YESUS KRISTUS: SUNGGUH-SUNGGUH ALLAH DAN MANUSIA

“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” (Yohanes 1:1-3)
YESUS KRISTUS: SUNGGUH-SUNGGUH ALLAH DAN MANUSIA
gadget, bisnis, tutorial
YESUS ADALAH ALLAH YANG SEJATI

Setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman akan mempercayai bahwa Yesus adalah Firman Allah dan Anak Allah. Dan kita melihat bahwa Yesus juga adalah Allah sendiri. Bagi kebanyakan orang percaya, mungkin sulit untuk bisa memahami bagaimana Yesus bisa menjadi Firman Allah, Anak Allah, dan bahkan juga Alah itu sendiri.

Kita harus memahami bersama bahwa Allah lebih besar daripada pengertian kita. Manusia memiliki pemikiran yang terbatas sehingga tidak bisa memikirkan Allah dengan sempurna. Kita tidak mengenal Allah karena kepandaian yang kita miliki. Dalam 1Korintus 1:21 kita membaca, "Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, ...." Tetapi puji syukur kepada Allah karena Ia memilih menyatakan itu kepada kita. Itulah tujuan kita dalam membahas hal ini, untuk mengerti dan memahami bagaimana Allah mengajar melalui Alkitab mengenai Yesus. Kita akan melihat bahwa Alkitab sangat jelas mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah.

1. Alkitab mengatakan bahwa Yesus adalah Allah.

Kita akan memerhatikan dua ayat yang menceritakan bahwa Yesus adalah Allah.

Pertama, dalam Injil Yohanes 1:1-3, dikatakan dengan jelas bahwa Yesus adalah Firman Allah. Kata "Firman" menunjuk kepada Yesus. Ayat ini menerangkan kepada kita, "... dan Firman itu adalah Allah." Jika ada yang berkata bahwa Allah dan Firman (Yesus) tidak sama, berarti ia setuju bahwa Alkitab tidak benar. Namun kita sebagai orang Kristen mengimani bahwa Alkitab adalah benar.

Kedua, kita melihat Roma 9:4-5, "Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa- bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!"

Ayat ini berbicara tentang anak-anak Israel (bangsa Israel) dan bagaimana mereka menerima Hukum Taurat dan janji-janji Allah. Hal itu menerangkan bagaimana Yesus secara fisik dilahirkan dalam bangsa mereka. Dengan kata lain, dalam pandangan manusia, Yesus akan jadi orang Israel. Tapi ayat ini juga menceritakan pada kita bahwa Kristus di atas segala-galanya, dihormati sebagai Allah selama-lamanya.
Kebenaran bahwa Yesus adalah Allah tidak ditemukan dalam dua ayat itu saja, masih ada fakta-fakta yang lain. Oleh karena itu, kita juga akan belajar di bagian lain yang memuat kebenaran yang lebih jelas lagi kepada kita.

2. Kuasa Yesus Mengampuni Dosa Menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah

Semua dosa adalah melawan Allah. Pada masa lalu, Raja Daud berdoa pada Allah dan berkata, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa" (Mazmur 51:6). Satu-satunya pribadi yang bisa mengampuni dosa adalah Pribadi kepada siapa manusia berdosa. Kita akan melihat bahwa Yesus mempunyai kuasa mengampuni dosa.

Bacalah Markus 2:1-12. Dari ayat-ayat ini, kita belajar hal-hal berikut. Yesus berkata kepada orang lumpuh itu bahwa dosa-dosanya diampuni. Musuh-musuh Yesus berkata bahwa hanya Allah saja bisa mengampuni dosa.

Mereka benar tentang hal itu. Karena itu mereka menganggap Yesus melakukan kejahatan karena Dia mengatakan memiliki kuasa yang hanya mungkin dipunyai oleh Allah sendiri. Tapi kemudian Yesus menyembuhkan orang itu, dan hal ini membuktikan pada orang- orang bahwa Dia sungguh-sungguh punya kuasa untuk mengampuni dosa, karena menurut mereka kelumpuhan orang itu adalah karena dosa- dosanya.

Mari kita memikirkannya dengan cara sebagai berikut. Andai kata di sini ada sebuah rumah yang kita tahu bahwa dia adalah orang yang mempunyai kunci itu. Jika kita melihat orang itu datang ke rumah, kemudian mengambil kunci dan membuka pintu, kita akan mengetahui bahwa dialah pemilik dari rumah itu. Kita mengetahui bahwa hanya Allah yang bisa mengampuni dosa. Oleh sebab itu, bila kita melihat Yesus datang dengan kuasa untuk mengampuni dosa, kita tahu bahwa Yesus adalah Allah.

3. Yesus Menyatakan Mempunyai Penghormatan yang Sama dengan Allah

Yohanes 5:23 berkata, "Supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia." Dalam ayat ini, Yesus menyatakan dengan jelas bahwa manusia akan menghormati Dia sebagaimana mereka menghormati Bapa. Jikalau Anda mulai membaca dari ayat 16, Anda akan menemukan bahwa orang-orang Yahudi mau membunuh Yesus.

Orang-orang Yahudi berkata bahwa Yesus telah mengajar bahwa Dia sama dengan Allah (ayat 18). Jika Yesus tidak menjadi sama dengan Allah, Dia sudah tentu akan membenarkan mereka. Dia akan membuat itu jelas bagi mereka bahwa Ia tidak sama dengan Allah. Apakah Dia melakukan ini? Tidak. Malahan Yesus memberitahukan kepada mereka bahwa "Semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa."

Perhatikan dalam Filipi 2:6, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan." Ayat ini menceritakan bahwa Yesus telah menjadi Allah sebelum Ia datang di dunia. Yesus tidak pernah berpikir bahwa Dia merampas hak Allah dengan menjadi sejajar dengan Allah, melainkan Ia sedang menyatakan sejajar dengan Allah karena Ia adalah Allah itu sendiri.

