PENGHAKIMAN, KEADILAN DAN PERTOBATAN
Pdt. DR. Stephen Tong.
DOSA, KEADILAN, DAN PENGHAKIMAN
DOSA, KEADILAN, DAN PENGHAKIMAN
BAB 3 : PENGHAKIMAN ALLAH (1)
ALLAH SEBAGAI SUMBER SIFAT HUKUM
Allah adalah Allah yang hidup. Allah yang hidup adalah Allah yang suci dan adil. Dengan keadilan dan kesucian itu Dia menuntut pertanggung-jawaban manusia, yang diberi-Nya hak untuk menjadi makhluk yang bermoral.
Manusia, yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah, mempunyai kemiripan dengan esensi yang ada pada diri Allah. Karena Allah itu suci adanya, maka manusia diciptakan sebagai makhluk yang berhati nurani. Karena Allah itu adil adanya, maka manusia diciptakan dengan diberi suatu potensi esensial sebagai manusia yang mempunyai sifat hukum.
Segala sesuatu yang terdapat dalam diri manusia itu berasal dari Allah sebagai Pencipta dan Sumber peta dan teladan kita. Hal-hal itulah yang menjadi potensi hidup kita, sehingga kita disebut sebagai manusia (those things cause man to be called man). Saudara disebut manusia karena mempunyai sifat kemanusiaan, yang berasal dari Allah sebagai Sumber peta dan teladan. Itu sebabnya sifat hukum merupakan salah satu aspek yang paling besar di dalam hidup sebagai manusia.
KEADILAN SEBAGAI NALURI DASAR MANUSIA
Pada waktu masih kecil, bahkan ketika masih belum mengenal dan mengerti kata “hukum”, kita sudah mempunyai suatu sifat hukum yang menuntut ayah kita harus adil. Tidak ada seorang anak pun yang menuntut ayahnya harus kaya atau ibunya harus cantik. Tetapi satu hal yang tidak bisa tidak dituntut secara naluri dasar di dalam hati mereka adalah: mereka minta diperlakukan secara adil.
Suatu ketika saya memperhatikan seorang anak. Saya mengusap-usap kepalanya sambil berbincang-bincang dengannya. Anak itu sopan sekali dan begitu lucu. Setelah anak itu pergi, anak saya datang. Sejak tadi dia memperhatikan kejadian itu dari pinggir. Saya kira dia juga mau dibelai, mungkin karena sudah lama saya tidak membelai dia seperti itu. Dia memandang saya dengan sinar mata yang lain sekali. Tiba-tiba dia memukul saya dengan keras, lalu pergi sambil menangis. Dia tahu dia telah berbuat salah, karena memukul ayahnya. Tetapi ada suatu naluri di dalam hatinya yang mendorong dia memukul ayahnya, karena ayahnya menyayangi anak orang lain lebih daripada dia, dan menurutnya itu tidak adil.
Tuntutan keadilan merupakan salah satu hak asasi manusia. Tuntutan keadilan merupakan salah satu ekspresi naluri manusia. Itu merupakan daya dasar, naluri yang begitu mendasar, begitu fundamental, karena manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Karena Allah adil adanya, maka manusia mempunyai sifat hukum di dalam hatinya.
KEADILAN DAN KEKEKALAN
Sifat hukum bersumber dari Allah dan berkaitan dengan kekekalan. Kalimat ini perlu dijelaskan lebih lanjut. Mengapa? Karena dalam hal ini dunia memberikan fakta kepada kita bahwa banyak hal yang diberlakukan di dalam masyarakat sebenarnya tidak adil. Banyak orang sampai mati belum mendapatkan keadilan. Sampai mati mereka masih mengalami perlakuan yang tidak adil. Itu sebabnya hati nurani kita menuntut harus ada yang adil untuk membereskan segala sesuatu yang tidak adil di dalam dunia ini.
Jika saya hidup di dalam dunia penuh kesengsaraan, penuh dengan ketidakadilan dan hal-hal yang tidak wajar, saya menerima. Jika tidak ada yang membela saya, maka saya hanya bisa menelan air ludah dan menahan penderitaan sampai akhirnya mati. Apakah alam semesta seperti ini? Alkitab adalah literatur agama yang pertama di antara semua literatur agama lainnya, yang menjawabnya dengan membicarakan keadilan dan penghakiman yang kekal. Apakah Allah yang mengadili seluruh dunia tidak akan menghakimi dengan keadilan? (Kejadian 18:25). Teriakan ini adalah teriakan yang penting sekali. God who judges the whole world is a God of justice. Allah yang mengadili seluruh bumi pasti adalah Allah yang adil. Jikalau Allah itu sendiri tidak adil, maka Dia tidak berhak menjadi Allah. Namun tidak mungkin dia tidak menjadi Allah karena memang Dia adalah Allah; dan Alkitab mengatakan bahwa Allah Kristen bukanlah Allah hasil pikiran manusia atau refleksi imajinasi manusia, tetapi Dia adalah Allah yang menciptakan rasio, menciptakan imajinasi, sebagai salah satu potensi di dalam pembentukan sifat manusia. Dia sendirilah Sumber keadilan yang bukan produksi pikiran kita, tetapi Sumber yang telah memproduksi pikiran kita.
