARA.].

The Biblical Illustrator: “Naomi found that she had gained nothing by her wandering from God. There had been a famine in Judah. But ah, she had found a far worse famine in Moab. There every comfort had failed and every hope had departed. In no single point was her condition improved by her flight from Israel.” [= Naomi mendapati bahwa ia tidak mendapatkan apa-apa oleh pengembaraannya / penyimpangannya dari Allah. Tadi ada kelaparan di Yehuda. Tetapi ah, ia telah menemukan suatu kelaparan yang jauh lebih buruk di Moab. Di sana setiap penghiburan telah gagal dan setiap pengharapan telah hilang. Tidak ada satu halpun dalam mana kondisinya membaik oleh pelariannya dari Israel.].

b. Tangan TUHAN teracung terhadap dia, dan TUHAN naik saksi menentang dia. Ini berarti bahwa ia menganggap TUHAN memusuhinya.

Matthew Poole mengatakan (hal 474) bahwa ungkapan yang digunakan oleh Naomi di sini merupakan istilah pengadilan, yang menunjuk kepada seseorang yang memberikan kesaksian menentang seseorang yang lain. Jadi, ini menunjukkan bahwa Naomi, dalam kepahitannya, menganggap bahwa Tuhan sendiri berbalik melawan dia, dan membawa dosa-dosanya ke dalam penghakiman.

c. Ia memang percaya bahwa Tuhan itu adalah Allah yang maha kuasa (ay 21), tetapi kepercayaannya ini justru menyebabkan ia tidak punya harapan, karena ia beranggapan bahwa Allah yang mahakuasa itu menentang / memusuhi dia. Ia mempercayai kemaha-kuasaan Allah dengan cara yang salah!

Jadi, Naomi memang adalah orang yang rohani, tetapi ia tetap adalah orang berdosa yang lemah, dan pada saat itu ia sedang jatuh! Kelihatannya, ia bukan hanya tidak melakukan introspeksi / menyadari dosa-dosanya dan bertobat, tetapi bahkan sebaliknya, ia kelihatannya menyalahkan Allah, atau marah / merasa pahit kepada Allah, atas semua hal buruk yang menimpanya.

Pulpit Commentary: “Her interpretation of God’s providence was mistaken. ‘The Lord,’ said Naomi, ‘hath testified against me.’ Men frequently imagine that if God could prevent afflictions, and yet permits them, he cannot regard the afflicted in a favourable and friendly light. But this is not so. ‘Whom he loveth he chasteneth.’ The Book of Job warns us against misunderstanding the meaning of calamity. … How often is it true, as poet Cowper knew and sang - ‘Behind a frowning providence, God hides a smiling face!’” [= Penafsirannya tentang providensia Allah salah. ‘Tuhan’, kata Naomi, ‘telah bersaksi menentang aku’. Manusia sering membayangkan / mengkhayalkan bahwa jika Allah bisa mencegah penderitaan, tetapi mengijinkannya, Ia tidak menyenangi dan bersahabat dengan orang yang terkena penderitaan itu. Tetapi tidak demikian. ‘Ia menghajar barangsiapa yang dikasihiNya’ (Ibr 12:6). Kitab Ayub memperingatkan kita terhadap kesalah-mengertian tentang malapetaka / bencana. … Betapa sering merupakan sesuatu yang benar, seperti penyair Cowper mengetahui dan menyanyikannya - ‘Di balik providensia yang merengut / cemberut, Allah menyembunyikan wajah yang tersenyum!’] - hal 23.

2) Nasehat Naomi.

Rut 1: 7b-9a: “(7b) Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda, (8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: ‘Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (9a) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’”.

a) Motivasi nasehat Naomi: baik atau buruk?

1. Ada penafsir yang menganggap bahwa nasehat Naomi ini mempunyai motivasi yang buruk dan egois.

The Bible Exposition Commentary mengatakan bahwa kalau merupakan sesuatu yang benar bagi Naomi untuk pulang ke Betlehem dimana Allah yang benar disembah, maka juga merupakan sesuatu yang benar bagi kedua menantunya untuk ikut ke Betlehem bersama dia. Lalu mengapa Naomi justru mau pulang sendirian dan meninggalkan mereka? Ia menduga bahwa Naomi takut kalau kedua menantunya ikut ke Betlehem bersama dia, orang-orang Israel akan tahu bahwa di Moab kedua anaknya telah menikah dengan orang-orang Moab, yang adalah orang-orang kafir! Jadi, untuk menutupi dosa keluarganya, maka Naomi merasa lebih baik kedua menantunya tidak ikut ke Betlehem bersama dia.