4. Yesus Menerima Pujian seperti Allah

Perhatikan dua kenyataan berikut. 

Pertama, dalam Kisah Rasul 14:8- 18, kita membaca bahwa Paulus dan Barnabas sedang mengajar di Listra (dengan kuasa Yesus.) Orang banyak yang melihat mereka mengatakan bahwa ada dewa-dewa yang telah turun dari surga. Paulus dan Barnabas dengan segera memperbaiki kesalahan ini dan memberitahukan kepada orang-orang itu bahwa mereka manusia sama seperti mereka yang tidak patut untuk diagung-agungkan. Tindakan ini tepat seperti yang seharusnya mereka lakukan.

Kedua, ketika Yohanes mendapat mimpi dari surga, ia jatuh tersungkur menyembah orang yang berbicara kepadanya. Orang itu memberitahukan bahwa dia tidak seharusnya melakukan demikian. Hanya Allah yang harus disembah. "Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: 'Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara- saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat'" (Wahyu 19:10). Malaikat yang berbicara kepada Yohanes menolak disembah karena dia tahu bahwa hanya Allah yang patut disembah. Dia melakukan apa yang seharusnya dia lakukan.

Sekarang bacalah Yohanes 20:27-29. Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada Tomas. Ketika Tomas menyadari bahwa itu benar-benar Yesus yang telah bangkit dari kematian, dia berkata, "Ya Tuhanku dan Allahku." Apakah Yesus menolak untuk memperbaiki panggilan Allah yang ditujukan kepadanya? Tidak. Yesus menerima apa yang Tomas katakan. Mengapa? Karena Dia memang Allah.

5. Allah dalam Kristus

Kadang-kadang orang tidak mau memuliakan Yesus seperti mereka memuliakan Bapa. Mereka membuat lelucon dan berkata, "Jika Yesus adalah Allah, itu artinya Allah mati di atas kayu salib." Sebenarnya, tepat yang Alkitab ajarkan kepada kita dalam 2Korintus 5:19, "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus."

Kita juga membaca hal ini dalam Kisah Para Rasul 20:28, "Karena itu, jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri." Paulus sedang berbicara kepada penatua-penatua Gereja di Efesus.

Dia mengatakan kepada mereka bagaimana mereka harus memelihara Gereja Tuhan, yang dibeli dengan darah-Nya sendiri. Apabila Anda membaca ayat ini dengan saksama, Anda akan melihat bahwa Paulus sedang berbicara tentang Allah. Dia menyebut gereja dengan "Gereja Allah" dan kemudian menambahkan, "yang Allah beli dengan darah-Nya sendiri."

Bila kita melihat diri kita, kita melihat banyak hal yang terlalu sulit kita mengerti. Jika kita tidak bisa mengerti hal-hal yang diciptakan oleh Allah, betapa bodohnya kita meminta untuk mengerti semua hal-hal yang ada dalam diri Allah. Tetapi hal-hal yang Allah ajarkan kepada kita bisa kita percayai. Kita telah melihat bagaimana Alkitab benar-benar mengajar bahwa Yesus adalah Allah. Kita boleh tidak mengerti tentang semua itu, tetapi kita bisa mempercayai hal itu karena Allah telah mengajarkan itu kepada kita. Keajaiban itu adalah bahwa Allah telah datang ke dunia dalam rupa manusia, hidup di antara manusia, dan mati untuk dosa-dosa mereka sehingga mereka memiliki hidup selama-lamanya melalui iman kepada-nya.

YESUS ADALAH MANUSIA SEJATI TANPA DOSA

“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)

"Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." (Ibrani 4:15)

Sebelumnya, kita telah mengetahui tentang Yesus yang adalah Allah sejati. Kini, kita juga akan belajar bahwa Yesus adalah seorang Manusia sejati. Kita akan melihat bagaimana Yesus menjadi manusia dalam segala hal seperti kita kecuali bahwa Dia tanpa dosa. Jika kita hendak mengerti sifat alami yang sejati dari Yesus, kita harus mengerti bahwa Dia adalah Allah dan juga manusia.

Marilah kita memikirkan hal ini. Jika Anda memiliki sebuah mata uang di tangannya, maka ia tahu bahwa itu adalah satu mata uang. Tapi dia juga mengetahui bahwa mata uang itu mempunyai dua sisi. Itulah sifat Yesus, Ia adalah satu, tetapi memiliki dua sisi, sisi Allah dan sisi manusia. Sebagaimana yang kita pelajari tentang Yesus yang menjadi manusia, marilah kita juga mengingat bahwa Dia adalah Allah. Ayat di atas memberitahu kedudukan Sang Imam Besar kita, yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang pernah menjadi manusia sama seperti kita, hanya Dia tidak berbuat dosa. Marilah kita memahami hal ini bersama- sama.

1. Yesus adalah Manusia.

Sekarang, pikirkanlah hal-hal yang Alkitab terangkan kepada kita tentang Yesus yang menyebabkan kita mengetahui bahwa Dia adalah juga manusia.

a. Yesus dilahirkan oleh seorang wanita sebagaimana kita adanya.

Meskipun Allah adalah Bapa-Nya, Dia dikandung dalam rahim Maria dengan kuasa Roh Kudus. Dia bertumbuh dan dilahirkan seperti semua bayi-bayi yang lain dilahirkan. "Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat" (Galatia 4:4).

b. Tubuh Yesus seperti tubuh kita. Kita tahu ini karena alasan- alasan berikut:

- Dia bertumbuh dari bayi, ke masa muda dan tumbuh dewasa sama seperti semua manusia lainnya (Lukas 2:52).

