YESUS KRISTUS ADALAH MANUSIA

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Yesus Kristus adalah manusia.

1) Inkarnasi.

a) Arti kata ‘inkarnasi’.

Kata ini berasal dari kata bahasa Latin IN [= in (= dalam)] + CARO / CARNIS [= flesh (= daging)]. Jadi, inkarnasi bisa diartikan ‘masuk ke dalam daging’. Tentu saja yang dimaksud dengan ‘daging’ bukan hanya ‘tubuh’, tetapi ‘seluruh manusia’.
YESUS KRISTUS ADALAH MANUSIA
bisnis, otomotif
Catatan: Jangan menyamakan ‘inkarnasi’ dengan ‘reinkarnasi’. Kekristenan mempercayai inkarnasi, yaitu waktu Yesus, yang adalah Allah, menjadi manusia. Tetapi kekristenan menolak reinkarnasi, yang merupakan ajaran agama Hindu / Buddha, karena bertentangan dengan Kitab Suci, khususnya Ibr 9:27, yang mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali dan sesudah itu dihakimi.

Ibrani 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”.

b) Subyek dari inkarnasi.

Bukan Allah Tritunggal, tetapi Allah Anaklah yang berinkarna­si dan mengambil hakekat manusia. Tetapi juga harus diingat bahwa setiap pribadi dalam Allah Tritunggal ikut aktif dalam inkarnasi.

Matius 1:20 - “Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”.

Lukas 1:35 - “Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.

Kis 2:30 - “Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.”.

Roma 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Galatia 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.

Filipi 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

Bahwa yang berinkarnasi adalah Allah Anak, merupakan sesuatu yang perlu diingat / dicamkan, untuk menghadapi ajaran sesat yang disebut Modalistic Monarchianism / Patripassianism / Sabellianism, yang mengatakan bahwa Allah Bapa sendirilah yang berinkarnasi sebagai Anak.

Penerapan: Banyak orang kristen berdoa secara salah dengan berkata: ‘Yesus, Bapa yang di surga, ...’. Atau: ‘Kami bersyukur kepadaMu Bapa, karena Engkau telah rela menjadi manusia dan mati bagi dosa kami’. Ini doa yang salah secara theologis karena mengacau-balaukan Yesus dengan Bapa / menganggap bahwa Bapa berinkarnasi menjadi Yesus / Anak.

c) Inkarnasi dan kelahiran.

Inkarnasi berbeda dengan kelahiran karena:

1. Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran menunjukkan pada tindakan pasif.

Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Lukas 19:10 Yohanes 9:39 Yohanes 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukannya ‘Aku dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif.

Catatan: memang dalam Yohanes 18:37b Yesus berkata: ‘Untuk itulah Aku lahir’, tetapi Ia langsung menyambung dengan kata-kata ‘dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini’.

Yohanes 18:37 - “Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’”.

Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa yang kelahirannya merupakan tindakan aktif.

2. Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan sebelum lahir.

Yohanes 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”.

Yohanes 6:38 - “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.”.

Yohanes 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’”.

KJV: ‘Before Abraham was, I am.’.

2Korintus 8:9 - “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”.

Filipi 2:6-7 - “(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan, maka itu menunjukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi kalau dikatakan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi merupakan tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.

Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.

d) Apa yang terjadi pada saat inkarnasi.

Yohanes 1:1,14 - “(1) Pada mulanya adalah Firman (Yunani: LOGOS); Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.

1. Firman / LOGOS / Allah menjadi manusia (Yoh 1:14).

Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.

Ini tidak berarti bahwa:

a. LOGOS kehilangan seluruh atau sebagian keilahianNya.

b. LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS sebelum inkarnasi.

Seseorang berkata: “Incarnation does not mean that the LOGOS ceased to be what He was before” (= Inkarnasi tidak berarti bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum saat itu).

Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14, maka kita perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:

a. Kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.

b. Kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.

Kalau kita berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru ketambahan hakekat manusia pada diriNya.

2. ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ berarti bahwa LOGOS mengambil hakekat manusia (tubuh dan jiwa / roh):

a. Tanpa mengalami perubahan dalam hakekatNya.

b. Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.

c. Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.

Beberapa kutipan penting tentang ketidak-berubahan LOGOS pada saat inkarnasi:

a. “Christ was lowered not by losing but rather by taking” (= Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan tetapi dengan mengambil).