2. Nasehat Naomi ini diberikan dengan motivasi yang baik, yaitu demi kepen­tingan Orpa dan Rut (ay 8-13).

Rut 1: 8-13: “(8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: ‘Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’ Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras (10) dan berkata kepadanya: ‘Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu.’ (11) Tetapi Naomi berkata: ‘Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? (12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?’”.

Naomi bukan orang yang egois. Sebetulnya, bagi dia, lebih enak kalau Rut dan Orpa ikut dengan dia, sehingga ia tidak usah sendirian. Tetapi, ia memberikan nasehat bagi kepentingan Rut dan Orpa, dan ia berdoa untuk mereka (ay 8-9).

Kata-kata ‘ke rumah ibunya’ (ay 8) tidak berarti bahwa ayah mereka sudah mati.

Bdk. Rut 2:11 - “Boas menjawab: ‘Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal.”.

b) Nasehat Naomi ini mempunyai argumentasi yang kuat.

Rut 1: 11-13: “(11) Tetapi Naomi berkata: ‘Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? (12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?’”.

Terlihat dari text di atas ini, bahwa Naomi berkata bahwa:

1. Ia tidak punya anak laki-laki lain. Seandainya ia mempunyai anak laki-laki lain, maka anak laki-laki itu harus mengawini Rut / Orpa untuk melahirkan keturunan bagi saudaranya.

Ulangan 25:5-9 - “(5) ‘Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar. (6) Maka anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel. (7) Tetapi jika orang itu tidak suka mengambil isteri saudaranya, maka haruslah isteri saudaranya itu pergi ke pintu gerbang menghadap para tua-tua serta berkata: Iparku menolak menegakkan nama saudaranya di antara orang Israel, ia tidak mau melakukan kewajiban perkawinan ipar dengan aku. (8) Kemudian para tua-tua kotanya haruslah memanggil orang itu dan berbicara dengan dia. Jika ia tetap berpendirian dengan mengatakan: Aku tidak suka mengambil dia sebagai isteri - (9) maka haruslah isteri saudaranya itu datang kepadanya di hadapan para tua-tua, menanggalkan kasut orang itu dari kakinya, meludahi mukanya sambil menyatakan: Beginilah harus dilakukan kepada orang yang tidak mau membangun keturunan saudaranya.”.

Tetapi ia tidak mempunyai anak laki-laki lain, dan ia sudah terlalu tua untuk bersuami lagi, dan kalaupun itu ia lakukan, akan terlalu lama bagi Rut dan Orpa untuk menunggu.

2. Tuhan toh memusuhi dia (ay 13: “tangan TUHAN teracung terhadap aku?”), sehingga lebih baik Rut dan Orpa tidak mengikuti dia.

c) Nasehat itu sendiri: baik atau buruk?

Lagi-lagi dalam hal ini ada 2 pandangan:

1. Nasehat Naomi tidak seburuk kelihatannya.

Matthew Henry beranggapan bahwa tidak diragukan Naomi sebetulnya ingin kedua menantunya mengikuti dia dan Allah yang ia sembah, dan dengan demikian melepaskan mereka dari penyembahan berhala di Moab, dan membawa mereka pada penyembahan terhadap Yahweh. Tetapi ia tidak mau mereka memutuskan demikian karena dia, atau karena hubungan mereka dengannya, karena kalau demikian, ‘pertobatan’ mereka tidak punya nilai dan tak akan bertahan. Ia mau mereka memutuskan seperti itu, betul-betul karena itu merupakan keputusan mereka sendiri. Dengan kata lain, nasehatnya ini merupakan suatu ujian bagi kedua menantunya, supaya mereka memikirkan dulu harga yang harus mereka bayar dalam mengikuti Yahweh, dan mengambil keputusan yang betul-betul adalah keputusan mereka sendiri.

Saya sendiri sukar menerima penafsiran ini. Apapun motivasi mereka dalam mengikuti Naomi, tetap lebih baik bagi mereka untuk ikut dengan Naomi ke tempat dimana Yahweh disembah, karena dengan demikian secara logika lebih memungkinkan bagi mereka untuk percaya kepada Yahweh, dari pada untuk tetap tinggal di Moab, dan pasti akan tetap menyembah berhala!

2. Nasehat Naomi ini, sekalipun diberikan dengan motivasi yang baik, dan mempunyai argumentasi yang kuat, tetap merupakan nasehat yang salah / buruk!

Mengapa? Karena yang dipikirkan dalam nasehat ini hanya­lah hal duniawi saja (suami, rumah, anak-anak), dan sama sekali tidak memikirkan hal rohani seperti iman mereka, hubungan mereka dengan Allah dsb.