Allah itu adil. Ia adil pada diri-Nya sendiri, dan keadilan Allah adalah keadilan yang mutlak. Itu sebab saya katakan keadilan Allah adalah keadilan yang menjadi per se suatu keadilan, suatu kebenaran yang berada pada diri Allah yang menjadi Sumber dari segala sesuatu dan menjadi standar moral, menjadi ukuran untuk penghakiman.
MANUSIA MEMBUTUHKAN KEADILAN
Pada waktu manusia menghadap pengadilan Allah, ia diadili justru karena ia sudah melanggar sifat keadilan yang dituntut oleh Allah, yang berasal dari diri Allah itu sendiri. Allah tidak akan mengadili makhluk yang lain seperti Ia mengadili manusia, karena memang makhluk lain tidak diciptakan menurut peta dan teladan Allah.
Saudara dan saya diciptakan menurut perta dan teladan Allah. Di dalam diri Saudara dan saya terdapat sifat yang mirip sifat ilahi yang disebut peta dan teladan, yaitu mengerti keadilan. Allah akan membenci tindakan kita apabila kita memperlakukan diri kita berbeda dari bagaimana kita memperlakukan orang lain, tindakan ini dibenci oleh Allah.
Kalau seseorang berkata, “Silahkan Saudara beri tahu semua rahasia Saudara.” Kemudian sesudah Saudara selesai membongkar isi hati Saudara, Saudara berkata, “Saya juga ingin tahu rahasia Saudara,” lalu ia bilang, “Tidak bisa,” maka jangan Saudara menjadi kawannya. Orang semacam itu mempunyai standar ganda dan Alkitab mengatakan bahwa orang yang mempunyai timbangan dengan dua macam ukuran dibenci oleh Tuhan Allah.
Allah menuntut keadilan sebagaimana kita, secara naluri paling dasar, juga menuntut keadilan. Saya telah mengatakan bahwa dosa tidak bisa diselesaikan oleh psikologi modern, dosa tidak bisa diselesaikan dengan pendidikan sekuler yang tidak tunduk pada kedaulatan dan kebenaran Tuhan Allah. Mengapa? Karena mereka berusaha melepaskan diri dari persamaan sifat dengan pasiennya sebagai manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa.
Orang-orang seperti Sigmund Freud, yang menganggap diri sebagai dokter untuk seluruh umat manusia, adalah orang yang gila. Sebenarnya, Sigmund Freud hanya menyelidiki orang-orang gila, lalu apa yang diselidikinya itu mau ia terapkan pada orang-orang yang tidak gila. Kalau Saudara mau dianalisis sebagai obyeknya, Saudara menjadikan dirimu sebagai orang yang gila. Itulah sebabnya, cucunya sendiri melawan dia.
Jikalau psikolog-psikolog sendiri tidak menganggap diri memiliki persamaan dengan manusia yang lain secara adil, yaitu bahwa semua manusia adalah orang berdosa di hadapan Allah, lalu bersama-sama secara rela menganalisa diri dan mengabdikan diri kepada Tuhan, tidak mungkin dia menjadi prikolog yang baik.
Satu kali ketika saya berkhotbah di Hong Kong, saya berkata, “Banyak psikolog mengatur orang lain, tetapi keluarga dan dirinya sendiri tidak beres, berantakan!” kemudian datanglah seorang wanita yang cantik sekali, berumur kira-kira 40-an tahun, yang sambil bercucuran air mata berkata, ”Pak Stephen Tong, khotbahmu tadi sangat menyentuh hati saya.” Saya bertanya, “Mengapa?” Dia menjawab, “Memang suamiku seorang psikolog, tetapi relasinya dengan saya kacau luar biasa. Dia suka mengatur orang lain, tetapi tidak bisa mengatur diri sendiri.”
Kita memerlukan keadilan. Keadilan yang adalah pengertian sifat hukum di dalam relasi antara manusia dan Tuhan Allah begitu jelas dan penting, dan Alkitab mengatakan bahwa Tuhan tidak memandang bulu di dalam penghakiman-Nya. Dia akan menghakimi sesuai dengan sifat keadilan-Nya sendiri.
SAAT PENGHAKIMAN
Istilah “penghakiman” banyak muncul di dalam Alkitab dan tidak hanya dikaitkan khusus dengan eskatologi – waktu dunia akan kiamat, Tuhan akan menghakimi seluruh ciptaan-Nya. Itu adalah penghakiman final, penghakiman terakhir yang disebut the last judgment, the final judgment of God, the day of judgment. Istilah hari penghakiman memang terus-menerus muncul di Alkitab dan selalu muncul di dalam perkataan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Yesus Kristus sendiri adalah Anak Allah yang sekaligus sebagai Nabi di atas segala nabi, Imam di atas segala imam, dan Raja di atas segala raja, mengatakan bahwa hari penghakiman terakhir akan segera datang (the day of judgment to come).