Ilustrasi: kita bisa meren­dahkan seorang yang kaya bukan dengan mengambil kekayaan­nya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan kepadanya pakaian yang buruk. Jadi orang itu direndahkan bukan dengan kehilangan apapun, tetapi sebaliknya dengan ketam­bahan sesuatu.

b. Leon Morris: “When the Word became flesh His cosmic activities did not remain in abeyance” (= Ketika Firman menjadi daging, kegiatan-kegiatan alam semestaNya tidaklah dibiarkan terkatung-katung).

c. Leon Morris: “We must surely hold that the incarnation meant the adding of something to what the Word was doing, rather than the cessation of most of His activites” (= Kita harus berpegang / percaya bahwa inkarnasi berarti penam­bahan terhadap sesuatu yang sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya penghentian dari sebagian besar kegiatan-kegiatanNya).

d. Calvin: “For even if the Word in his immeasurable essence united with the nature of man into one person, we do not imagine that he was confined therein. Here is something marvel­ous: the Son of God descended from heaven in such a way, that without leaving heaven, he willed to be borne in the virgin’s womb, to go about the earth, and to hang upon the cross, yet he continuously filled the world even as he had done from the beginning” (= Karena bahkan ketika Firman dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayang­kan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus memenuhi alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan dari semula) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.

Kata-kata Calvin ini didasarkan atas Yoh 1:18. Kalau kita melihat kontex Yoh 1 itu maka akan terlihat bahwa mula-mula digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama dengan Allah (ay 1: ‘pada mulanya’). Setelah itu digambarkan bahwa LOGOS itu berinkarnasi dan diam di antara manusia (ay 14). Tetapi dalam ay 18 tetap digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan (Lit: ‘dada’) Bapa di surga!

Yohanes 1:1,14,18 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. ... (18) Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.

Selanjutnya, dalam membahas ketidakberubahan LOGOS baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat berin­karnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis (= teori pengosongan diri). Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!

Teori Kenosis ini didasarkan pada Filipi 2:6-7 yang ditafsirkan secara salah.

Fil 2:5b-7 - “(5b) ... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Kata-kata ‘telah mengosongkan’ dalam bahasa Yunani adalah EKENOSEN, dan dari kata ini diturunkan kata KENOSIS tadi.

Teori ini mengatakan bahwa pada saat inkarnasi, Anak Allah telah mengosongkan diriNya sendiri dengan mengesampingkan sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjukkan Yesus tidak maha tahu).

Kesalahan dari Teori Kenosis ini:

a. Yesus adalah Allah, dan karena itu Ia tidak bisa berubah (bdk. Maz 102:26-28 Mal 3:6 Yak 1:17). Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!

b. Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!

c. Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.

Dalam tafsirannya tentang Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Yesus / Anak Allah melepaskan keilahianNya, tetapi menyembunyikannya dari pandangan manusia.

Calvin: “Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it con-cealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it” (= Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya).

Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.

Herman Hoeksema: “This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders” (= Ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaibanNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.

Jadi, setelah inkarnasi, Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia (100% Allah dan 100% manusia), tetapi Ia hanya 1 pribadi.

Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal keilahianNya) - ‘The Epistles of John’, hal 21.

e) Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.

Ajaran Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa hakekat manusiaNya dari surga (berdasarkan 1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia datang ke dunia.

1Korintus 15:47 - “Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.”.

Jadi hakekat manusiaNya betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa / mirip dengan kita tetapi secara organic tidak berhubungan dengan kita.

Kalau ini benar, maka boleh dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria!

Kalau mau tahu bagaimana tafsiran tentang ayat-ayat seperti 1Kor 15:47 itu, perhatikan komentar Calvin di bawah ini:

Calvin:

· “And they (Scriptures) so earnestly express this union of the two natures that is in Christ as sometimes to inter­change them” [= Dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 1.

· “Because the selfsame one was both God and man, for the sake of the union of both natures he gave to the one what belonged to the other” (= Karena orang yang sama adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 2.

Ajaran Reformed menentang ajaran Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan hakekat manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dengan kata lain, sebagai manusia, Yesus berasal dari sel telur Maria. Dasar Kitab Suci pandangan ini:

1. Filipi 2:7 mengatakan bahwa Ia ‘menjadi sama dengan manusia’, bukan ‘menjadi seperti manusia’ dan Ibrani 2:14-17 juga mengatakan bahwa ‘dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya’.