- Dia merasa lapar dan haus seperti manusia lainnya, "Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus" (Matius 4:2). "Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai berkatalah Ia- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Aku haus!" (Yohanes 19:28).

- Dia menjadi lelah seperti manusia lainnya. "Di situ terdapat sumur Yakub, Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas" (Yohanes 4:6).

c. Perasaan Yesus seperti perasaan kita.

- Dia merasa amat berdukacita atas kematian seorang sahabat sehingga Dia menangis. "'Di manakah dia kamu baringkan?' Jawab mereka: 'Tuhan, marilah dan lihatlah!' Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi: 'Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!'" (Yohanes 11:34-36)

- Dia merasa kasihan karena penderitaan orang lain. "Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala"(Matius 9:35-36).

- Dia merasa sedih dan marah karena kebejatan moral manusia. "Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: 'Ulurkanlah tanganmu!' Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu" (Markus 3:5).

2. Sebagai Seorang Manusia, Yesus Dicobai Sebagaimana Kita Dicobai

"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (Ibrani 4:14-15). Dalam ayat ini Yesus disebut Imam Besar Agung kita. 

Selanjutnya dikatakan bahwa Dia dicobai dalam segala hal seperti kita dicobai. Kita jangan berpikir bahwa satu-satunya saat Yesus dicobai adalah ketika Setan datang kepada-Nya setelah Dia tidak makan selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Yesus dicobai dibanyak waktu yang berbeda dan dengan cara yang berbeda.

Suatu kali, Setan bahkan mencobai Yesus melalui Simon Petrus, salah seorang murid-Nya. Ketika Yesus memberitahukan murid-murid-Nya bagaimana Dia harus segera menderita dan mati, Petrus berbicara dengan kata-kata yang bersemangat bahwa hal seperti itu tidak akan pernah terjadi pada-Nya. Setan telah memakai Petrus untuk menggoda Yesus untuk menghindari kematian di atas kayu salib. 

Jika Setan bisa membujuk Yesus melepaskan diri dari kematian di atas kayu salib, tidak ada keselamatan bagi umat manusia. Yesus mengerti benar apa yang sedang Setan coba lakukan melalui Petrus. Itulah sebabnya, Yesus berbicara kepada Petrus sebagaimana tertulis dalam Matius 16:23, "Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis, Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.'” Bacalah Matius 16:21-23. Kita semua harus mengerti ini. Ada saat-saat di mana Setan akan mencobai kita lewat teman-teman kita.

Ada hal-hal lain yang seharusnya kita mengerti tentang cobaan terhadap Yesus. Dia menolak mempergunakan kuasa untuk membuat pencobaan lebih ringan. Ketika Dia merasa lapar, Setan mencobai-Nya untuk mengubah batu-batu menjadi roti. Yesus mempunyai kuasa untuk melakukan itu. Namun, Ia menolak mempergunakan kuasa untuk meringankan cobaan-cobaan yang dibebankan Setan pada-Nya. 

Kenapa? Karena jika demikian, Dia tidak akan pernah dicobai seperti kita dicobai, Dia tidak bisa betul-betul seperti kita. Contohnya, seorang yang lapar, yang merampok atau mencuri, mungkin mencoba memaafkan dirinya sendiri dengan berkata, "Ya, ketika Yesus lapar Dia mengubah batu menjadi roti. Saya tidak bisa melakukan itu, tapi saya akan menghilangkan rasa lapar saya dengan mencuri." Karena itulah Yesus dengan berani rela menderita dan hasilnya Dia memperoleh kekuatan penuh dari pencobaan-pencobaan, Dia bisa mengerti secara penuh dan berbagi perasaan akan pencobaan- pencobaan kita. Dia juga akan memberikan kuasa kepada kita atas Setan, sebagaimana Dia lakukan jika kita memutuskan bergantung kepada-Nya.

3. Yesus Hidup dalam Kehidupan yang Tanpa Dosa

Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:

"Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (Ibrani 4:15). "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (Korintus 5:21).

"Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya" (1Petrus 2:22).
Ini adalah satu cara di mana Yesus, sebagai manusia, berbeda dari semua umat manusia. Semua manusia telah berdosa, tetapi Yesus tanpa dosa.

Banyak orang tidak mengerti bahwa ada dua cara-cara manusia berdosa. Cara pertama adalah dengan melakukan hal-hal yang kita ketahui adalah jahat. Alkitab menerangkan pada kita beberapa hal yang Allah tidak ingin kita lakukan. Tapi jika ia tetap melakukan hal-hal ini, maka dia melawan Allah dan ia berdosa. Cara kedua dari perbuatan dosa adalah gagal melakukan hal yang kita ke tahui benar. Allah menerangkan pada kita bahwa ada beberapa hal yang seharusnya kita lakukan. Bila kita lalai melakukan hal-hal ini, kita berdosa terhadap Allah. Dalam Yakobus 4:17 kita membaca, "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa."

Bila kita berkata bahwa Yesus adalah tanpa dosa, kita menunjukkan bahwa Dia tidak pernah melakukan apa pun yang jahat di mata Allah. Kita juga menunjukkan bahwa Dia selalu melakukan apa pun yang baik di mata Allah. Dia tidak pernah melakukan yang jahat. Dia tidak pernah gagal melakukan yang baik.

4. Pentingnya Yesus Menjadi Manusia Tanpa Dosa.

Dalam 2Korintus 5:21, kita belajar bahwa Yesus yang tidak berdosa, namun menjadi berdosa untuk kita sehingga kita dibuat menjadi benar di hadapan Allah melalui Yesus. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Jika seandainya Yesus berdosa, Dia tidak bisa menggantikan tempat orang-orang berdosa. Dia akan menerima hukuman atas dosa-dosanya sendiri.

