GURU KRISTEN DAN TELADAN YESUS SEBAGAI GURU AGUNG

Pengertian Guru Kristen

Guru merupakan pribadi yang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, sehingga seorang guru haruslah memiliki kepribadian yang bisa menjadi contoh bagi semua orang (Sriyati & Nakamnanu, 2020). guru Kristen ialah guru yang memiliki dasar-dasar kekristenan. Sidjabat memaparkan guru Kristen dalam tiga seni, yakni Pertama, pendidik atau guru dalam perspektif Kristen, Kedua, Pendidik yang beragama Kristen, dan yang Ketiga, pendidik yang memberikan pengajarannya berkaitan dengan Iman Kristen (Sidjabat, 2010, p. 35). 
GURU KRISTEN DAN TELADAN YESUS SEBAGAI GURU AGUNG
gadget, otomotif, bisnis
Maka secara ringkas dapat disimpulkan sebagai guru yang pengajarannya berlandaskan pada hal-hal Kekristenan. Oleh sebab itu seorang Guru Kristen haruslah bergantung pada Roh Kudus. Melalui Roh Kuduslah seorang Guru sanggup membuka mata hati dan pikirannya sehingga mengerti dan memahami kebenaran. 

Harianto menjelaskan bahwa untuk menjadi seorang guru Kristen, perlu memahami beberapa persyaratan, yaitu: persyaratan guru umum belum tentu sama dengan guru Kristen, tetapi persayaratan yang dimiliki guru Kristen tidak dimiliki oleh guru umum. Persyaratan yang dimiliki guru Kristen adalah memiliki kehidupan kerohanian yang berdasarkan pada iman Kristen, mengalami kelahiran kembali (lahir baru), dan yang berpegang pada Alkitab yang adalah Firman Allah sebagai dasar kehidupan dan pengajaran (GP, 2012). 

Jadi sebagai seorang guru Kristen haruslah memiliki gaya hidup yang bertumbuh pada pengenalan yang dalam dan lengkap tentang pribadi Kedua dari Tritunggal yaitu Yesus Kristus. Pengenalan akan pribadi Yesus Kristus, memungkinkan guru tersebut semakin memahami kuasa dan kehendak Allah.

Pada dasarnya seorang guru Kristen diberi karunia dari Tuhan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pengajar dan pembimbing (Telaumbanua, 2018). Guru Kristen sebagai pembimbing seharusnya bisa menempatkan diri secara tepat dalam hal pembimbingan agar bisa menjalin sebuah komunikasi yang baik dengan siswa yang dibimbing (Duka, 2018). 

Bukan hanya sekedar karunia, namun seorang guru Kristen harus menyadari bahwa profesi sebagai guru Kristen ialah merupakan sebuah panggilan untuk melayani Tuhan dalam dunia Pendidikan (Prijanto, 2017, p. 102). Oleh sebab itu, seorang guru Kristen harus bisa memahami dirinya sebagai seorang pengajar dalam kerangka panggilan Tuhan dan karunia yang diberikan Tuhan padanya.

Dasar dari pengajaran seorang guru Kristen ialah Alkitab (Firman Allah). Sahartian menjelaskan dalam penelitiannya bahwa guru Kristen harus memiliki visi yang didasari oleh kebenaran Firman Tuhan dan pengajarannya berpusat pada Yesus Kristus (Sahartian, 2018, p. 150). 

Lebih lanjut, Simanjuntak memaparkan bahwa tujuan yang paling tertinggi atau yang paling utama dari seorang guru Kristen ialah membawa anak-anak didiknya untuk berjumpa secara pribadi dengan Yesus Kristus (Simanjuntak, 2019, p. 12), serta bertanggungjawab untuk mengajar anak-anak didik mengenal, memahami, dan menghidupi pribadi Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya (Hura & Mawikere, 2020). 

Maka dapat dijelaskan bahwa, seorang Guru Kristen memiliki sebuah panggilan yang didasari oleh Kebenaran Firman Tuhan, telah lahir baru, memiliki karunia untuk mengajar yang berlandaskan pada Alkitab (Firman Allah), hidup memiliki visi dan misi yang jelas, berintegritas, hidup kudus, dan memiliki tujuan untuk membawa anak didiknya berjumpa secara pribadi dengan Yesus Kristus.

Teladan Tuhan Yesus Sebagai Guru Agung

1. Pertama, Guru Kristen memberi pengajaran. 

Seorang guru Kristen haruslah dapat meneladani teladan yang telah Tuhan Yesus lakukan, yaitu tentang hal pengajaran. Yesus telah diutus oleh Allah bukan hanya sebagai seorang Juruselamat dunia, melainkan Ia juga diutus oleh Bapa sebagai seorang guru yang Agung untuk menjalankan misi-Nya di dunia dengan mengajarkan kepada murid-murid-Nya dan orang banyak tentang siapakah Allah yang sebenarnya. 