Penerapan:

a. Dalam dunia kita banyak menjumpai nasehat seperti ini, yaitu nasehat yang hanya memikirkan hal-hal duniawi dan sama sekali tak mempedulikan hal-hal yang bersifat rohani! Misalnya menasehati anak untuk menikah dengan orang kaya sekalipun kafir, atau menyuruh memilih pekerjaan yang gajinya besar padahal harus lembur pada hari Minggu, dsb.

b. Selalu ada argumentasi untuk tindakan-tindakan yang salah. Karena itu harus selalu dipikirkan, apakah argumentasi itu sesuai dengan Alkitab / Firman Tuhan atau tidak!

Naomi adalah orang yang rohani, tetapi ia tetap adalah orang berdosa, dan pada saat itu ia sedang jatuh, sehingga nasehatnya hanya kelihatannya baik, tetapi sebetulnya salah sama sekali!

Penerapan: dalam kasus apapun, hati-hatilah dalam memberikan nasehat kepada seseorang. Pikirkan dulu apakah nasehat yang akan saudara berikan itu sesuai dengan Alkitab / Firman Tuhan atau tidak!

d) Nasehat buruk itu disertai suatu doa yang tidak masuk akal.

 Rut 1:7b-9a: “(7b) Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda, (8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: ‘Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (9a) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’”.

Bagaimana mungkin Tuhan menunjukkan kasihNya kalau mereka pulang ke rumah ibu mereka dan dengan demikian juga kepada dewa mereka? Itu suatu doa yang tidak masuk akal.

3) Keputusan Orpa dan Rut dan akibatnya.

a) Orpa memutuskan untuk mentaati nasehat Naomi.

Rut 1: 14: “Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.”.

1. Dimana perpisahan ini terjadi?

The Biblical Illustrator: “The parting-place: - Where was it that Orpah parted from her companions? She went with them some way, possibly a great way, but at last they reached a point in the journey which was geographically, so to speak, one of decision, one beyond which no one could pass without committing herself to new things and a new life, and at this point Orpah made up her mind to return.” [= Tempat perpisahan: - Dimana Orpa berpisah dari orang-orang yang bersama-sama dengannya? Ia pergi dengan mereka sampai sebagian perjalanan, mungkin sebagian besar dari perjalanan, tetapi akhirnya mereka mencapai suatu titik dalam perjalanan yang secara geografis, boleh dikatakan, merupakan titik keputusan, satu titik dimana seseorang tidak bisa melewatinya tanpa membuat komitmen bagi dirinya sendiri bagi hal-hal yang baru dan suatu kehidupan yang baru, dan pada titik ini Orpa membuat keputusan untuk kembali.].

Ia hampir selamat, sudah sangat dekat dengan keselamatan, tetapi pada titik itu ia memutuskan untuk kembali! Apakah ada dari saudara-saudara yang mau mengikuti jejaknya?

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

a. Yohanes 6:66 - “Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”.

b. Kis 26:24-28 - “(24) Sementara Paulus mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras: ‘Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila.’ (25) Tetapi Paulus menjawab: ‘Aku tidak gila, Festus yang mulia! Aku mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat! (26) Raja juga tahu tentang segala perkara ini, sebab itu aku berani berbicara terus terang kepadanya. Aku yakin, bahwa tidak ada sesuatupun dari semuanya ini yang belum didengarnya, karena perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil. (27) Percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka.’ (28) Jawab Agripa: ‘Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!’”.

John Wesley (tentang Kis 26:28): “‘Then Agrippa said unto Paul, Almost thou persuadest me to be a Christian!’ - See here, Festus altogether a heathen, Paul alogether a Christian, Agrippa halting between both. Poor Agrippa! But almost persuaded! So near the mark, and yet fall short! Another step, and thou art within the vail. Reader, stop not with Agrippa; but go on with Paul.” [= ‘Lalu Agripa berkata kepada Paulus, Hampir saja engkau meyakinkan aku menjadi orang Kristen!’ - Lihatlah di sini, Festus adalah orang kafir sepenuhnya, Paulus adalah orang Kristen sepenuhnya, Agripa berhenti di tengah-tengah keduanya. Agripa yang malang! Tetapi hampir saja diyakinkan! Begitu dekat dengan tanda sasaran, tetapi gagal memenuhi standard! Selangkah lagi, dan engkau ada di dalam kemurahan. Pembaca, jangan berhenti bersama Agripa; tetapi teruslah bersama Paulus.] - Libronix.