Contohnya, dua orang membunuh seorang pria. Mereka diadili dan kedapatan bersalah. Kemudian seorang dari mereka berkata kepada hakim, "Tuan, biarkan saya mati menggantikan teman saya." Dengan segera hakim akan menjawab, "Tidak. Kamu dua-duanya bersalah. Dia harus mati untuk kesalahan yang dia lakukan dan kamu mati untuk kesalahanmu sendiri." Orang yang bersalah harus menderita karena kesalahannya sendiri. Yesus adalah orang yang tidak berdosa dan tidak pernah melakukan dosa. Itulah sebabnya, Dia dapat menggantikan hukuman atas dosa- dosa kita.

KEALLAHAN YANG PENUH DARI KRISTUS YANG BERINKARNASI

A. Ia Memiliki Sifat-sifat yang Hanya dimiliki oleh Allah.

1. Kekekalan. Ia mengaku sudah ada sejak kekal (Yohanes 8:58; 17:5).
2. Maha hadir. Ia mengaku hadir di mana-mana (Matius. 18:20; 28:20).
3. Mahatahu. Ia memperlihatkan pengetahuan tentang hal-hal yang hanya dapat diketahui jika Ia mahatahu (Matius16:21; Lukas 6:8; 11:7; Yohanes 4:29).

4. Mahakuasa. Ia memperagakan dan menyatakan kekuasaan satu Pribadi yang Mahakuasa (Mat. 28:20; Markus 5:11-15;Yohanes. 11:38-44).

Sifat-sifat Kealahan yang lain dinyatakan bagi diri-Nya oleh orang lain (mis. "tak berubah", Ibrani 13:5), tetapi apa yang dikutip di atas tadi adalah apa yang diakui oleh-Nya bagi diri-Nya sendiri.

B. Ia Melakukan Hal-hal yang Hanya Dapat Dilakukan oleh Allah.

1. Pengampunan. Ia mengampuni dosa selama-lamanya. Manusia mungkin dapat melakukannya untuk sementara, namun Kristus memberikan pengampunan kekal (Mrk.2:1-12).

2. Kehidupan. Ia memberikan kehidupan rohani kepada barang siapa yang dihendaki-Nya (Yoh.5:21).

3. Kebangkitan. Ia akan membangkitkan orang mati (Yohanes 11:43).
4. Penghakiman. Ia akan menghakimi semua orang (Yohanes 5:22, 27). Lagi-lagi, semua contoh di atas adalah hal-hal yang Ia lakukan atau pengakuan yang diucapkan-Nya sendiri, bukan orang lain.

C. Ia diberi Nama-nama dan Gelar-gelar Keallahan.

1. Anak Allah.

Tuhan kita mempergunakan gelar bagi diri-Nya (meskipun hanya kadang-kadang, Yohanes 10:36), dan Ia mengakui kebenarannya ketika dipergunakan oleh orang lain untuk menunjuk kepada-Nya (Matius 26:63- 64). Apakah artinya? Meskipun frase "anak dari" dapat berarti "keturunan dari", hal ini juga mengandung arti "dari kaum." Jadi, dalam Perjanjian Lama "anak- anak para nabi" berarti dari kaum nabi (1 Raj.20:35), dan "anak- anak penyanyi" berarti kaum penyanyi (Nehemia. 12:28). Petunjuk "Anak Allah" apabila dipergunakan untuk Tuhan kita, berarti dari kaum Allah dan merupakan suatu klaim yang kuat dan jelas untuk Keallahan yang penuh."

Dalam penggunaan di antara orang Yahudi, perkataan "Anak (dari)..." umumnya tidak berarti suatu pembawahan, tetapi lebih kepada persamaan dan jati diri hakikat. Jadi, Bar Kokba, yang memimpin pemberontakan Yahudi pada 135-132 SM semasa pemerintahan Hadrian, diberi nama yang artinya 'Anak Bintang.' Diperkirakan ia memakai nama ini untuk memperkenalkan dirinya sendiri sebagai Bintang yang dinubuatkan dalam Bilangan 24:17. Nama 'Anak Penghiburan' (Kisah Para Rasul 4:36) tak pelak lagi berarti, 'Si Penghibur'. "Anak-anak Guruh' (Markus 3:17) mungkin sekali berarti 'Penggeledek.' 'Anak Manusia, terutama sebagaimana berlaku untuk Kristus dalam Daniel 7:13 dan selalu dalam Perjanjian Baru, hakikatnya berarti "Orang yang Mewakili". 

Jadi, bagi Kristus untuk mengatakan, 'Akulah Anak Allah' (Yohanes 10:36) dianggap oleh orang-orang pada masa-Nya sebagai memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah, sejajar dengan Bapa, yang menurut mereka tidak layak" (J. Oliver Buswell, A Systematic Theology of the Christian Religion [Grand Rapids: Zondervan, 19621, 1:105).

2. Tuhan dan Allah.

Yesus disebut Yahweh dalam Perjanjian Baru. Hal ini menunjukkan Keallahan-Nya yang penuh (band. Luk. 1:76 dengan Mal. 3:1 dan Amsal 10:13 dengan Yl. 2:32). Ia juga disebut Allah (Yohanes 1:1; 20:28; Ibrani 1:8),Tuhan (Matius 22:43-45), dan Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuan (Wahyu 19:16).

D. Ia Mengaku sebagai Allah.

Mungkin peristiwa yang paling kuat dan jelas tentang pengakuan ini, terjadi pada waktu hari raya penahbisan Bait Allah di Yerusalem, ketika Ia berkata, "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30). Kata "satu" di sini bukan berarti Ia dan Bapa merupakan satu Pribadi melainkan bahwa mereka merupakan kesatuan dalam sifat dan kegiatannya, suatu fakta yang benar, hanya jika Ia sama Keallahan -Nya dengan Bapa. Orang-orang yang mendengar pengakuan ini memahaminya demikian karena itu mereka segera berupaya merajam-Nya dengan alasan penghujatan karena Ia menyatakan diri-Nya sebagai Allah (Ay. 33).