Fil 2:7 - “melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

2. Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan dari Maria, dan Kristus hanya serupa / mirip dengan kita, maka sebetulnya tidak ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita.

Bdk. Ibrani 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.

3. Yesus disebut ‘tunas Daud’, ‘tunas yang keluar dari tunggul Isai’, ‘taruk dari pangkal Isai’.

Yes 11:1,10 - “(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. ... (10) Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”.

Yesaya 4:2 - “Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput.”.

Yesaya 53:2 - “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.

Yeremia 23:5 - “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.

Wahyu 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”.

Wahyu 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

KJV: ‘I am the root and the offspring of David’ (= Aku adalah akar / tunas dan keturunan Daud).

Perlu diingat bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan organic dengan Daud.

4. Ibrani 7:14 - “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam.”.

Ibr 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan kita berasal dari suku Yehuda’ [Lit: out of / keluar dari (Yunani: EX) Judah]. Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari Yehuda’ ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel / Yahudi.

5. Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang dikuduskan (manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).

Ibr 2:11a: “Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu”.

TB2-LAI hampir sama dengan TB1.

NASB: ‘are all of one Father’ (= semua dari satu Bapa).

Kitab Suci Indonesia (TB1 maupun TB2) dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.

NIV: ‘are of the same family’ (= semua dari satu keluarga).

RSV: ‘have all one origin’ (= semua mempunyai satu asal mula).

KJV: ‘are all of one’ (= semua dari satu).

Terjemahan-terjemahan ini lebih benar karena kata ‘satu’ sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk kepada Adam, karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah menjadi manusia yang sama dengan kita.

Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih Maria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’ (= buatan surga) yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!

Sekalipun ada orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb, menganggap bahwa kontex menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada ‘Adam’, atau kepada ‘satu hakekat’, karena tujuan kontext ini memang menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca Ibr 2 itu terus sampai ay 17).

Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibrani 2:11 harus diganti dengan ‘dua’!

6. Yesus disebut sebagai:

a. Keturunan perempuan / Hawa.

Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.

Literal: ‘seed of the woman’ (= benih / keturunan dari sang perempuan).

b. Keturunan Abraham.

Kej 22:18 - “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firmanKu.’”.

Literal: ‘your seed’ (= benihmu).

bdk. Kis 3:25 - “Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.”.

c. Keturunan Daud.

2Tim 2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.

Literal: ‘seed of David’ (= benih / keturunan Daud).

Istilah ‘seed’ / benih jelas menunjukkan adanya hubungan organic!

7. Dalam Luk 1:42, Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah rahim’ dari Maria.

Lukas 1:42 - “lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”.

NASB / Literal: ‘the fruit of your womb’ (= buah dari rahimmu).

Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.

8. Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Dalam Luk 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengandung padahal ia belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam ‘bayi tabung’), maka dalam Luk 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam kandungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sendiri dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan / mencipta janin Yesus itu.

Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal dari Maria, juga menunjukkan bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan, dan jelas tidak kekal, atau mulai ada di dalam waktu.

f) Peranan Roh Kudus dalam inkarnasi.

1. Roh Kuduslah yang menjadikan Maria mengandung (Mat 1:18-20 Lukas 1:34-35).

Mat 1:18-20 - “(18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”.

Lukas 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Yang dilahirkan oleh Maria bukanlah pribadi manusia, tetapi pribadi Anak Allah.

Lukas 1:32,35 - “(32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, ... (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Bdk. Lukas 1:43 - “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”.

Perhatikan bahwa Elisabet menyatakan Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ / ‘the mother of my Lord’ (NIV).

Karena itu Maria secara tepat disebut THEOTOKOS (= bunda Allah), bukan sekedar CHRISTOTOKOS (= bunda Kristus). Pertentangan tentang kedua istilah ini diputuskan dalam Sidang Gereja Efesus pada tahun 431 M.

Tetapi perlu dicamkan bahwa istilah THEOTOKOS (= bunda Allah) untuk Maria dipertahankan, untuk menentang pandangan sesat dari Nestorianisme, yang mengatakan bahwa Maria hanya melahirkan Kristus (manusia Yesus), dan lalu Anak Allah tinggal di dalamNya, sehingga Yesus adalah 2 pribadi. Jadi, istilah ini dipertahankan, sama sekali bukan untuk meninggikan Maria, seperti yang dilakukan oleh Gereja Roma Katolik.