Barnes’ Notes (tentang Kis 26:28): “There is every reason to believe that he was never quite persuaded to embrace the Lord Jesus, and that he was never nearer the kingdom of heaven than at this moment. It was the crisis, the turning-point in Agrippa’s life, and in his eternal destiny; and, like thousands of others, he neglected or refused to allow the full conviction of the truth on his mind, and died in his sins.” [= Ada terlalu banyak alasan untuk percaya bahwa ia tidak pernah sungguh-sungguh diyakinkan untuk mempercayai Tuhan Yesus, dan bahwa ia tidak pernah lebih dekat pada kerajaan surga dari pada pada saat ini. Itu adalah saat kritis, titik balik dalam kehidupan Agripa, dan dalam tujuan / nasib kekalnya; dan, seperti ribuan orang lain, ia mengabaikan atau menolak untuk mengijinkan keyakinan penuh terhadap kebenaran pada pikirannya, dan mati dalam dosanya.].

c. Ayat-ayat yang menceritakan tentang orang yang bernama Demas:

(1) Filemon 1:24 - “dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku.”.

(2) Kolose 4:14 - “Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas.”.

(3) 2Timotius 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia.”.

2. Perpisahan ini menyedihkan / menyakitkan.

Rut 1: 9b,14a: “(9b) … mereka menangis dengan suara keras … (14a) Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri,”.

Perpisahan dengan orang yang kita cintai selalu menyedihkan dan bahkan menyakitkan. Makin dekat kita dengan orang tersebut, atau makin kita mencintai orang tersebut, maka akan makin sedih / sakit hati kita pada saat kita harus berpisah dengannya.

Pulpit Commentary: “Separations are sometimes the occasion of almost the bitterest sorrows of human life.” [= Perpisahan kadang-kadang merupakan penyebab dari kesedihan yang hampir-hampir merupakan kesedihan yang terpahit dari kehidupan manusia.] - hal 15.

Bandingkan ini dengan perpisahan antara Yesus dengan Bapa pada saat Ia berada di kayu salib (Mat 27:46).

Matius 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

Bagaimanapun dekatnya hubungan dari 2 orang dalam dunia ini, tentu tidak bisa dibandingkan dengan hubungan Yesus dengan BapaNya. Karena itu jelas bahwa pada saat Yesus, sebagai Allah dan manusia, harus terpisah dari Bapa karena memikul hukuman dosa kita, Ia mengalami kesedihan dan rasa sakit yang luar biasa. Tetapi keterpisahan yang sudah Ia alami ini menyebabkan kita diperdamaikan dengan Bapa, asal kita percaya kepada Yesus.

Roma 5:1,10,11 - “(1) Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. … (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya! (11) Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.”.

Disamping itu, keterpisahan Yesus dengan BapaNya itu menjamin bahwa sekali kita diperdamaikan dengan Bapa oleh iman kepada Yesus, maka kita tidak akan terpisah lagi dari Bapa. Itu terlihat dari text di atas pada bagian yang saya beri warna biru. Juga terlihat dari text di bawah ini.

Ibrani 13:5b - “Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.

3. Sekalipun sedih / sakit, tetapi Orpa tetap memutuskan untuk menuruti nasehat Naomi, dan berpisah dengannya.

Rut 1:14a: “Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri,”.

Mungkin ia berpikir: ini adalah nasehat dari orang yang lebih tua, dan orang itu adalah mertuanya sen­diri, bahkan orang itu adalah orang yang rohani dan merupakan ibu rohaninya sendiri. Karena itu ia mentaati nasehat itu.

Matthew Henry: “The sad ceremony of parting, and the tears shed on that occasion, drew from her this protestation, but it did not hold. Strong passions, without a settled judgment, commonly produce weak resolutions.” [= Upacara perpisahan yang menyedihkan, dan air mata yang dicucurkan pada peristiwa itu, mendatangkan protes ini darinya, tetapi itu tidak bertahan. Kasih yang kuat, tanpa penilaian yang berketetapan hati, biasanya menghasilkan keputusan-keputusan yang lemah.].