Matius 4:23 memaparkan pelayanan Yesus yang mengajar di rumah-rumah ibadat serta memberitakan Injil Kerjaan Allah serta melakukan pelayanan kesembuhan. Ia mengajar dan melayani mereka tanpa membedakan, baik perempuan maupun laki-laki, yang miskin maupun yang kaya, Ia menunjukkan belas kasihan-Nya kepada mereka, Matius 9:36 menjelaskan bahwa oleh karena belas kasihan Yesus kepada orang banyak yang seperti tak bergembala, maka Yesus pun melakukan pelayanan untuk orang banyak.” 

Karena itu sebagai guru Kristen, teladanilah teladan Tuhan Yesus, bahwa tugas yang dipercayakan bukan hanya mengajar dan mentransferkan materi, tetapi bertanggungjawab atas diri peserta didik. Sebab mereka bagaikan domba yang harus dituntun ke jalan yang benar, sehingga dapat diselamatkan. Karena tujuan dari pengajaran Tuhan Yesus adalah, membawa domba-domba itu untuk mengenal siapakah Allah yang sesungguhnya, dan membawa domba-domba itu untuk diselamatkan.

2. Kedua, Guru Kristen harus memberi nasihat. 

Seorang guru Kristen haruslah dapat meneladani teladan yang telah Tuhan Yesus lakukan, yaitu tentang memberi nasehat. Tuhan Yesus memberi nasihat kepada murid-murid-Nya bahwa turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya” (Matius 23:3). Yesus juga menasihati mereka agar mereka berhati-hati dan waspada supaya mereka tidak jatuh dalam pencobaan, roh memang penurut tetapi daging lemah (Matius 26:41). 

Nasihat merupakan suatu pelajaran yang baik, suatu peringatan atau teguran yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri. Karena itu, sebagai seorang guru Kristen teladanilah teladan Tuhan Yesus. Bahwa bukan hanya mengajar tetapi memberi nasihat kepada peserta didik sehingga tidak jatuh dalam dosa.

3. Ketiga, guru Kristen harus memiliki kesabaran. 

Seorang guru Kristen haruslah dapat meneladani teladan yang telah Tuhan Yesus lakukan, yaitu dengan menjaga kesabaran. Kitab Amsal mengatakan bahwa orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan (Amsal 14:29), dan si pemarah juga membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan (Amsal 15:18). 

Kesabaran merupakan suatu sikap yang harus dikendalikan oleh emosi dan juga keinginan yang mempunyai standar nilai yang positif bagi setiap individu. Dalam bahasa Ibrani kata “sabar” yaitu “Erekh” sedangkan didalam bahasa Yunani yaitu “Makrothumia” dan terdiri dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu “makros”, panjang dan “thumos”, “temperamen”, yang memberikan makna “kelunakan”, mau menanggung, panjang sabar, tabah dan tahan menderita. 

Sebagaimana teladan kesabaran yang ditunjukkan Yesus kepada murid-murid-Nya, bahwa Ia sabar dalam menghadapi mereka yang dengan berbagai perbedaan karakter dan kehidupan yang berbeda. Sepanjang hidup hingga kenaikan-Nya ke surga pun Ia masih menunjukkan kesabaran-Nya. Ketika Ia menghadapi orang-orang Farisi yang ingin untuk mencobai-Nya (Matius 19:1-12), dan juga ketika Ia mengetahui salah satu murid-Nya yang akan mengkhianati-Nya (Matius 26:21-25), Ia tetap sabar dan tidak membangkitkan suatu amarah apa pun terhadap mereka. 

Seperti Pemazmur juga mengatakan “Tuhan itu pengasih dan penyayang panjang sabar dan besar kasih setia-Nya” (Mazmur 145:8). Ia adalah pengasih dan penyayang, sabar terhadap semua orang. Karena itu sebagai guru Kristen, teladanilah teladan Tuhan Yesus, untuk bersabar dalam menghadapi setiap peserta didik yang dengan karakter, dan latar belakang yang berbeda-beda, bahwa orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota (Amsal 16:32)

4. Keempat, guru Kristen harus rendah hati. 

Seorang guru Kristen haruslah dapat meneladani teladan yang telah Tuhan Yesus lakukan, yaitu dengan kerendahan hati. Tuhan Yesus telah menunjukkan kerendahan hati-Nya kepada setiap manusia, dalam Injil Matius 11:29b berkata bahwa “belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati”. Kerendahan hati yang dimiliki Yesus telah diberikan kepada manusia, agar manusia belajar merendahkan hati. 