Bagaimana seseorang dapat mengatakan bahwa Yesus dari Nazaret sendiri tak pernah mengaku sebagai Allah? Dan bahwa pengikut-Nyalah yang menyatakan demi Dia? Kebanyakan dari kutipan di atas berasal dari kata-kata Kristus Sendiri. Karena itu, kita haruslah menghadapi satu-satunya pilihan: apakah yang diakui-Nya itu memang benar ataukah Ia seorang pembohong. Dan apa yang diakui-Nya itu merupakan Keallahan yang penuh dan sempurna - tak ada yang kurang atau dikurangkan semasa hidup-Nya di bumi.

PRIBADI KRISTUS: DUA SIFAT DAN WATAK KRISTUS

Pembahasan tentang tujuan dan sifat penjelmaan Kristus dengan mudah menuntun kita untuk menguraikan dua sifat yang dimiliki Kristus: sifat manusia dan sifat Allah. Orang yang bagaimanakah Yesus Kristus dari Nazaret itu?

I. KEMANUSIAAN KRISTUS

Kemanusiaan Kristus jarang dipersoalkan. Memang ada ajaran-ajaran sesat, misalnya, Gnostisisme yang menyangkal realitas tubuh Kristus, dan ajaran Eutikhes yang menjadikan tubuh Kristus itu tubuh yang ilahi. Akan tetapi, bagian terbesar dari gereja mula-mula menerima ajaran bahwa Kristus adalah manusia dan Allah. Penyimpangan dari doktrin

Alkitab lebih banyak terjadi karena menolak sifat ilahi Kristus dan bukan menolak sifat manusia-Nya. Karena Kristus harus menjadi manusia sesungguhnya jika Ia hendak menebus manusia dari dosa, maka soal kemanusiaan Kristus bukan hanya merupakan soal yang akademis, tetapi soal yang sangat praktis. Apa saja yang menjadi bukti bahwa Yesus adalah manusia sesungguhnya?

A. YESUS LAHIR SEPERTI MANUSIA LAINNYA

Yesus lahir dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataan ini dikuatkan oleh kisah-kisah kelahiran-Nya dari seorang anak dara (Matius 1:18 -2:11; Lukas 1:30-38; 2:1-20). Karena hal ini, Yesus disebut "anak Daud, anak Abraham" (Matius 1:1) dan dikatakan bahwa Ia "menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud" (Roma 1:3). Karena alasan yang sama, Lukas merunut asal usul Yesus sampai kepada Adam (Lukas 3:23-38). Peristiwa ini merupakan penggenapan janji kepada Hawa (Kejadian 3:15) dan kepada Ahas (Yesaya 7:14).

Pada beberapa kesempatan Yesus disebutkan sebagai anak Yusuf, namun kita akan melihat bahwa setiap kali hal ini terjadi, orang yang melakukannya itu bukanlah sahabat Yesus atau mereka kurang mengenal Dia (Lukas 4:22; Yohanes 1:45; 6:42; bandingkan dengan Matius 13:55). Bila ada bahaya bahwa pembaca kitab Injil akan menganggap penulis Injil tersebut bermaksud untuk menyatakan bahwa Yesus betul-betul anak Yusuf, maka penulis menambahkan sedikit penjelasan untuk menunjukkan bahwa anggapan semacam itu tidak benar. Oleh karena itu dalam Lukas 23:23 kita membaca bahwa Yesus adalah anak Yusuf "menurut anggapan orang" dan di dalam Roma 9:5 dinyatakan bahwa Kristus berasal dari Israel dalam "keadaan-Nya sebagai manusia."

Dalam kaitan ini telah diajukan satu pertanyaan penting: Bila Kristus itu lahir dari seorang perawan, apakah Ia juga mewarisi sifat yang berdosa dari ibu-Nya? Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak berhubungan dengan dosa. Alkitab menandaskan bahwa Yesus "tidak mengenal dosa" (2 Korintus 5:21); dan bahwa Ia adalah "yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa" (Ibrani 7:26); dan bahwa "di dalam Dia tidak ada dosa" (1 Yohanes 3:5). 

Pada saat memberitahukan bahwa Maria akan melahirkan Anak Allah, Gabriel menyebutkan Yesus sebagai "kudus" (Lukas 1:35). Iblis tidak berkuasa apa-apa atas diri Yesus (Yohanes 14:30); ia tak ada hak apa pun atas Anak Allah yang tidak berdosa itu. "Dosalah yang membuat Iblis berkuasa atas manusia, tetapi di dalam Yesus tidak ada dosa." Melalui naungan ajaib Roh Kudus, Yesus lahir sebagai manusia yang tidak berdosa.

B. YESUS TUMBUH DAN BERKEMBANG SEPERTI MANUSIA NORMAL

Yesus berkembang secara normal sebagaimana halnya manusia. Oleh karena itu dikatakan dalam Alkitab bahwa Ia "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Lukas 2:40), dan bahwa Ia "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Lukas 2:52).

Perkembangan fisik dan mental Kristus ini tidak disebabkan karena sifat ilahi yang dimiliki-Nya, tetapi diakibatkan oleh hukum-hukum pertumbuhan manusia yang normal. Bagaimanapun juga, kenyataan bahwa Kristus tidak mempunyai tabiat duniawi dan bahwa Ia menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan, yang berdosa, sudah pasti turut mempengaruhi perkembangan mental dan fisik-Nya.