Matthew Henry: “Orpah’s kiss showed she had an affection for Naomi and was loth to part from her; yet she did not love her well enough to leave her country for her sake. Thus many have a value and affection for Christ, and yet come short of salvation by him, because they cannot find in their hearts to forsake other things for him. They love him and yet leave him, because they do not love him enough, but love other things better. Thus the young man that went away from Christ went away sorrowful, Matt 19:22.” [= Ciuman Orpa menunjukkan bahwa ia mempunyai kasih kepada Naomi dan segan untuk berpisah darinya; tetapi ia tidak mengasihi dia dengan cukup baik untuk meninggalkan negaranya demi dia. Demikianlah banyak orang mempunyai suatu penilaian tinggi dan kasih kepada Kristus, tetapi gagal mencapai keselamatan olehNya, karena mereka tidak bisa mendapatkan dalam hati mereka untuk meninggalkan hal-hal lain demi Dia. Mereka mengasihi Dia tetapi meninggalkan Dia, karena mereka tidak mengasihiNya secara cukup, tetapi lebih mengasihi hal-hal lain. Demikianlah orang muda yang meninggalkan Kristus, pergi dengan sedih, Matius 19:22.].

Matius 19:16-22 - “(16) Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’ (17) Jawab Yesus: ‘Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.’ (18) Kata orang itu kepadaNya: ‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus: ‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, (19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ (20) Kata orang muda itu kepadaNya: ‘Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?’ (21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.”.

4. Akibat perpisahan ini.

Apa akibatnya? Perhatikan Rut 1:15: ia kembali ‘kepada bangsanya dan kepada para allahnya’!

Ini jelas menun­jukkan bahwa ia meninggalkan TUHAN / YAHWEH yang adalah satu-satunya Allah yang benar, dan ini jelas memba­wa dia kepada kebinasaan / neraka!

The Biblical Illustrator: “Poor Orpah! How often have I seen young travellers to eternity stopping just where you stop; hesitating just where you hesitate. Nothing more can be done for you where you are. There is Moab. You have tried that, and found it empty and unhappy. There is Judah. All its provisions and offers are before you, and brought for your acceptance. Never will you be sorry if you take your portion there. Here are Naomi and Ruth. They are journeying to the land which the Lord hath promised them. Soon they will be far from you, out of your sight. Then you will mourn over the separation which you foolishly made. You may go back to Moab, and bury yourself in its sins and follies. But you will find no peace or happiness there. Your conscience will never again allow you to rest. Orpah goes ‘back to her people and her gods.’” [= Orpa yang malang! Betapa sering saya melihat pelancong-pelancong muda pada kekekalan berhenti persis di tempat dimana engkau berhenti; ragu-ragu persis di tempat dimana engkau ragu-ragu. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan bagimu dimana engkau berada. Di sini ada Moab. Engkau telah mencobanya, dan mendapatinya kosong dan tidak bahagia. Di sana ada Yehuda. Semua persediaan dan tawarannya ada di depanmu, dan dibawa untuk penerimaanmu. Engkau tidak pernah akan menyesal jika engkau mengambil bagianmu di sana. Di sini ada Naomi dan Rut. Mereka sedang melakukan perjalanan ke negeri yang telah Tuhan janjikan kepada mereka. Segera mereka akan jauh darimu, hilang dari pandanganmu. Maka / lalu engkau akan berkabung atas perpisahan yang telah engkau buat dengan tolol. Engkau bisa kembali ke Moab, dan mengubur dirimu sendiri dalam dosa-dosa dan ketololan-ketololannya. Tetapi engkau tidak akan mendapatkan damai atau kebahagiaan di sana. Hati nuranimu tidak akan pernah lagi mengijinkanmu untuk beristirahat / tenang. Orpa ‘kembali kepada bangsanya dan allahnya’.].

a. Naomi tidak memperhitungkan resiko rohani yang terjadi akibat perpisahan ini pada diri dari Orpa.

Penerapan: kalau saudara mendorong / memaksa seseorang untuk berpisah dengan diri saudara, pertimbangkanlah resikonya, khususnya resiko rohani, bagi orang tersebut. Kita diperintahkan oleh Yesus untuk menjadikan semua bangsa muridNya (Matius 28:19). Kalau kita tidak menjalankan perintah ini, itu sudah merupakan dosa, dan kita dianggap sebagai pencerai-berai gereja.

Matius 12:30b - “siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”.

Apalagi kalau kita secara sengaja melakukan hal-hal yang menyebabkan seseorang meninggalkan Tuhan / mundur dari Tuhan! Kira-kira itu menyebabkan kita dianggap sebagai apa oleh Tuhan?

b. Orpa sendiri juga tidak memperhitungkan resiko rohani yang ditimbulkan oleh perpisahan ini pada dirinya sendiri.

Penerapan: Kalau saudara memutuskan untuk berpisah dengan seseorang, atau menjauhi seseorang, saudara harus mempertimbangkan resikonya, khususnya resiko rohani, yang mungkin ditimbulkan oleh perpisahan tersebut bagi diri saudara sendiri.