2. Roh Kudus menguduskan hakekat manusia dari Kristus sejak dari saat pertama pembuahan dan menjagaNya dari polusi dosa (bdk. Yoh 3:34 Ibr 9:14).

Ibr 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”.

Adam Clarke (tentang Ibr 9:14): “As Christ’s miraculous conception was by the Holy Spirit, and he performed all his miracles by the Spirit of God, so his death or final offering was made through or by the eternal Spirit; and by that Spirit he was raised from the dead, 1 Peter 3:18. Indeed, through the whole of his life he was justified by the Spirit; and we find that in the great work of human redemption, the Father, the Son, and the Holy Spirit were continually employed” (= Sebagaimana pembuahan yang bersifat mujijat dari Kristus adalah oleh Roh Kudus, dan Ia melakukan semua mujijat-mujijatNya oleh Roh Allah, begitu juga kematianNya atau korban terakhirNya, dibuat melalui atau oleh Roh yang kekal; dan oleh Roh itu Ia dibangkitkan dari antara orang mati, 1Pet 3:18. Memang, melalui seluruh kehidupanNya Ia dibenarkan oleh Roh; dan kita mendapati bahwa dalam pekerjaan yang agung dari penebusan manusia, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, terus menerus dipekerjakan).

Barnes’ Notes (tentang Ibr 9:14): “there are some reasons which seem to me to make it probable that the Holy Spirit is intended, and that the idea is, that Christ made his great sacrifice under ‘the extraordinary influences of that Eternal Spirit.’ ... This interpretation accords with the fact that the Lord Jesus is represented as having been eminently endowed with the influences of the Holy Spirit; compare notes on John 3:34. Though he was divine, yet he was also a man, and as such was under influences similar to those of other pious people. The Holy Spirit is the source and sustainer of all piety in the soul, and it is not improper to suppose that the man Christ Jesus was in a remarkable manner influenced by the Holy Spirit in his readiness to obey God and to suffer according to his will.” (= di sana ada beberapa alasan yang bagi saya kelihatannya membuat mungkin bahwa Roh Kudus yang dimaksudkan, dan bahwa gagasannya adalah, bahwa Kristus membuat kobanNya yang agung / besar di bawah ‘pengaruh-pengaruh yang luar biasa dari Roh yang kekal itu’. ... Penafsiran ini sesuai dengan fakta bahwa Tuhan Yesus digambarkan sebagai diberi secara menonjol dengan pengaruh-pengaruh dari Roh Kudus; bandingkan dengan catatan tentang Yoh 3:34. Sekalipun Ia adalah ilahi / Allah, tetapi Ia juga adalah seorang manusia, dan sebagai manusia Ia ada di bawah pengaruh-pengaruh yang mirip dengan orang-orang saleh yang lain. Roh Kudus adalah sumber dan penopang dari semua kesalehan dalam jiwa, dan bukannya tidak benar untuk menganggap bahwa manusia Kristus Yesus dipengaruhi dengan suatu cara yang luar biasa oleh Roh Kudus dalam kesiapanNya untuk mentaati Allah dan untuk menderita sesuai dengan kehendakNya.).

Yohanes 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”.

Calvin menafsirkan bahwa ayat ini berbicara tentang Kristus, karena ayat selanjutnya, yaitu Yoh 3:35 berbunyi sebagai berikut: “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya.”. Jadi, karena ay 35 berbicara tentang Kristus, maka ay 34 harus ditafsirkan sesuai dengan kontextnya, sehingga harus ditafsirkan bahwa ay 34 juga berbicara tentang Kristus.

Barnes’ Notes (tentang Yoh 3:34): “Though Jesus was God as well as man, yet, as Mediator, God anointed him, or endowed him with the influences of his Spirit, so as to be completely qualified for his great work.” (= Sekalipun Yesus adalah Allah maupun manusia, tetapi sebagai Pengantara, Allah mengurapi Dia, atau memberiNya pengaruh-pengaruh dari RohNya, sehingga menjadi sepenuhnya memenuhi syarat untuk pekerjaanNya yang agung / besar.).