Mari kita melihat penghakiman bukan hanya melalui konsep eskatologis saja, tetapi melalui seluruh sejarah di mana Allah adalah Allah yang bertindak selama proses sejarah. Allah adalah Allah yang bertindak terus-menerus di sepanjang sejarah. Jangan sangka kalau Tuhan Yesus datang kedua kali baru ada penghakiman. Jangan kira hanya pada waktu itu baru kita harus bertanggung jawab kepada Tuhan atas segala sesuatu yang kita kerjakan. Jangan lupa Allah adalah Allah yang bertindak di sepanjang proses sejarah, karena sejarah berada di dalam tangan Tuhan. Penghakiman Allah kadang-kadang tiba secara spontan, kadang-kadang ditunggu begitu lama.
Di kota kecil bernama Urina yang berada di daerah pegunungan di Rusia, pernah ada kejadian di mana dua orang dengan pistol di tangan mengelilingi daerah komunis yang berprestasi baik dan mempunyai otonomi tersendiri. Mereka adalah alat komunisme. Mereka melawan Allah dan berkata, “Saya akan membuktikan bahwa Allah tidak ada. Dan saya akan menembak Allah jika Allah itu ada.” Kalimat ini sudah tidak logis sama sekali. Dia berkata, “Saya percaya Allah tidak ada,” lalu “Kalau ada, saya mau menembak Dia.” Kalau Allah tidak ada, tidak perlu dibuktikan. Membuktikan yang tidak ada, bukankah ini perbuatan gila? Banyak kaum intelektual bodoh luar biasa. “Saya mau menembak Allah. Kalau memang Dia ada, biar Dia membunuh saya dalam 3 menit. Kalau tidak, saya membuktikan bahwa Dia memang tidak ada.” Setelah itu, kedua orang itu menembak. Selesai berpidato, semua orang bertepuk tangan. Tidak lama kemudian mereka berlari mengejar kereta api yang mau berangkat ke tempat lain. Begitu naik, salah seorang dari mereka tergelincir. Lalu meluncur ke bawah. Saat itu juga dia tergilas oleh kereta api dan mati.
Kadang-kadang dapat terjadi penghakiman yang sedemikian spontan dari Tuhan, tidak menunggu lebih lama lagi. Tetapi kadang-kadang lama sekali baru datang. Seperti dikatakan oleh Paulus, “Ada orang yang dosanya mengejar dia, ada orang yang dosanya berjalan perlahan-lahan sampai hari penghakiman.” Malsudnya apa? Kadang-kadang Tuhan langsung bertindak, kadang-kadang lambat bertindak.
Di provinsi Shan Dong (Shantung), ada orang yang mempunyai terlalu banyak anak. Di tengah masa kelaparan selama masa peperangan, dia mendapat seorang anak lagi. Dia tahu pasti dia tidak bisa memelihara anak itu. Maka anak bayi itu dibungkus baik-baik, diletakkan di keranjang, lalu diletakkan di jalan yang sepi sekali dengan satu amplop berisi 200 Yuan (mata uang Cina yang lama) dan surat yang isinya: “Barangsiapa berbaik hati mau memelihara bayi yang tidak sanggup lagi saya pelihara, saya beribu-ribu terima kasih kepadamu. Dan ini ada 200 Yuan yang cukup besar untuk menyatakan terima kasih saya.”
Tapi jalan iti kecil sekali dan tidak ada begitu banyak rumah, jarang ada orang lewat. Ada seorang tukang pos bersepeda melewati jalan pintas itu. Dia melihat ada bungkusan yang bagus dengan keranjang yang bagus. Ketika dia turun, dia melihat seorang bayi yang elok sekali, disisinya ada satu amplop berisi 200 Yuan. Jumlah ini sangat besar buat dia. Dia membaca suratnya. Dia menginginkan uangnya tetapi tidak mau bayinya. Lalu dia berpikir, dan timbul pikiran jahat. Dia memasukkan amplop itu ke dalam bajunya, memundurkan sepedanya, kemudian dia menggilas bayi itu dengan sepedanya sampai mati. Dia terus pergi, tanpa ada orang yang mengetahui. Gang itu kecil dan sepi. Tetapi jantungnya berdegup keras, dia tidak bisa lari dari penghakiman (yang nanti akan saya uraikan). Sambil meneruskan membagi surat, dia terus memikirkan bayi itu seakan terdengar, “Kamu membunuh saya, kamu jahat.” Terbayang mukanya yang mungil, matanya terus melihat dia. Dia tidak bisa melupakannya. Sesampainya di rumah dia memegang uang itu, suatu jumlah yang cukup banyak. Tetapi ini juga resiko, kematian bayi itu dapat menyebabkan dia masuk penjara. Dia begitu takut, lalu menutup semua pintu. Pada saat dia sedang menghitung-hitung uangnya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
“Anak siapa yang mati? Anak kamu ya?”
“Tidak! Bukan saya kok, bukan saya yang menggilas, saya tidak menggilas bayi itu! Bukan, bukan saya, bukan anak saya.”
Dia terus mengulang-ulang kalimat itu. Ia terus membela diri.
Polisi itu membentak, “Lihat! Ini anak siapa?”
Waktu dia melihat ternyata anaknya sendiri mati digilas mobil. Dia menangis, anaknya yang berumur 8 tahun mati di depan pintu rumahnya.