Misalnya: kejengkelan terhadap seseorang di gereja, atau putus cinta, atau tuntutan pekerjaan / sekolah, sering menyebabkan seseorang mundur dari suatu gereja. Ini mempunyai resiko rohani yang harus saudara pertimbangkan!

5. Keputusan Orpa ini menunjukkan bahwa ia tadinya hanya orang Kristen KTP!

Ada penafsir yang berpandangan terlalu positif tentang Orpa. Ia beranggapan bahwa sekalipun Orpa kembali ke Moab, ia kembali karena merasa mempunyai kewajiban ‘memberitakan Injil’ terhadap bangsanya. Jadi, ia pasti menyebarkan agama Yahudi di sana. Saya tidak percaya omong kosong ini. Saya lebih mempercayai kata-kata di bawah ini.

The Biblical Illustrator: “WE LEARN THAT IT IS POSSIBLE TO DECEIVE OURSELVES, AND TO THINK THAT ALL IS RIGHT WHEN IN TRUTH ALL IS WRONG WITH OUR SOULS. Hardly possible that Orpah played the conscious hypocrite. She meant what she did when she became a proselyte - did not deliberately act a part. Feeling and sentiment (love for her husband) blinded her eyes. Love to God, which she had thought supreme in her heart, subordinate to the love of Moab. This often so with men; they are not hypocrites, they are self-deceivers. Education, circumstances, the force of influences around them, produce an emotional religion which they mistake for vital godliness. They hear with joy like the ‘stony-ground hearers.’” [= KITA MEMPELAJARI BAHWA ADALAH MUNGKIN UNTUK MENIPU DIRI KITA SENDIRI, DAN UNTUK BERPIKIR / MENGIRA BAHWA SEMUA BENAR / BAIK-BAIK SAJA PADAHAL KEBENARANNYA SEMUA SALAH DENGAN JIWA KITA. Hampir tidak mungkin bahwa Orpa memerankan orang munafik yang sadar. Ia memaksudkan apa yang ia lakukan pada waktu ia menjadi seorang proselit (orang non Yahudi yang memeluk agama Yahudi) - tidak dengan sengaja bertindak sebagian. Perasaan dan pemikiran (cinta untuk suaminya) membutakan matanya. Kasih kepada Allah, yang ia kira tertinggi dalam hatinya, lebih rendah dari kasih kepada Moab. Ini sering terjadi dengan manusia; mereka bukan orang-orang munafik, mereka adalah penipu diri sendiri. Pendidikan, keadaan, kekuatan dari pengaruh-pengaruh di sekitar mereka, menghasilkan suatu agama emosionil yang mereka salah kenali sebagai kesalehan yang hidup. Mereka mendengar dengan gembira seperti ‘pendengar-pendengar tanah berbatu’.].

Matius 13:5-6,20-21 - “(5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. ... (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.”.

The Biblical Illustrator: “WE LEARN THAT IT IS POSSIBLE TO GO A LONG WAY TOWARDS CHRISTIANITY AND YET NOT TO BE A CHRISTIAN. To be born, educated, and dwell in Christian households, these are great blessings, but do not constitute or make a Christian. It will not do to be almost, we must be altogether, decided for Christ. The cup that is almost sound will not hold water. The ship that is almost whole will not weather the storm. Feelings, sentiment, profession are all good if they spring from a living faith in Jesus Christ; without this they are worse than worthless.” [= KITA MEMPELAJARI BAHWA ADALAH MUNGKIN UNTUK BERJALAN LAMA / JAUH MENUJU KEKRISTENAN TETAPI TIDAK MENJADI SEORANG KRISTEN. Dilahirkan, dididik, dan tinggal dalam rumah tangga Kristen, ini merupakan berkat-berkat yang besar, tetapi tidak membentuk atau membuat seorang Kristen. Tidak cukup untuk hampir, kita harus sepenuhnya, memutuskan untuk Kristus. Cawan yang hampir tidak bercacat tidak akan menahan / menampung air. Kapal yang hampir utuh tidak akan melalui badai. Perasaan-perasaan, pemikiran, pengakuan, semuanya adalah baik jika hal-hal itu muncul dari suatu iman yang hidup kepada Yesus Kristus; tanpa ini hal-hal itu lebih buruk dari tak berharga.].

The Biblical Illustrator: “The worst opposers of the gospel we ever meet are those who once were almost Christians.” [= Penentang-penentang yang terburuk dari injil yang pernah kami temui adalah mereka yang pernah hampir menjadi orang-orang Kristen.].

b) Rut mengambil keputusan yang berbeda dengan Orpa!