Perkembangan mental Yesus bukanlah semata-mata hasil pelajaran di sekolah-sekolah pada zaman itu (Yohanes 7:15), tetapi harus dianggap sebagai hasil pendidikan-Nya dalam keluarga yang saleh, kebiasaan-Nya untuk selalu hadir dalam rumah ibadah (Lukas 4:16), kunjungan-Nya ke Bait Allah (Lukas 2:41, 46), penelaahan Alkitab yang dilakukan-Nya (Lukas 4:17), dan juga karena Ia menggunakan ayat-ayat Alkitab ketika menghadapi pencobaan, dan karena persekutuan-Nya dengan Allah Bapa (Markus 1:35;Yohanes 4:32-34).

C. IA MEMILIKI UNSUR-UNSUR HAKIKI SIFAT MANUSIA

Bahwa Kristus memiliki tubuh jasmaniah jelas dari ayat-ayat yang berbunyi, "mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku" (Matius 26:12); "yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri" (Yohanes 2:21); "Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapatkan bagian dalam keadaan mereka [darah dan daging]" (Ibrani 2:14); "tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagi-Ku" (Ibrani 10:5); "kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibrani 10:10). Bahkan setelah Ia dibangkitkan Ia mengatakan, "Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada- Ku" (Lukas 24:39).

Bukan saja Kristus memiliki tubuh manusiawi yang fisik, Ia juga memiliki unsur-unsur sifat manusiawi lainnya, seperti kecerdasan dan sifat sukarela. Ia mampu berpikir dengan logis. Alkitab berbicara tentang Dia sebagai memiliki jiwa dan/atau roh (Matius 26:38; bandingkan dengan Markus 8:12; Yohanes 12:27; 13:21; Markus 2:8;Lukas 23:46; dalam Alkitab bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai hati dan nyawa). Ketika mengatakan bahwa Ia mengambil sifat seperti kita, kita selalu harus membedakan antara sifat manusiawi dan sifat yang berdosa; Yesus memiliki sifat manusiawi, tetapi Ia tidak memiliki sifat yang berdosa.

D. IA MEMPUNYAI NAMA-NAMA MANUSIA

Ia memiliki banyak nama manusia. Nama "Yesus", yang berarti "Juru selamat" (Matius 1:21), adalah kata Yunani untuk nama "Yosua" di Perjanjian Lama (bandingkan Kisah 7:45; Ibrani 4:8). Ia disebut "anak Abraham" (Matius 1:1) dan "anak Daud". Nama "anak Daud" sering kali muncul dalam Injil Matius (1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30, 31;21:9, 15). Nama "Anak Manusia" terdapat lebih dari 80 kali dalam Perjanjian Baru. Nama ini berkali-kali dipakai untuk Nabi Yehezkiel (2:1; 3:1; 4:1, dan seterusnya), dan sekali untuk Daniel (8:17). Nama ini dipakai ketika bernubuat tentang Kristus dalam Daniel 7:13 (bandingkan Matius 16:28). Nama ini dianggap oleh orang-orang Yahudi sebagai mengacu kepada Mesias. Hal ini jelas dari kenyataan bahwa imam besar merobek jubahnya ketika Kristus menerapkan nubuat Daniel ini kepada diri-Nya sendiri (Lukas 26:64, 65). Orang-orang Yahudi memahami bahwa istilah ini menunjuk kepada Mesias (Yohanes 12:34), dan menyebut Kristus itu Anak Manusia adalah sama dengan menyebut Dia Anak Allah (Lukas 22:69, 70). Ungkapan ini bukan saja menunjukkan bahwa Ia adalah benar-benar manusia, tetapi bahwa Ia juga adalah wakil seluruh umat manusia (bandingkan Ibrani 2:6-9).

E. IA MEMILIKI BERBAGAI KELEMAHAN YANG TAK BERDOSA DARI SIFAT MANUSIAWI

Oleh karena itu, Yesus pernah lelah (Yohanes 4:6), lapar (Matius 4:2; 21:18), haus (Yohanes 19:28); Ia pernah tidur (Matius 8:24; bandingkan Mazmur 121:4); Ia dicobai (Ibrani 2:18; 4:15; bandingkan Yakobus 1: 13); Ia mengharapkan kekuatan dari Bapa-Nya yang di surga (Markus 1:35; Yohanes 6:15; Ibrani 5:7); Ia mengadakan mukjizat (Matius 12:28), mengajar (Kisah 1:2), dan mempersembahkan diri-Nya kepada Allah oleh Roh Kudus (Kisah 10:38; Ibrani 9:14). "Orang-orang Kristen memiliki seorang imam besar di surga dengan kemampuan yang tiada terhingga untuk merasa belas kasihan terhadap mereka dalam semua bahaya, dukacita, dan pencobaan yang mereka alami dalam kehidupan, karena Ia sendiri mengalami semuanya itu, karena Ia menjadi sama dengan manusia." Kembali harus ditekankan bahwa menyebutkan kelemahan-kelemahan dalam sifat Kristus tidaklah berarti kelemahan-kelemahan yang berdosa.

F. BERKALI-KALI IA DISEBUT SEBAGAI MANUSIA

Yesus menganggap diri-Nya sendiri manusia (Yohanes 8:40). Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:30), Petrus (Kisah 2:22), dan Paulus (1 Korintus 15:21, 47; Filipi 2:8; bandingkan Kisah 13:38) menyebut- Nya manusia. Kristus benar-benar diakui sebagai manusia (Yohanes 7:27; 9:29; 10:33), sehingga Ia dikenal sebagai orang Yahudi (Yohanes 4:9); Ia dikira lebih tua dari usia sebenarnya (Yohanes 8:57); dan Ia dituduh telah menghujat Allah karena berani menyatakan bahwa diri-Nya lebih tinggi daripada manusia (Yohanes 10:33). Bahkan setelah bangkit, Kristus tampak sebagai manusia (Yohanes 20:15; 21:4, 5). Lagi pula, sekarang ini Ia berada di surga sebagai manusia (I Timotius 2:5), akan datang kembali (Matius 16:27, 28; 25:31; 26:64, 65), serta menghakimi dunia ini dengan adil sebagai manusia (Kisah 17:31).