Hukuman kadang-kadang datang mendadak. Lalu si polisi heran dan menanyakan kenapa dia berkata, ”Bukan saya yang menggilas, bukan anak saya.” Apa maksudnya? Dia melihat bahwa dia sudah tidak bisa lagi melarikan diri dari penghakiman Tuhan, dia mengaku dia sudah membunuh. Lalu dia dimasukkan ke dalam penjara. Sesudah beberapa tahun di dalam penjara, dia keluar. Dia sudah tidak bisa mempunyai anak karena sudah cukup tua. Jadi, dia tidak mempunyai anak lagi.
DOSA MENGAKIBATKAN PENGHAKIMAN
Bolehkah manusia bermain-main dengan Tuhan? Psikologi modern berusaha menjelaskan bahwa dosa itu tidak ada. Para filsuf modern, para sosiolog modern, dan para theolog yang tidak lagi setia kepada Alkitab berusaha menyingkirkan dosa dengan mengatakan bahwa dosa itu tidak ada. Bahkan di dalam gereja-gereja yang paling terkenal kita selalu mendengar mereka berkhotbah, “Bertobatlah kamu, tinggalkan dosamu!” Mereka hanya berkhotbah, “Carilah Tuhan, berdoalah kepada Dia, Saudara akan mendapat segala jawaban. Tuhan akan memberikan kekayaan.”
Dunia ini mau menjadi apa? Di luar gereja mereka tidak mengerti apa itu dosa, di dalam gereja mereka tidak mendengar tentang dosa. Apakah dunia ini masih punya pengharapan? Sebagai hamba Tuhan saya berkata kepada Saudara, “Ketika Saudara mendengar khotbah saya, selama saya masih mau sungguh-sungguh dipakai oleh Tuhan, saya akan berkata dengan segala rendah hati, bahwa seumur hidup kita harus berperang melawan dosa. Kita memproklamasikan bahwa manusia adalah orang berdosa. Dan lebih jauh lagi, kita perlu memproklamasikan bahwa Kristus sudah menang atas dosa, dan Dia akan mengampuni dosa manusia!”
Sekarang banyak orang bersaksi atau mengundang orang bersaksi. Mengundang orang yang pintar, yang hebat, tetapi setelah saya teliti selama 10 tahun, kesaksianitu jarang yang berkata, “Aku dulu seorang pezinah, tapi sekarang sudah bertobat,” atau “Aku dulu seorang pejudi, tapi sekarang sudah bertobat.” Kebanyakan malah berkata, “Aku dulu miskin, sekarang kaya. Tuhan sudah buka jalan,” atau “Saya dulu sakit-sakitan, sekarang sudah sembuh.”
Sekarang ini, kesaksian-kesaksian sudah bergeser dari poros yang asli dan tidak lagi menyentuh tema-tema yang paling penting di dalam Alkitab. Dan Alkitab berkata, memang pada akhir zaman, manusia telinganya sudah gatal, tidak lagi suka mendengarkan firman-firman yang asli dan benar menurut Alkitab. Mereka suka mendengarkan suhu-suhu baru atau guru-guru palsu yang tidak mengajarkan kebenaran (bdk. 2 Timotius 4:2)
TUNTUTAN PERTOBATAN
Dosa memerlukan pertobatan dan orang berdosa harus kembali kepada Allah. Ini merupakan tema-tema yang paling penting di dalam Alkitab, “Israel! Gereja! Manusia! Bertobatlah, tinggalkan dosamu! Kembalilah kepada-Ku, dengan tangisan dan seruan!” Inilah ajakan dari Tuhan. Pencipta langit dan bumi, Tuhan Pengasih manusia. Jika penginjilan tidak lagi berkhotbah tentang perlunya pertobatan dari dosa dan pengampunan dosa dari Yesus Kristus, maka saya menegaskan bahwa itu bukan penginjilan! Jika pemberita-pemberita di mimbar tidak lagi berani melawan dosa, tidak berani mengkritik dosa, maka orang-orang semacam itu bukan hamba-hamba Tuhan yang setia.
Setiap kali memimpin seminar penginjilan atau kebangunan rohani, saya tahu bahwa saya sedang berperang. Saya di sini bukan sedang memberitakan sesuatu secara rasional logis, enak didengar, atau untuk menambah pengetahuan saja. Tidak! Saya berdoa supaya setiap orang yang mendengar khotbah saya menerima suatu teguran dari Tuhan dan kemudian mengalami perubahan. Baru setelah itu Saudara bersaksi. Jangan Saudara hanya mencatat khotbah-khotbah saya lalu minggu depan Saudara pergi mengkhotbahkan khotbah itu. Tuhan tidak akan menyertai dengan kuasa, kecuali Saudara bergumul supaya khotbah yang Saudara dengar, terlebih dahulu mengubah hidup Saudara. Kalau tidak, tidak ada gunanya menyampaikan pengetahuan saja. Saudara hampir tidak pernah mendengarkan saya berkhotbah dengan memberikan butir satu, butir dua, butir ketiga, dan seterusnya. Setiap kali memberitakan firman, saya berjuang dengan pergumulan, dengan air mata, dengan keletihan, dengan jiwa berperang, karena itulah panggilan dan beban yang Tuhan berikan kepada saya.
Bertobatlah! Bertobatlah! Orang berdosa kembalilah! Dan untuk mengembalikan Saudara, Kristus harus mati di atas kayu salib. Inilah berita Injil, inilah euangelion. Inilah yang disebut berita yang baik, yang disebut sebagai kabar baik bagi seluruh dunia. Berita yang baik hanya satu, yaitu Yesus mati untuk orang berdosa.