1. Rut tidak mau meninggalkan Naomi.

Ay 14b: “tetapi Rut tetap berpaut padanya.”.

Rut 1:14b mengatakan bahwa Rut tetap ‘berpaut’ kepada Naomi! Kata ‘berpaut’ ini dalam bahasa Ibraninya sama dengan kata ‘bersatu’ dalam Kej 2:24 yang menunjukkan persatuan suami dengan istrinya!

Kejadian 2:24 - “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”.

Kata Ibrani yang sama juga digunakan dalam ayat-ayat di bawah ini:

a. Mazmur 63:9 - “Jiwaku melekat kepadaMu, tangan kananMu menopang aku.”.

b. Mazmur 119:31 - “Aku telah berpaut pada peringatan-peringatanMu, ya TUHAN, janganlah membuat aku malu.”.

c. Yosua 23:8 - “Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang.”.

d. Amsal 18:24 - “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”.

Jadi, Rut bukan hanya tidak mau menuruti nasehat Naomi, tetapi ia juga tidak meniru teladan dari Orpa! Bagian yang terakhir ini mengajar kita untuk tidak ikut-ikutan orang yang melakukan hal yang salah! Banyak contoh tentang orang-orang yang dengan mudah ikut-ikutan melakukan hal yang salah, seperti demo, melanggar lampu merah, dsb. Dalam gereja juga seperti itu, seperti praktek doa yang diiringi alat musik, doa bersuara, acara penyembahan yang disertai bahasa roh, dsb.

2. Naomi mendesak dan memberikan nasehat yang lebih gila dari nasehat yang pertama di atas.

Rut 1:15: “Berkatalah Naomi: ‘Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu.’”.

Ia bukan sekedar menasehati Rut untuk kembali kepada bangsanya, tetapi ia bahkan menasehatinya untuk meniru Orpa dan kembali kepada para allah­nya!

Ada penafsir yang menganggap bahwa kata-kata Naomi ini hanya merupakan suatu cara untuk menguji Rut. Pulpit Commentary (hal 19) bahkan mengatakan bahwa ada penafsir yang menyamakan tindakan Naomi di sini dengan tindakan Allah yang bergumul dengan Yakub, dengan tujuan supaya Yakub mengalahkanNya (Kejadian 32:22-32).

Mungkin juga ini sama seperti Yesus, yang pada waktu melihat banyak orang meninggalkannya, lalu bertanya kepada murid-muridNya apakah mereka tidak pergi meninggalkanNya juga?

Yohanes 6:66-67 - “(66) Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (67) Maka kata Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’”.

Tetapi saya tidak setuju dengan penafsiran ini, karena kalau demikian, maka Naomi pasti juga bermaksud untuk menguji Orpa pada waktu menyuruhnya kembali ke Moab. Tetapi jika ia tadi memang menguji Orpa, mengapa pada waktu Orpa memutuskan untuk kembali ke Moab, Naomi membiarkan Orpa pergi begitu saja? Mengapa ia tidak menasehati / ‘memberitakan Injil’ kepadanya sedikitpun?

3. Rut berkeras untuk tidak meninggalkan Naomi.

Apapun maksud Naomi pada waktu mengatakan ay 15, apakah untuk menguji atau betul-betul menyuruh Rut meninggalkannya, perhatikan keputusan / kata-kata Rut dalam ay 16-17!

Rut 1: 16-17 - “(16) Tetapi kata Rut: ‘Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; (17) di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!’”.

a. Ia mengambil keputusan untuk setia sampai mati!

Keputusan ini ia ambil bukan semata-mata karena kesetiaannya kepada Naomi, tetapi karena alasan rohani / agama! Ini terlihat dari ay 16 dimana ia mengatakan ‘bangsamulah bangsaku, Allahmulah Allahku’. Ini menunjukkan bahwa ia mau di-Yahudi-kan / memeluk agama Yahudi dan menyembah Allah Israel.

b. Lalu dalam ay 17 ia menyebut TUHAN (YAHWEH), dan bersumpah demi namaNya (Bdk. Ul 6:13 10:20).

Rut 1: 17: “di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!’”.

Ulangan 6:13 - “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah.”.

Ulangan 10:20 - “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu, kepadaNya haruslah engkau beribadah dan berpaut, dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah.”.

Ini menunjukkan bahwa ia tidak lagi menyembah Kamos (dewa orang Moab), tetapi ia menyembah TUHAN (YAHWEH), Allah Israel, dan ini jelas membawa Rut pada kehidupan yang kekal!

Penerapan: kalau saudara mengambil keputusan, pertimbangkanlah alasan-alasan rohani!