Matius 18:4 juga berkata bahwa; “barang siapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.” Karya Yesus di atas kayu salib juga menunjukkan sikap kerendahan hati, di mana kayu salib sebagai sesuatu yang hina bagi orang Yahudi saat itu, namun Yesus tetap dengan kerendahan hati-Nya untuk tetap menjalani hukuman itu, demi untuk menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. 

Karya Yesus ini menjadi suatu teladan yang sangat amat penting bagi seorang guru Kristen masa kini dalam ruang lingkup sekolah, yaitu dengan menjaga dirinya agar tetap rendah hati.

5. Kelima, Guru harus mengasihi. 

Seorang guru Kristen haruslah dapat meneladani teladan yang telah Tuhan Yesus lakukan, yaitu dengan mengasihi. Tuhan Yesus telah menunjukkan kasih-Nya yang begitu besar kepada setiap orang melalui hidup dan pelayanan-Nya, dan kasih yang Ia berikan adalah kasih “Agape” yang murni tanpa noda. Ia mengasihi tanpa pamrih, dengan demikian Ia mengajarkan supaya manusia mengasihi juga dengan tulus dan tanpa pamrih. 

Oleh sebab itu, seorang guru Kristen harus meneladani teladan Tuhan Yesus yang penuh kasih dalam mendidik dan mengajar peserta didik untuk menghidupi kebenaran, dan saling mengasihi, sebagaimana Tuhan Yesus berkata bahwa “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” Matius 22:39. Seorang guru Kristen harus memiliki kasih seperti kasih Kristus untuk mengasihi baik kepada peserta didik, sesama guru maupun kepada siapa saja kasih itu dinyatakan.

6. Keenam, guru Kristen harus setia. 

Seorang guru Kristen haruslah dapat meneladani teladan yang telah Tuhan Yesus lakukan, yaitu dengan setia. Tuhan Yesus dengan setia menjalankan tugas-Nya di dunia, dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Ia sebagai teladan utama dalam hal kesetiaan. Ia setia melaksanakan tugas yang dipercayakan oleh Bapa-Nya yang mengutus Dia ke dalam dunia. 

Dalam Injil Yohanes 4:34 berkata bahwa “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Bapa yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”. Melakukan kehendak Bapa adalah yang terutama dalam kehidupan Tuhan Yesus. Karena itu sebagai guru Kristen harus meneladani teladan kesetiaan yang telah Tuhan Yesus lakukan. 

Dalam Injil Lukas 16:10 juga berkata bahwa; barang siapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara besar. Karena itu, sebagai guru Kristen harus memiliki komitmen untuk tetap setia dalam mengembangkan sebuah tanggung jawab mengajar. Bahwa apa pun keadaannya, dimanapun, dan kapanpun tetap setia menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik. Karena hanya orang-orang yang setia yang diberkati Tuhan.

7. Ketujuh, guru Kristen harus mengampuni. 

Seorang guru Kristen haruslah dapat meneladani teladan yang telah Tuhan Yesus lakukan, yaitu dengan mengampuni. Tuhan Yesus telah mengampuni setiap dosa manusia. Dan berulang kali Ia melakukan pengampunan kepada orang-orang berdosa yang datang kepada-Nya. Matius 9:1-8 menjelaskan tentang orang lumpuh yang disembuhkan. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu; “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” 

Lukas 7:36-50 juga menjelaskan tentang Yesus diurapi oleh perempuan berdosa. Yesus berkata kepada perempuan yang berdosa itu bahwa dosamu telah diampuni. Dan imanmu telah menyelamatkan engkau, karena itu pergilah dengan selamat. Ia terus melakukan pengampunan sampai pada hari penyaliban pun Ia berkata “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34a). 


Karena itu sebagai guru Kristen harus meneladani teladan Tuhan Yesus mengenai pengampunan, sehingga dapat melakukannya, dan menerapkannya kepada peserta didik. Guru Kristen juga harus memiliki kehidupan yang sesuai dengan standar Firman Tuhan artinya berbeda dari guru yang tidak hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Perbedaannya ada di dalam karakter seorang guru Kristen, karena seorang yang lahir dan hidup dalam kekristenan pasti mengetahui dan mengenal sosok pribadi yang penuh kasih dan pengampunan, yaitu Yesus Kristus. 

Karena itu sebagai guru Kristen harus memiliki kasih seperti kasih Kristus, untuk mengasihi dan mengampuni setiap peserta didik yang melakukan kesalahan dan saling mengampuni antara satu dengan yang lain. -Alfons Renaldo Tampenawas
Next Post Previous Post