ALLAH SEBAGAI SUMBER SIFAT HUKUM
Allah adalah Allah yang hidup. Allah yang hidup adalah Allah yang suci dan adil. Dengan keadilan dan kesucian itu Dia menuntut pertanggung-jawaban manusia, yang diberi-Nya hak untuk menjadi makhluk yang bermoral.
Manusia, yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah, mempunyai kemiripan dengan esensi yang ada pada diri Allah. Karena Allah itu suci adanya, maka manusia diciptakan sebagai makhluk yang berhati nurani. Karena Allah itu adil adanya, maka manusia diciptakan dengan diberi suatu potensi esensial sebagai manusia yang mempunyai sifat hukum.
Segala sesuatu yang terdapat dalam diri manusia itu berasal dari Allah sebagai Pencipta dan Sumber peta dan teladan kita. Hal-hal itulah yang menjadi potensi hidup kita, sehingga kita disebut sebagai manusia (those things cause man to be called man). Saudara disebut manusia karena mempunyai sifat kemanusiaan, yang berasal dari Allah sebagai Sumber peta dan teladan. Itu sebabnya sifat hukum merupakan salah satu aspek yang paling besar di dalam hidup sebagai manusia.
KEADILAN SEBAGAI NALURI DASAR MANUSIA
Pada waktu masih kecil, bahkan ketika masih belum mengenal dan mengerti kata “hukum”, kita sudah mempunyai suatu sifat hukum yang menuntut ayah kita harus adil. Tidak ada seorang anak pun yang menuntut ayahnya harus kaya atau ibunya harus cantik. Tetapi satu hal yang tidak bisa tidak dituntut secara naluri dasar di dalam hati mereka adalah: mereka minta diperlakukan secara adil.
Suatu ketika saya memperhatikan seorang anak. Saya mengusap-usap kepalanya sambil berbincang-bincang dengannya. Anak itu sopan sekali dan begitu lucu. Setelah anak itu pergi, anak saya datang. Sejak tadi dia memperhatikan kejadian itu dari pinggir. Saya kira dia juga mau dibelai, mungkin karena sudah lama saya tidak membelai dia seperti itu. Dia memandang saya dengan sinar mata yang lain sekali. Tiba-tiba dia memukul saya dengan keras, lalu pergi sambil menangis. Dia tahu dia telah berbuat salah, karena memukul ayahnya. Tetapi ada suatu naluri di dalam hatinya yang mendorong dia memukul ayahnya, karena ayahnya menyayangi anak orang lain lebih daripada dia, dan menurutnya itu tidak adil.
Tuntutan keadilan merupakan salah satu hak asasi manusia. Tuntutan keadilan merupakan salah satu ekspresi naluri manusia. Itu merupakan daya dasar, naluri yang begitu mendasar, begitu fundamental, karena manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Karena Allah adil adanya, maka manusia mempunyai sifat hukum di dalam hatinya.
KEADILAN DAN KEKEKALAN
Sifat hukum bersumber dari Allah dan berkaitan dengan kekekalan. Kalimat ini perlu dijelaskan lebih lanjut. Mengapa? Karena dalam hal ini dunia memberikan fakta kepada kita bahwa banyak hal yang diberlakukan di dalam masyarakat sebenarnya tidak adil. Banyak orang sampai mati belum mendapatkan keadilan. Sampai mati mereka masih mengalami perlakuan yang tidak adil. Itu sebabnya hati nurani kita menuntut harus ada yang adil untuk membereskan segala sesuatu yang tidak adil di dalam dunia ini.
Jika saya hidup di dalam dunia penuh kesengsaraan, penuh dengan ketidakadilan dan hal-hal yang tidak wajar, saya menerima. Jika tidak ada yang membela saya, maka saya hanya bisa menelan air ludah dan menahan penderitaan sampai akhirnya mati. Apakah alam semesta seperti ini? Alkitab adalah literatur agama yang pertama di antara semua literatur agama lainnya, yang menjawabnya dengan membicarakan keadilan dan penghakiman yang kekal. Apakah Allah yang mengadili seluruh dunia tidak akan menghakimi dengan keadilan? (Kejadian 18:25). Teriakan ini adalah teriakan yang penting sekali. God who judges the whole world is a God of justice. Allah yang mengadili seluruh bumi pasti adalah Allah yang adil. Jikalau Allah itu sendiri tidak adil, maka Dia tidak berhak menjadi Allah. Namun tidak mungkin dia tidak menjadi Allah karena memang Dia adalah Allah; dan Alkitab mengatakan bahwa Allah Kristen bukanlah Allah hasil pikiran manusia atau refleksi imajinasi manusia, tetapi Dia adalah Allah yang menciptakan rasio, menciptakan imajinasi, sebagai salah satu potensi di dalam pembentukan sifat manusia. Dia sendirilah Sumber keadilan yang bukan produksi pikiran kita, tetapi Sumber yang telah memproduksi pikiran kita.