II. KEILAHIAN KRISTUS

Ayat-ayat Alkitab dan alasan-alasan yang telah kami kemukakan ketika membicarakan perihal Trinitas untuk membuktikan kesamaan antara Kristus dengan Bapa, juga membuktikan kenyataan sifat keilahian yang dimiliki Kristus setelah Ia menjelma menjadi manusia.

Kristus memiliki sifat-sifat khas Allah; berbagai jabatan dan hak istimewa ilahi dimiliki-Nya; hal-hal yang dikatakan dalam Perjanjian Lama tentang Yehova telah dikatakan dalam Perjanjian Baru mengenai Kristus; nama-nama ilahi diberikan kepada-Nya; Kristus memelihara hubungan-hubungan tertentu dengan Allah yang membuktikan keilahian-Nya; Ia disembah sebagai Allah dan Ia tidak menolak pemujaan itu selama Ia hidup di muka bumi ini; Kristus menyadari bahwa Ia adalah Allah yang telah menjelma. Semuanya ini merupakan rangkuman dari apa yang telah kita bahas dan pelajari sebelumnya ketika membicarakan Tritunggal.

III. KEDUA SIFAT KRISTUS

Pokok ini merupakan rahasia yang sangat dalam. Bagaimana mungkin ada dua sifat di dalam satu orang? Sekalipun sulit untuk memahami konsep ini, Alkitab menganjurkan agar kita merenungkan rahasia Allah ini, yaitu Kristus (Kolose 2:2, 3). Yesus sendiri menyatakan bahwa pengenalan yang benar akan Dia hanya akan diperoleh melalui pernyataan ilahi (Matius 11:27). Mempelajari pribadi Kristus sangatlah sulit karena kepribadian-Nya sangat unik; tidak ada oknum lain yang sama dengan Dia sehingga kita tidak dapat berargumentasi dari hal-hal yang sudah kita ketahui kepada hal-hal yang belum kita ketahui.

A. BUKTI PERPADUAN KEDUA SIFAT ITU

Pertama-tama, kita harus menjelaskan beberapa salah paham. Perpaduan sifat ilahi dengan sifat manusiawi di dalam Kristus itu tidak dapat dibandingkan dengan hubungan permikahan, karena kedua belah pihak dalam permikahan tetap merupakan dua pribadi yang berbeda walaupun sudah menikah. Demikian pula perpaduan kedua sifat itd tidak sama seperti perhubungan orang-orang percaya dengan Kristus. Juga tidaklah tepat untuk beranggapan bahwa sifat ilahi itu tinggal di dalam Kristus sebagaimana Kristus tinggal di dalam orang percaya, karena itu berarti bahwa Yesus hanyalah seorang manusia yang didiami oleh Allah dan la sendiri bukan Allah.

Gagasan yang mengatakan bahwa Kristus mempunyai kepribadian rangkap tidaklah alkitabiah. Tidak disebutkan dalam Alkitab bahwa Logos mengambil tempat pikiran dan roh manusiawi di dalam Kristus, karena dalam hal demikian Kristus bersatu dengan kemanusiaan yang tidak sempurna. Demikian pula kedua sifat itu tidak bersatu untuk membentuk sifat yang ketiga, sebab dalam hal itu Kristus bukanlah manusia sejati. Juga tidak dapat dikatakan bahwa Kristus secara berangsur-angsur menerima sifat ilahi, karena dalam hal demikian keilahian-Nya bukanlah suatu kenyataan hakiki sebab harus diterima secara sadar oleh kemanusiaan Kristus.

Gereja pada umumnya dengan tegas menyalahkan pandangan-pandangan ini sebagai tidak alkitabiah dan karena itu tidak bisa diterima. Bila pengertian-pengertian di atas itu salah semua, bagaimanakah kita dapat menerangkan perpaduan kedua sifat tersebut di dalam Kristus sehingga menghasilkan satu pribadi, namun dengan dua kesadaran dan dua kehendak?

Sekalipun ada dua sifat, tetapi ada satu pribadi saja. Dan sekalipun ciri-ciri khas dari sifat yang satu tidak dapat dikatakan merupakan ciri khas dari sifat lainnya, namun kedua sifat itu berada dalam satu Oknum, yaitu Kristus.

Tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa Kristus adalah Yang Ilahi yang memiliki sifat manusiawi, atau bahwa Ia adalah manusia yang didiami oleh Yang Ilahi. Dalam hal yang pertama, maka sifat manusiawi tidak akan memperoleh tempat dan peranan yang semestinya, dan dalam hal yang kedua sifat ilahi itulah yang tak akan memperoleh tempat dan peranan yang semestinya. Oknum kedua dari Tritunggal Allah menerima keadaan manusia dengan semua ciri khasnya. Dengan demikian kepribadian Kristus berdiam di dalam sifat ilahi-Nya, karena Allah Anak tidak bersatu dengan seorang manusia tetapi dengan sifat manusia. Terpisah dari penjelmaan sifat manusiawi Kristus tak bersifat pribadi; akan tetapi hal ini tidak benar tentang sifat ilahi-Nya. 