Jadi, bahwa Maria mengandung bukan dari seorang laki-laki, masih belum cukup untuk menyebabkan Yesus itu lahir suci, karena Maria juga adalah orang berdosa. Masih dibutuhkan pekerjaan Roh Kudus untuk menyucikan bayi Yesus sejak dari saat pertama pembuahan supaya Yesus betul-betul suci.

Calvin: “For we make Christ free from all stain not just because he was begotten of his mother without copulation with man, but because he was sanctified by the Spirit that the generation might be pure and undefiled as would have been true before Adam’s fall.” (= Karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda / kekotoran bukan hanya karena Ia diperanakkan dari ibuNya tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi karena Ia dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan tidak tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam.) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.

Ada beberapa hal yang perlu dibahas di sini:

a. Adanya pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan bayi Yesus ini, menyebabkan Yesus tidak membutuhkan ibu yang suci supaya bisa lahir dan hidup suci.

Karena itu doktrin ‘Immaculate Conception’ dari Roma Kato­lik, yang menyatakan bahwa Maria dilahirkan dan hidup suci tanpa dosa, sama sekali tidak dibutuhkan di dalam gereja.

Catatan:

· Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tahun 1854. Karena itu perlu dipertanyakan: kalau doktrin ini memang ada dalam Kitab Suci / berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan waktu 18 abad untuk menemukan­nya?

· Doktrin ini bukan hanya tidak punya dasar Kitab Suci sama sekali, tetapi juga bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci, seperti:

* Ro 3:10-12,23 Pkh 7:20 Ayub 4:17 Ayub 25:4.

Roma 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.

Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.

Ayub 4:17 - “Mungkinkah seorang manusia benar di hadapan Allah, mungkinkah seseorang tahir di hadapan Penciptanya?”.

Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?”.

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa semua manusia berdosa. Satu-satunya orang yang dikecualikan dalam Kitab Suci hanyalah Yesus saja.

Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

2Korintus 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

Kitab Suci tidak pernah mengecualikan Maria!

* Lukas 1:46,47 menunjukkan bahwa Maria menyebut Allah sebagai Juruselamatnya.

Luk 1:46-47 - “(46) Lalu kata Maria: ‘Jiwaku memuliakan Tuhan, (47) dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,”.

Kalau memang ia suci murni, mengapa ia membutuhkan Juruselamat?

* Lukas 2:22-24 (bdk. Im 12:1-8) menunjukkan bahwa Maria disebut najis (Im 12:2), karena melahirkan anak.

Lukas 2:22-24 - “(22) Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkanNya kepada Tuhan, (23) seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ‘Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah’, (24) dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.”.

Im 12:1-2,6-8 - “(1) TUHAN berfirman kepada Musa, demikian: (2) ‘Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seorang perempuan bersalin dan melahirkan anak laki-laki, maka najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti pada hari-hari ia bercemar kain ia najis. ... (6) Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam itu harus mempersembahkannya ke hadapan TUHAN dan mengadakan pendamaian bagi perempuan itu. Demikianlah perempuan itu ditahirkan dari leleran darahnya. Itulah hukum tentang perempuan yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan. (8) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai korban bakaran dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah ia.’”.

Ini menyebabkan ia harus mempersembahkan korban bakaran dan korban penghapus dosa sebagai pendamaian (Im 12:6-8), supaya bisa ditahirkan. Sekalipun ‘kenajisan’ di sini bukanlah suatu dosa moral, tetapi rasanya sukar diharmoniskan dengan ‘suci murni’.

· Doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai beri­kut: kalau Maria harus suci supaya Yesus bisa suci, maka demikian juga kedua orang tua Maria harus suci supaya Maria bisa suci, dan keempat kakek nenek Maria harus suci supaya kedua orang tua Maria bisa suci, dan kalau ini diteruskan maka akhirnya Adam dan Hawapun harus suci. Ini jelas merupakan pandangan yang tidak Alkitabiah, yang orang Roma Katolikpun tidak akan mau menerimanya!

b. Kalau memang fakta bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perawan itu belum cukup untuk menyebabkan Yesus lahir suci, dan masih dibutuhkan penyucian dari Roh Kudus, lalu untuk apa Yesus harus dilahirkan dari seorang perawan / perempuan yang mengandung tanpa hubungan sex dengan laki-laki? Mengapa tidak menggunakan kelahiran biasa saja dan ditambah dengan penyucian dari Roh Kudus?