Allah itu adil. Ia adil pada diri-Nya sendiri, dan keadilan Allah adalah keadilan yang mutlak. Itu sebab saya katakan keadilan Allah adalah keadilan yang menjadi per se suatu keadilan, suatu kebenaran yang berada pada diri Allah yang menjadi Sumber dari segala sesuatu dan menjadi standar moral, menjadi ukuran untuk penghakiman.
MANUSIA MEMBUTUHKAN KEADILAN
Pada waktu manusia menghadap pengadilan Allah, ia diadili justru karena ia sudah melanggar sifat keadilan yang dituntut oleh Allah, yang berasal dari diri Allah itu sendiri. Allah tidak akan mengadili makhluk yang lain seperti Ia mengadili manusia, karena memang makhluk lain tidak diciptakan menurut peta dan teladan Allah.
Saudara dan saya diciptakan menurut perta dan teladan Allah. Di dalam diri Saudara dan saya terdapat sifat yang mirip sifat ilahi yang disebut peta dan teladan, yaitu mengerti keadilan. Allah akan membenci tindakan kita apabila kita memperlakukan diri kita berbeda dari bagaimana kita memperlakukan orang lain, tindakan ini dibenci oleh Allah.
Kalau seseorang berkata, “Silahkan Saudara beri tahu semua rahasia Saudara.” Kemudian sesudah Saudara selesai membongkar isi hati Saudara, Saudara berkata, “Saya juga ingin tahu rahasia Saudara,” lalu ia bilang, “Tidak bisa,” maka jangan Saudara menjadi kawannya. Orang semacam itu mempunyai standar ganda dan Alkitab mengatakan bahwa orang yang mempunyai timbangan dengan dua macam ukuran dibenci oleh Tuhan Allah.
Allah menuntut keadilan sebagaimana kita, secara naluri paling dasar, juga menuntut keadilan. Saya telah mengatakan bahwa dosa tidak bisa diselesaikan oleh psikologi modern, dosa tidak bisa diselesaikan dengan pendidikan sekuler yang tidak tunduk pada kedaulatan dan kebenaran Tuhan Allah. Mengapa? Karena mereka berusaha melepaskan diri dari persamaan sifat dengan pasiennya sebagai manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa.
Orang-orang seperti Sigmund Freud, yang menganggap diri sebagai dokter untuk seluruh umat manusia, adalah orang yang gila. Sebenarnya, Sigmund Freud hanya menyelidiki orang-orang gila, lalu apa yang diselidikinya itu mau ia terapkan pada orang-orang yang tidak gila. Kalau Saudara mau dianalisis sebagai obyeknya, Saudara menjadikan dirimu sebagai orang yang gila. Itulah sebabnya, cucunya sendiri melawan dia.
Jikalau psikolog-psikolog sendiri tidak menganggap diri memiliki persamaan dengan manusia yang lain secara adil, yaitu bahwa semua manusia adalah orang berdosa di hadapan Allah, lalu bersama-sama secara rela menganalisa diri dan mengabdikan diri kepada Tuhan, tidak mungkin dia menjadi prikolog yang baik.
Satu kali ketika saya berkhotbah di Hong Kong, saya berkata, “Banyak psikolog mengatur orang lain, tetapi keluarga dan dirinya sendiri tidak beres, berantakan!” kemudian datanglah seorang wanita yang cantik sekali, berumur kira-kira 40-an tahun, yang sambil bercucuran air mata berkata, ”Pak Stephen Tong, khotbahmu tadi sangat menyentuh hati saya.” Saya bertanya, “Mengapa?” Dia menjawab, “Memang suamiku seorang psikolog, tetapi relasinya dengan saya kacau luar biasa. Dia suka mengatur orang lain, tetapi tidak bisa mengatur diri sendiri.”
Kita memerlukan keadilan. Keadilan yang adalah pengertian sifat hukum di dalam relasi antara manusia dan Tuhan Allah begitu jelas dan penting, dan Alkitab mengatakan bahwa Tuhan tidak memandang bulu di dalam penghakiman-Nya. Dia akan menghakimi sesuai dengan sifat keadilan-Nya sendiri.
SAAT PENGHAKIMAN
Istilah “penghakiman” banyak muncul di dalam Alkitab dan tidak hanya dikaitkan khusus dengan eskatologi – waktu dunia akan kiamat, Tuhan akan menghakimi seluruh ciptaan-Nya. Itu adalah penghakiman final, penghakiman terakhir yang disebut the last judgment, the final judgment of God, the day of judgment. Istilah hari penghakiman memang terus-menerus muncul di Alkitab dan selalu muncul di dalam perkataan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Yesus Kristus sendiri adalah Anak Allah yang sekaligus sebagai Nabi di atas segala nabi, Imam di atas segala imam, dan Raja di atas segala raja, mengatakan bahwa hari penghakiman terakhir akan segera datang (the day of judgment to come).
Mari kita melihat penghakiman bukan hanya melalui konsep eskatologis saja, tetapi melalui seluruh sejarah di mana Allah adalah Allah yang bertindak selama proses sejarah. Allah adalah Allah yang bertindak terus-menerus di sepanjang sejarah. Jangan sangka kalau Tuhan Yesus datang kedua kali baru ada penghakiman. Jangan kira hanya pada waktu itu baru kita harus bertanggung jawab kepada Tuhan atas segala sesuatu yang kita kerjakan. Jangan lupa Allah adalah Allah yang bertindak di sepanjang proses sejarah, karena sejarah berada di dalam tangan Tuhan. Penghakiman Allah kadang-kadang tiba secara spontan, kadang-kadang ditunggu begitu lama.