Seluruh kata-kata Rut dalam ay 16-17 ini bukan hanya merupakan penolakan yang tegas terhadap nasehat Naomi yang buruk, tetapi juga mempunyai suatu tekanan yang kuat yang menghentikan ‘pencobaan’ dari Naomi baginya untuk meninggalkan Naomi dan Yahweh. Ini merupakan sesuatu yang penting. Dalam menolak nasehat yang salah / buruk, lakukan sedemikian rupa, sehingga si penasehat itu berhenti ‘mencobai’ saudara!

Baca Juga: Mengambil Keputusan Pada Masa Kesukaran (Rut 1:1-6)

Matthew Henry: “See the power of resolution, how it puts temptation to silence. Those that are unresolved, and go in religious ways without a stedfast mind, tempt the tempter, and stand like a door half open, which invites a thief; but resolution shuts and bolts the door, resists the devil, and forces him to flee.” [= Lihatlah kekuatan dari ketetapan hati, bagaimana itu membuat pencobaan diam. Mereka yang belum mempunyai ketetapan hati, dan berjalan dalam jalan agamawi tanpa pikiran yang teguh, mencobai si pencoba, dan berdiri / berada seperti sebuah pintu yang setengah terbuka, yang mengundang seorang pencuri; tetapi ketetapan hati menutup dan mengunci pintu, menolak / menahan setan, dan memaksanya untuk lari.].

4. Pertobatan Rut ini membuktikan keselamatan hanya karena kasih karunia Allah saja!

The Bible Exposition Commentary: “Ruth’s conversion is evidence of the sovereign grace of God, for the only way sinners can be saved is by grace (Eph 2:8-10). Everything within her and around her presented obstacles to her faith, and yet she trusted the God of Israel. Her background was against her, for she was from Moab where they worshiped the god Chemosh (Num 21:29; 1 Kings 11:7,33), ... Her circumstances were against her and could have made her bitter against the God of Israel. First, her father-in-law died, and then her husband and her brother-in-law; and she was left a widow without any support. If this is the way Jehovah God treats His people, why follow Him? Ruth dearly loved her mother-in-law, but even Naomi was against her; for she urged Ruth to return to her family and her gods in Moab. Since Elimelech and Mahlon were now dead, Ruth was technically under the guardianship of Naomi; and she should have obeyed her mother-in-law’s counsel. But God intervened and graciously saved Ruth in spite of all these obstacles.” [= Pertobatan Rut merupakan bukti dari kasih karunia yang berdaulat dari Allah, karena satu-satunya cara / jalan orang-orang berdosa bisa diselamatkan adalah oleh kasih karunia (Ef 2:8-10). Segala sesuatu di dalam dia dan di sekitar dia memberikan halangan-halangan bagi imannya, tetapi ia percaya kepada Allah Israel. Latar belakangnya menentangnya, karena ia berasal dari Moab dimana mereka menyembah dewa Kamos (Bilangan 21:29; 1Raja 11:7,13), ... Keadaan / sikonnya menentang dia dan bisa saja membuatnya merasa pahit terhadap Allah Israel. Pertama-tama ayah mertuanya mati, dan lalu suaminya dan iparnya; dan ia ditinggalkan sebagai seorang janda tanpa sokongan apapun. Jika ini adalah cara Yehovah memperlakukan umatNya, mengapa / untuk apa mengikuti Dia? Rut sangat mengasihi ibu mertuanya, tetapi bahkan Naomi menentangnya; karena ia mendesak Rut untuk kembali kepada keluarganya dan allah-allah / dewa-dewanya di Moab. Karena Elimelekh dan Mahlon sekarang sudah mati, secara tehnis Rut ada di bawah perwalian dari Naomi; dan ia seharusnya mentaati nasehat ibu mertuanya. Tetapi Allah ikut campur dan dengan murah hati / penuh kasih karunia menyelamatkan Rut sekalipun ada semua halangan-halangan ini.].

Penutup.

Setiap saat saudara akan menerima nasehat:

1. Atau dari keluarga / orang tua.

2. Atau dari orang yang rohani (Pendeta, Penginjil, Majelis, bapak rohani saudara dsb).

Maka ingat, bahwa siapapun juga mereka adanya, mereka tetap adalah manusia berdosa, dan karena itu nasehat mereka bisa salah! Karena itu jangan cepat-cepat menuruti nasehat siapapun! Bandingkan dulu nasehat itu dengan Firman Tuhan. Kalau sesuai dengan Firman Tuhan, turutilah; kalau tidak sesuai dengan Firman Tuhan, abaikanlah nasehat itu!
Next Post Previous Post