Jawab: Sekalipun kelahiran dari perawan masih belum cukup untuk membuat Yesus lahir suci, tetapi setidaknya dengan cara ini bisa ditambahkan penyucian dari Roh Kudus sehingga Yesus lahir suci. Tetapi kalau digunakan kelahiran biasa, sekalipun ditambahkan penyucian dari Roh Kudus, tetap tidak mungkin Yesus lahir suci, karena hukum dosa asal harus berlaku atas Dia.

2) Bukti bahwa Yesus Kristus adalah manusia:

a) Ia disebut ‘orang’ / ‘seorang manusia’ (Yoh 8:40 Kis 2:22 Roma 5:15 1Korintus 15:21).

b) Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Manusia’ (Mat 24:44).

Sama seperti ‘Anak Allah’ adalah ‘Allah’, maka ‘Anak Manusia’ adalah ‘manusia’!

Ini bisa kita gunakan dalam berargumentasi melawan Saksi Yehuwa / Unitarian dengan cara sebagai berikut: kalau kamu mengatakan bahwa ‘Anak Allah’ bukan Allah, maka bagaimana dengan ‘Anak Manusia’? Bukan manusia?

c) Kitab Suci mengatakan bahwa Ia telah menjadi manusia / daging (Yoh 1:14 1Tim 3:16 Ibr 2:14 1Yoh 4:2).

Yoh 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia [KJV: ‘flesh’ (= daging)], dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.

1Tim 3:16 - “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: ‘Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia [KJV: ‘flesh’ (= daging)], dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diriNya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.’”.

Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut”.

1Yoh 4:2 - “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia [KJV: ‘flesh’ (= daging)], berasal dari Allah”.

Dalam Yoh 1:14 1Tim 3:16 dan 1Yoh 4:2 sebetulnya terjemahan hurufiahnya bukanlah ‘manusia’ tetapi ‘daging’. Ini merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya), yang bukan hanya menunjuk pada daging / tubuh manusia, tetapi pada seluruh manusia. Dengan demikian ayat-ayat tersebut tidak boleh diartikan bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia tetapi tidak mempunyai jiwa / roh manusia.

d) Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:

1. Mempunyai tubuh (darah, daging, dan tulang) dan jiwa / roh.

a. Bahwa Kristus betul-betul mempunyai tubuh (darah, daging, tulang) ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Mat 26:26,28 Luk 24:39 Ibr 2:14.

Mat 26:26,28 - “(26) Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-muridNya dan berkata: ‘Ambillah, makanlah, inilah tubuhKu.’ ... (28) Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.”.

Luk 24:39 - “Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (seharusnya ‘roh’) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’”.

Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;”.

b. Bahwa Kristus mempunyai jiwa / roh ditunjukkan oleh:

· ayat-ayat seperti:

* Mat 26:38 - “lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.

Dalam Matius 26:38 ini kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUCHE).

* Mat 27:50 - “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya.”.

Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.

Dalam Mat 27:50 dan Luk 23:46, kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).

* Yoh 11:33 - “Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu dan berkata:”.

Dalam Yoh 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).

* Yoh 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.

Dalam Yoh 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan terjemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.

* Yohanes 13:21 - “Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.’”.

Dalam Yoh 13:21 terjemahan hurufiah dari kata-kata yang saya garis-bawahi adalah: ‘was troubled in spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).

* 1Yoh 3:16 - “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”.

Dalam 1Yoh 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘jiwa’.

· adanya pikiran, perasaan dan kehendak manusia.

* pikiran manusia.

Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.

Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

* perasaan manusia.

Mat 8:10 - “Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikutiNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.”. Bdk. Luk 7:9.

Mat 9:36 - “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”.

Mat 26:37,38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.

Markus 3:5 - “Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.”.

Markus 6:6 - “Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.”.

Yoh 11:33,35 - “(33) Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu dan berkata: ... (35) Maka menangislah Yesus.”.

Yoh 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.

* kehendak manusia (Mat 26:39).

Mat 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.

Adanya pikiran, perasaan dan kehendak manusia dalam diri Yesus ini jelas menunjukkan adanya jiwa / roh manusia.