Di kota kecil bernama Urina yang berada di daerah pegunungan di Rusia, pernah ada kejadian di mana dua orang dengan pistol di tangan mengelilingi daerah komunis yang berprestasi baik dan mempunyai otonomi tersendiri. Mereka adalah alat komunisme. Mereka melawan Allah dan berkata, “Saya akan membuktikan bahwa Allah tidak ada. Dan saya akan menembak Allah jika Allah itu ada.” Kalimat ini sudah tidak logis sama sekali. Dia berkata, “Saya percaya Allah tidak ada,” lalu “Kalau ada, saya mau menembak Dia.” Kalau Allah tidak ada, tidak perlu dibuktikan. Membuktikan yang tidak ada, bukankah ini perbuatan gila? Banyak kaum intelektual bodoh luar biasa. “Saya mau menembak Allah. Kalau memang Dia ada, biar Dia membunuh saya dalam 3 menit. Kalau tidak, saya membuktikan bahwa Dia memang tidak ada.” Setelah itu, kedua orang itu menembak. Selesai berpidato, semua orang bertepuk tangan. Tidak lama kemudian mereka berlari mengejar kereta api yang mau berangkat ke tempat lain. Begitu naik, salah seorang dari mereka tergelincir. Lalu meluncur ke bawah. Saat itu juga dia tergilas oleh kereta api dan mati.
Kadang-kadang dapat terjadi penghakiman yang sedemikian spontan dari Tuhan, tidak menunggu lebih lama lagi. Tetapi kadang-kadang lama sekali baru datang. Seperti dikatakan oleh Paulus, “Ada orang yang dosanya mengejar dia, ada orang yang dosanya berjalan perlahan-lahan sampai hari penghakiman.” Malsudnya apa? Kadang-kadang Tuhan langsung bertindak, kadang-kadang lambat bertindak.
Di provinsi Shan Dong (Shantung), ada orang yang mempunyai terlalu banyak anak. Di tengah masa kelaparan selama masa peperangan, dia mendapat seorang anak lagi. Dia tahu pasti dia tidak bisa memelihara anak itu. Maka anak bayi itu dibungkus baik-baik, diletakkan di keranjang, lalu diletakkan di jalan yang sepi sekali dengan satu amplop berisi 200 Yuan (mata uang Cina yang lama) dan surat yang isinya: “Barangsiapa berbaik hati mau memelihara bayi yang tidak sanggup lagi saya pelihara, saya beribu-ribu terima kasih kepadamu. Dan ini ada 200 Yuan yang cukup besar untuk menyatakan terima kasih saya.”
Tapi jalan iti kecil sekali dan tidak ada begitu banyak rumah, jarang ada orang lewat. Ada seorang tukang pos bersepeda melewati jalan pintas itu. Dia melihat ada bungkusan yang bagus dengan keranjang yang bagus. Ketika dia turun, dia melihat seorang bayi yang elok sekali, disisinya ada satu amplop berisi 200 Yuan. Jumlah ini sangat besar buat dia. Dia membaca suratnya. Dia menginginkan uangnya tetapi tidak mau bayinya. Lalu dia berpikir, dan timbul pikiran jahat. Dia memasukkan amplop itu ke dalam bajunya, memundurkan sepedanya, kemudian dia menggilas bayi itu dengan sepedanya sampai mati. Dia terus pergi, tanpa ada orang yang mengetahui. Gang itu kecil dan sepi. Tetapi jantungnya berdegup keras, dia tidak bisa lari dari penghakiman (yang nanti akan saya uraikan). Sambil meneruskan membagi surat, dia terus memikirkan bayi itu seakan terdengar, “Kamu membunuh saya, kamu jahat.” Terbayang mukanya yang mungil, matanya terus melihat dia. Dia tidak bisa melupakannya. Sesampainya di rumah dia memegang uang itu, suatu jumlah yang cukup banyak. Tetapi ini juga resiko, kematian bayi itu dapat menyebabkan dia masuk penjara. Dia begitu takut, lalu menutup semua pintu. Pada saat dia sedang menghitung-hitung uangnya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
“Anak siapa yang mati? Anak kamu ya?”
“Tidak! Bukan saya kok, bukan saya yang menggilas, saya tidak menggilas bayi itu! Bukan, bukan saya, bukan anak saya.”
Dia terus mengulang-ulang kalimat itu. Ia terus membela diri.
Polisi itu membentak, “Lihat! Ini anak siapa?”
Waktu dia melihat ternyata anaknya sendiri mati digilas mobil. Dia menangis, anaknya yang berumur 8 tahun mati di depan pintu rumahnya.
Hukuman kadang-kadang datang mendadak. Lalu si polisi heran dan menanyakan kenapa dia berkata, ”Bukan saya yang menggilas, bukan anak saya.” Apa maksudnya? Dia melihat bahwa dia sudah tidak bisa lagi melarikan diri dari penghakiman Tuhan, dia mengaku dia sudah membunuh. Lalu dia dimasukkan ke dalam penjara. Sesudah beberapa tahun di dalam penjara, dia keluar. Dia sudah tidak bisa mempunyai anak karena sudah cukup tua. Jadi, dia tidak mempunyai anak lagi.