Begitu sempurnanya penyatuan menjadi satu pribadi ini sehingga, sebagaimana dikatakan oleh Walvoord, "Kristus pada saat yang 'sama memiliki sifat-sifat yang nampaknya bertolak belakang. Ia bisa lemah dan mahakuasa, bertambah dalam pengetahuan namun mahatahu, terbatas dan tidak terbatas," dan kita dapat menambahkan, Ia bisa berada di satu tempat namun Ia Maha hadir. Yesus berbicara tentang diri-Nya sebagai satu pribadi yang utuh dan tunggal; Ia sama sekali tidak menunjukkan adanya gejala-gejala keterbelahan kepribadian.

Selanjutnya, orang-orang yang berhubungan dengan Dia menganggap Dia sebagai seorang dengan kepribadian yang tunggal dan tidak terbelah. Bagaimana dengan kesadaran diri-Nya? Jelaslah bahwa dalam kesadaran diri yang ilahi Yesus senantiasa sadar akan keilahian-Nya. Kesadaran diri yang ilahi itu senantiasa beroperasi penuh, bahkan pada masa kanak-kanak. "Namun ada bukti bahwa dengan berkembangnya sifat manusiawi maka kesadaran diri yang manusiawi itu mulai aktif." Kadang-kadang Ia akan bertindak dari kesadaran diri yang manusiawi, dan pada saat-saat lain Ia bertindak dari kesadaran diri yang ilahi, namun keduanya itu tidak pernah bertentangan.

Hal yang sama dapat dikatakan mengenai kehendak-Nya. Pastilah, kehendak manusiawi ingin menjauhi salib (Matius 26:39), dan kehendak yang ilahi ingin menjauhkan diri dari hal dijadikan dosa (2 Korintus 5:21). Dalam kehidupan-Nya, Yesus berkehendak untuk melakukan kehendak Bapa-Nya yang di sorga (Ibrani 10:7, 9). Hal ini dilaksanakan-Nya sepenuhnya.

B. SIFAT PERPADUAN KEDUA SIFAT ITU

Maka jika kedua sifat Kristus itu terbaur secara sempurna di dalam satu pribadi, lalu bagaimanakah sifat pembauran itu? Sebagian besar jawaban untuk pertanyaan ini telah disinggung dalam uraian sebelumnya. Tidak mungkin kami memberikan analisis kejiwaan yang tepat tentang kepribadian, unik Kristus sekalipun Alkitab memberikan sedikit petunjuk.

1. Perpaduan itu tidak bersifat teantropik.

Diri Kristus adalah teantropik (artinya mempunyai sifat ilahi dan sifat manusiawi), tetapi sifat-Nya tidak. Maksudnya, seseorang dapat berbicara tentang Allah - manusia bila Ingin mengacu kepada diri Kristus; akan tetapi, kita tidak dapat berbicara tentang sifat ilahi- manusiawi, melainkan kita harus berbicara tentang adanya sifat ilahi dan sifat manusiawi di dalam Kristus. Hal ini jelas dari kenyataan bahwa Kristus memiliki pengertian dan kehendak yang tak terbatas dan juga memiliki pengertian dan kehendak yang terbatas; Ia memiliki kesadaran ilahi dan kesadaran manusiawi. Kecerdasan ilahi-Nya tidak terbatas; kecerdasan manusiawi-Nya makin bertambah. Kehendak ilahi-Nya adalah mahakuasa; kehendak manusiawi-Nya hanya terbatas pada kemampuan manusia yang belum jatuh dalam dosa. Dalam kesadaran ilahi-Nya Ia dapat berkata, "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30); dalam kesadaran manusiawi-Nya Ia dapat berkata, "Aku haus" (Yohanes 19:28). Namun harus ditekankan bahwa Kristus tetap Allah- manusia.

2. Perpaduan itu bersifat pribadi.

Perpaduan kedua sifat di dalam Kristus disebut perpaduan hipostatis.
Maksudnya, kedua sifat atau hakikat itu merupakan satu cara berada yang pribadi. Karena Kristus tidak bersatu dengan diri manusia, tetapi dengan sifat manusia, maka kepribadian Kristus bertempat dalam sifat ilahi-Nya.

3. Perpaduan itu meliputi berbagai sifat dan perbuatan manusiawi dan ilahi.

Baik sifat dan perbuatan yang manusiawi maupun yang ilahi dapat dilakukan oleh Sang Allah-manusia tanpa kecuali. Demikianlah berbagai sifat dan ciri khas manusia dihubungkan dengan Kristus di bawah gelar -gelar yang ilahi, "Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi" (Lukas 1:32); "mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia" (1 Korintus 2:8); "jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah 20:28). Dari ayat-ayat tersebut kita melihat bahwa Allah telah lahir dan Allah telah mati.

Ada juga ayat-ayat yang menyebut berbagai ciri khas dan sifat ilahi serta menghubungkannya dengan Kristus di bawah nama-nama manusiawi-Nya, "Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia" (Yohanes 3:13); "dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?" (Yohanes 6:62); "Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya" (Roma 9:5); Kristus yang mati itu adalah Kristus yang "memenuhi semua dan segala sesuatu" (Efesus 1:23; bandingkan Matius 28:20); Dialah yang telah ditentukan oleh Allah untuk menghakimi dunia (Kisah 17:31; bandingkan Matius 25:31, 32).

4. Perpaduan tersebut menjamin kehadiran yang tetap dari keilahian dan kemanusiaan Kristus.

Kemanusiaan Kristus hadir bersama dengan keilahian-Nya di setiap tempat. Kenyataan ini menambah keindahan kenyataan bahwa Kristus ada di dalam umat-Nya. Ia hadir dalam keilahian-Nya, dan melalui perpaduan kemanusiaan-Nya dengan keilahian-Nya, maka Ia juga hadir dalam kemanusiaan-Nya. YESUS KRISTUS: SUNGGUH-SUNGGUH ALLAH DAN MANUSIA
Next Post Previous Post