2. Mengalami pertumbuhan / perkembangan.

Lukas 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

3. Mengalami segala sesuatu yang dialami oleh manusia-manusia yang lain (kecuali dalam hal melakukan dosa), seperti: lahir (Luk 2:7), lapar (Mat 4:2), haus (Yohanes 4:7 Yohanes 19:28), letih (Yohanes 4:6), tidur (Matius 8:24), penderitaan (Ibr 2:10,18 Ibr 5:8), dan mati (Yohanes 19:30).

e) Ayat-ayat seperti Roma 8:3 Fil 2:7-8 Ibrani 2:14-17 jelas menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah manusia.

Roma 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Filipi 2:7-8 - “(7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.

Ibrani 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.

3) Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:

a) Ada orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus adalah manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia, karena semua manusia berdosa. Untuk menjawab keberatan ini perlu diketahui bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa sudah adalah manusia! Jadi jelaslah bahwa tidak harus berdosa baru bisa disebut sebagai ‘manusia’!

b) Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah manusia yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak digunakan air mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.

Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:

1. Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.

2. Tanpa menggunakan perempuan tetapi dengan menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa.

3. Tanpa menggunakan laki-laki tetapi dengan menggunakan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus.

4. Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.

Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak menyebabkan Ia bukanlah manusia yang sejati.

4) Hal yang perlu diwaspadai.

Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai / diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kema­nusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah!

Illustrasi: Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang saya memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya terlihat sebagai pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang yang pada waktu melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, waktu melihat saya memakai pakaian olah raga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!

Analoginya, karena Yesus adalah Allah dan manusia, maka kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan manusia, atau menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah!

Para Saksi Yehuwa sering menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kris­tus bukanlah Allah.

Misalnya:

· Matius 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.

Ayat ini merupakan ayat yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus, tetapi dipakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah.

· Yohanes 14:28 - “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.”.

Ayat ini jelas juga menekankan Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul), tetapi sering dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada Allah.

· Ibr 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus ‘telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak perlu belajar.

· Matius 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yakobus 1:13 - “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.”).

· Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena Allah tidak perlu berdoa.

5) Mengapa Yesus menjadi manusia?

a) Supaya Ia bisa menderita dan mati untuk menebus / memikul hukuman dosa manusia.

Ibrani 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.

1. Upah dosa adalah maut / kematian (Roma 6:23 Kejadian 2:16-17 Kejadian 3:19).

Untuk menebus dosa manusia, Allah harus mengalami kematian itu. Karena Allah tidak bisa menderita maupun mati, maka Ia harus menjadi manusia lebih dulu, baru Ia bisa menderita dan mati untuk menebus dosa manusia.

2. Andaikata Ia mau memikul hukuman dosa malaikat, maka Ia harus menjadi malaikat. Tetapi karena Ia mau memikul hukuman dosa manusia, maka Ia harus menjadi manusia.

b) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia.

1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.

c) Supaya bisa menjadi teladan bagi kita.

Yohanes 13:14-15 - “(14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”.

d) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa meno­long mereka.

Ibrani 2:17-18 - “(17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. (18) Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”.

Baca Juga; 20 Bukti Yesus Adalah Allah

Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat TURUT MERASAKAN kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

Kata-kata ‘turut merasakan’ diterjemahkan oleh RSV/NIV/NASB sebagai: ‘sympathize with’ (= bersimpati dengan).

Yunani: SUMPATHESAI.

William G. T. Shedd: “Previous to the assumption of a human nature, the Logos could not experience a human feeling because he had no human heart, but after the assumption he could; previous to the incarnation, he could not have a finite perception because he had no finite intellect, but after this event he could; ... The unincarnate Logos could think and feel only like God; he had only one form of consciousness. The incarnate Logos can think and feel either like God, or like man; he has two modes or forms of consciousness” (= Sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami pera­saan manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum inkarna­si, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang berinkar­nasi bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.

Matthew Poole memberikan komentar tentang Ibr 2:18 sebagai berikut: “He had the mercies of God before, and as if that were not enough, the tempted nature of man, to soften his heart to pity his brethren in their suffering and tempta­tions” (= Sebelumnya Ia sudah mempunyai belas kasihan Allah, dan seakan-akan itu belum cukup, sekarang Ia mempunyai hakekat manusia yang telah dicobai, untuk melunakkan / melembutkan hatiNya supaya Ia mengasihani saudara-saudaraNya dalam penderitaan dan pencobaan mereka). YESUS KRISTUS ADALAH MANUSIA
Next Post Previous Post