DOSA MENGAKIBATKAN PENGHAKIMAN
Bolehkah manusia bermain-main dengan Tuhan? Psikologi modern berusaha menjelaskan bahwa dosa itu tidak ada. Para filsuf modern, para sosiolog modern, dan para theolog yang tidak lagi setia kepada Alkitab berusaha menyingkirkan dosa dengan mengatakan bahwa dosa itu tidak ada. Bahkan di dalam gereja-gereja yang paling terkenal kita selalu mendengar mereka berkhotbah, “Bertobatlah kamu, tinggalkan dosamu!” Mereka hanya berkhotbah, “Carilah Tuhan, berdoalah kepada Dia, Saudara akan mendapat segala jawaban. Tuhan akan memberikan kekayaan.”
Dunia ini mau menjadi apa? Di luar gereja mereka tidak mengerti apa itu dosa, di dalam gereja mereka tidak mendengar tentang dosa. Apakah dunia ini masih punya pengharapan? Sebagai hamba Tuhan saya berkata kepada Saudara, “Ketika Saudara mendengar khotbah saya, selama saya masih mau sungguh-sungguh dipakai oleh Tuhan, saya akan berkata dengan segala rendah hati, bahwa seumur hidup kita harus berperang melawan dosa. Kita memproklamasikan bahwa manusia adalah orang berdosa. Dan lebih jauh lagi, kita perlu memproklamasikan bahwa Kristus sudah menang atas dosa, dan Dia akan mengampuni dosa manusia!”
Sekarang banyak orang bersaksi atau mengundang orang bersaksi. Mengundang orang yang pintar, yang hebat, tetapi setelah saya teliti selama 10 tahun, kesaksianitu jarang yang berkata, “Aku dulu seorang pezinah, tapi sekarang sudah bertobat,” atau “Aku dulu seorang pejudi, tapi sekarang sudah bertobat.” Kebanyakan malah berkata, “Aku dulu miskin, sekarang kaya. Tuhan sudah buka jalan,” atau “Saya dulu sakit-sakitan, sekarang sudah sembuh.”
Sekarang ini, kesaksian-kesaksian sudah bergeser dari poros yang asli dan tidak lagi menyentuh tema-tema yang paling penting di dalam Alkitab. Dan Alkitab berkata, memang pada akhir zaman, manusia telinganya sudah gatal, tidak lagi suka mendengarkan firman-firman yang asli dan benar menurut Alkitab. Mereka suka mendengarkan suhu-suhu baru atau guru-guru palsu yang tidak mengajarkan kebenaran (bdk. 2 Timotius 4:2)
TUNTUTAN PERTOBATAN
Dosa memerlukan pertobatan dan orang berdosa harus kembali kepada Allah. Ini merupakan tema-tema yang paling penting di dalam Alkitab, “Israel! Gereja! Manusia! Bertobatlah, tinggalkan dosamu! Kembalilah kepada-Ku, dengan tangisan dan seruan!” Inilah ajakan dari Tuhan. Pencipta langit dan bumi, Tuhan Pengasih manusia. Jika penginjilan tidak lagi berkhotbah tentang perlunya pertobatan dari dosa dan pengampunan dosa dari Yesus Kristus, maka saya menegaskan bahwa itu bukan penginjilan! Jika pemberita-pemberita di mimbar tidak lagi berani melawan dosa, tidak berani mengkritik dosa, maka orang-orang semacam itu bukan hamba-hamba Tuhan yang setia.
Setiap kali memimpin seminar penginjilan atau kebangunan rohani, saya tahu bahwa saya sedang berperang. Saya di sini bukan sedang memberitakan sesuatu secara rasional logis, enak didengar, atau untuk menambah pengetahuan saja. Tidak! Saya berdoa supaya setiap orang yang mendengar khotbah saya menerima suatu teguran dari Tuhan dan kemudian mengalami perubahan. Baru setelah itu Saudara bersaksi. Jangan Saudara hanya mencatat khotbah-khotbah saya lalu minggu depan Saudara pergi mengkhotbahkan khotbah itu. Tuhan tidak akan menyertai dengan kuasa, kecuali Saudara bergumul supaya khotbah yang Saudara dengar, terlebih dahulu mengubah hidup Saudara. Kalau tidak, tidak ada gunanya menyampaikan pengetahuan saja. Saudara hampir tidak pernah mendengarkan saya berkhotbah dengan memberikan butir satu, butir dua, butir ketiga, dan seterusnya. Setiap kali memberitakan firman, saya berjuang dengan pergumulan, dengan air mata, dengan keletihan, dengan jiwa berperang, karena itulah panggilan dan beban yang Tuhan berikan kepada saya.
Bertobatlah! Bertobatlah! Orang berdosa kembalilah! Dan untuk mengembalikan Saudara, Kristus harus mati di atas kayu salib. Inilah berita Injil, inilah euangelion. Inilah yang disebut berita yang baik, yang disebut sebagai kabar baik bagi seluruh dunia. Berita yang baik hanya satu, yaitu Yesus mati untuk orang berdosa.